Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH : PENGGELAPAN PAJAK PT ANCORA MINING SERVICE

Dosen Pengampu: Johan Silalahi,SH.MH

Di Susun Oleh:
Clarita Septiana Sinaga(216000045)
Leni Agustina Purba(216000073)
Bernadeta Damanik (216000130)

UNIVERSITAS SIMALUNGUNG 2022/ 2023


I.Latar Belakang Masalah
Perusahaan PT Ancora Mining service diduga sewenang-wenang karena dimiliki oleh
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan dan dilaporkan oleh
Forum Masyarakat Peduli Keadilan , berdasarkan dokumen dugaan penyelewengan pajak yang
dilakukan PT Ancora Mining Service yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan
perubahan modal dan ditemukan berbagai potensi kerugian negara yang diakibatkan perusahaan
tersebut dengan cara menghindari pembayaran pajak.
Kejanggalan dalam dokumen neraca PT Ancora Mining Service , tidak terdapat
pergerakan investasi atau tidak ada kegiatan investasi. Tetapi dalam laporan laba rugi tahun buku
yang sama, perusahaan tersebut malah membukukan penghasilan Rp 34 miliar. Juga di neraca
yang sama, PT Ancora Mining Service mengaku tidak memiliki utang, namun dalam laporan
laba rugi ditemukan pembayaran bunga sebesar Rp 18miliar. Pada laporan fiscal ditemukan bukti
pemotongan pajak senilai Rp 5 miliar dari sebuah perusahaan. Tetapi tidak ada kejelasan atas
transaksi apa pemotongan pajak tersebut dilakukan. ditemukan adanya sumbangan dari sebuah
perusahaan tambang Middle East Coal (MEC) yang berbasis di Singapura dan Jakarta. MEC
diketahui telah menyumbang dana sebesar 500 ribu dolar AS kepada Yayasan Ancora yang
didirikan Gita Wirjawan .Kejanggalan lain yang ditemukan adalah tiadanya kegiatan investasi
PT. Ancora Mining Services, namun terdapat penghasilan Rp 34 miliar. Meski tidak memiliki
utang, namun ada pembayaran bunga Rp 18 miliar. Bahkan ditemukan bukti pemotongan pajak
Rp 5 miliar, namun tidak ada kejelasan atas transaksinya tersebut.

II.Rumusan Masalah
a. Apakah PT. Ancora Mining Service dapat dikenakan tuduhan melakukan penggelapan pajak?
b. Bagaimanakah Sengketa pajak dan cara penyelesaiannya
III.Pembahasan
A. Pemalsuan Laporan Keuangan
Pada kasus PT. Ancora Mining Service terdapat dua kemungkinan ketidak-cocokan
antara laporan keuangan dan arus lalu lintas uang yang ada, yaitu perusahaan secara sengaja
telah menggunakan jasa akuntan baik internal maupun akuntan publik untuk mengeluarkan
laporan keuangan yang tidak benar ini, atau sering disebut dengan penggunaan pembukuan
ganda, dimana pembukuannya terbagi menjadi pembukuan untuk kepentingan internal dan
pembukuan untuk konsumsi publik dan/atau pajak.
Kemungkinan kedua adalah perusahaan menjadi korban dari tindak kejahatan pemalsuan
yang dilakukan sendiri oleh akuntannya. Kembali lagi, akuntan yang dimaksud adalah akuntan
internal maupun akuntan publik. Dapat terjadi bahwa tindakan pemalsuan tersebut dilakukan
oleh akuntan internal yang membutuhkan penilaian baik atas kinerjanya sehingga melakukan
kerjasama kejahatan pemalsuan laporan keuangan bersama dengan akuntan publik.
Di sisi lain juga terdapat pelanggaran atas laporan keuangan Yayasan yang terkait dengan
perusahaan, yaitu Yayasan Ancora, dimana tidak melakukan laporan atas sumbangan dari pihak
MEC yang melebihi Rp.500.000.000,- juta sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat 2 (b) Undang
Undang no. 28 tahun 2004 yang memperbaiki Undang Undang no. 16 tahun 2001 tentang
Yayasan.
Jika dapat dibuktikan bahwa perusahaan telah melakukan perbuatan pemalsuan laporan
keuangan sebagaimana diperdugakan, maka perusahaan dapat dikenakan tuduhan melakukan
pemalsuan berdasarkan Pasal 263 (1), 263 (2), dan 378 KUHP, di mana pengguna dan pelaku
pemalsuan dapat diancam hukuman penjaSelain itu perusahaan juga dapat langsung dikaitkan
dengan tuduhan penggelapan pajak sesuai dengan Pasal 55 Undang-undang no. 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik jo pasal 24 Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. .

II.Penyelesaian sengketa pajak


Laporan penggelapan pajak ini dapat dijadikan dasar terjadinya sengketa pajak, yaitu PT.
Ancora Mining Service selaku wajib pajak mempunyai perhitungan hutang dan pembayaran
pajak yang berbeda dengan Pemerintah (fiscus) sesuai dengan Pasal 39 Ayat (1) huruf a jo Pasal
43 Ayat (1) UU No 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No 16/2000 tentang Ketentuan
Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Sementara itu jika terbukti terjadi penggelapan pajak maka dikenakan
ancaman penggelapan pajak tahun 2008-2010 yang diatur dalam Pasal 39a huruf b jo Pasal 43
Ayat (1) UU No. 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No. 16/2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 dibentuklah Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak (BPSP) yang arah dan tujuan pembentukannya adalah sebagai pemeriksa dan pemutus
sengketa pajak berupa:
1. banding terhadap pelaksanaan keputusan pejabat yang berwenang;
2. gugatan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan di bidang
penagihan.
3. Keputusan BPSP bersifat final dan mempunyai kekuasaan eksekutorial dan
berkedudukan hokum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
4. Pengajuan banding atau gugatan ke BPSP merupakan upaya hukum terakhir bagi
pembayar pajak dan putusannya tidak dapat digugat ke peradilan umum atau Peradilan
Tata Usaha Negara (PTUN).
Dalam undang-undang tersebut juga ditentukan bahwa untuk mendapatkan keadilan
pengenaan pajak, wajib pajak dapat menempuh jalur-jalur melalui BPSP, PTUN maupun
peradilan umum.Ditentukan pula keberadaan BPSP sebagai badan peradilan pajak hanya untuk
menyelesaikan sengketa administratif, yaitu dari segi perhitungan dan akuntansi, bukan
mengenai pidana pajak.
Walaupun tidak bertentangan dengan UU Nomor 14 Tahun 1970, BPSP pada kenyataannya
belum merupakan badan peradilan yang berpuncak di Mahkamah Agung. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu pengadilan pajak yang sesuai dengan sistem kekuasaan kehakiman yang
berlaku di Indonesia sekaligus mampu menciptakan keadilan dan kepastian hukum dalam
penyelesaian sengketa pajak.
Atas berbagai pertimbangan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia mengesahkan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (UU Nomor 14 Tahun 2002). Definisi
pengadilan pajak dijelaskan dalam Pasal 2, yaitu “Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak atau penanggung pajak yang mencari
keadilan terhadap sengketa pajak.”
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. PT. Ancora Mining Service dapat dikenakan tuduhan melakukan penggelapan pajak selama
dapat dibuktikan bahwa telah terjadi pemalsuan laporan keuangan sesuai dengan pasal 263
KUHP mengenai Pemalsuan Surat jo Pasal 55 Undang-undang no. 5 tahun 2011 tentang Akuntan
Publik jo pasal 24 Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2. Laporan penggelapan pajak ini dapat dijadikan dasar terjadinya sengketa pajak, yaitu tatkala
PT. Ancora Mining Service selaku wajib pajak mempunyai perhitungan hutang dan pembayaran
pajak yang berbeda dengan Pemerintah (fiscus) sesuai dengan Pasal 39 Ayat (1) huruf a jo Pasal
43 Ayat (1) UU No 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No 16/2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sementara itu jika terbukti terjadi penggelapan pajak maka
dikenakan ancaman penggelapan pajak tahun 2008-2010 yang diatur dalam Pasal 39a huruf b jo
Pasal 43 Ayat (1) UU No. 6/1983 sebagaimana diubah menjadi UU No. 16/2000 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun
penjara

Anda mungkin juga menyukai