Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM ACARA PIDANA

DISUSUN

OLEH :
Bramayana Nababan : [216 000 107]

Hutlin Sinambela : [216 000 112]

Juliana Miranda Damanik : [216 000 022]

Leni Agustina Purba : [216 000 073]

Melsadey Sidadolog : [216 000 234]

Putri Fahira : [216 000 005]

Sri Latersia Ginting : [216 000 123]

Dosen Pengampu : NOVELINA M.S HUTAPEA, S.H.,MH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SIMALUNGUN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Karena
masih memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
Hukum Acara Pidana ini tepat pada waktunya. Adapun tema yang kami angkat
pada makalah ini adalah Penyidikan/Penyelidikan

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu NOVELINA M.S


HUTAPEA, S.H.,MH sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Acara Pidana
yang telah membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon bimbingan serta saran dan kritik atas makalah
kami ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi, demi tercapainya
makalah yang sempurna, Terimakasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….

BAB I LATAR BELAKANG……………………………………………………………………...

RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………...

TUJUAN MAKALAH……………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

1.APA ITU PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN ?............................................

2.PENERAPAN PROSES PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN DALAM


KASUS PIDANA…………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….

A.KESIMPULAN………………………………………………………………….

B. SARAN………………………………………………………………………….

PENUTUP………………………………………………………………………………………….
BAB I

LATAR BELAKANG

Penindakan hukum berupa pemanggilan tersangka dan saksi, penangkapan, penggeledahan,dan


penyitaan.yang di mana pemeriksaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keindentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti ataupun unsur-unsur
tindak pidana yang terjadi sehingga kedudukan dan peranan seseorang maupun barang bukti
didalam tindak pidana menjadi jelas dan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan.beberapa
asas-asas yang menyangkut hak-hak manusia yaitu asas praduga tak bersalah,peranan dimuka
hukum,hak memberi bantuan atau nasehat hukum, tersangka yang telah di tangkap, seseorang
yang telah di tangkap, penangkapan dan penahanan,peradilan

RUMUSAN MASALAH

1) Apa itu penyidikan dan penyelidikan?


2) Bagaimana penerapan proses penyelidikan dan penyidikan dalam suatu kasus pidana?

TUJUAN MAKALAH
1) Memaparkan mengenai proses penyelidikan untuk menemukan suatu peristiwa pidana.
2) Menjelaskan bagaiamana proses penyidikan untuk menemukan bukti dan tersangka.
3) Menjabarkan bagaimana penerapan proses penyelidikan dan penyidikan dalam kasus
Pidana
BAB II
PEMBAHASAN

1. APA ITU PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN?


1.1. Penyelidikan dan Penyidikan
1.1.1. Penyidikan

adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang di atur dalam Undang-undang.

1.1.2. Penyelidikan
adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut yang diatur dalam Undangundang ini.

1.1.3. Fungsi penyidik


dilakukan sebelum dilakukan penyelidikan hanya bertugas untuk mengetahui dan
menentukan peristiwa apa yang sesungguhnya telah terjadi dan bertugas mambuat berita
acara serta laporannya nantinya merupakan dasar permulaan penyidikan.
Penyelidikan dilakukan berdasarkan :
a. Informasi atau laporan yang diterima maupun diketahui langsung oleh
penyelidik/penyidik
b. Laporan polisi
c. Berita Acara pemeriksaan di TKP
d. Berita Acara pemeriksaan tersangka dan atau saksi

1.1.4. Proses penyidikan tindak pidana penyelidikan


dilakukan untuk :
a. Mencari keterangan-keterangan dan bukti guna menentukan suatu peristiwa yang di
laporkan atau diadukan, apakah merupakan tindak pidana atau bukan.
b. Melengkapi keterangan dan bukti-bukti yang telah di proses agar menjadi jelas
sebelum dilakukan penindakan selanjutnya
c. Persiapan pelaksanaan penindakan dan atau pemeriksaan. Penyelidikan bukanlah
fungsi yang berdiri sendiri melainkan hanya merupakan salah satu metode atau sub dari
fungsi penyidikan.

1.1.5. Pengertian penyidikan


Istilah penyidikan dipakai sebagai istilah hukum pada Tahun 1961, yaitu sejak dimuatnya
dalam Undang-Undang pokok kepolisian No. 13 Tahun 1961. Sebelumnya dipakai istilah
pengusutan yang merupakan terjemah dari bahasa Belanda, yaitu opsporin Pasal 1 butir 2
(Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana)
KUHAP diuraikan bahwa : “penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang, mencari dan mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya” Berbicara mengenai penyidikan tidak lain dari
membicarakan masalah pengusutan kejahatan atau pelanggaran, orang Inggris lazim
menyebutnya dengan istilah ”criminal investigation"

Tujuan penyidikan adalah untuk menunjuk siapa yang telah melakukan kejahatan dan
memberikan pembuktian-pembuktian mengenai masalah yang telah dilakukannya. Untuk
mencapai maksud tersebut maka penyidik akan menghimpun keterangan dengan fakta
atau peristiwa-peristiwa tertentu

1.1.6. Penyidikan yang diatur dalam undang-undang


dilaksanakan setelah diketahui bahwa suatu peristiwa telah terjadi tindak pidana dimana
dalam Pasal 1 butir 2 KUHAP berbunyi bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang
terjadi guna menemukan tersangkanya. Penyidikan dimulai sesudah terjadinya tindak
pidana untuk mendapatkan keterangan-keterangan tentang :
a. Tindak pidana apa yang telah dilakukan
b. Kapan tindak pidana itu dilakukan
c. Dimana tindak pidana itu dilakukan
d. Dengan apa tindak pidana itu dilakukan
e. Bagaimana tindak pidana itu dilakukan
f. Mengapa tindak pidana itu dilakukan
g. Siapa pembuatnya

Proses penyidikan tindak pidana, bahwa penyidikan meliputi :


a. Penyelidikan
b. Penindakan
1). Pemanggilan
2). Penangkapan
3). Penahanan
4). Penggeledahan
5). Penyitaan
c. Pemeriksaan
1). Saksi
2). Ahli
3). tersangka
d. Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara
1). Pembuatan resume
2) penyusuna berkas perkara
3) penyerahan berkas perkara

1.1.7. Kegiatan Penyidikan : 2

Himpunan bujuklak,bujuklap,bujukmin. Proses penyidikan tindak pidana. Jakarta, 1990 hlm 17


Himpunan bujuklak,bujuklap,bujukmin, Op, Cit. Hlm 24
4
M. Husein harun. Op,Cit hlm 103

2
1. Penyidikan berdasarkan informasi atau laporan yang diterima maupun yang di ketahui
langsung oleh penyidik, laporan polisi, berita acara pemeriksaan tersangka, dan berita
acara pemeriksaan saksi. 3
2. Penindakan adalah setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh penyidik/penyidik
pembantu terhadap orang maupun barang yang ada

hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi. Penindakan hukum tersebut berupa
pemanggilan tersangka dan saksi, penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan. c. Pemeriksaan adalah merupakan kegiatan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang bukti ataupun unsur-
unsur tindak pidana yang terjadi sehingga kedudukan dan peranan seseorang maupun
barang bukti didalam tindak pidana menjadi jelas dan dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan . yang berwenang melakukan pemeriksaan adalah penyidik dan penyidik
pembantu d. Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara, merupakan kegiatan akhir
dari proses penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik dan penyidik
pembantu

1.1.8. Dalam melaksanakan fungsi tersebut harus memperhatikan asas-asas yang


menyangkut hak-hak manusia
antara lain :
a. Asas praduga tak bersalah yaitu setiap orang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan
atau diadili sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahan berdasarkan keputusan hakim yang mempunyai
kekuasaan hukum yang tetap
b. Peranan dimuka hukum yaitu perlakuan yang sama atas setiap orang dimuka hukum
dengan tidak mengadakan perbedaan.
c. Hak memberi bantuan atau penasihat hukum yaitu setiap orang yang tersangkut
perkara tindak pidana wajib diberikan kesempatan memperoleh bantuan hukum yang

5
Marpaung,leden. Proses penegakan perkara pidana, sinar grafika, jakarta, 1992 hlm 43
semata-mata untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya, sejak saat
dilakukan penangkapan dan penahanan sebelum dimulainya pemeriksaan kepada
tersangka wajib diberitahukan tentang apa yang disangkakan kepadanya dan haknya
untuk mendapatkan bantuan hukum atau perkara itu wajib didampingi penasihat hukum.
d. Peradilan harus dilakukan dengan cepat, sederhana, terbuka, jujur, dan tidak memihak.
e. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
perintah tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-undang dan hanya
dalam cara ditentukan oleh Undang-undang.
f. Tersangka yang telah ditangkap berhak untuk mendapatkan pemeriksaan dengan
memberikan keterangan secara bebas dan selanjutnya untuk segera diajukan ke penuntut
umum
g. Seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, dan diadili disidang pengadilan tanpa
alasan berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukumnya
dan wajib diberi ganti kerugian atau rehabilitasi.

2. PENERAPAN PROSES PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN DALAM KASUS


PIDANA

2.1. CONTOH KASUS PIDANA DALAM PROSES PENYELIDIKAN DAN


PENYIDIKAN

Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap


anak perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di Kota Denpasar, Bali pada
tanggal 16 Mei 2015. Peristiwa ini menjadi populer dalam berbagai media di Indonesia
diawali dengan pengumuman kehilangan anak tersebut (semula disebut Angeline) dari
keluarga angkatnya melalui sebuah laman di Facebook berjudul "Find Angeline-Bali's
Missing Child".

Besarnya perhatian dari berbagai pihak membuat terungkapnya kenyataan bahwa


Engeline selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan mendapat pengasuhan
yang kurang baik dari orang tua angkatnya bahkan mendapatkan penyiksaan baik fisik
maupun mental. Akibat sikap yang sangat tertutup dan tidak kooperatif dari ibu
angkatnya, Margriet Christina Megawe (68 tahun), muncul dugaan bahwa Engeline
hilang bukan karena diculik melainkan karena dibunuh, bahkan sebelum jenazahnya
ditemukan.

Jasad Engeline kemudian ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya di


Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015 dalam keadaan
membusuk tertutup sampah di bawah pohon pisang setelah polisi mencium bau
menyengat dan melihat ada gundukan tanah di sana. Selanjutnya polisi menyelidiki lebih
mendalam dan menetapkan dua orang tersangka pembunuh, yaitu Agus Tay Hamba May,
pembantu rumah tangga, dan Margriet Christina Megawe, ibu angkatnya.

2.2. PROSES PENYELIDIKAN KASUS TERSEBUT

Kasus yang menimpa Engeline pertama kali mengemuka dengan beredarnya


kabar tentang hilangnya anak tersebut. Kabar tersebut tersebar luas antara lain akibat
dibuatnya sebuah laman di jejaring sosial facebook berjudul "Find Angeline-Bali's
Missing Child". Laman tersebut dibuat oleh salah satu kakak angkat Engeline yang
sedang kuliah di Amerika Serikat, yaitu Christine, pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar
pukul 17.00 WITA. Sementara Yvonne membuat selebaran mengenai hilangnya
Engeline.

Keesokan harinya berbagai media massa turut memberitakan kehilangan tersebut.


Berdasarkan informasi dari Yvonne, dikabarkan bahwa adiknya hilang saat mereka
bermain di depan rumah sekitar pukul 15.00 WITA. Setelah tidak juga ditemukan sampai
pukul 18.00, maka kemudian Yvonne melaporkannya ke polisi. Tim pencari anak hilang
dari kepolisian lantas mencarinya dari Denpasar sampai ke Banyuwangi, tampat lahir
orang tua kandungnya. Berbagai upaya dilakukan oleh polisi, seperti mengamati CCTV
di sekitar lokasi, menganalisis telepon seluler orang tua kandung dan orang tua
angkatnya, serta menggunakan anjing pelacak. Namun anjing tersebut tidak menemukan
jejak Engeline dan hanya berputar-putar di sekitar rumah saja. Keluarga Engeline yang
berasal dari luar Bali pun berdatangan ke kediaman Engeline untuk membantu mencari
anak tersebut.
Kasus kehilangan anak ini juga menarik perhatian Komisi Nasional Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), sehingga ketuanya, Arist Merdeka Sirait, beserta dua anggota
timnya datang ke Bali untuk melakukan dialog dengan Polresta Denpasar dan Polda Bali.
Selain oleh KPAI, rumah Margriet juga didatangi oleh dua menteri Kabinet Kerja,
yaitu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy
Chrisnandi, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana
Yembise. Namun Margriet menolak menemui keduanya dan kedua menteri itu tidak
diperbolehkan memasuki rumahnya.

Hilangnya Engeline juga dibantu penanganannya oleh Pusat Pelayanan Terpadu


Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, yang merupakan
perpanjangan tangan Pemerintah Kota Denpasar yang menangani perempuan dan anak.
Mereka sudah memiliki kekhawatiran bahwa hilangnya Angeline bukan karena diculik
atau melarikan diri, tapi justru dibunuh. Hal ini dinyatakan oleh pendamping hukum
P2TP2A, Siti Sapurah tanpa mencurigai siapa pun termasuk ibu angkatnya. Hal tersebut
didasari minimnya indikasi yang mereka temukan bahwa Engeline hilang di sekitar
rumah atau diambil seseorang. Sehingga mereka menduga bahwa Engeline dihilangkan,
dikubur atau dibunuh. Apalagi saat polisi melakukan pemeriksaan Margriet tidak
koperatif dan ada ruang di rumah Margriet yang tidak boleh dimasuki orang lain kecuali
orang terdekatnya dia. Ditambah lagi karena mantan pembantu Margriet, yaitu Agus Tay
Hamba May, pernah mengatakan bahwa satu hari sebelum dilaporkan hilang, hidung
Engeline berdarah karena dipukul ibunya.

Pencarian Engeline terhenti setelah ia ditemukan dalam keadaan tewas terkubur di


halaman belakang rumahnya pada hari Rabu, 10 Juni 2015. Jasadnya dalam kondisi
membusuk di bawah pohon pisang, ditutup sampah, terkubur bersama bonekanya. Otopsi
segera dilakukan di Instalasi Forensik di RSUP Sanglah pimpinan dr Ida Bagus Putu Alit,
DMF, SpF. Dari hasil otopsi, Engeline diketahui meninggal sejak tiga minggu
sebelumnya. Di tubuh jenazah ditemukan luka-luka kekerasan berupa memar pada wajah,
leher, serta anggota gerak atas dan bawah. Di punggung kanan jenazah ditemukan luka
sundutan rokok. Selain itu, ditemukan juga luka lilitan dari tali plastik sebanyak empat
lilitan. Sebab kematiannya dipastikan karena kekerasan benda tumpul pada wajah dan
kepala yang mengakibatkan pendarahan pada otak. Jasad Engeline kemudian
dimakamkan di Dusun Wadung Pal, Desa Tulungrejo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten
Banyuwangi yang merupakan kampung halaman dari ibu kandungnya.

2.3. PROSES PENYIDIKAN KASUS TERSEBUT

Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015, Kepolisian


Resor Kota Denpasar segera mengadakan pemeriksaan terhadap tujuh orang, yaitu
Margriet (ibu angkat), Yvonne dan Christina (kakak angkat), Agus Tay (pembantu), dua
penghuni indekos (suami istri Rahmat Handono dan Susiani), dan petugas keamanan
(satpam, Dewa Ketut Raka), yang disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga rumah itu
setelah ramainya pemberitaan terkait Angeline. Dari hasil pemeriksaan awal tersebut,
polisi menetapkan Agus Tay Hamba May sebagai tersangka pembunuh Engeline yang
mengakui telah membunuh dan memperkosa Engeline pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar
pukul 13.00 WITA, tepat pada hari hilangnya anak tersebut, dan kemudian menguburkan
jasadnya di belakang rumah majikannya itu pada pukul 20.00 WITA.

Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali menetapkan ibu angkat
Angeline, Margriet Megawe, sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelantaran anak dan
menempatkannya di tahanan Mapolda Bali.

Pada tanggal 28 Juni 2015, Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
pembunuhan berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus, bukti-bukti kedokteran
forensik RS Sanglah, dan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh tim forensik
Polresta Denpasar, Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) Polda
Bali, dengan bantuan Inafis Mabes Polri. Dari bukti-bukti tersebut Margriet diduga
menjadi otak pembunuhan, dan Agus hanya membantu menguburkan jasad Engeline.
Namun tim pengacara tersangka Margriet mempermasalahkan penetapan tersangka
Margriet terkait kasus pembunuhan Engeline dan mendaftarkan gugatan praperadilan di
Pengadilan Negeri Denpasar pada tanggal 2 Juli 2015.

Pada tanggal 6 Juli 2015, Polresta Denpasar menggelar rekonstruksi pembunuhan


Engeline di Tempat Kejadian Perkara di Jalan Sedap Malam 26 Denpasar dihadiri dua
tersangka.

Tanggal 29 Juli 2015, praperadilan yang diajukan Margriet ditolak oleh


Pengadilan Negeri Denpasar. Hakim tunggal Achmad Peten Sili menilai bahwa pihak
pemohon, Margriet, melalui kuasa hukumnya, Hotma Sitompoel & Associates, tidak bisa
membuktikan dalil-dalil permohonannya bahwa termohon (Polda Bali) dalam
menetapkan tersangka (Margriet) tidak didasari adanya alat bukti yang sah adalah
argumentasi yang tidak beralasan.

Pada tanggal 7 September 2015, berkas perkara tentang pembunuhan Engeline


dinyatakan sudah lengkap (P21) dan diserahkan ke Kejaksaan Negeri Denpasar bersama
dengan dua tersangkanya untuk segera dilimpahkan ke pengadilan. Dalam berkas
tersebut, tertera sejumlah pasal yang disangkakan kepada Margriet yaitu pasal
pembunuhan berencana, pembunuhan, penganiayaan mengakibatkan korban meninggal,
dan penelantaran anak.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Dapat kita ketahui bahwa penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik


untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang di atur dalam
Undang-undang.
Tujuan penyidikan adalah untuk menunjuk siapa yang telah melakukan kejahatan
dan memberikan pembuktian-pembuktian mengenai masalah yang telah dilakukannya.
Untuk mencapai maksud tersebut maka penyidik akan menghimpun keterangan dengan
fakta atau peristiwa-peristiwa tertentu. Hal – hal yang berkaitan dengan penyelidikan dan
penyidikan sudah sangat jelas diatur dalam pasal 1 butir 1- 5 KUHAP dan pasal 4- pasal
12 KUHAP.
Penyidikan merupakan tindakan yang harus segera dilakukan oleh penyidik jika
terjadi suatu tindak pidana guna menemukan tersangka dan membuat terang suatu tindak
pidana. Dalam mengungkap suatu tindak pidana dijelaskan bahwa penyidikan terhadap
tindak pidana
penganiayaan yang mengakibatkan kematian ini dilakukan dengan serangkaian
tindakan pertama yaitu dengan menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP) lalu mencatat
saksi-saksi serta memintai keterangannya. Setelah dilakukan pengolahan TKP dan
ditemukan bukti-bukti serta keterangan saksi dinyatakan cukup dan mengarah kepada
tersangka tindak pidana, penyidik melakukan pelaksanaan penyidikan dengan cara upaya
paksa untuk menangkap tersangka tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan
kematian.

B. Saran
1) Berdasarkan hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh penyidik sangat menentukan
terungkap atau tidaknya suatu tindak pidana. Oleh karena itu diharapkan kepada
penyidik agar dapat mempelajari dan memahami unsur-unsur yang ada di dalam
KUHP mengenai tindak pidana penganiayaan dan tindak pidana pembunuhan.
2) Diharapkan kepada masyarakat ikut berperan serta dalam mengungkap kasus agar
menjadi terang dengan membantu pihak kepolisian dalam menangani kasus tindak pidana.

DAFTAR PUSTAKA

PEMAPARAN: Himpunan bujuklak,bujuklap,bujukmin. Proses penyidikan


tindak pidana. Jakarta, 1990 hlm 17
Himpunan bujuklak,bujuklap,bujukmin, Op, Cit. Hlm 24
4
M. Husein harun. Op,Cit hlm 103
5
Marpaung,leden. Proses penegakan perkara pidana, sinar grafika, jakarta,
1992 hlm 43
KASUS: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Engeline

Anda mungkin juga menyukai