Anda di halaman 1dari 16

PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemahiran Hukum
Litigasi dan Non Litigasi
Yang diampu oleh Bapak Mohammad Hasib, S.H.I., M.H.

Oleh :
ELVIN INDAH. F 126102202240
ELSA LAILATUL. F 126102202245
SYAHRUM ROSINDHA. W 126102203275

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor UIN SATU Tulungagung.
2. Dr. H. Nur Effendi, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum UIN SATU Tulungagung.
3. Dr. Rohmawati, M.A., selaku Koorprodi Hukum Keluarga Islam.
4. Mohammad Hasib, S.H.I., M.H., selaku selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Kemahiran Hukum Litigasi dan Non Litigasi
5. Dan semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah
ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari bapak
Mohammad Hasib, S.H.I., M.H., pada mata kuliah Kemahiran Hukum Litigasi
dan Non Litigasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang proses penanganan suatu perkara tahap penyelidikan dan
penyidikan.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami meminta maaf jika ada
kesalahan kata yang kurang tepat. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki, karena masih banyak
kekurangan di dalamnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tulungagung, 26 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
A. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan ..............................................4
B. Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan...............................................5
C. Tujuan Penyelidikan dan Penyidikan ....................................................7
D. Tahapan Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan.............................8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................10
B. Saran ....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara hukum memiliki beberapa macam hukum
untuk mengatur perilaku masyarakat, diantaranya adalah hukum pidana
dan hukum acara pidana.1 Dua hal tersebut memiliki hubungan karena
pada hakekatnya hukum acara pidana termasuk dalam pengertian hukum
pidana. Hukum pidana tertuju pada aturan tentang suatu tindak kejahatan
pidana yang diatur oleh Undang-Undang, sedangkan hukum acara pidana
tertuju pada prosedur mengenai tata cara untuk menindaklanjuti suatu
tindak pidana sehingga bisa dijatuhkan hukuman.2 Sebagai perwujudan
bahwa Indonesia merupakan negara hukum, dibuatlah salah satu peraturan
perundang-undangan yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yang mengatur tata cara beracara dalam hukum pidana.
Tujuannya untuk mencari dan mendapatkan kebenaran yang selengkap-
lengkapnya dari suatu perkara tindak pidana.
Dalam menjalankan proses penyelesaian suatu perkara tentunya
memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan pertama dimulai
dengan proses penyelidikan yang disusul dengan proses penyidikan. Dua
komponen tersebut memiliki hubungan satu sama lain karena penyelidikan
merupakan proses mencari ada atau tidaknya suatu tindak pidana dalam
suatu peristiwa yang kemudian akan dilakukan penyidikan yakni mencari
dan mengumpulkan bukti dari suatu peristiwa tindak pidana. Meskipun
saling berkaitan, akan tetapi penyelidikan dan penyidikan merupakan dua
hal yang berbeda. Dalam Pasal KUHAP juga sudah dijelaskan perbedaan
di antara dua komponen tersebut.
Penyelidikan dilakukan oleh setiap pejabat kepolisian Negara
Indonesia, hak tersebut sudah dijelaskan di dalam Pasal 4 KUHAP.3 Jadi

1
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta :Liberty, 2007),
hlm. 160.
2
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 9.
3
Pasal 4 KUHAP.

1
yang bisa menjadi penyelidik hanya anggota kepolisian saja. Hal tersebut
berbeda dengan penyidik, tidak hanya anggota kepolisian saja melainkan
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang bisa menjadi penyidik, dimana sudah dijelaskan di dalam Pasal 6
KUHAP. 4
Adapun tugas dan wewenang dari seorang penyelidik dijelaskan di
dalam Pasal 5 ayat 1 huruf (a) dan (b) KUHAP yang isinya:5
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana;
2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penahanan;
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4. Membawa dan menghadapkan seorang pada
Sedangkan tugas dan wewenang penyidik diatur di dalam Pasal 7 ayat 1
KUHAP, yang isinya:6
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewajibannya mempunyai wewenang:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka;
4
Pasal 6 KUHAP.
5
Pasal 5 ayat 1 KUHAP.
6
Pasal 7 ayat KUHAP.

2
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan penghentian penyidikan;
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Jadi pada intinya tugas dan wewenang dari penyelidik dan penyidik
berbeda, akan tetapi saling berhubungan satu sama lain. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk menggali lebih dalam lagi mengenai penyelidikan dan
penyidikan diantaranya; pengertian, perbedaan, tujuan, serta tahapan
proses penyelidikan dan penyidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyelidikan dan penyidikan?
2. Bagaimana perbedaan penyelidikan dan penyidikan?
3. Apakah tujuan adanya penyelidikan dan penyidikan?
4. Bagaimana tahapan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari penyelidikan dan penyidikan.
2. Untuk menganalisis perbedaan penyelidikan dan penyidikan.
3. Untuk menjelaskan tujuan adanya penyelidikan dan penyidikan.
4. Untuk menganalisis tahapan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan
1. Penyelidikan
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 1
butir 5 dijelaskan bahwa penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini.7 Adapun pengertian lain penyelidikan adalah serangkaian tindakan
untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai
tindak pidana untuk menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur di dalam undang-undang.8
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyelidikan
merupakan cara atau tindakan pertama yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum sebelum proses penyidikan. Aparat harus berhati-hati
dalam melakukan penyelidikan karena dapat berpengaruh pada proses
lebih lanjut diantaranya: penyidikan, penagkapan, dam penahanan.
Penyelidikan dilakukan oleh seorang penyelidik, yaitu pejabat
polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang ini untuk
melakukan penyelidikan.9 Hal tersebut sudah dijelaskan di dalam
Pasal 1 butir 4 KUHAP.
2. Penyidikan
Pengertian penyidikan diatur di dalam Pasal 1 ayat 2 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berbunyi penyidikan adalah
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

7
Pasal 1 butir 5 KUHAP.
8
M. Husein Harun, Penyidik dan Penuntut dalam Proses Pidana, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991), hal. 56.
9
Pasal 1 butir 4 KUHAP.

4
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya.10
Penyidikan merupakan istilah yang dimaksudkan sejajar dengan
pengertian opsporing (Belanda) dan investigation (Inggris). Penyidik
(opsporing) adalah pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang
untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan
apapun mendengar kabar bahwa terjadi suatu pelanggaran hukum.11
Pada proses penyidikan dilakukan oleh seorang penyidik, dimana
aparat penyidik disini sedikit berbeda dengan aparat penyelidik. Sesuai
dengan Pasal 1 butir 1 KUHAP, penyidik adalah pejabat polisi negara
Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.12
B. Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan
Perbedaan penyelidikan dan penyidikan dapat dilihat di dalam Pasal
KUHAP, diantaranya:13
Penyelidikan Penyidikan
Mencari dan menemukan peristiwa Mencari dan mengumpulkan
yang diduga sebagai tindak pidana bukti untuk menemukan titik
untuk menentukan dapat atau terang pada kasus tindak pidana
tidaknya dilakukan penyidikan. yang terjadi serta menemukan
tersangka.
Pihak yang berwenang menangani Pihak yang berwenang
proses penyelidikan adalah pejabat menangani proses penyidikan
polisi negara Republik Indonesia. adalah :
- pejabat polisi negara Republik
Indonesia
- pegawai negeri sipil tertentu

10
Pasal 1 butir 2 KUHAP.
11
Rudy Cahya Kurniawan, Pengaturan Kewenangan KPK dan Polri dalam Penyidikan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama, 2021), hal. 50.
12
Pasal 1 butir 1 KUHAP.
13
Pasal 1 butir 5 KUHAP, Pasal 1 butir 2 KUHAP, Pasal 4 KUHAP, Pasal 6 ayat (1)
KUHAP, Pasal 5 ayat (1) KUHAP, Pasal 7 ayat (1) KUHAP, Pasal 7 ayat (2) KUHAP.

5
yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang.
Wewenang aparat yang bertugas: Wewenang aparat kepolisian:
1. Menerima laporan atau 1. Menerima laporan atau
pengaduan dari seorang pengaduan dari seorang
tentang adanya tindak tentang adanya tindak
pidana; pidana;
2. Mencari keterangan dan 2. Melakukan tindakan
barang bukti; pertama pada saat di
3. Menyuruh berhenti seorang tempat kejadian;
yang dicurigai dan 3. Menyuruh berhenti
menanyakan serta seorang tersangka dan
memeriksa tanda pengenal memeriksa tanda
diri; pengenal diri tersangka;
4. Mengadakan tindakan lain 4. Melakukan penangkapan,
menurut hukum yang penahanan,
bertanggung jawab. penggeledahan dan
Atas perintah penyidik, penyelidik penyitaan;
dapat melakukan: 5. Melakukan pemeriksaan
1. Penangkapan, larangan dan penyitaan surat;
meninggalkan tempat, 6. Mengambil sidik jari dan
penggeledahan, dan memotret seorang;
penahanan; 7. Memanggil orang untuk
2. Pemeriksaan dan penyitaan didengar dan diperiksa
surat; sebagai tersangka atau
3. Mengambil sidik jari dan saksi;
memotret seorang; 8. Mendatangkan orang ahli
4. Membawa dan yang diperlukan dalam
menghadapkan seorang hubungannya dengan
pada penyidik. pemeriksaan perkara;
9. Mengadakan penghentian

6
penyidikan;
10. Mengadakan tindakan
lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
Wewenang aparat penyidik
pegawai negeri sipil tertentu
memiliki wewenang sesuai
dengan undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-
masing dan dalam pelaksanan
tugasnya berada di bawah
koordinasi dan pengawasan
penyidik kepolisian.

Penyelidikan merupakan tahap pertama dalam tujuh tahap hukum


acara pidana yang berarti mencari kebenaran14, sedangkan penyidikan
merupakan tahap penyelesaian perkara pidana setelah penyelidikan yang
merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya tindak pidana
dalam suatu peristiwa.15
Penekanan tahap penyelidikan terdapat pada tindakan mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindak
pidana. Sedangkan penyidikan terdapat pada tindakan mencari serta
mengumpulkan bukti.16
C. Tujuan Penyelidikan dan Penyidikan
Merujuk pada Pasal 1 butir 5 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana atau KUHAP, penyelidikan bertujuan untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya peristiwa tersebut dilakukan penyidikan.

14
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 119.
15
Rudy Cahya Kurniawan, Loc.cit, hal. 52.
16
Ibid.

7
Tujuan utama dari penyelidikan adalah untuk mengumpulkan keterangan-
keterangan atau data-data yang dapat dipergunakan untuk :17
1. Menentukan apakah suatu peristiwa yang terjadi merupakan suatu
tindak pidana khusus atau bukan;
2. Siapa yang dapat dipertanggung jawabkan (secara pidana) terhadap
tindak pidana tersebut;
3. Persiapan pelaksanaan tahap penindakan. Penyelidikan dapat
dilakukan secara terbuka dan tertutup dimana penyelidikan dengan
cara terbuka dilakukan apabila keterangan-keterangan/data-data yang
dibubuhkan agak mudah memperolehnya dan apabila dianggap cara
tersebut tidak akan mengganggu/menghambat proses penyelidikan
selanjutnya.
Adapn tujuan penyidikan untuk menunjuk siapa saja yang telah
melakukan kejahatan dan memberikan pembuktian mengenai perkara yang
dilakukannya. Sehingga penyidik akan mengumpulkan keterangan dengan
fakta atau peristiwa tertentu.18
D. Tahapan Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan
Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan dimulai setelah diketahui
telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan, pengaduan, dan
informasi dari masyarakat. Setelah laporan diterima, aparat kepolisian
mengunjungi TKP (Tempat Kejadian Perkara) untuk mencari keterangan
dan bukti guna menentukan peristiwa tersebut termasuk ke dalam perkara
pidana atau bukan, melengkapi keterangan dan bukti agar lebih jelas
sebelum dilakukannya tahap selanjutnya serta sebagai proses pelaksanaan
penindakan dan pemeriksaan.19

17
I Nyoman Agus Rana, Proses Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pungutan Liar,
dalam jurnal ilmiah, 2019, hal. V.
18
M. Husein Harun, Penyidik dan Penuntut dalam Proses Pidana, ((Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1991), hal. 58.
19
Masrizal Afrialdo, Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Pidana oleh
Kepolisian terhadap Laporan Masyarakat di Polisi Sektor Lima Puluh, dalam jurnal JOM
Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016.

8
Apabila penyelidik telah menemukan bukti bahwa suatu perkara
termasuk tindak pidana, maka penyidik sesuai dengan kewajibannya
memiliki wewenang untuk melakukan penyidikan dengan cara yang telah
dijelaskan di dalam KUHAP. Untuk memulai pemyidikan harus
dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan untuk melakukan tindakan-
tindakan hukum terdahadap seseorang. Tindakan dalam penyidikan yang
dilakukan antara lain:20
1. Penangkapan, dilakukan berdasarkan bukti permulaan yang cukup.
Kemudian setelah itu dilakukanlah tahap pemeriksaan untuk
mengetahui perlu dilakukannya penahanan atau tidak terhadap
tersangka.
2. Penahanan, dilakukan penahanan apabila tersangka diduga keras
melakukan tindak pidana yang dapat dikenakan penahanan atas bukti
permulaan yang cukup.
3. Pemeriksaan, dilakukan untuk mendapatkan keterangan tersangka atau
saksi dan barang bukti serta unsur tindak pidana yang telah terjadi.
4. Penggeledahan, yang berwenang mengeluarkan surat perintah
penggeledahan adalah kepala kesatuan atau pejabat yang ditunjuk
sebagai penyidik atau penyidik pembantu. Objek penggeledahan adalah
rumah dan tempat tertutup, pakaian dan badan.
5. Penyitaan, dilakukan dengan surat perintah penyitaan setelah mendapat
izin dan izin khusus dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. Benda
yang dapat disita antara lain:
a. Benda atau tagihan tersangka yang diduga diperoleh dari hasil tindak
pidana;
b. Benda yang digunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana;
c. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyidikan.

20
Anonimous, KUHAP dan KUHP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013. Hal. 243.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana untuk
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur di dalam undang-undang. Penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya
2. Pada intinya perbedaan penyelidikan dan penyidikan sudah terdapat di
dalam Pasal KUHAP. Penyelidikan merupakan tahap pertama dalam
tujuh tahap hukum acara pidana yang berarti mencari kebenaran,
sedangkan penyidikan merupakan tahap penyelesaian perkara pidana
setelah penyelidikan.
3. Penyelidikan bertujuan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya peristiwa tersebut dilakukan penyidikan. Sedangkan tujuan
penyidikan untuk menunjuk siapa saja yang telah melakukan kejahatan
dan memberikan pembuktian mengenai perkara yang dilakukannya.
4. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan dimulai setelah diketahui
telah terjadi suatu tindak pidana berdasarkan laporan, pengaduan, dan
informasi dari masyarakat. Setelah laporan diterima, aparat kepolisian
mengunjungi TKP (Tempat Kejadian Perkara) untuk mencari
keterangan dan bukti guna menentukan peristiwa tersebut termasuk ke
dalam perkara pidana atau bukan. Apabila penyelidik telah
menemukan bukti bahwa suatu perkara termasuk tindak pidana, maka
penyidik sesuai dengan kewajibannya memiliki wewenang untuk
melakukan penyidikan dengan cara yang telah dijelaskan di dalam
KUHAP.

10
B. Saran
Diharapkan semua mampu menggali berbagai referensi terkait
tahap penyelidikan dan penyidikan secara menyeluruh, seperti kelebihan
dan kekurangan proses penyelidikan dan penyidikan di Indonesia, serta
bagaimana cara aparat penegak hukum bisa lebih tegas dalam melakukan
tahap tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Afrialdo, Masrizal Afrialdo. 2016. Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan


Perkara Pidana oleh Kepolisian terhadap Laporan Masyarakat di Polisi
Sektor Lima Puluh, dalam jurnal JOM Fakultas Hukum Volume III
Nomor 2.
Anonimous. 2013. KUHAP dan KUHP. Jakarta: Sinar Grafika.
Effendi, Erdianto. 2011. Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Hamzah, Andi. 2009. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Harun, M. Husein. 1991. Penyidik dan Penuntut dalam Proses Pidana. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Kurniawan, Rudy Cahya. 2021. Pengaturan Kewenangan KPK dan Polri dalam
Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish CV Budi Utama.
Mertokusumo , Sudikno. 2007. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Liberty.
Pasal 1 butir 1 KUHAP.
Pasal 1 butir 2 KUHAP.
Pasal 1 butir 4 KUHAP.
Pasal 1 butir 5 KUHAP.
Pasal 4 KUHAP.
Pasal 5 ayat (1) KUHAP.
Pasal 6 ayat (1) KUHAP.
Pasal 6 KUHAP.
Pasal 7 ayat (1) KUHAP.
Pasal 7 ayat (2) KUHAP.
Rana, I Nyoman Agus Rana. 2019. Proses Pelaksanaan Penyidikan Tindak
Pidana Pungutan Liar, dalam jurnal ilmiah.

12
13

Anda mungkin juga menyukai