Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia dengan judul “Hukum Acara Pidana”. Dan agar kita bisa
Saya sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, seperti pepatah
mengatakan “Tiada Gading yang tak Retak”. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna perbaikan penulisan
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………1
BAB I………………………………………………………………………………………..3
PENDAHULUAN………………………………………………………………………..…3
Latar Belakang…………………………………..…………………………………………3
Rumusan Masalah………………………..……………………………………………….3
Tujuan ………….……………………………………………………..…………………….4
BAB II………………………………………………………………………………………..5
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….5
BAB III………………………………………………………………………………………..37
PENUTUP…………………………………………………………………………………..37
Kesimpulan…………..……………………………………………………………………..37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..39
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang demokratis,
berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan semata-
mata. Didalam KUHAP disamping mengatur ketentuan tentang cara proses pidana juga
mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang yang terlibat proses pidana. Proses
pidana yang dimaksud adalah tahap pemeriksaan tersangka (interogasi) pada tingkat
penyidikan.
Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang tahap-tahap pemeriksaan dalam
hukum acara pidana untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pemakalah
Rumusan Masalah
3
Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengertian hukum acara pidana tersebut, maka secara sederhana dapat
dikatakan bahwa hukum acara pidana keseluruhan ketentuan yang terkait dengan
yang meliputi proses pelaporan dan pengaduan hungga penyelidikan dan penyidikan
pengadilan dan pelaksanaan suatu putusan pidana terhadap suatu kasus pidana.
Menurut pandangan beberapa ahli hukum mengenai hukum acara pidana yaitu :
Menurut Simon
Hukum acara pidana adalah upaya bagaimana Negara dan alat-alat perlengkapannya
Hukum acara pidana adalah norma hukum bewujud wewenang yang diberikan kepada
negara untuk bertindak adil apabila ada prasangka bahwasanya hukum pidana
dilanggar.
5
J. De Bosch Kemper
yang mengartur Negara untuk bertindak bila terjadi pelanggaran hukum pidana.
Pengertian Penyelidikan
Secara umum penyelidikan atau dengan kata lain sering disebut penelitian adala
langkah awal atau upaya awal untuk mengidentifikasi benar dan tidaknya suatu
peristiwa pidana itu terjadi. Dalam perkara pidana, penyelidikan atau penelitian itu adala
terjadi atau tidak terjadi. Adapun definisi dari Penyelidikan adalah ada didalam
serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiw yang
diduga sebagai tindak pidana guna menemukan dapat atau tidaknya dilakukan
6
Jenis-Jenis Tindakan dalam Penyelidikan
Untuk mengetahui pada tahap awal, apakah peristiwa itu merupakan peristiwa pidana
atau bukan merupakan peristiwa pidana arus terlebih dahulu dilakukan tindakan hukum
yang berupa penyelidikan. Penyelidikan dapat dilakukan antara lain dapat berupa
keterangan apa saja yang diucapkan atau disampaikan oleh masyarakat tentang
peristiwa yang sedang terjadi dan melakukan pengecekan secara langsung terhadap
obyek yang diduga ada hubungannya dengan peristiwa yang sedang terjadi. Dalam
pidana atau bukan peristiwa pidana, antara lain dengan cara sebagai berikut:
Untuk menentukan siapa pelapor atau pengadu dalam perkara pidana biasanya relatif
tidak mengalami kesulitan, karena pelapor atau pengadu akan dating ke kantor polisi
pidana. Pengaduan yang sudah dilakukan merupakan penyebab hukum sudah mulai
dapat dioperasionalkan
dari berbagai pihak yang dianggap mengerti karena melihat, mendengarkan dan
mengerti secara langsung peristiwa itu. Apabila sudah terkumpul cukup keterangan
sebagai alat bukti yang diduga kuat terkait dengan peristiwa hukum itu, kemudian
7
dilakukan upaya mencari landasan ukum yang berupa peraturan perundang-undangan
tentang kepidanaan. Apabila peristiwa itu sama dengan kehendak dari peristiwa yang
diatur dalam ketentuan pidana, maka proses selanjutnya adalah melakukan tindakan
hukum berupa penyidikan. Penyidikan harus dilakukan secara teliti, cermat dan akurat
serta penyidik harus mampu mengungkap secara sempurna peristiwa yang diduga
Tindak selanjutnya dalam penyelidikan yakni menentukan di mana perkara itu terjadi
(locus delicty). Apabila peristiwa yang terjadi seperti kejahatan terhadap jiwa, maka
misalnya penipuan, maka agak sedikit perlu kehati-hatian terutama apabila peristiwa
tersebut sudah lama terjadi dan baru dilaporkan, pelapor juga ragu-ragu di mana
peristiwa itu terjadi, peristiwa ini yang perlu betul-betul didalami, sehingga didapati
Ukuran kapan peristiwa itu terjadi adalah bahwa peristiwa hukum itu waktu kejadiannya
adalah haruslah masuk akal dan mudah dipahami oleh siapa pun. Unsur ini sangatlah
penting dalam proses penegakan hukum, karena peristiwa hukum tanpa diketahui
kapan waktu peristiwa itu secara jelas, akan sulit untuk dilaksanakan proses penegakan
hukumnya.
8
Menentukan Siapa Pelaku dan Korban atau Pihak yang Dirugikan
Dalam perkara tertentu seperti kasus penipuan, penggelapan dan pencemaran nama
baik, menentukan pelaku tidak banyak mengalami kesulitan karena biasanya antara
pelaku dan korban sudah saling kenal. Namun dalam perkara lain, misalnya pencurian
rata-rata korban tidak mengenali pelakunya. Selain itu, dalam perkara perkosaan,
korban tidak mau mengungkapkan perkara ini karena takut aibnya akan tersebar,
kondisi ini yang mempersulit proses penegakan hukum. Adapun dalam peristiwa yang
lain, misalnya dalam peristiwa yang diatur dalam undang-undang psikotropika, untuk
terhadap peristiwa yang sesungguhnya terjadi, tidak ada jaminan yang hanya
mendasari kepada didapatnya barang bukti itu menyebabkan yang kedapatan adalah
tersangkanya. Hal ini perlu disikapi secara hati-hati karena banyak permainan dalam
perkara ini dilakukan secara tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, hukum harus
diperankan secara baik, agar tidak salah dalam menerapkan stigma negative terhadap
Tugas selanjutnya dalam penyelidikan yakni cari tahu bagaimana peristiwa tersebut
terjadi, artinya dengan cara bagaimana pelaku kejahatan itu melakukan aksinya. Tujuan
dari mengumpulkan bahan keterangan ini adalah dalam rangka mencari persesuaian
antara perbuatan melawan aturan hukum dengan aturan hukum yang ada. Apabila ada
9
kesesuaian dalam perkara ini secara benar, maka hukum harus mulai ditegakkan
Dalam pasal 1 angka 4 KUHAP, berbunyi “penyelidik adalah pejabat polisi Negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan
diatur dalam KUHP, sedangkan untuk ketentuan lain misalnya dalam kasus korupsi
Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentng adanya tindak pidana
10
Kewenangan menerima laporan dan pengaduan informasi awal adanya tindak pidana
biasanya berasal dari msyarakat, sehingga dengan dasar inilah penyelidik mengambil
tindakan berikutnya sesuai kewenangannya. Jika ada laporan atau pengaduan maka
penyelidik wajib untuk menerimanya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menyampaikan laporan dan pengaduan yang harus dipenuhi yaitu: jika laporan
pengaduan dilakukan secara tertulis maka harus ditandatangani oleh pelapor dan
pengadu; jika laporan dan pengaduan diajukan secara lisan harus dicatat oleh
penyelidik dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyelidik; jika pengadu
dan pelapor tidak dapat menulis, hal itu harus dicatat dalam laporan atau pengaduan
(pasal 103).
Adapun yang membedakan antara laporan dan pengaduan adalah: Laporan dapat
hanya dapat diajukan oleh orang tertentu saja buka kewajibanny tapi merupakan hak.
Dari segi obyeknya, laporan obyeknya adalah setiap delik/tindak pidana yang terjadi
tidak ada pengecualiannya, jadi hal ini berkenaan dengan delik biasa. sementara
pengaduan, obyeknya terbatas pada delik-delik aduan saja. Dari segi isinya, laporan
Dari segi Pencabutan, Laporan tidak dapat dicabut kembali sementara pengaduan
11
Mencari keterangan dan barang bukti
Wewenang Mencari Keterangan dan barang bukti mencari keterangan dan barang bukti
ini adalah dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan berupa fakta sebagai landasan
hukum guna memulai proses penyidikan. Dalam mencari dan memperoleh barang bukti
penyelidikan dan tidak terkesan yang penting untuk mengejar target penyelidikan saja.
Adapun yang dimaksud barang bukti adalah barang yang digunakan untuk melakukan
atau yang berkaitan dengan tindak pidana. Sedangkan alat bukti disebutkan dalam
pasal 184 KUHAP yaitu: Keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan
terdakwa
Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri
Kewenangan ini penting dimiliki oleh penyelidik , karena berkaitan dengan adanya
dalam hal orang yang dicurigai tidak mengindahkan peringatan penyelidik maka
penyelidik pun tidak dapat melakukan upaya paksa yang dibenarkan undang-undang.
karena kalau akan melakukan penangkapan harus ada syarat-syarat tertentu yang
12
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.
Kewenangan ini dalah kewenangan yang kabur dan tidak jelas dalam pasal 5 ayat 1
huruf a angka 4 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tindakan lain adalah
mengharuskan dilakukanny tindakan jabatan, tindakan itu harus patut dan masuk akal
surat; mengambil sidik jari dan memotret seseorang; membawa dan menghadapkan
Penyelidikan atau penyidikan merupakan tidakan pertama-tama yang dapat dan harus
dilakukan oleh penyelidik atau penyidik jika terjadi atau timbul persangkaan telah terjadi
tindak pidana. Apabila ada persangkaan telah dilakukan tindak kejahatan atau
pelanggaran maka harus diusakan apakah hal tersebut sesuai dengan kenyataan,
13
Persangkaan atau pengetahuan telah terjadi tindak pidana ini dapat diperoleh dari
Tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan
segera sesudah beberapa saat tindakan pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya,atau apabila sesaat
kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu. (pasal 1 butir 19 KUHAP).
Sedangkan dalam hal tidak tertangkap, pengetahuan penyelidik atau penyidik tentang
a. Laporan
b. Pengaduan
14
Pengertian dan Tujuan Penuntutan
Penuntutan Pidana
pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di
penetapan adari penuntut umum tentang adanya alasan cukup untuk menuntut seorang
“Menuntut adalah penting dalamhukum acara karena dengan tindakan ini jaksa
kepada hakim.”
Azas Penuntutan
hukum pidana. Azas ini merupakan penjelmaan dari azas equality before the law.
pada penuntut umum untuk tidak melakukan penuntutan terhaap seseorang yang
15
melanggar peraturan hukum pidana dengan jalan mengesampingkan perkara yang
Mempelajari dan meneliti berkas perkara yang diajukan oleh penyidik, apakah telah
cukup kuat dan terdapat cukup bukti bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana.
Setelah diperoleh gambaran yang jelas dan pasti tentang adanya tindak pidana dari
terdakwa maka berdasarkan hal tersebut penuntut umum membuta surat dakwaan.
Kelengkapan berkas
pemisahan perkara
Kelengkapan berkas
Kelengkapan formal:
16
o Identitas tersangka
tindak pidana
o Kelengkapan material
Yaitu apabila suatu berkas perkara sudah memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke
pengadilan, yakni harus memenuhi alat bukti yang diatur dalam pasal 183 dan 184
KUHAP sehingga dari hal-hal tersebut di atas bisa disusun surat dakwaan seperti yang
Diatur dalam pasal 143 ayat (2) dan (3) KUHAP yang berbunyi:
(2) Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani
dan serta berisi: a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agam dan pekeraan tersangka; b. uraian secara cermat,
jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan (3) surat dakwaan yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum.
17
Bentuk-bentuk surat dakwaan
Kumulatif subsidair
Kumulatif alternative
Subsidair kumulatif
Melimpahkan perkara ke pengadilan diatur dalam pasal 143 ayat (2), 143 ayat (3)
KUHAP. Dalam penjelasan pasal 143 KUHAP yang dimaksud dengan surat
pelimpahan perkara adalah surat pelimpahan perkara itu sendiri lengkap beserta surat
18
Turunan perubahan surat dakwaan haruslah diberikan kepada tersangka atau
Penghentian penuntutan diatur dalam pasal 140 ayat (2) huruf b, c dan d KUHAP
Penuntut umum, pada dasarnya wajib melakukan penuntutan terhadap siapa pun yang
19
b. Apabila terdapat dasar-dasar yang menutup kemungkinan bagi penutup umum
penuntutan.
Yang dapat menentukan dilakukan penuntutan adau tidaknya adalah penuntut umum.
Dia akan menentukan penuntutan bergantung pada hasil penyidikan apakah sudah
lengkap atau belum untuk dilimpahkan kepengadilan negeri untuk diadili. Hal ini diatur
umum dilakukan bukan berdasarkan asas oportunitas yang hanya dapat dilakukan
aktifitas yang menghendaki pengecualian untuk tidak meneruskan suatu perkara pidan
Perbuatan-perbuatan tersebut, terdapat bentuk lain yang juga menghendaki pula tidak
20
yakni “Penundaan atau penangguhan penuntutan” atau juga dikenal dengan istilah
suspension of prosecution.
Jika menutup perkara atau menghentikan penuntutan lebih banyak didasarkan pada
Alasan yang mendasari munculnya gagasan ini adalah lebih banyak didasarkan pada
alasan kemanusiaan yang lebih pada perlindungan pelaku dan korban kejahatan.
Selain itu, sering pula dikaitkan dengan pertimbangan moral dan alasan-alasan praktis
4 Bentuk-Bentuk Penuntutan
Penuntutan suatu perkara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara ini bergantung
pada berat ringannya suatu perkara yang terjadi. Jika suatu perkara itu termasuk
perkara biasa yang ancaman pidananya diatas satu tahun, penuntutnya dilakukan
dengan cara biasa. Penuntutan dengan cara biasa ditandai dengan adanya berkas
perkara yang lengkap dan rumit, yang memuat berbagai berita acara yang telah
disusun oleh penyidik. Cirri utama dari penuntutan ini, yakni selalu di sertai dengan
surat dakwaan yang disusun secara cermat dan lengkap oleh jaksa penuntut umum dan
penuntut umum yang menyerahkan sendiri berkas perkara tersebut yang kehadirannya
21
Selain penututan dengan cara biasa tersebut, penuntutan dapat pula dilakukan dengan
cara singkat. Penuntutan ini dilakukan jika perkaranya diancam lebih ringan, yakni tidak
lebih dari satu tahun penjara. Berkas perkaranya biasanya tidak rumit. Sekalipun
demikian, jaksa penuntut umum tetap membuat dan mengajukan surat dakwaan yang
Jenis pentutan lainnya adalah penuntutan dengan cara cepat. Penuntutan jenis ini
terjadi pada perkara perkara ringan atau perkara lalu lintas yang ancaman pidananya
tidak lebih dari 3 bulan. Penuntutan perkara tidak dilakukan oleh jaksa penuntut umum,
tetapi di wakili oleh penyidik Pilri. Pada penuntutan ini tidak dibuat surat dakwaan,
tetapi hanya berupa catatan tentang kejahatan pelanggaran yang dilakukan. Catatan-
Selanjutnya pasal 141 KUHAP menentukan bahwa penuntut umum dapat melakukan
dakwaan jika pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa
berkas.
22
Penggabungan perkara ini dapat dilakukan asal memenuhi syarat-syarat sebagaimana
Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang sama dan kepentingan
Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut, tetapi antara yang satu dan
yang lainnya itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut
Dalam penjelasan mengenai ketentuan yang diatur dalam Pasal 141 huruf b KUHAP
diatas, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana yang dianggap
mempunyai sangkut-paut satu dengan yang lain adalah apabila tindak pidana tersebut
dilakukan:
Oleh lebih dari seorang yang bekerja sama dan dilalukan pada saat bersamaan.
Oleh lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda, tetapi merupakan
Oleh seorang atau lebih dengan meksud mendapatkan alat yang akan
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana lain atau menhindarkan diri dari
23
Berbeda dengan Pasal 141 yang memungkinkan pengubahan perkara Pasal 142 justru
dapat dilakukan dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang
memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa tersangga yang tidak
termasuk dalam ketentuan Pasal 141. Penuntut umum dalam hal ini melakukan
Berkas perkara seperti ini, misalnya, dalam perkara korupsi yang melibatkan orang
banyak penjabat, seperti bupati, wali kota, kepala jawatan bendaharawan, pengawas-
pengawas dan sebagainya. Dalam perkara korupsi ini, dapat saja terjadi beberapa
oleh orang yang berbeda pula. Jika berkas perkara korupsi ini jadi satu, penuntut
Yang diartikan mengadili adalah serangkain tindakan hakim untuk mnerima, memeriksa
dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak di
sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam ungdang-undang
24
hukum acara pidana, yaitu memeriksa dan dengan bukti-bukti yang cukup. Dalam tahap
Sebelum memulai kegiatan tersebut, guna pembelaannya dalam sidang itu terdakwa
dapat di bantu oleh seseorang penasihat hukum (pasal 114 KUHAP). Setelah
tetapi kata terakhir ada pada terdakwa dan pembelaannya. Setelah itu pengadilan
Pelepasan terdakwa dari segala tuntutan, jika ternyata bahwa kesalahan terdakwa
menurut hukum dan keyakinan cukup terbukti, akan tetapi ternyata bahwa apa yang
telah dilakukan oleh terdakwa itu bukan merupakan suatu tindak pidana , termasuk
disini juga dalam hal jika ada kekeliruan dalam surat tuduhan pun pelepasan dari
25
Suatu pemindanaan terdakwa jikalau baik kesalahan terdakwa pada perbuatan yang
telah ia lakukan, maupun perbuatan itu adalah suatu tindak pidana, menurut hukum dan
kita termasuk mahkamah agung. Demikian juga bahwa badan-badan kehakiman itu
pokoknya.
Pada Bab I tentang ketentuan umum pasal 1 angka 11 KUHAP di tentukan bahwa
pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas lepas dari segala
tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang di atur dalam undang-undang ini.
Jadi, dapat dikatakan bahwa putusan hakim merupakan akhir dari proses persidangan
26
Sebelum putusan hakim di ucapkan / di jatuhkan maka procedural yang harus di
– Sidang di nyatakan di buka dan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara
persidangan.
– Pembacaan surat dakwaan untuk acara biasa ( pid.B) atau catatan dakwaan
dakwaan / catatan dakwaan tersebut, apabila terdakwa ternyata tidak mengerti lalu
penuntut umum atas permintaan hakim ketua sidang wajib memberi penjelasan yang di
perlukan.
penuntut umum.
lanjutkan.
27
– Pemeriksaan alat bukti yang dapat berupa :
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Petunjuk, dan
Keterangan terdakwa
Putusan hakim ini hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila di ucapkan
disidang terbuka untuk umum ( pasal 195 KUHAP ) dan harus di tandatangani hakim
28
B. Sistematika formal putusan hakim menurut KUHAP
Terhadap sistematika formal dari putusan hakim secara limitatif diatur dalam ketentuan
pasal 197 dan pasal 199 KUHAP. Apabila di jabarkan lebih lanjut, ketentuan pasal 197
ayat (1) KUHAP[11] menyebutkan sistematika formal putusan hakim yang berisikan
Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta
alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan sidang yang menjadi dasar
terdakwa.
Hari dan tanggal diadakan musyawarah majlis hakim kecuali perkara yang di
29
Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam
Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau di bebaskan.
Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus
C. Bentuk putusan atas di ajukan keberatan oleh terdakwa atau penasihat hukum
Berdasarkan ketentuan pasal 156 ayat (1) KUHAP yang menentukan bahwa,” dalam
hal terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak
berwenag mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan
harus di batalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada penuntut umum untuk
menyelenggarakan agar segala sesuatu yang tercantum dalam surat keputusan hakim
itu dapat di laksanakan, misalnya apabila keputusan itu berisi pembebasan terdakwa,
agar supaya terdakwa segera di keluarkan dari tahanan apabila berisi penjatuhan
30
pidana denda, supaya uang denda itu dibayar dan apabila keputusan itu memuat
penjatuhan pidana penjara, agar supaya terpidana menjalani pidananya dalam rumah
Yang di maksud dengan upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk
tidak menerima putusan pengadilan. Adapun maksud dari upaya hukum itu sendiri pada
pokonya adalah:
Dengan adanya upaya hukum ini ada jaminan bagi terdakwa maupun masyarakat
bahwa peradilan baik menurut fakta dan hukum adalah benar dan sejauh mungkin
hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan
pengadilan yang dapat berupa perlawanan, banding, kasasi atau hak terpidana untuk
mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur
31
Adapun maksud dari upaya hukum menurut pandangan doktrina pada pokoknya agar :
yustitie)
Akan tetapi sesuai konteks dari upaya hukum tersebut disini penulis hanya
memfokuskan kepada upaya hukum terhadap putusan atas keberatan (eksepsi) dari
1. Perlawanan ( verzet )
Tata Cara Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
Pasal 215
Pengembalian benda sitaan dilakukan tanpa syarat kepada yang paling berhak, segera
setelah putusan dijatuhkan jika terpidana telah memenuhi isi amar putusan.
32
Penjelasan Pasal 215
Sesuai dengan makna yang terkandung dalam acara pemeriksaan cepat, segala
sesuatu berjalan dengan cepat dan tuntas, maka benda sitaan dikembalikan kepada
Pasal 270
dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan
kepadanya.
Pasal 271
Dalam hal pidana mati pelaksanaannya dilakukan tidak dimuka umum dan menurut
ketentuan undang-undang.
Pasal 272
Jika terpidana dipidana penjara atau kurungan dan kemudian dijatuhi pidana yang
sejenis sebelum ia menjalani pidana yang dijatuhkan terdahulu, maka pidana itu
33
Penjelasan Pasal 272
Ketentuan yang dimaksud dalam pasal ini ialah bahwa pidana yang dijatuhkan
Pasal 273
(1) Jika putusan pengadilan menjatuhkan pidana denda, kepada terpidana diberikan
jangka waktu satu bulan untuk membayar denda tersebut kecuali dalam putusan acara
(2) Dalam hal terdapat alasan kuat, jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1)
(3) Jika putusan pengadilan juga menetapkan bahwa barang bukti dirampas untuk
menguasakan benda tersebut kepada kantor lelang negara dan dalam waktu tiga bulan
untuk dijual lelang, yang hasilnya dimasukkan ke kas negara untuk dan atas nama
jaksa.
(4) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (3) dapat diperpanjang untuk paling
34
Penjelasan Pasal 273
Ayat (3)
Jangka waktu tiga bulan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memperhatikan hal yang
Ayat (4)
Perpanjangan waktu sebagaimana tersebut pada ayat ini tetap dijaga agar pelaksanaan
Pasal 274
dimaksud dalam pasal 99, maka pelaksanaannya dilakukan menurut tata cara putusan
perdata.
Pasal 275
Apabila lebih dari satu orang dipidana dalam satu perkara, maka biaya perkara dan
atau ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 274 dibebankan kepada
35
Karena terdakwa dalam hal yang dimaksud dalam pasal ini bersama-sama dijatuhi
pidana karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dalam satu perkara, maka wajar
bilamana biaya perkara dan atau ganti kerugian ditanggung bersama secara
berimbang.
Pasal 276
undang-undang.
Pasal 278
pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama dan panitera mencatatnya
36
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pengertian hukum acara pidana tersebut, maka secara sederhana dapat
dikatakan bahwa hukum acara pidana keseluruhan ketentuan yang terkait dengan
yang meliputi proses pelaporan dan pengaduan hungga penyelidikan dan penyidikan
pengadilan dan pelaksanaan suatu putusan pidana terhadap suatu kasus pidana.
Secara umum penyelidikan atau dengan kata lain sering disebut penelitian adalah
langkah awal atau upaya awal untuk mengidentifikasi benar dan tidaknya suatu
peristiwa pidana itu terjadi[16]. Dalam perkara pidana, penyelidikan atau penelitian itu
pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
37
undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di
penetapan adari penuntut umum tentang adanya alasan cukup untuk menuntut seorang
tindakan hakim untuk mnerima, memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan
asas bebas, jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam ungdang-undang hukum acara pidana, yaitu memeriksa dan dengan
bukti-bukti yang cukup. Dalam tahap ini tersangka yang di tuntut, diperiksa dan diadili
dinamakan terdakwa.
Pengertian dan jenis putusan hakim pada Bab I tentang ketentuan umum pasal 1 angka
ucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas
lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang di atur dalam
undang-undang ini. Jadi, dapat dikatakan bahwa putusan hakim merupakan akhir dari
38
DAFTAR PUSTAKA
Salam Faisal moh, 2001, Hukum Acara Pidana dalam teori dan praktek. Bandung :
CV.Mandar Maju
Hartono, 2010, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana. Jakarta : Sinar Grafika
Kansil, C.S.T. Prof, Drs, 2003, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Hamzah, Andi, 1984, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta :
Ghalia Indonesia
Hamzah, Andi, 1987, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia , Jakarta: Ghalia
Indonesia
Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Konremporer, Bandung: Citra Aditya
Bakti
Liberty
Mulyadi Lilik, 1996, hukum acara pidana, Bandung : P.T Citra aditya bakti
Prakoso Djoko, 1987, Upaya Hukum yang di atur di dalam KUHAP. cetakan pertama:
39