Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBACAAN TUNTUTAN SERTA PEMERIKSAAN


TERDAKWA DALAM AGENDA PERSIDANGAN SISTEM
PERADILAN PIDANA

KONSENTRASI 7/PIDANA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Peradilan Pidana
Dosen Pengampu :
Dr. Fajar Ari Sadewo, S.H., M.H.
Dinar Mahardika, S.H., M.H.
Nita Wahyu Cahyaning Ratri S.H., M.H.

Oleh :
Fatah Rafi Ardiansyah
5120600102

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Semesta Alam, kita memuji-Nya, memohon
pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada nya dari kejahatan
diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang sedang di baca ini. Demikian disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Peradilan Pidana.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bu Nita Wahyu Cahyaning
Ratri S.H., M.H selaku assisten dosen dari Dr. Fajar Ari Sadewo, S.H., M.H.yang
turut mengampu sebagai Dosen mata kuliah Sistem Peradilan Pidana Fakultas
Hukum Universitas Pancasakti Tegal karena telah memercayakan serta
mengamanatkan kepada saya penulisan ini, tidak lupa juga sampaikan terima
kasih kepada orang tua saya yang telah memberi motivasi untuk senantiasa giat
dan semangat menempuh sisa masa perkuliahan ini, juga kepada teman - teman
sekalian yang membantu memberi semangat dalam proses pengerjaan makalah
ini, saya ucapkan terima kasih sehingga saya mampu konsisten di dalam
penulisan. Saya berharap dalam penulisan ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberkahi-Nya serta bisa bermanfaat bagi pribadi penulis maupun bagi
pembaca.

Tegal, 09 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL..................................................................................................................I
KATA PENGANTAR.........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang.........................................................................................i
b. Tujuan Penulisan.....................................................................................ii
BAB II. PEMBAHASAN
a. Perkara Pertama ....................................................................................1
b. Perkara Kedua ........................................................................................5
BAB III. PENUTUP
a. Kesimpulan .............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum (PLKH) merupakan mata
kuliah wajib bagi mahasiswa semester 7 Fakultas Hukum Universitas
Pancasakti Tegal. Diantara agenda dari PLKH adalah mengikuti
persidangan kasus sebenarnya di pengadilan. Salah satu kasus yang pernah
saya ikuti agenda persidangan nya dan menjadi alasan penulisan makalah
ini adalah tindak pidana pencurian. Pencurian merupakan salah satu
tindakan kriminalitas yang banyak terjadi dalam masyarakat. Pencurian
sendiri tidak hanya dilakukan oleh orang yang merencanakan semuanya
dan berpikir akan mendapatkan keuntungan dari pencurian tersebut, tetapi
juga dapat dilakukan oleh pengidap penyakit kleptomania yang melakukan
pencurian semata-mata untuk memuaskan kepuasan pelaku.
Pencurian merupakan tindakan yang sangat disukai masyarakat karena
sering terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya
pencegahan dan pencegahan terhadap tindak pidana pencurian. Makalah
ini akan membahas tentang pengertian pencurian, jenis-jenis pencurian,
penyebab tindak pidana pencurian, serta penjatuhan sanksi pidana oleh
hakim dalam kasus-kasus tindak pidana pencurian. Selain itu, makalah ini
juga akan membahas tentang upaya-upaya pencegahan dan pencegahan
tindak pidana pencurian yang telah dilakukan oleh pihak kepolisian dan
pihak terkait lainnya.
Perlu adanya upaya pencegahan dan pencegahan terhadap tindak
pidana pencurian. Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan
bahasan tentang pemeriksaan tindak pidana pencurian dalam agenda
persidangan keterangan terdakwa. Makalah ini juga diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tindak pidana pencurian
dan proses pemeriksaan terdakwa dalam agenda peradilan keterangan
terdakwa.

1
2

B. Tujuan penulisan
Makalah bertujuan membahas tentang kekuatan pembuktian
keterangan saksi yang memiliki hubungan darah terhadap pencuri dan
hambatan dalam proses pemeriksaan. Selain itu, makalah ini juga akan
membahas tentang upaya-upaya pencegahan dan pencegahan tindak
pidana pencurian yang telah dilakukan oleh pihak kepolisian dan pihak
terkait lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

Sistem peradilan pidana (SPP) merupakan sistem dalam suatu masyarakat


untuk menanggulangi masalah kejahatan. Sistem ini meliputi beberapa lembaga
penegak hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga
pemasyarakatan. Mekanisme peradilan pidana dimulai dari penyidikan,
penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, dan pelaksanaan putusan hakim.
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa sub-sistem dalam sistem peradilan
pidana (penyidikan, penuntutan, dan pelaksanaan pidana) secara fungsional dan
kelembagaan belum menunjukkan adanya independensi karena secara struktural
berada di bawah kekuasaan eksekutif. Hal ini menyebabkan sistem peradilan
pidana tidak berjalan secara optimal dan bahkan menjadi alat penguasa. Oleh
karena itu, diperlukan rekonstruksi sistem peradilan pidana untuk mencapai
kemandirian dan kekuasaan kehakiman.
Pelaksanaan teknis dari SPP dilaksanakan oleh empat lembaga yang dengan
standar prosedur nya masing – masing untuk menjalankan kewenanganNya.
Dalam hal ini penulis membahas tentang perkara yang sudah sampai pada tahapan
pengadilan pada peradilan umum di Pengadilan Negeri Slawi. Perkara yang saya
ikuti adalah perkara tentang tindak pidana pencurian, dengan dua kasus dan
register yang berbeda. Kasus pertama terdaftar dengan nomor perkara :
88/Pid.B/2023 PN Slw dengan agenda persidangan yang saya ikuti pada waktu itu
adalah tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum. Perkara tindak pidana pencurian
selanjutnya terdaftar dengan nomor register : 96/Pid.B/2023 PN Slw dengan
agenda persidangan pemeriksaan terdakwa.
A. Perkara Pertama
Kasus pencurian dengan terdakwa tunggal bernama Andika Barata Putra
bin Imam Mawardi. Persidangan dihadiri oleh tiga majelis hakim, seorang jaksa
penuntut umum, terdakwa, panitera pengganti serta pengunjung. Agenda pada
kasus terdakwa atas nama Andika Barata Putra bin Imam Mawardi telah sampai
pada agenda pembacaan tuntutan oleh jaksa penuntut umum pada hari Rabu, 01
November 2023. Pembacaan tuntutan atau dikenal juga dengan requisitoir

3
4

merupakan agenda persidangan pidana ke enam dalam suatu sistem peradilan


pidana.1 Dalam agenda tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum Jaksa Penuntut Umum
(JPU) memiliki hak dan wewenang dalam agenda tuntutan pada sistem peradilan
pidana. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia, JPU mempunyai tugas dan wewenang dalam bidang pidana,
yaitu melakukan penuntutan dalam perkara pidana dan melaksanakan penetapan
hakim dan putusan pengadilan.
Penuntutan yang dilakukan oleh JPU harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam KUHAP, seperti memeriksa berkas perkara, memeriksa saksi,
dan memeriksa terdakwa. JPU juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan jika
diperlukan. Setelah memeriksa semua bukti dan saksi, JPU dapat menentukan
apakah berkas perkara memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke pengadilan.
Jika berkas perkara memenuhi persyaratan, JPU dapat menuntut terdakwa di
pengadilan[. Namun, hakim memiliki kewenangan untuk memutuskan perkara
diluar dakwaan JPU jika terdapat kekurangan dalam dakwaan atau bukti yang
diperoleh JPU. Oleh karena itu, JPU harus memastikan bahwa dakwaan dan bukti
yang disampaikan memenuhi persyaratan hukum agar dapat menuntut terdakwa
secara efektif di pengadilan.
Penasihat hukum terdakwa dapat memberikan sanggahan setelah tuntutan
dibacakan oleh jaksa penuntut umum di muka persidangan. Setelah tuntutan
dibacakan oleh JPU, terdakwa atau penasihat hukumnya dapat memberikan
pembelaan atau pledoi. Pledoi adalah jawaban dari terdakwa atau penasihat
hukumnya atas tuntutan yang telah dibacakan oleh JPU. Dalam pledoi, terdakwa
atau penasihat hukumnya dapat memberikan sanggahan atau bantahan terhadap
tuntutan yang telah dibacakan oleh JPU. Oleh karena itu, penasihat hukum
terdakwa memiliki hak untuk memberikan sanggahan setelah tuntutan dibacakan
oleh JPU di muka persidangan. Namun pada sidang dengan nomor perkara :
88/Pid.B/2023 PN Slw yang saya ikuti tidak terdapat adanya penasihat hukum

1
Kejari Depok, “Ini Dia Tahapan Persidangan Pidana di Pengadilan Negeri”, kejari-
depok.go.id, , 01 November, 2020, dikases pada 07 November 2023, Pukul 22.27 WIB
https://kejari-depok.go.id/post/2020/11/10/ini-dia-tahapan-persidangan-pidana-di-pengadilan-
negeri-
5

dari terdakwa. Kemudian pada agenda berikutnya dengan agenda persidangan


pleidoi, terdapat penundaan jadwal sidang ke pekan depan. Demikian karena
kegiatan Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum (PLKH) Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Pancasakti Tegal terbatas dalam waktu pelaksanaanNya, maka
kami tidak bisa mengikuti perjalanan kasus di agenda selanjutnya.

B. Perkara Kedua
Perkara pencurian dengan penyertaan, tindak pidana pencurian sendiri
ketika seseorang mengambil barang milik orang lain dengan maksud untuk
memiliki barang tersebut secara melawan hukum.diancam dengan pidana penjara
selama maksimal 5 tahun berdasrkan Pasal 362 KUHP. 2 Sedangkan untuk
penyertaan dalam kasus ini merupakan salah satu penyertaan yang diatur di dalam
Pasal 56 KUHP, bahwa hubungan antara kedua pelaku dibedakan, baik dari segi
peranannya dalam tindak pidana maupun pertanggungjawabannya. 3 Pelaku
bernama Sofyan Asori bin Daseh dan Muhammad Mubin bin Munaseh dengan
nomor perkara : 96/Pid.B/2023/PN Slw Persidangan dihadiri oleh tiga majelis hakim,
seorang jaksa penuntut umum, terdakwa, panitera pengganti, dua orang penasihat
hukum. serta pengunjung sidang.
Dalam sistem peradilan pidana, agenda pemeriksaan terdakwa dimulai
dengan sidang pengadilan. Sebelum sidang, majelis hakim mempelajari terlebih
dahulu berkas perkara. Pada saat sidang, terdakwa diperintahkan untuk hadir dan
majelis hakim memeriksa identitas terdakwa, ditahan sejak kapan, dan apakah
terdakwa sudah menerima surat dakwaan. Penuntut umum diperintahkan untuk
menguraikan tindak pidana yang didakwakan secara lisan, dan hal tersebut dicatat
dalam Berita Acara Sidang sebagai pengganti surat dakwaan. Jika terdakwa tidak
hadir, maka penuntut umum diperintahkan untuk menghadirkan terdakwa pada

2
PANRB, “Macam-Macam Pasal Pencurian Pada KUHP”, sippn.menpan.go.id, 09 Juni,
2023, diakses pada 07 November 2023, Pukul 23.45 WIB.
https://sippn.menpan.go.id/berita/65116/rumah-tahanan-negara-kelas-iib-pelaihari/macam-macam-
pasal-pencurian-pada-kuhp
3

Yuris Muda, “Penyertaan dalam Tindak Pidana (Deelneming)”, yurismuda.com, 07 Juli,


2022, diakses pada 07 November 2023, Pukul 00.52 WIB https://yurismuda.com/penyertaan-
dalam-tindak-pidana-deelneming/
6

sidang berikutnya secara paksa. Keberatan diperiksa dan diputus sesuai dengan
ketentuan KUHAP. Setelah sidang, majelis hakim membuat putusan dan
memberikan petikan putusan kepada terdakwa atau penasihat hukumnya dan
penuntut umum. Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan untuk memeriksa
terdakwa dan saksi-saksi terkait kasus yang sedang ditangani. Pasal yang
mengatur tentang pemeriksaan di sidang pengadilan adalah Pasal 154 KUHAP
Terdakwa dalam persidangan memiliki hak untuk memberikan keterangan
atau kesaksiannya di muka persidangan. Namun, terdakwa juga memiliki hak
untuk tidak memberikan keterangan atau kesaksiannya jika hal tersebut dapat
merugikan dirinya sendiri. Dasar hukumnya adalah Pasal 68 ayat (1) huruf (a)
KUHAP yang menyatakan bahwa terdakwa berhak untuk memberikan keterangan
atau tidak memberikan keterangan di muka persidangan. Selain itu, terdakwa juga
memiliki hak untuk didampingi oleh penasihat hukumnya saat memberikan
keterangan atau kesaksiannya di muka persidangan. Hal ini diatur dalam Pasal
149 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa terdakwa berhak untuk didampingi
oleh penasihat hukumnya dalam setiap pemeriksaan di muka persidangan. Oleh
karena itu, terdakwa memiliki hak untuk memberikan keterangan atau
kesaksiannya di muka persidangan dan didampingi oleh penasihat hukumnya saat
memberikan keterangan tersebut.
Pemeriksaan terdakwa Sofyan Asori bin Daseh dan Muhammad Mubin bin
Munaseh berlangsung cukup lama, karena keduanya diperiksa secara bersamaan
atas persetujuan majelis hakim dan jaksa penuntut pada agenda sidang waktu itu.
Terdakwa bernama Sofyan Asori bin Daseh berkelit dan berusaha memberikan
kesaksian palsu di muka persidangan, bahkan terdakwa Sofyan yang merupakan
teman akrab dari terdakwa Muhammad Mubin bin Munaseh, nampak telah
memberikan intervensi sebelumnya pada terdakwa Mubin. Majelis hakim
tentunya tidak mudah untuk ditipu begitu saja oleh seorang Sofyan yang mengaku
baru pertama kali melakukan pencurian dan tidak berniat untuk menjual barang
hasil curian meraka. Ketika terdakwa Muhammad Mubin bin Munaseh dimintai
keterangan oleh majelis hakim, terdakwa Mubin sebelumnya diminta majelis
hakim untuk jujur dan menerangkan modus operandi yang sebenanrnya. Karena
7

ingin mendapat keringanan hukuman, terdakwa Mubin pun memberikan


keterangan yang berbeda dari apa yang dipaparkan Sofyan, dan nampak
keyakinan majelis hakim lebih mengarah pada keterangan yang disampaikan oleh
terdakwa Mubin.
Majelis hakim menyampaikan apabila terdakwa Mubin ingin diringankan
sanksi hukumannya maka jangan memberikan keterangan palsu sebagaimana
yang diinginkan oleh terdakwa Sofyan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal
242 ayat (1) KUHP yang menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja
memberikan keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan,
secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Ancaman pidana bagi terdakwa
yang memberikan keterangan palsu di muka persidangan ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kecurangan dalam persidangan dan menjaga keabsahan
proses peradilan pidana. Oleh karena itu, terdakwa harus memberikan keterangan
yang benar dan jujur di muka persidangan agar proses peradilan pidana dapat
berjalan dengan adil dan objektif.
Terdakwa yang memberikan keterangan jujur di muka persidangan juga
dapat diberikan keringanan sanksi pidana. Hal ini diatur dalam Pasal 184 ayat (1)
huruf (c) KUHAP yang menyatakan bahwa hakim dapat memberikan keringanan
pidana kepada terdakwa yang memberikan keterangan yang jujur dan membantu
pengungkapan kejahatan. Keringanan pidana yang dapat diberikan antara lain
berupa pengurangan pidana penjara, pengurangan pidana denda, atau pengurangan
pidana pokok[1]. Dengan memberikan keterangan yang jujur, terdakwa dapat
membantu pengungkapan kejahatan dan mempercepat proses peradilan pidana.
Oleh karena itu, terdakwa yang memberikan keterangan jujur di muka
persidangan dapat diberikan keringanan sanksi pidana.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Teknis pelaksanaan agenda persidangan pidana di pengadilan harus
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam hukum acara pidana
(KUHAP). Selain itu, dalam pelaksanaannya, persidangan pidana harus
memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, objektivitas, dan transparansi
agar proses peradilan pidana dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan penegakan hukum. Oleh karena itu, teknis pelaksanaan persidangan
pidana di pengadilan harus selalu mengacu pada teori pada hukum acara
pidana dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam sistem peradilan
pidana. Kegiatan Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum (PLKH)
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal memberi
kesempatan bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi lebih banyak
penerapan ilmu serta menambah pengalaman kerja agar dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan keterampilan kerja yang cakap dan handal di
bidang hukum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Undang – Undang
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara
Pidana

Website
Depok, Kejari “Ini Dia Tahapan Persidangan Pidana di Pengadilan Negeri”, kejari-depok.go.id, ,
01 November, 2020, dikases pada 07 November 2023, Pukul 22.27 WIB https://kejari-
depok.go.id/post/2020/11/10/ini-dia-tahapan-persidangan-pidana-di-pengadilan-negeri-

PANRB, “Macam-Macam Pasal Pencurian Pada KUHP”, sippn.menpan.go.id, 09 Juni, 2023, diakses
pada 07 November 2023, Pukul 23.45 WIB.
https://sippn.menpan.go.id/berita/65116/rumah-tahanan-negara-kelas-iib-pelaihari/
macam-macam-pasal-pencurian-pada-kuhp

Muda, Yuris “Penyertaan dalam Tindak Pidana (Deelneming)”, yurismuda.com, 07 Juli, 2022,
diakses pada 07 November 2023, Pukul 00.52 WIB https://yurismuda.com/penyertaan-
dalam-tindak-pidana-deelneming/

Anda mungkin juga menyukai