Dosen Pengampu :
Nurfaradila Amanda, S.H., M.H.
DISUSUN OLEH :
Alvia Farras Tsabita 2021407036
Rika Wahyuni 2021407037
Gusvi Ainur Ridho I 2021407058
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
Kesimpulan............................................................................................................10
Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya penegakan hukum merupakan upaya yang secara sengaja
dilakukan untuk mewujudkan cita-cita hukum dalam rangka menciptakan keadilan
juga kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal
itu telah sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu untuk
mencapai suatu kedaan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara
merata baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai Negara hukum telah menjamin segala warga
negaranya bersamaaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Penegakan hukum dalam hukum pidana pada dasarnya merupakan proses
pelaksanaan hukum untuk menentukan tentang apa yang menurut hukum dan apa
yang bertentangan atau melawan hukum. Hal ini dapat berarti bahwa penegakan
hukum pidana juga menentukan tentang perbuatan mana yang dapat dihukum atau
dipidana menurut ketentuan hukum pidana materiil dan petunjuk tentang
bertindak serta upaya-upaya yang diharuskan untuk kelancaran berlakunya hukum
baik sebelum maupun sesudah perbuatan melanggar hukum tersebut terjadi sesuai
dengan ketentuan hukum pidana formil.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis maka dapat kita
tarik kesimpulan bahwa ada beberapa poin permasalahan diantaranya :
1. Bagaimanakah Proses Pidana di Kepolisian serta kelebihan dan
kekurannya?
2. Bagaimanakah Proses Pidana di Kejaksaan serta kelebihan dan
kekurangannya?
C. Tujuan Penulisan
Dalam menjawab permasalahan diatas maka tujuan adanya penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui Proses Pidana di Kepolisian Serta Kelebihan dan
Kekurangannya.
2. Mengetahui Proses Pidana di Kejaksaan Serta Kelebihan dan
Kekurangannya
A. Proses Pidana Di Kepolisian
Sejauh ini dalam teori teiah diakui bahwa kedudukan subsistem
kepolisian adalah sebagai gate keepers atau penjaga pintu gerbang dari
sistem peradilan pidana. Baik sistem peradilan pidana dliihat sebagai
suatu rangkaian sistem yang mengalir maupun sebagai suatu rangkaian
sistem dalam rangkaian paralel,subsistem kepolisian tetap berposis
idemikian. Apabila sistem peradilan pidana dilihat sebagai rangkaian
sistem yang mengalir, berarti tekanan diletakkan pada adanya anggota
masyarakat yang melanggaraturan pidana dalam perundang-undangan.
Asumsi awalnya adalah bagaimana memperlakukan orang yang
melakukan perbuatan pidana. Sebaliknya apabila sistem peradilan pidana
dilihat sebagai sistem rangkaian yang paralel, berarti tekanan
ditempatkan pada adanya perbuatan-perbuatan yang mencocoki
rumusan undang-undang yang ditetapkan sebagai perbuatan pidana.
Menghadapi dua persoalan ini, sistem peradilan pidana memposisikan
subsistem kepoilsian sebagai lini terdepannya. Seiain itu,orang-orang lain
yang sebenarnya tidak langsung berkaitan dengan suatu peristiwa pidana
tertentu, oleh system peradilan pidana juga dilibatkan dalam proses yang
terjadi pada subsistem kepolisian.
Hal ini mengandung pemahaman bahwa pada dasarnya setiap
perbuatan pidana yang diproses dalam system peradilan pidana dimulai
dari subsistem kepolisian. Anggota masyarakat yang menyaksikan suatu
peristiwa pidana, karena tanggung jawab sosialnya pula didorong untuk
menyampaikannya kepada subsistem kepolisian.
Kepolisian merupakan gerbang pertama dan utama dalam proses
penegakan hukum. Tugas pokok kepolisian diatur di dalam Undang-
undang Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Yaitu terdapat dalam pasal 13, yang berbunyi Tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat; menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Proses ini diawali dengan melapornya korban pada pihak
kepolisian. Kemudian polisi akan melakukan penyelidikan dan
penyidikan. Penyidikan berarti adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan pejabat penyidik sesuai dengan cara yang diatur dalam undang-
undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu
membuat atau menjadi terang tindak pidana yang terjadi serta sekaligus
menemukan tersangkanya atau pelaku tindak pidananya. Proses
penyidikan ini, tentu saja akan melibatkan korban, dan keterlibatan korban
dalam proses pencarian alat bukti seringkali hanya dijadikan sebagai saksi.
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
didengar, dilihat dan atau dialami sendiri. Penempatan korban sebagai
saksi korban dalam proses penyidikan menjadikan posisi korban kurang
mendapatkan perlindungan hukum yang memadai. Perspektif
perlindungan yang diberikan berdasar atas kebutuhan negara terhadap
keterangan saksi, bukan karena dilihat sebagai partisipasi warga negara
karena jasa/sumbangsihnya memberikan keterangan saksi sehingga perlu
dilindungi. Demikian halnya terhadap korban, masih melihat korban perlu
dilindungi karena negara membutuhkan keterangannya, bukan karena
negara merasa bertanggungjawab atas kegagalannya melindungi
warganya.
Kepolisian diberikan kewenangan atau diskresi oleh hukum pidana
kita untuk melakukan seluruh rangkaian proses terhadap siapa saja yang
terlibat dalam kejahatan. Wewenang kepolisian bukanlah untuk
mempengaruhi jalannya proses pemidanaan, namun untuk memperkuat
proses penegakan hukum.
Pengaturan mengenai penyelidikan dan penyidikan di tingkat
kepolisian diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
kemudian dijelaskan dalam Perkap No 14 Tahun 2012 tentang Manajemen
Penyidikan Tindak Pidana. Penyidikan tindak pidana tersebut harus
dilaksanakan dengan professional, transparan dan akuntabel terhadap
setiap perkara pidana, guna terwujudnya supremasi hukum yang
mencerminkan rasa keadilan.
Sedangkan jika dilihat pada Pasal 7 ayat (1) KUHAP, bahwa penyidik
karena kewajibannya mempunyai wewenang, yaitu :
a. Penyelidikan;
b. Pengiriman SPDP;
c. Upaya paksa;
d. Pemeriksaan;
e. Gelar perkara;
f. Penyelesaian berkas perkara;
g. Penyerahan berkas perkara ke penuntut umum;
h. Penyerahan tersangka dan barang bukti; dan
i. Penghentian penyidikan.