Anda di halaman 1dari 19

HUKUM ACARA

Makalah ini dubuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pengantar hukum indonesia

Dosen pengampu :

Diana Rani, SH.,M.Kn

Disusun oleh

Meilan agung pratama : 105220146


Nadelin amelia putri : 105220098
Yesinta : 105220207

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami juga
mengucapkan salam dan salam sejahtera kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat-sahabatnya, dan seluruh umat Islam yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
keadilan.

Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas akademik dalam mata kuliah Pengantar
hukum Indonesia, yang merupakan bagian integral dari studi kami di bidang pemerintahan.
Hukum acara pidana dan perdata adalah dua cabang penting dalam sistem hukum yang
memainkan peran sentral dalam penegakan hukum, pemeliharaan keadilan, serta
penyelesaian sengketa di masyarakat.

Dalam makalah ini, kami berusaha untuk menguraikan dan menganalisis konsep, prinsip-
prinsip, serta prosedur yang berkaitan dengan hukum acara pidana dan perdata. Kami juga
membahas isu-isu kontemporer yang relevan dengan kedua bidang ini, yang menjadi
tantangan dalam sistem peradilan saat ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang hukum acara pidana dan perdata kepada pembaca, baik
dalam lingkup akademis

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat menjadi
sumbangan kecil kami dalam memahami dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

JAMBI, 02 OKTOBER 2023

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB 1 ........................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 4

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 4

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................... 5

BAB 2 ........................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6

1. Pengertian hukum acara pidana.......................................................................................... 6

A. Tujuan hukum acara pidanaa ......................................................................................... 6

B. Sumber hukum acara pidana .......................................................................................... 8

C. Sifat hukum acara pidana ............................................................................................... 8

D. Fungsi hukum pidana ................................................................................................... 10

B. Asas- asas hukum pidana ............................................................................................. 11

2. Pengertian hukum acara perdata ..................................................................................... 12

B. Tujuan hukum acara perdata ........................................................................................ 13

C. Sumber hukum acara perdata ....................................................................................... 14

D. Sifat hukum acara perdata ........................................................................................... 14

c. Fungsi hukum acara perdata ......................................................................................... 16

d. Asas- asas hukm perdata .............................................................................................. 16

Perbedaan Hukum Perdata dengan Pidana ........................................................................... 17

BAB III .................................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENUTUP................................................................................ Error! Bookmark not defined.

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum acara pidana dan hukum acara perdata merupakan dua pilar fundamental dalam
sistem hukum yang berperan penting dalam menjaga keadilan dan ketertiban di dalam suatu
masyarakat. Kedua bidang hukum ini memberikan kerangka kerja dan prosedur yang harus
diikuti dalam penyelesaian perkara-perkara hukum yang melibatkan individu atau entitas
hukum. Latar belakang makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
pentingnya dua bidang hukum ini dalam konteks peradilan dan sistem hukum.

Pendidikan hukum memiliki peran krusial dalam memahamkan mahasiswa dan para calon
profesional hukum tentang hukum acara pidana dan hukum acara perdata. Mahasiswa hukum
perlu memahami prinsip-prinsip dasar dan praktik terkini dalam kedua bidang ini agar dapat
menjadi advokat, hakim, atau profesional hukum yang kompeten.

Dengan latar belakang yang luas ini, makalah ini akan membahas secara lebih mendalam
tentang hukum acara pidana dan hukum acara perdata, meliputi konsep dasar, prinsip-
prinsipnya, serta tantangan-tantangan yang dihadapi dalam penerapannya di sistem hukum
kontemporer. Selain itu, makalah ini juga akan membahas peran penting kedua bidang hukum
ini dalam menjaga keadilan, ketertiban, dan perlindungan hak asasi manusia.

Hukum acara pidana dan hukum acara perdata merupakan alat penting dalam upaya
penegakan hukum. Hukum acara pidana membantu memastikan bahwa tersangka dalam
suatu tindak pidana mendapatkan perlakuan yang adil dan sesuai dengan hukum, serta
memastikan bahwa bukti-bukti yang disajikan di pengadilan sah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sementara itu, hukum acara perdata memberikan kerangka kerja
untuk penyelesaian sengketa antara individu, perusahaan, atau entitas hukum lainnya,
sehingga menjaga kepastian hukum dan hak-hak individu.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapaun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian,sumber,tujuan,hukum acara pidana


2. Pengertian,sumber,tujuan,hukum acara perdata

4
3. Sifat,fungsi dan azas hukum acara pidana
4. Sifat,fungsi dan azas hukum acara perdata
5. Perbedaanantara hukum acara pidana dan perdata

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memahami definisi,sumber,dan tujuan hukum acara pidana dan perdata dari
beberapa ahli
2. Untuk mengetahui sifat,fungsi dan azas hukum acara pidana dan perdata
3. Untuk mengetahui danmemahami perbedaan antara hukum acara pidana dan perdata.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian hukum acara pidana

Terdapat beberapa pengertian Hukum Acara Pidana, diantaranya adalah:hukum yang


mengatur bagaimana cara memelihara dan mempertahankan hukum pidana
materiel;hukum yang mengatur cara-cara mengadili perkara pidana di muka pengadilan
pidana oleh hakim pidana, atau hukum yang mengatur tentang cara bagaimana
menyelenggarakan Hukum Pidana Material, sehingga memperoleh keputusan hakim dan
cara bagaimana isi keputusan itu harus dilaksanakan.1

Dalam rangka mencapai tujuannya, yaitu untuk mencari dan mendapatkan kebenaran
smateril yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat. Maka Hukum Acara
pidana ini aturannya mencakup cara agar negara dan alat kekuasaannya menentukan
kebenaran tentang terjadinya suatu pelanggaran hukum pidana, mencari si pelanggar
hukum, menangkap pelanggar hukum dan jika perlu untuk menahannya, usaha-usaha
menyerahkan alat-alat bukti yang dikumpulkan dalam hal mencari kebenaran kepada
hakim dan selanjutnya mengajukan si pelanggar hukum ke pengadilan, cara hakim
menjalankan pemeriksaan terhadap terdakwa di muka sidang dan menjatuhkan putusan
tentang salah tidaknya terdakwa tersebut, upaya-upaya hukum yang dapat dijalankan
terhadap putusan hakim sampai cara putusan hakim itu harus dilaksanakan

A. tujuan hukum acara pidana

Tujuan adanya hukum acara pidana Timbulnya penemuan hukum baru dan pembentukan
peraturan perundangundangan baru terutama sejak pemerintah Orde Baru cukup
menggembirakan dan merupakan titik cerah dalam kehidupan hukum di Indonesia,
termasuk di dalamnya adalah disusunnya KUHAP. Apabila diteliti beberapa
pertimbangan yang menjadi alasan disusunnya KUHAP maka secara singkat KUHAP
memiliki lima tujuan sebagai berikut.2

1. Perlindungan atas harkat dan martabat manusia (tersangka atau terdakwa).

1
A. Ridwan Halim, Pengantar Hukum Indonesia Dalam Tanya Jawab Jilid 1, 2007, Ghalia Indonesia, Bogor
2
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 35

6
2. Perlindungan atas kepentingan hukum dan pemerintahan.

3. Kodifikasi dan unifikasi Hukum Acara Pidana.

4. Mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum.

5. Mewujudkan Hukum Acara Pidana yang sesuai dengan Pancasila dan UUD

1945.

Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai tujuan Hukum Acara
Pidana yakni “Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran
materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk
mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan Dalam
Pedoman Pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai tujuan Hukum Acara Pidana
yakni “Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil,
ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah
pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan Dalam Pedoman
Pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai tujuan Hukum Acara Pidana yakni “Untuk
mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah
kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapakah
pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan.

Jika memiliki rumusan tersebut di atas maka dapat dirinci tujuan Hukum Acara Pidana
sebagai berikut.

1. Suatu kebenaran materiil yaitu kebenaran hakiki dan lengkap dari suatu perkara
pidana melalui penerapan ketentuan Hukum Acara Pidana secara tepat dan jujur.
2. Menentukan subyek hukum berdasarkan alat bukti yang sah, hingga dapat
didakwa melakukan suatu tindak pidana.
3. Menggariskan suatu pemeriksaan dan putusan pengadilan, agar dapat
ditentukan apakah suatu tindak pidana telah terbukti dilakukan orang yang

7
didakwa itu.

Tujuan Hukum Acara Pidana ini sejalan dengan fungsi hukum menurut van Bemmelen yaitu
mencari dan menemukan kebenaran, pemberian keputusan oleh hakim, dan pelaksanaan
keputusan

B. Sumber hukum acara pidana

Adapun beberapa sumber dasar Hukum Acara Pidana sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945, ketentuan UUD 1945 yang langsung mengenai Hukum
Acara Pidana adalah Pasal 24 ayat (1): kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang. Ayat (2):
susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.
Pasal 25: syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim
ditetapkan dengan undang-undang. Penjelasan kedua pasal ini mengatakan, kekuasaan
kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan dalam undang-undang
kedudukannya para hakim. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945; segala badan negara
dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru
menurut undang-undang dasar ini. LN 1981 Nomor 76, Tambahan Lembar Negara
Nomor 3209.Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman (UU No. 48 Tahun 2009,
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) UU No. 8 Tahun 1981, LN
1981 Nomor 76, Tambahan Lembar Negara Nomor 3209.
3. Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman (UU No. 48 Tahun 2009, LN 2009
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076).
4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
5. Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Mahkamah Agung.

C. sifat hukum acara pidana

Suyanto menyatakan:3
"Dengan bertitik tolak bahwa hukum acara pidana merupakan bagian dari hukum
publik (public law) dan hukum yang mempertahankan esensi dari hukum pidana, sifat
hukum acara pidana tersebut haruslah memberikan kepastian prosedur dan rasa

3
Suyanto, Hukum Acara Pidana, Zifatma Jawara, Sidoarjo,2018, hlm.13

8
keadilan, baik dari anasir orang yang dituntut maupun dari kepentingan masyarakat
itu sendiri".
Dalam konteks tersebut, Wirjono Prodjodikoro menyatakan :4
"Ada 2 sifat dari hukum acara pidana di Indonesia, antara lain kepentingan
masyarakat dan kepentingan orang yang dituntut, serta sistem accusatoir dan sistem
inquisitoir".
Berdasarkan hal tersebut, Wirjono Prodjodikoro menjelaskan bahwa yang perlu
diperhatikan adalah harus dipandang dari 2 optik kepentingan yang sifatnya
fundamental. Pertama, dari kepentingan masyarakat itu sendiri dalam artian bahwa
kepentingan masyarakat harus dilindungi yang mana hal ini merupakan sifat hukum
acara pidana sebagai bagian dari hukum publik (public law). Karena bertugas
melindungi masyarakat maka konsekuensi logisnya haruslah diambil tindakan tegas
bagi seseorang yang telah melanggar suatu peraturan hukum pidana sesuai dengan
kadar kesalahannya (equality before the law) yang mana tindakan tegas dimaksudkan
sebagai sarana guna keamanan, ketentraman dan kedamaian hidup masyarakat.
Kedua, dari aspek kepentingan orang yang dituntut dalam artian hak- hak dari orang
yang dituntut dipenuhi secara wajar sesuai ketentuan hukum positif dalam konteks
negara hukum (rechtstaat). Maka, oleh karena itu orang tersebut haruslah
mendapatkan perlakuan secara adil sedemikian rupa, sehingga jangan sampai
ditemukan seorang yang tidak melakukan tindak pidana tidak dijatuhi hukuman atau
apabila orang tersebut memang telah melakukan tindak pidana, jangan sampai
mendapat hukuman yang terlalu berat yang tidak seimbang dan sepadan dengan kadar
kesalahannya.
Kemudian Lilik Mulyadi mengemukakan:5
"Sifat hukum acara pidana itu: Pertama, ketentuan-ketentuannya bersifat memaksa
(dwingen recht). Oleh karena itu, sifat hukum acara pidana akan melindungi
kepentingan bersama guna menjaga keamanan, ketentraman dan kedamaian hidup
bermasyarakat. Karena bersifat memaksa, negara tetap melakukan penindakan
terhadap pelakunya dan dapat dikatakan lebih jauh, hal ini tidaklah bergantung kepada
pribadi-pribadi, apakah akan dilakukan penindakan ataukah tidak, terkecuali terhadap
tindak pidana aduan (Klacht-delict). Kedua, sifat hukum acara pidana mempunyai

4
Ibid
5
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif,Teoritis,Praktik, dan Permasalahannya, Alumni, Bandung,
2012, hlm. 11-12

9
dimensi perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM). Maka dari itu,
konsekuensi logis dari negara hukum (Rechtstaat), hukum acara pidana juga bersifat
melindungi kepentingan dari hak-hak orang yang dituntut (tersangka/Terdakwa).
Dengan demikian, hukum acara pidana meghendaki agar orang mendapat perlakuan
secara adil sehingga dihindari adanya kesalahan menghadiri seseorang (error in
persona)

D. fungsi hukum pidana

Fungsi hukum pidana formil atau hukum acara pidana adalah untuk
mengimplementasikan hukum pidana materiil, artinya mengatur bagaimana negara
menggunakan perangkatnya untuk merealisasikan kekuasaannya untuk menghukum
atau membebaskan pelaku kejahatan.
Van Bemmelen6 dalam bukunya "Leerboek van het Nederlandes Straf- processrecht
yang disitir oleh Rd. Achmad S. Soema Dipradja menyatakan:7
"Bahwa pada pokoknya hukum acara pidana mengatur hal-hal:
a. Diusutnya kebenaran dari adanya persangkaan dilarangnya undang-undang pidana
oleh alat-alat negara yang khusus diadakan untuk keperluan tersebut.
b. Diusahakan diusutnya para pelaku dari perbuatan itu.
c. Diikhtiarkan segala daya upaya agar para pelaku dari perbuatan tersebut dapat
ditangkap jika perlu untuk ditahan.
d. Alat-alat bukti yang telah diperoleh dan terkumpul hasil pengusutan juga diusahakan
agar tersangka dapat dihadapkan kepada Hakim.
2) Menyerahkan kepada Hakim untuk diambil keputusan tentang terbukti tidaknya
daripada perbuatan yang disangka dilakukan oleh tersangka dan tindakan atau
hukuman apakah yang akan diambil atau dijatuhkan
3) Menentukan daya upaya hukum yang dapat digunakan terhadap putusan yang
diambil Hakim.
4) Putusan yang pada akhirnya diambil berupa pidana atau tindakan untuk
dilaksanakan".
Adapun menurut Bambang Purnomo menyatakan:8

6
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 19
7
Rd. Achmad S. Soema Dipradja, Pokok- pokok Hukum Acara Pidana, Alumni, Bandung, 1977, hlm. 16,
dikutip dari bukunya D. Soedjono, Pemeriksaan Pendahuluan Menurut KUHAP, Alumni, Bandung, 1982, hlm.1
8
Bambang Poernomo, Pola Dasar Teori dan Asas Umum Hukum Acara Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1993,
hlm. 89

10
"Bahwa tugas dan fungsi hukum acara pidana melalui alat perlengkapannya yaitu:
1) Untuk mencari dan menemukan fakta menurut kebenaran.
2) Menerapkan hukum dengan keputusan berdasarkan keadilan.
3) Melaksanakan keputusan secara adil".
Maka berdasarkan hal-hal di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa tiga fungsi
pokok hukum acara pidana yaitu:
1) Mencari dan menemukan kebenaran materiil.
1. Mencari dan menemukan putusan Hakim
2. Melaksanakan putusan Hakim.

E. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA

Berikut beberapa asas umum yang ada dalam hukum pidana:9

a. Asas legalitas: didasarkan pada adagium nullum delictum nulla poe- na sine praevia lege
poenale, asas ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, maksudnya yaitu: "tiada suatu
perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-
udangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan."
b. Asas teritorialitas: asas yang memberlakukan KUHP bagi semua orang yang melakukan
perbuatan pidana di wilayah Indonesia (Pasal 2 dan 3 KUHP).
c. Asas nasional aktif: asas yang memberlakukan KUHP terhadap orang-orang Indonesia
yang melakukan perbuatan pidana di luar wilayah Indonesia, disebut juga asas
personalitet.
d. Asas nasional pasif: asas yang memberlakukan KUHP terhadap sia- pa pun baik WNI
maupun WNA yang melakukan perbuatan pidana di luar wilayah Indonesia.
e. Asas universalitas: asas yang memberlakukan KUHP terhadap per- buatan pidana yang
terjadi di luar wilayah Indonesia yang bertujuan untuk merugikan kepentingan
internasional. 6. Asas tidak ada hukuman tanpa kesalahan, disebut juga geen straf zonder
schuld.
f. Asas bahwa apabila ada perubahan dalam perundang-undangan se- sudah peristiwa itu
terjadi, maka dipakailah ketentuan yang paling menguntungkan bagi si tersangka.

9
Disarikan dari H. Muchsin, Ikhtisar Hukum Indonesia, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005, hlm.66-67., Dudu
Duswara Machmudin, Op. Cit., hlm. 69.

11
A. Pengertian hukum acara perdata

Sebelum diuraikan mengenai pengertian hukum acara perdata, perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai pembidangan hukum menurut fungsinya. Pembidangan hukum menurut fungsinya
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu hukum materiil dan hukum formil.10 Hukum materiil
yaitu aturan- aturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang membebani hak dan
kewajiban atau mengatur hubungan hukum antar orang-orang. Sedangkan aturan hukum
formil ialah aturan hukum untuk melaksanakan dan mempertahankan/menegakkan kaidah
hukum materiil yang ada atau melindungi hak perorangan.

Hukum materiil sebagaimana terjelma dalam undang-undang atau yang bersifat tidak tertulis
merupakan pedoman bagi warga masyarakat tentang bagaimana orang selayaknya
berbuat/tidak berbuat dalam masyarakat. Dalam pelaksanaan hukum materiil sering terjadi
pelanggaran-pelanggaran sehingga menimbulkan ketidakseimbangan kepentingan dalam
masyarakat, atau menimbulkan kerugian pada orang lain/pihak lain.

Untuk melaksanakan hukum materiil perdata terutama dalam hal ada pelanggaran atau untuk
mempertahankan berlangsungnya hukum materiil perdata dalam hal ada tuntutan hak
diperlukan serangkaian peraturan- peraturan hukum lain. Peraturan-peraturan hukum lain
yang dimaksud adalah hukum formil (hukum acara perdata) atau adjective law. Dengan
demikian hukum acara perdata hanya diperuntukkan untuk menjamin ditaatinya hukum
perdata materiil. Disamping itu juga berfungsi untuk merealisir pelaksanaan dari hukum
perdata materiil.

Berkaitan dengan pengertian hukum acara perdata, jika kita baca dari beberapa literatur dapat
dikemukakan pendapat beberapa ahli sebagai berikut:

a. Hukum Acara Perdata menurut Wirjono Prodjodikoro adalah rangkaian peraturan-peraturan


yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan atau dimuka pengadilan
dan bagaimana

cara pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya
peraturan-peraturan hukum perdata.

b. SudiknoMertokusumo menyatakan bahwa Hukum Acara Perdata adalah peraturan-


peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya/menjamin ditaatinya hukum perdata
materiil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain, hukum acara perdata adalah peraturan.

10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : Alumni, 1986

12
3. Peraturan hukum yang mengatur proses bagaimana caranya hakim memutus perkara
perdata.

4. Peraturan hukum yang mengatur bagaimana tahap dan proses pelaksanaan putusan hakim
(Eksekusi).

B. Tujuan hukum acara perdata

Terdapat beberapa tujuan hukum acara perdata anatara lain


1. Perlindungan Hak-hak Individu : Hukum acara perdata bertujuan untuk melindungi
hak-hak individu dalam sengketa perdata. Ini termasuk hak untuk memperoleh
pendengaran yang adil, hak untuk memberikan bukti dan argumen yang relevan, hak
untuk memperoleh putusan yang didasarkan pada hukum dan fakta yang ada, serta
hak untuk menegakkan putusan pengadilan.
2. Keadilan dan Kepastian Hukum : Hukum acara perdata memastikan bahwa
persidangan dilakukan secara adil dan setara bagi semua pihak yang terlibat. Prinsip
keadilan dan kesetaraan menjadi landasan dalam memastikan bahwa proses hukum
berlangsung tanpa diskriminasi atau penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu, hukum
acara perdata juga memberikan kepastian hukum dengan menetapkan aturan dan
prosedur yang jelas untuk penyelesaian sengketa perdata.
3. Efisiensi dan Efektivitas : Hukum acara perdata bertujuan untuk mencapai
penyelesaian sengketa perdata secara efisien dan efektif. Ini mencakup pengaturan
waktu dan jadwal persidangan, penggunaan prosedur yang tepat, dan pengelolaan
bukti dengan cermat. Tujuannya adalah untuk mencegah penundaan yang tidak perlu
dan memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk mendapatkan keputusan yang adil
dalam waktu yang wajar.
4. Menjamin Kepatuhan Terhadap Hukum : Hukum acara perdata mendukung
prinsip penegakan hukum dengan memastikan bahwa putusan pengadilan dapat
dilaksanakan. Ini termasuk memberikan cara-cara pelaksanaan putusan, termasuk
melalui pelaksanaan keuangan, sita eksekusi, dan tindakan hukum lainnya, sehingga
pihak yang menang dalam sengketa dapat memperoleh pemenuhan hak-haknya.
5. Penghematan Biaya : Hukum acara perdata juga bertujuan untuk mencapai
penghematan biaya dalam penyelesaian sengketa perdata. Ini dapat dilakukan dengan
memfasilitasi penyelesaian sengketa melalui mediasi atau negosiasi sebelum

13
mencapai tahap persidangan yang lebih kompleks dan mahal. Selain itu, aturan dan
prosedur yang efisien juga membantu mengurangi biaya dan waktu yang terlibat
dalam persidangan.

C. Sumber hukum acara perdata

Sumber hukum acara perdata atau tempat dimana dapat ditemukan peraturan hukum acara
perdata yang berlaku di Negara Indonesia sampai sekarang masih belum terhimpun dalam
satu kodifikasi, melainkan masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan,
baik produk kolonial Hindia Belanda maupun produk nasional setelah kemerdekaan.

Berbagai macam peraturan perundang-undangan yang merupakan sumber hukum acara


perdata yang dimaksud akan diuraikan berikut ini:11

1. HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement)/Reglemen Indonesia yang diperbaharui S.


1848 No. 16, S. 1941 No. 44 untuk daerah Jawa dan Madura
HIR selain memuat ketentuan-ketentuan Hukum Acara Perdata juga memuat ketentuan-
ketentuan Hukum Acara Pidana sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 sampai dengan Pasal
114 dan Pasal 246 sampai dengan Pasal 371 serta beberapa pasal yang tersebar antara
Pasal 372 sampai dengan Pasal 394. Namun sejak diundangkannya KUHAP (Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981) yang diundangkan pada tanggal 31 Desember 1981, maka
ketentuan-ketentuan Hukum Acara Pidana yang termuat dalam HIR tidak berlaku lagi.
Ketentuan Hukum Acara Perdata dalam HIR dituangkan dalam Bab IX tentang Perihal
Mengadili dalam Perkara Perdata, yang diperiksa oleh Pengadilan Negeri, pada Pasal 115
sampai dengan Pasal 245 serta beberapa pasal yang tersebar

D. sifat hukum acara perdata

Adapun sifat hukum acara perdata secara garis besar, yaitu terdiri dari :
1. Memaksa;
2. Mengatur atau Menambah; dan
3. Sederhana.
1.Memaksa
Hal mana hukum acara perdara mengikat para pihak yang bersengketa dengan
berdasarkan ketentuan hukum yang ada (hukum perdata) sebagaimana maksud dari

11
K. Wantjik Saleh, Hukum Acara Perdata RBG/HIR, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981

14
contoh ketentuan yang dimuat dan diatur dalam Pasal 129 ayat (1) dan (2) Herzien
Inlandsch Reglement (HIR).

Hal mana terhadap putusan verstek, apabila putusan pengadilan atau keputusan hakim itu
diberitahukan kepada pihak yang kalah, maka pihak yang kalah dapat melakukan
perlawanan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah pemberitahuan itu
disampaikan kepadanya dan jika putusan pengadilan atau keputusan hakim itu
diberitahukan bukan kepada pihak yang kalah, maka perlawanan itu boleh diterima
sampai pada hari ke delapan sesudah teguran.
Mengatur atau Menambah
Hal mana dalam hukum acara perdata dapat disimpangi oleh para pihak yang bersengketa
guna mengatur kepentingan-kepentingan khusus dari para pihak yang bersengketa
sebagaimana contoh dalam praktik pembuktian di persidangan, hal mana jika ada
perjanjian pembuktian di persidangan terhadap alat bukti maka alat bukti yang diajukan
dapat dikesampingkan sebagaimana dimuat dan diatur dalam ketentuan Pasal 164 Herzien
Inlandsch Reglement (HIR);
Sederhana

Hal mana sistem peradilan dalam hukum acara perdata dilakukan dengan cara sederhana,
cepat, dan biaya ringan sebagaimana ketentuan tersebut telah disebutkan pada Pasal 4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

1. Dalam hukum acara perdata, orang yang merasa bahwa haknya itu dilanggar disebut
penggugat sedangkan bagi orang yang ditarik kemuka pengadilan karena ia dianggap
melanggar hak seseorang atau beberapa orang itu, disebut tergugat.

2. Apabila ada banyak penggugat atau banyak tergugat maka mereka disebut penggugat I,
penggugat II dan seterusnya. Demikian pula apabila ada banyak tergugat maka mereka
disebut tergugat I, tergugat II dan seterusnya.

3. Menurut Yurisprudensi, gugatan cukup ditujukan kepada yang secara nyata menguasai
barang sengketa (lihat putusan Mahkamah Agung tertanggal 1 Agustus 1983 No. 1072
K/Sip/1982.

4. Dalam hukum acara perdata tidak dikenal pengertian turut penggugat, yang dikenal adalah
sebutan turut tergugat, yaitu orang-orang bukan penggugat dan bukan pula tergugat, akan
tetapi demi lengkapnya pihak-pihak harus diikutsertakan sekedar untuk tunduk dan taat

15
terhadap putusan Pengadilan (Lihat putusan Mahkamah Agung tertanggal 28 Januari 1976
No. 201 K/Sip/1974)

5. Dalam hukum acara perdata, inisiatif yaitu ada atau tidak adanya suatu perkara, harus
diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa, bahwa haknya atau hak mereka
dilanggar, yaitu oleh penggugat atau para penggugat. Ini berbeda dengan sifat hukum acara
pidana, yang pada umumnya tidak menguntungkan adanya perkara dari inisiatif orang yang
dirugikan.

Hukum acara perdata memang mula-mula sifatnya mengatur, namun apabila sudah
digunakan, maka sifatnya menjadi memaksa

D. fungsi hukum acara perdata

Fungsi dari hukum acara perdata adalah mengontrol bagaimana seseorang dapat menuntut
haknya dan bagaimana negara, melalui mesinnya (hakim), mempertimbangkan dan
menyelesaikan masalah perdata yang dibawa ke hadapan mereka.

Sudarto membagi dua fungsi hukum pidana yaitu12

fungsi umum dan khusus. Fungsi umum hukum pidana adalah untuk mengatur hidup
bermasyarakat dan menyelenggarakan tata aturan dalam masyarakat.

Sementara fungsi khusus dari hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak mengganggunya, dengan sanksi berupa pidana yang sifatnya
memaksa dan mengikat. Kepentingan hukum dalam hal ini meliputi individu, kelompok
(masyarakat, negara, dan sebagainya).

E. asas- asas hukm perdata

Berikut asas-asas yang lazim digunakan dalam hukum perdata :13

a. Asas yang melindungi hak-hak asasi manusia: tercantum dalam Pasal 1-3 BW.
b. Asas bahwa setiap orang harus mempunyai nama dan tempat ke- diaman hukum
(domicile): tercantum dalam Pasal 5a dan seterus- nya BW.

12
Sudarto dalam Eddy.O.S Hiariej,2014, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
hlm.29
13
Disarikan dari Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum: Sebuah Sketsa, (Bandung: Refika
Aditama, 2010), hlm. 147

16
c. Asas perlindungan kepada orang-orang yang tidak cakap untuk me- lakukan
perbuatan hukum (rechtsonbekwaam): tercantum dalam Pa- sal 1330 BW.
d. Asas yang membagi hak manusia ke dalam hak kebendaan dan hak perorang.
e. Asas hak milik itu adalah fungsi sosial: bahwa orang tidak dibe- narkan untuk
membiarkan atau menggunakan hak miliknya secara merugikan orang atau
masyarakat (lihat Pasal 1365 BW).
f. Asas pacta sunt servanda: setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati
dengan iktikad baik (lihat Pasal 1338 BW).
g. Asas kebebasan dalam membuat perjanjian dan persetujuan: sering juga dikenal
dengan asas kebebasan berkontrak, setiap orang be-bas dalam membuat perjanjian
bagiamana pun bentuk dan isinya dengan syarat tidak bertentangan dengan kesusilaan,
tertib hukum, dan undang-undang yang berlaku.

Perbedaan Hukum Perdata dengan Pidana

Hukum Pidana
Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan
kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan
hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.14
Hukum Perdata
Menurut Prof. Subekti, S.H. dalam bukunya Pokok-Pokok Hukum Perdata (hal. 9)
mengatakan bahwa hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat
materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan.15

14
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka , 1989 hlm. 257.
15
Prof. Subekti, S.H. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermasa, 2005, hlm. 9.

17
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pentingnya Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata: Hukum acara pidana dan hukum
acara perdata merupakan dua cabang penting dalam hukum yang mengatur prosedur dalam
sistem peradilan pidana dan perdata. Kedua bidang ini memiliki peran yang krusial dalam
menjamin keadilan dalam penyelesaian kasus hukum.

Perbedaan Utama: Terdapat perbedaan utama antara hukum acara pidana dan hukum acara
perdata, baik dalam tujuan maupun prosedurnya. Hukum acara pidana berfokus pada
penuntutan pelanggaran hukum pidana, sementara hukum acara perdata berkaitan dengan
penyelesaian sengketa antara pihak-pihak swasta.

Perlindungan Hak Individu: Hukum acara pidana dirancang untuk melindungi hak individu
yang terdakwa dalam kasus pidana. Prinsip asas "praduga tak bersalah" dan hak fair trial
adalah elemen penting dalam hukum acara pidana yang harus dijaga.

Penyelesaian Sengketa Swasta: Hukum acara perdata berperan dalam menyelesaikan


sengketa antara pihak-pihak swasta, seperti kasus perdata, perceraian, atau gugatan bisnis.
Prinsip mediasi dan negosiasi sering digunakan untuk mencapai penyelesaian damai.

SARAN

Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan terkait
dengan hukum acara yang ada, Khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih jauh
tentang hukum acara pidana dan hukum acara perdata

18
DAFTAR PUSTAKA

A. Ridwan Halim, Pengantar Hukum Indonesia Dalam Tanya Jawab Jilid 1, 2007, Ghalia
Indonesia, Bogor
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Prenada Media Group, Jakarta,
2010,

Suyanto, Hukum Acara Pidana, Zifatma Jawara, Sidoarjo,2018

Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif,Teoritis,Praktik, dan Permasalahannya,


Alumni, Bandung, 2012,

Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1983,
Rd. Achmad S. Soema Dipradja, Pokok- pokok Hukum Acara Pidana, Alumni, Bandung,
1977,
Bambang Poernomo, Pola Dasar Teori dan Asas Umum Hukum Acara Pidana, Liberty,
Yogyakarta, 1993,

Sudarto dalam Eddy.O.S Hiariej,2014, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma


Pustaka, Yogyakarta,
Disarikan dari Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum: Sebuah Sketsa,
(Bandung: Refika Aditama, 2010),
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka , 1989
Prof. Subekti, S.H. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermasa, 2005,

19

Anda mungkin juga menyukai