Anda di halaman 1dari 12

HUKUM PEMBUKTIAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

MARGARETHA HUTABARAT
00000022789

LOGO

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDAN

MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "Hukum Pembuktian dalam Tindak Pidana
Korupsi" sebagai salah satu tugas mata kuliah Hukum Pembuktian.
Karya tulis ini telah penulis susun secara maksimal dengan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak yang memperlancar pembuatan karya tulis. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
menyumbangkan bantuan dalam penulisan makalah.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis meyakini
bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Akhir kata, para penulis berharap makalah yang berjudul "Hukum
Pembuktian dalam Tindak Pidana Korupsi" ini dapat menambah pengetahuan dan
ilmu para pembaca.

Medan, 14 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................................3


1.1. Latar Belakang ...........................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN ........................................................................................5


2.1.Pendahuluan .................................................................................................5
2.2. Dasar Hukum Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah ...................5
2.3. Satuan Kerja Perangkat Daerah Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota ...6

BAB III: PENUTUP ..............................................................................................13


3.1. Kritik dan Saran .......................................................................................13
3.2. Kesimpulan ..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, bangsa Indonesia


mengalami berbagai macam hambatan maupun tantangan yang telah
menghalangi pencapaian cita-cita luhur bangsa. Untuk mewujudkan bangsa
Indonesia yang mencerminkan cita-cita luhur, salah satu langkah yang perlu
ditingkatkan secara terus-menerus adalah upaya untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana yang berkembang ditengah-tengah kehidupan
masyarakat pada umumnya, khususnya tindak pidana korupsi.
Korupsi dapat disandingkan dengan virus yang dengan mudahnya
menyebar ke seluruh tubuh/organ pemerintahan dalam waktu yang relatif
singkat dan cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari
tahun ke tahun, baik secara kualitas maupun kuantitas kejahatan.
Perkembangan korupsi yang demikian mempunyai relevansi dengan
penyalahgunaan kekuasaan yang telah dimandatkan kepada para penguasa
pemerintahan untuk kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, maupun
kroninya.
Karena karakteristiknya, tindak pidana korupsi telah dianggap
sebagai kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime) yang telah
membawa bencana bagi kehidupan perekonomian nasional sehingga untuk
mengungkap kejahatan tersebut tidak lagi dilakukan dengan upaya
penegakan biasa, akan tetapi dilakukan dengan upaya luar biasa pula.
Tidak ada satu kesatuan hukum pembuktian yang dapat diterapkan
untuk semua proses hukum sebab masing-masing lapangan hukum memiliki
hukum pembuktiannya sendiri. Dalam karya tulis ini, penulis akan
membahas tentang hukum pembuktian yang berlaku khusus dalam tindak
pidana korupsi sebagai suatu usaha untuk memberantas kejahatan tersebut.

4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat Penulisan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian


3.2. Sumber Data
3.3. Metode Pengupulan Data
3.4. Analisa Data

7
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hukum Pembuktian

Pada dasarnya, pembuktian yang dilakukan dalam persidangan


adalah suatu upaya untuk merekonstruksi atau melukiskan kembali suatu
peristiwa yang sudah berlalu. Melalui pembuktian akan diperoleh suatu
konstruksi peristiwa yang terjadi, benar tidaknya rekonstruksi tersebut
sepenuhnya bergantung pada pekerjaan pembuktian yang dilakukan oleh
Jaksa Penuntut umum maupun Penasehat Hukum/Terdakwa sehingga
pembuktian memegang peran yang penting. Kegiatan pembuktian di
persidangan untuk mencari kebenaran materiil yang menentukan nasib
terdakwa.
Hukum pembuktian merupakan seperangkat kaidah hukum yang
mengatur tentang pembuktian, yakni segala proses dengan menggunakan
alat-alat bukti yang sah dan dilakukan tindakan-tindakan dengan proses
khusus guna mengetahui fakta-fakta yuridis di persidangan, sistem yang
dianut dalam pembuktian, syarat-syarat, dan tata cara mengajukan bukti
tersebut, serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak, dan menilai
suatu pembuktian.1
Apabila hasil pembuktian tidak cukup untuk membuktikan kesalahan
yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa diputus bebas dari
hukuman. Apabila hasil pembuktian cukup untuk membuktikan perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa namun perbuatan tersebut bukan
termasuk tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari hukuman.
Sementara apabila hasil pembuktian cukup untuk membutikan kesalahan
yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa akan dijatuhkan
pidana sesuai yang diatur dalam Pasal 10 KUHAP.

1
Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di Indonesia Edisi
Revisi, Penebar Swadaya Group, Jakarta, 2018, halaman 48

8
Oleh karena itu, hakim harus berhati-hati dan cermat dalam
mempertimbangkan nilai pembuktian guna melahirkan amar putusan yang
adil, bermanfaat, dan dapat menjaga kepastian hukum.

4.2. Sumber Formal Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi

Terdapat beberapa sumber formal Hukum Pembuktian Tindak Pidana


Korupsi, diantaranya ialah:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana);
2. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76 dan
Penjelasannya yang dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209;
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
4. Doktrin atau pendapat para ahli hukum;
5. Yurisprudensi atau putusan pengadilan.
Apabila dalam praktik kegiatan pembuktian ditemukan kesulitan
untuk menerapkan Undang-Undang atau menjumpai kekurangan ataupun
untuk memenuhi kebutuhan, maka dapat dipergunakan doktrin atau
yurisprudensi. Untuk dapat dijadikan sumber hukum formil, doktrin harus
memenuhi syarat tertentu yaitu telah menjelma menjadi putusan hakim.

4.3. Alat Bukti

Dalam perkara pidana tidak terdapat heriarki alat bukti.

9
Penyimpangan
Kegiatan pembuktian tindak pidana korupsi , disamping tetap
menggunakan hukum pembuktian umum dalam KUHAP, tetapi dalam
bidang tertentu berlaku hukum pembuktian khusus sebagai
perkecualiannya. Adapun hukum penyimpangan pembuktian yang ada
dalam hukum pidana korupsi, terdapat pada 2 hal pokok:
a. Mengenai bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk
membentuk alat bukti.( Pasal 26A Undang-Undang Nomor: 20 Tahun
2001).
b. Mengenai sistem pembebanan pembuktian.( Pasal 37 Undang-
Undang Nomor: 20 Tahun 2001).

Alat Bukti
Menurut hukum pembuktian tindak pidana korupsi , bahan itu dapat
diperluas lagi. Pasal 26A Undang-Undang Nomor: 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2001 menentukan bahwa alat bukti
petunjuk juga dapat dibentuk dari 2 alat bukti lain dari pasal 188 ayat(2)
KUHAP, yakni: . 61 Ibid., halaman 402. 62 Lilik Mulyadi,op.cit.,halaman
215. Universitas Sumatera Utara a. Informasi yang diucapkan, dikirim,
diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang
serupa dengan itu; b. Dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi
yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas,
benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik,
yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda,

10
angka, atau perforasi yang memiliki makna. Dengan adanya ketentuan
perluasan bahan untuk membentuk alat bukti petunjuk dalam pasal 26A,
secara formal tidak diragukan lagi bahwa informasi dan dokumen yang
dimaksud pasal ini adalah sebagai alat bukti yang kedudukannya sejajar
atau sama dengan 3 (tiga) alat bukti ; keterangan saksi, surat, dan
keterangan terdakwa (pasal 188 ayat 2). Dalam rumusan pasal 26A huruf a
disebut secara tegas “ alat bukti lain”. Artinya, kedudukan informasi dan
dokumen adalah sebagai alat bukti yang sah sama dengan alat bukti
keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Dengan alasan itu, maka
alat bukti petunjuk dalam perkara korupsi sudah dapat dibentuk
berdasarkan informasi dan dokumen saja, tanpa menggunakan alat bukti
lain. Tentu saja, berdasarkan pasal 183 alat bukti petunjuk tidak boleh
berdiri sendiri, artinya hanya satu-satunya alat bukti. Karena informasi dan
dokumen yang dimaksud pasal 26A tidak dapat digunakan untuk
membentuk keyakinan hakim sebagaimana yang dimaksud pasal 183
KUHAP tersebut, fungsi dokumen dan informasi sebagai alat bukti hanya
bernilai sebagai alat bukti untuk Universitas Sumatera Utara membentuk
alat bukti petunjuk saja, tidak dapat digunakan untuk kepentingan lain
selain membentuk alat bukti petunjuk

11
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/148267-ID-pembalikan-beban-
pembuktian-dalam-tindak.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/36006/Chapter%20II.pdf?s
equence=4&isAllowed=y
http://lbhamin.org/pembuktian-dalam-tindak-pidana-korupsi/
http://digilib.unila.ac.id/8930/12/II.pdf
https://www.academia.edu/28783722/Alat_Bukti_dan_Kekuatan_Pembuktian

12

Anda mungkin juga menyukai