MARGARETHA HUTABARAT
00000022789
LOGO
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDAN
MEDAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "Hukum Pembuktian dalam Tindak Pidana
Korupsi" sebagai salah satu tugas mata kuliah Hukum Pembuktian.
Karya tulis ini telah penulis susun secara maksimal dengan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak yang memperlancar pembuatan karya tulis. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
menyumbangkan bantuan dalam penulisan makalah.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis meyakini
bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Akhir kata, para penulis berharap makalah yang berjudul "Hukum
Pembuktian dalam Tindak Pidana Korupsi" ini dapat menambah pengetahuan dan
ilmu para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat Penulisan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1
Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di Indonesia Edisi
Revisi, Penebar Swadaya Group, Jakarta, 2018, halaman 48
8
Oleh karena itu, hakim harus berhati-hati dan cermat dalam
mempertimbangkan nilai pembuktian guna melahirkan amar putusan yang
adil, bermanfaat, dan dapat menjaga kepastian hukum.
9
Penyimpangan
Kegiatan pembuktian tindak pidana korupsi , disamping tetap
menggunakan hukum pembuktian umum dalam KUHAP, tetapi dalam
bidang tertentu berlaku hukum pembuktian khusus sebagai
perkecualiannya. Adapun hukum penyimpangan pembuktian yang ada
dalam hukum pidana korupsi, terdapat pada 2 hal pokok:
a. Mengenai bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk
membentuk alat bukti.( Pasal 26A Undang-Undang Nomor: 20 Tahun
2001).
b. Mengenai sistem pembebanan pembuktian.( Pasal 37 Undang-
Undang Nomor: 20 Tahun 2001).
Alat Bukti
Menurut hukum pembuktian tindak pidana korupsi , bahan itu dapat
diperluas lagi. Pasal 26A Undang-Undang Nomor: 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2001 menentukan bahwa alat bukti
petunjuk juga dapat dibentuk dari 2 alat bukti lain dari pasal 188 ayat(2)
KUHAP, yakni: . 61 Ibid., halaman 402. 62 Lilik Mulyadi,op.cit.,halaman
215. Universitas Sumatera Utara a. Informasi yang diucapkan, dikirim,
diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang
serupa dengan itu; b. Dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi
yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas,
benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik,
yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda,
10
angka, atau perforasi yang memiliki makna. Dengan adanya ketentuan
perluasan bahan untuk membentuk alat bukti petunjuk dalam pasal 26A,
secara formal tidak diragukan lagi bahwa informasi dan dokumen yang
dimaksud pasal ini adalah sebagai alat bukti yang kedudukannya sejajar
atau sama dengan 3 (tiga) alat bukti ; keterangan saksi, surat, dan
keterangan terdakwa (pasal 188 ayat 2). Dalam rumusan pasal 26A huruf a
disebut secara tegas “ alat bukti lain”. Artinya, kedudukan informasi dan
dokumen adalah sebagai alat bukti yang sah sama dengan alat bukti
keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Dengan alasan itu, maka
alat bukti petunjuk dalam perkara korupsi sudah dapat dibentuk
berdasarkan informasi dan dokumen saja, tanpa menggunakan alat bukti
lain. Tentu saja, berdasarkan pasal 183 alat bukti petunjuk tidak boleh
berdiri sendiri, artinya hanya satu-satunya alat bukti. Karena informasi dan
dokumen yang dimaksud pasal 26A tidak dapat digunakan untuk
membentuk keyakinan hakim sebagaimana yang dimaksud pasal 183
KUHAP tersebut, fungsi dokumen dan informasi sebagai alat bukti hanya
bernilai sebagai alat bukti untuk Universitas Sumatera Utara membentuk
alat bukti petunjuk saja, tidak dapat digunakan untuk kepentingan lain
selain membentuk alat bukti petunjuk
11
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/148267-ID-pembalikan-beban-
pembuktian-dalam-tindak.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/36006/Chapter%20II.pdf?s
equence=4&isAllowed=y
http://lbhamin.org/pembuktian-dalam-tindak-pidana-korupsi/
http://digilib.unila.ac.id/8930/12/II.pdf
https://www.academia.edu/28783722/Alat_Bukti_dan_Kekuatan_Pembuktian
12