Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan dan merampungkan penyusunan makalah
Identifikasi Bentuk Tindakan Korupsi Berdasarkan Studi Kasus di Lapangan “Aspek,
Manfaat, dan Teknik Investigasi dalam Penindakan Korupsi” dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini penyusun menguraikan beberapa hal pokok pembahasan.Penyusun
juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Namun tidak lepas dari berbagai hal, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan, tata bahasa, dan berbagai aspek lainnya. Oleh
karena ini, dengan lapang dada kami memohon maaf yang sebesarbesarnya dan saya
membuka pintu selebar – lebarnya kepada para pembaca untuk memberikan saran maupun
kritik yang membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Dan yang terakhir, penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
yang buat dapat diambil manfaatnya.Selain itu besar harapan kami semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangsi ilmu kepada para pembaca untuk lebih memperhatikan materi yang
relevan pada makalah ini.

Rengat, 16 Juni 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Konsep Investigasi Dalam Penindakan Korupsi ....................................... 3
2.1.1 Konsep Investigasi ........................................................................ 3
2.1.2 Penindakan Korupsi ...................................................................... 3
2.2 Aspek Investigasi Dalam Penindakan Korupsi ......................................... 7
2.3 Manfaat Investigasi Dalam Pendindakan Korupsi .................................... 9
2.4 Teknik Investigasi Dalam Penindakan Korupsi ........................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14
3.2 Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi merupakan suatu kejahatan yang secara langsung dan tidak langsung
membunuh ekonomi kalangan rendah dan menghambat negara dalam mengembangkan dan
memajukan ekonomi masyarakat.Pelaku korupsi disebut juga koruptor.Korupsi tidak hanya
yang sering kita temui pada kalangan pejabat, melainkan juga kita sering melakukan korupsi
tetapi bentuknya dalam skala kecil.
Indonesia merupakan negara peringkat ke-3 di Asia dengan negara pelaku korupsi
terbesar di Asia. Salah satu alasan banyak pelaku korupsi di Indonesia, yaitu lemahnya
hukum dan kebijakan di Indonesia. Hukum di Indonesia adalah hukum yang tumpul ke atas
namun tajam ke bawah, yang berarti hukum berdampak ringan kepada pejabat tinggi, namun
hukum justru berdampak berat bagi kalangan bawah.
Korupsi di Indonesia semakin merajalela di kalangan politik, Dikarenakan mahalnya
biaya politik.Korupsi juga banyak terjadi di lingkup Pendidikan.Selaku mahasiswa, kita harus
membekali diri kita dengan Pendidikan yang mengajarkan kita untuk menjauhi perilaku
korupsi.
Pendidikan Anti Korupsi merupakan suatu upaya Lembaga Pendidikan dalam
mendidik dan memberikan contoh kepada mahasiswa untuk dapat menghindar maupun
menolak berbagai jenis korupsi. Dalam Pendidikan anti korupsi juga mempelajari bagaimana
mengidentifikasi bahwa seseorang atau suatu Lembaga itu melakukan korupsi, salah satunya
dengan cara investigasi.
Investigasi merupakan upaya untuk menyelidiki suatu kasus terutama dalam hal
korupsi, sehingga memperoleh hasilnya yang menandakan bahwa seseorang itu korupsi atau
tidak. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai materi menginvestigasi bentuk tindakan
korupsi berdasarkan studi kasus di lapangan adapun materi ini berkaitan dengan konsep
investigasi, aspek investigasi, manfaat investigasi, dan teknik – teknik dalam melakukan
investigasi dalam penindakan korupsi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Konsep Investigasi dalam Penindakan Korupsi?
2. Apa saja Aspek Investigasi dalam Pendindakan Korupsi?
1
3. Apa Manfaat Investigasi dalam Penindakan Korupsi?
4. Bagaimana Teknik Investigasi dalam Penindakan Korupsi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Konsep Investigasi dalam Penindakan Korupsi.
2. Untuk Mengetahui Aspek Investigasi dalam Penindakan Korupsi.
3. Untuk Mengetahui Manfaat Investigasi dalam Penindakan Korupsi.
4. Untuk Mengetahui Teknik Investigasi dalam Penindakan Korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Invetigasi dalam Penindakan Korupsi


2.1.1 Konsep Investigasi
1. Pengertian Investigasi
Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan
selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat
membandingkan dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat
diperoleh satu atau lebih hasil.
Investigasi merupakan sebuah metode penyelidikan yang sistematik, lebih
menperupai seni penelusuran atas fakta yang dilaporkan atau yang diduga
terjadi”.Artinya invetigasi tidak dapat dilakukan secara serampangan tanpa
perencanaan yang memadai, dan dalam prosesnya karena menyerupai seni menuntut
fleksibelitas di lapangan.
Investigasi tidak hanya dilakukan oleh institusi penegak hukum maupun
lembaga-lembaga pemerintah seperti Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan
Korupsi, Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan,
Inspektorat Jendral, Inspekrorat Wilayah dan Badan Pengawasan Daerah namun pada
kasus-kasus tertentu masyarakat bisa melakukan investigasi.
2. Tujuan Investigasi
Tujuan investigasi secara umum adalah untuk memperoleh fakta dan
kronologi kecelakaan, mencari akar penyebab kecelakaan, dan menentukan tindakan
perbaikan agar kecelakaan yang sama tidak terjadi kembali. Laporan investigasi
dibuat berdasarkan fakta yang ada. Untuk membuat laporan investigasi, diperlukan
pengamatan langsung ke lokasi, wawancara dengan narasumber, serta mencari
informasi dari berbagai sumber (Fransiska, dkk., 2015:6).
Mengkonstruksi sebuah peristiwa korupsi sangat bergantung pada bukti yang
dimiliki.Semakin banyak bukti yang dimiliki, maka semakin mendekati dengan
kejadian yang sesungguhnya. Berdasarkan pasal 184 ayat 1 Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), alat bukti ialah :
1) Keterangan saksi
2) Keterangan ahli
3) Surat-surat
3
4) Petunjuk
5) Keterangan terdakwa
Mengenai alat bukti, pasal 44 ayat 2 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi informasi atau data yang diucapkan, dikirim, di terima,
atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik sebagai alat bukti
yang mempunyai nilai pembuktian. Artinya, dalam mengungkap perkara korupsi,
investigasi bisa difokuskan mencarian kelima alat bukti tersebut.Karena, bukti
permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-
kurangnya 2 (dua) alat bukti.
3. Cara Kerja dan Metode Investigasi
Kerja-kerja Investigasi terbagi menjadi tiga macam :
1) Investigasi melebur , yaitu investigator ingin terlibat masuk dalam suatu peristiwa.
2) Investigasi menempel, yaitu investigator ingin menembus nara sumber tertentu.
3) Investigasi berjarak, yaitu investigator hanya mengamati suatu peristiwa. Dalam
dunia investigasi dikenal dengan dua metode :
a. Investigasi dengan metode tertutup, yang dilakukan secara tersembunyi tanpa
dikenali identitas investigator ini adalah jenis dari investigasi berjarak.
b. Investigasi dengan metode terbuka, yang dilakukan dengan menempuh
mekanisme formal dan terang-terangan, ini dalah jenis sari investigasi
melembur dan menempel karena investigator akan berinteraksi dengan orang-
orang tertentu untuk mendapatkan informasi.
Dalam investigasi diperlukan:
a) Membuat pertanyaan sendiri, misalnya :
- Bagaimana jika ....?
- Adakah yang lain?
- Adakah suatu keteraturan?
- Bagaimana polanya?, dan sebagainya.
b) Menentukan arah yang dituju dengan memikirkan apa yang terjadi, misal :
jika....?, dan sebagainya
4. Prinsip-Prinsip Investigasi
Ada beberapa prinsip-prinsip dalam investigasi, yaitu ;
1) Mengungkap fakta dibalik fakta
2) Dilakukan secara tertutup/ diam-diam
3) Menggunakan cara-cara luar biasa
4
4) Melindungi informan dan saksi
5. Tahapan dalam Melakukan Investigasi
Investigasi tidak bisa dilakukan secara sembarangan tanpa pola yang jelas, dan
rencana yang terukur.Sehingga resiko tidak mencapai tujuan investigasi bisa
diminimalisi, bahkan dalam kondisi tertentu hal-hal yang bisa membahayakan
investigator dilapangan bisa direduksi.Beberapa sasaran yang perlu dicapai dalam
melakukan investigasi.mensubtitusi/melengkapi/ mengontrol proses penyidikan resmi,
mendorong dan mengawal proses hukum, mendorong partisipasi masyarakat dan
membangun kesadaran umum. Untuk itu, ada beberapa tahap yang bisa dilakukan
oleh masyarakat yang terbagi dalam dua tahap.
1) Tahap pertama
a. Adanya Petunjuk Awal
b. Investigasi Pendahuluan (Riset Awal)
c. Pembentukan Hipotesis
d. Pencarian dan Pendalaman Literatur
e. Pelacakan Dokumen
f. Wawancara Sumber Ahli.
2) Tahap kedua
a. Pengamatan langsung di lapangan
b. Pengorganisasian Berkas
c. Wawancara lebih lanjut
d. Pengorganisasian data dan fakta
e. Penulisan laporan
f. Pemeriksaan ulang atas fakta
g. Pemeriksaan atas kemungkinan pencemaran nama baik.
2.1.2 Penindakan Korupsi
Penindakan kasus korupsi dilakukan oleh institusi penegak hukum, yaitu
Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).Tujuan adanya
penindakan adalah agar memberikan efek jera bagi para pelaku kejahatan. Caranya
ada dua, yaitu: menerapkan hukuman badan dan/atau merampas hasil kejahatan
korupsi.
Upaya penindakan korupsi sangat diperlukan.Komitmen tersebut harus
diaktualisasikan dalam bentuk strategi yang komprehensif untuk meminimalisasi
tindak korupsi. Upaya pencegahan preventif dan represif agar tindak korupsi tidak lagi
5
terjadi adalah meminimalisasi faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi
dan mempercepat proses penindakan terhadap pelaku tindak korupsi. Adapun strategi
untuk meminimalisasi tindak korupsi :
1. Strategi Preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi. Upaya
preventif dapat dilakukan dengan:
1) Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
2) Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
3) Membangun kode etik di sektor publik.
4) Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi
bisnis.
5) Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
6) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan
kesejahteraan pegawai negeri.
7) Mewajibkan pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja
bagi instansi pemerintah.
8) Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
9) Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.
10) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
11) Kampanye untuk menciptakan nilai atau value secara nasional.
2. Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya
kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah.Sehingga dapat segera
ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif pencegahan korupsi:
1) Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
2) Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
3) Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
4) Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
kancah internasional.
5) Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah ata APFP
dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.
3. Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi
6
yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya
murah.Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi
adalah:
1) Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
2) Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar dengan
efek jera.
3) Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas.
4) Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
5) Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem
peradilan pidana secara terus menerus.
6) Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara
terpadu.
7) Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.
8) Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak
pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau PPNS,
dan penuntut umum.
2.2 Aspek Investigasi dalam Penindakan Korupsi
Secara sederhana investigasi didefinisikan sebagai upaya pembuktian, upaya
pencarian dan pengumpulan data – informasidan temuan lainnya untuk mengetahui
kebenaran – atau bahkan kesalahan sebuah fakta.Melakukan kegiatan investigatif sebenarnya
lebih dari sekedar mengumpulkan ribuan data atau temuan di lapangan.Lebih dari itu, kerja-
kerja investigasi adalah menyusun kembali berbagai informasi yang berakhir dengan
kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.
Filosofi dalam dunia medis sejatinya juga di adopsi dan diinternalisasi dalam upaya
pemberatasan korupsi bahwa “ Mencegah lebih baik dari pada mengobati “ meskipun di
klaim oleh Sebagian kalangan bawah semua poros bangsa telah terinfeksi dan terjangkiti
virus korupsi akan tetapi meskipun demikian semangat opyisme dalam pembarantasan
korupsi senantiasa terus dikorbankan. Kaloborasi antara aspek penindakan dan aspek
pencengahan harus tetap seiring dan sejalan seirama ibarat okerstra yang melantukan alunan
music yang selaras sebab untuk memberantas korupsi yang sistematis diperlukan keterlibatan
bukan hanya mengadanlkan apparat penegakan hukum akan tetapi seluruh elemen yang
diharapkan memebrikan kontribusi pemebrantasan korupsi berdasarkan kapasitasnya masing-
7
masing tidak terkecuali juga akedemis. Aspek pencegahan di tengarai sebagai inventigasi
jangka panjang untuk menamputasi dan manifetasi dalam melahirkan genarasi bersih yang
tidak terkotaminasi dengan generasi masa lalu demi mewujudkan ekspektasi Bersama
indonsesia bersih dari korupsi.
Mengkonstruksi sebuah peristiwa korupsi sangat bergantung pada bukti yang
dimiliki.Semakin banyak bukti yang dimiliki, maka semakin mendekati dengan kejadian yang
sesungguhnya. Berdasarkan pasal 184 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), alat bukti ialah :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat-surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Dakwa
Mengenai alat bukti, pasal 44 ayat 2 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi informasi atau data yang diucapkan, dikirim, di terima, atau disimpan
baik secara biasa maupun elektronik atau optik sebagai alat bukti yang mempunyai nilai
pembuktian. Artinya, dalam mengungkap perkara korupsi,investigasi bisa difokuskan
mencarian kelima alat bukti tersebut. Karena, bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada
apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti.
Investigasi tidak hanya dilakukan oleh institusi penegak hukum maupun lembaga-
lembaga pemerintah seperti :
1. Kepolisian,
2. Kejaksaan,
3. Komisi Pemberantasan Korupsi,
4. Badan Pemeriksa Keuangan,
5. BadanPengawas Keuangan dan Pembangunan,
6. Inspektorat Jendral,
7. Inspekrorat Wilayah
8. Badan Pengawasan Daerah namun pada kasus-kasus tertentu masyarakat bisa melakukan
investigasi.
Sebelum melakukan invesitgasi, masyarakat harus memperhatikan beberapa
pertimbangan.Pertama, Investigasi dilakukan untuk mengungkap fakta yang merugikan-
masyarakat umum (publik) baik secara langsung maupun tidak.Kedua, persoalan yang
menyangkut kepentingan bersama dan cukup masuk akal mempengaruhi kehidupan sosial
8
mayoritas masyarakat umum.Ketiga, terdapat indikasi bahwa pihak-pihak tertentu mencoba
untuk menyembunyikan kejanggalan dari hadapan publik.Dan keempat, kasusyang diduga
terindikasikan tindak pidana korupsi.
Investigasi bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk masyarakat. Pada Prinsipnya,
melakukan kegiatan investigasi sebenarnya lebih dari sekedar mengumpulkan ribuan data
atau temuan di lapangan. Tetapi juga menyusun berbagai informasi yang pada akhirnya bisa
disimpulkan atas rangkaian sebuah peristiwa.
Untuk menjaga kualitas dari investagasi sebaiknya, masyarakat yang melakukan
investigasi harus memahami prinsip-prinsip dalam investigasi, yaitu :
1. Mengungkap fakta dibalik fakta
2. Dilakukan secara tertutup/ diam-diam
3. Menggunakan cara-cara luar biasa
4. Melindungi informan dan saksi
2.3 Manfaat Investigasi dalam Penindakan Korupsi
Setelah dijelaskan materi-materi konsep dan aspek investigasi, maka selanjutnya
adalah tentang manfaat invesigasi. Menurut Suradji dalam situs BPKP menerangkan bahwa
terdapat empat manfaat dari sebuah investigasi yang ditujukan dalam penindakan korupsi,
yaitu:
1. Mendeteksi kasus posisi dan modus operandi.
Salah satu manfaat dari investigasi adalah untuk mengetahui kasus posisi atau bisa
disebut juga dengan urutan peristiwa yang terkait dengan perkara.modus operandi atau
cara pelaku atau kelompok pelaku kejahatan dalam menjalankan rencananya juga bisa
diketahui dengan dilakukannya sebuah investigasi.
2. Menetapkan sebab-sebab penyimpangan dan rekomendasi Jadi, dengan diadakannya
sebuah investigasi juga akan bermanfaat dalam menetapkan sebab-sebab penyimpangan
(berbuat korupsi), seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa sebab sebab tersebut
dipengaruhi oleh dua factor yaitu factor internal dan factor eksternal. Dimana factor
internal tersebut meliputi sifat serakah, tamak, rakus, gaya hirup konsumtif atau
berlebihan dan moral yang lemah, kemudian factor eksternal seseorang dapat berbuat
korupsi diantaranya adalah aspek social, politik, hokum, ekonomi dan aspek organisasi.
maka aspek yang melatarbelakangi kasus tersebut bisa diketahui dengan pasti dengan
diadakannya sebuah investigasi.
3. Mengindentifikasi pihak-pihak yang diduga terkait atau bertanggungjawab
4. Menghitung jumlah kerugian keuangan negara.
9
2.4 Teknik Investigasi dalam Penindakan Korupsi
Proses Pembuktian tindak pidana korupsi, dimulai dari laporan polisi atau pengaduan
masyarakat (dumas), dari laporan atau pengaduan tersebut dilakukan kajian sambil
melakukan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket), jika ditemukan indikasi awal
penyimpangan maka dilanjutkan ke tahap penyelidikan dengan menerbitkan Surat Perintah
Penyelidikan (sprin lidik), dalam tahap penyelidikan dilakukan perluasan ruang lingkup,
penambahan bahan dan keterangan sebanyak-banyaknya (Nasrullah, Kalangi, & Gamaliel,
2019).
Audit investigatif dalam praktiknya memiliki beberapa jenis teknik. Teknik
investigatif itu diantaranya teknik audit, teknik perpajakan, follow the money, computer
forensic, dan teknik kunci. Teknik-teknik tersebut akan digunakan selama proses investigasi
dimulai dari pendeteksian kecurangan hingga perhitungan jumlah kerugian yang dialami
negara. (Rozali, 2015)
1. Teknik Audit
Teknik audit merupakan suatu bentuk audit atau pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau kejahatan dengan
menggunakan pendekatan, prosedur, dan teknik‐teknik yang umumnya digunakan dalam
suatu penyelidikan atau penyidikan terhadap suatu kejahatan. Yaitu dengan memeriksa
fisik, meminta konfirmasi, memeriksa dokumen, review analitikal, meminta informasi
lisan atau tertulis dari auditee, menghitung kembali, dan mengamati. (Ningrum, 2018)
didalam tulisannya menjelaskan mengenai ke-7 prosedur penyidikan tersebut:
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai
penghitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing), kertas
berharga, persediaan barang, aset tetap, dan barang berwujud (tangible assets) lainnya.
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selainauditee) untuk menegaskan
kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi.
Meminta konfirmasi dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan
maupun nonkeuangan. Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi
punya kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan
konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya.
Memeriksa dokumen. Teknik ini tidak memerlukan pembahasan yang khusus.
Tidak ada audit investigative tanpa pemeriksaana dokumen. Hanya saja, dengan
kemajuan teknologi seperti saat ini, definisi dokumen menjadi lebih luas.Termasuk
informasi yang diolah, disimpan, dan dipindahkan secara elektronis.Oleh karenanya,
10
Teknik memeriksa dokumen mencakup pula penggunaan computer forensic.
Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang membawa auditor pada
gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari
gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan wajar atau tidaknya diperoleh dari
perbandingan terhadap brench mark : apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah
merumuskan patokan. Kenali pola hubungan (relationship pattern) data keuangan yang
satu dengandata keuangan yang lain atau data non-keuangan yang satu dengan data non-
keuangan yang lain.
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk berbohong.
Mengitung kembali atau reperform tidak lain dari mengecek kebenaran
perhitungan (kali, bagi, tambah,kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim
dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai bekerja
sebagai auditor; seorang junior auditor dikantor akuntan. Reperform dalam audit
invetigatif harus disupervisi oleh auditor yang berpengalaman karena perhitungan yang
dihadapi dalam audit investigative umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak
yang sangat rumit, dan kemungkinan terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui
sesuatu.Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk untuk menolong investigator
dalam menemukan kemungkinan adanya korupsi yang telah dilakukan.
2. Teknik Perpajakan
(Ningrum, 2018) didalam tulisannya juga menjelaskan mengenai Teknik
perpajakan dalam investigasi tindak korupsi.Terdapat dua teknik audit invetigatif yang
secara luas di praktikan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua
teknik audit investigative ini adalah: Net worth method dan expenditure method. Kedua
teknik ini digunakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (PKP) yang belum
dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya.Kedua teknik tersebut menggunakan logika
pembukuan atau akuntansi yang sederhana.
Net worth method digunakan untuk melakukan audit investigative pajak yang
digunakan untuk membuktikan adanya PKP yang belum dilaporkan oleh WP. Untuk
organized crime yang ingin dibuktikan adalah untuk membuktikan adanya penghasilan
yang tidak sah dan melawan hukum atau ilegal income. Pemeriksaan dapat
dihubungkandengan besarnya pajak yang dilaporkan dan dibayarsetiap tahunnya.
Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari penyelidikan ini.
11
Expenditure method merupakan derivasi atau turunan dari net worth method
yang digunakan IRS sejak tahun 1940-an. Expenditure method harus digunakan untuk
kasus organized crime seperti: tersangka kelihatannya tidak membeli asset
(rumah,tanah,saham,perhiasan), tersangka mempunyai gaya hidup mewah, dan agaknya
diluar kemampuannya, tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan. Ilegal income
harus ditentukan untuk menghitung denda, kerugian keuangan negara, dan pungutan
negara lainnya.
3. Follow The Money
Dalam setiap tindak pidana korupsi , setidaknya ada tiga komponen, yaitu pelaku,
tindak pidana yang dilakukan, dan hasil tindak pidana. Hasil tindak pidana dapat berupa
uang atau harta kekayaan lain. Pendekatan follow the money mendahulukan mencari
uang atau harta kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan mencari pelaku
kejahatan. Setelah hasil diperoleh, kemudian dicarilah pelakunya dan tindak pidana yang
dilakukan. Dalam mencari hasil tindak pidana, dipergunakan pendekatan analisis
keuangan (financial analysis). Di sini dipergunakan ilmu akuntansi dan ilmu
pengetahuan lain yang terkait. Ilmu akutansi yang dipakai adalah akutansi forensic
(forensic accounting)
Pendekatan follow-the-money ini memiliki beberapa keuntungan.Karena
jangkauannya yang lebih luas, dianggap lebih adil daripada illegal logging, lebih mudah
dan tidak berisiko karena penyidik tidak berhadapan langsung dengan pelaku yang
cenderung melawan Ketika disidik. Pendekatan ini melacak hasil kejahatan yang akan
dibawa ke pengadilan dan disita atas nama negara, karena pelaku tidak memiliki hak
untuk mengambil aset yang diperoleh secara ilegal. Dengan disitanya hasil kejahatan ini,
maka akan mengurangi atau menghilangkan niat seseorang untuk melakukan kejahatan
pencurian harta negara. (Sutrisni & Sukranata, 2013)
4. Computer Forensic
Komputer Forensik merupakan salah satu cabang ilmu forensik yang
berhubungan dengan bukti hukum yang ditemukan dalam komputer maupun media
penyimpanan secara digital. Komputer forensik ini dikenal sebagai Digital
Forensik.Banyak bidang yang dimanfaatkan dan dilibatkan pada suatu kasus kejahatan
atau kriminal untuk suatu kepentingan hukum dan keadilan, dimana ilmu pengetahuan
yang dikenal dengan ilmu pengetahuan.
Adapun tujuan untuk mengetahui dan menganalisis bukti digital, serta
memperoleh berbagai fakta yang objektif dari kejadian atau pelanggaran keamanan dari
12
sistem informasi. Berbagai fakta tersebut akan menjadi bukti yang akan digunakan
dalam proses hukum. Contohnya, melalui Forensik Internet, kita dapat mengetahui siapa
saja orang yang mengirim email kepada kita, kapan dan dimana keberadaan pengirim.
Terdapat empat fase dalam forensik komputer, antara lain yaitu: pengupulan data,
pengujian, analisis, dan dokumentasi laporan.
Adapun aktivitas pemeriksaan komputer biasanya dilakukan dalam dua konteks
utama.Pertama adalah konteks terkait dengan pengumpulan dan penyimpanan data yang
berisi seluruh rekaman rinci mengenai aktivitas rutin yang dilaksanakan oleh organisasi
atau perusahaan tertentu yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi.Dan
kedua adalah pengumpulan data yang khusus dalam konteks adanya suatu tindakan
kejahatan berbasis teknologi. (BINUS University School of Accounting, 2020)
5. Teknik Kunci
Tahapan terakhir dari audit investigatif adalah melaporkan hasil pemeriksaan itu
sendiri. Menurut (Singleton & Singleton, 2019) ada empat tahapan kunci utama dalam
teknik audit investigatif. Predication, fraud theory approach, approach the suspect dan
report.
Pada akhirnya, penyidik harus menuliskan seluruh penemuan dalam sebuah
laporan dan diberikan kepada pihak yang berwenang.Namun jika kasusnya telah sampai
ke pengadilan, maka hasil pekerjaan penyidik itu harus dipresentasikan dalam
persidangan. Laporan temuan ini berhubungan dengan tujuan dari audit investigatif itu
sendiri. Dimana tujuannya adalah meneydiakan laporan secara teratur untuk membantu
pengambilan keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya dan memberikan
rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya kecurangan ini dengan
tepat. (Rozali, 2015)

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Investigasi merupakan upaya penyelidikan yang dilakukan secara sistemasis,
bertujuan untuk menemukan kronologi kejadian dan menetukan tindakan perbaikan
kedepannya. Terdapat beberapa cara kerja investigasi yaitu; investigasi melebur,
investigasi menempel,dan investigasi berjarak. Tahapan dalam melakukan investigasi ada
terdapat dua tahapan.
Investigasi bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk masyarakat. Untuk menjaga
kualitas dari investagasi sebaiknya, masyarakat yang melakukan investigasi harus
memahami prinsip-prinsip dalam investigasi, yaitu;
1) Mengungkap fakta dibalik fakta,
2) Dilakukan secara tertutup/ diam-diam,
3) Menggunakan cara-cara luar biasa,
4) Melindungi informan dan saksi.
Investigasi dalam penindakan korupsi memiliki beberapa manfaat diantaranya;
1) Mendeteksi kasus posisi dan modus operandi,
2) Menetapkan sebabsebab penyimpangan dan rekomendasi,
3) Mengindentifikasi pihak pihak yang diduga terkait atau bertanggungjawab,
4) Menghitung jumlah kerugian keuangan negara.
Audit investigatif dalam praktiknya memiliki beberapa jenis teknik. Teknik
investigatif itu diantaranya teknik audit, teknik perpajakan, follow the money, computer
forensic, dan teknik kunci. Teknik-teknik tersebut akan digunakan selama proses investigasi
dimulai dari pendeteksian kecurangan hingga perhitungan jumlah kerugian yang dialami
Negara.
3.2 Saran
Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara, terutama bagi negara
yang masih berkembang.Karena hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan negara.Sebagai insan bermoral dan berpendidikan, marilah jauhi segala
tindakan yang menjurus pada tindak pidana korupsi demi kemajuan bangsa dan negara.

14
DAFTAR PUSTAKA

BINUS University School of Accounting. (2020, Juli 20). Komputer Forensik. Diambil
kembali dari Accounting BINUS:
https://accounting.binus.ac.id/2020/07/20/komputer-forensik/

Nasrullah, Kalangi, L., & Gamaliel, H. (2019). Analisis Pembuktian Kasus Tindak
Pidana Korupsi Melalui Pemanfaatan Laporan Audit Forensik dan Pemberian
Keterangan Ahli Oleh Auditor Forensik di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset
Akuntansi dan Audit "Goodwill", 163.

Ningrum, M. E. (2018, May 30). Investigasi Teknik Audit dan Teknik Perpajakan.
Diambil kembali dari SCIBID:
https://id.scribd.com/presentation/380563973/Investigasi-Teknik-Audit-DanTeknik-
Perpajakan

Rozali, R. Y. (2015). Teknik Audit Investigatif Dalam Pengungkapan Money


Laundering Berdasarkan Persfektif Akuntan Forensik. Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, 574-575.

Singleton, T., & Singleton, A. (2019). Fraud Auditing and Forensic Accounting Fourth
Edition.United State of America: John Willey & Sons, inc.

Sutrisni, N. K., & Sukranata, K. (2013). Pendekatan Follow The Money Dalam
Peneliusuran Tindak Pidana Pencucian Uang Serta Tindak Pidana Lain. Jurnal Ilmu
Hukum, 3-4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Novianti, dkk. 2013. Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: P3DI Setjen DPR RI dan
Azza Grafika

Djaja, Ermansjah. 2010. Memberantas Korupsi bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika

Abdaud, F. (2017). Peran Akademisi Dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Suryani, I. (2013). Penanaman nilai anti korupsi di perguruan tinggi sebagai upaya

15
preventif pencegahan korupsi. Jurnal Visi Komunikasi/Volume XII, 308.

Waluyo, B. (2022). Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi: Strategi dan Optimalisasi.


Sinar Grafika.

16

Anda mungkin juga menyukai