Disusun Oleh:
RIAU
2024
KATA PENGANTAR
Makalah ini ditulis untuk pemenuhan tugas Program S1 Ilmu Hukum. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Radini S.H, M.H
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima
dengan senang hati. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat terutama
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
C. Penuntutan .................................................................................................. 6
A. Kesimpulan............................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat masih menjadi salah satu
sistematik dan meluas sehingga bukan saja merugikan kondisi keuangan negara,
tetapi juga telah melanggar hak – hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.
Oleh karenanya, tidaklah salah dan berlebihan apabila dikatakan bahwa fenomena
maraknya tidak pidana korupsi yang terjadi di indonesia sudah menjadi penyakit yang
kronis dan sulit unrtuk disembuhkan. Tindak pidana korupsi telah menjadi sesuatu
yang sistematik, sudah menjadi suatu sistem yang menyatu dengan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan dapat dikatakan bahwa pemerintah justru akan hancur
menjadi struktur yang korup dan akan hancur manakala korupsi tersebut dihilangkan.
pidana korupsi. Namun demikian, hingga saat ini tindak pidana korupsi masih
bangsa Indonesia tidak pernah dan tidak boleh menyerah. Perlawanan terhadap tindak
1
Liza and Rusmini Deshaini, Mekanisme Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi Di
Pengadilan, 8, 2019, 107–19.
1
pidana korupsi harus terus dilakukan. Perlawanan terhadap tindak pidana korupsi ini
tentunya harus dilakukan dengn lebih masif, sistematis, konsisten, dan berkomitme
hukum acara yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yaitu
bentuk – bentuk putusan Hakim dalam tindak pidana korupsi adalah putusan bebas
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
korupsi di Indonesia?
2. Untuk Mengetahui Apa saja Mekanisme pemeriksaan dalam tindak pidana korupsi
di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
corruption (Perancis), dan corruptie, koruptie (Belanda). Secara harfian, kata korupsi
Nomor 20 tahun 2001. Dalam Undang-Undang yang baru ini lebih diuraikan elemen-
elemen dalam pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang pada
khusus pascareformasi yang diharapkan dapat menjadi model dari pengadilan yang
independen, berkualitas, adil, dan modern. Pengadilan ini awalnya diatur dalam UU
No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan
2
Dr. Nasaruddin Umar, Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia & Strategi Khusus
Pembinaan Narapidana Korupsi, Lp2M Iain Ambon, 2019.
3
Komisi Pemberantasan Korupsi, „Gratifikasi Akar Korupsi‟, Kpk, 53.9 (2019), 1689–99
<www.journal.uta45jakarta.ac.id>.
3
kewenangan mengadili khusus pada perkara-perkara tipikor yang penuntutannya
2006, telah membawa perubahan terhadap beberapa hal terhadap tindak pidana
korupsi dan pengadilan tindak pidana korupsi, yaitu tindak pidana korupsi sebagai
tindak pidana biasa (umum) dan, oleh sebab itu, penanganan tindak pidana korupsi
dilakukan melalui prosedur biasa/normal. Tidak lagi ada Pengadilan Tipikor yang
khusus memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana korupsi yang
Bentuk atau Jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dapat dikelompok kan
sebagai berikut:6
2. Suap menyuap
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
4
Arsil. and others, Anti-Corruption Courts in Indonesia after 2009 : Between Expectation and
Reality, 2021.
5
Mudzakkir, „Pengadilan Tindak Pidana Korupsi: Tindak Pidana Biasa Penangannya Luar
Biasa‟, Legislasi Indonesia, 8.2 (2011), 297–320.
6
KPK, Memahami Untuk Membasmi, 2006.
4
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
B. Pemeriksaan Pendahuluan
siding di pengadilan akan melalui beberapa proses yaitu proses penyidikan dan
peristiwa apayang telah terjadi, membuat berita acara serta laporannya yang nantinya
setiap pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan penyidik menurut pasal 6 ayat 1
KUHAP adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri
seorang tersangka atau terdakwa diatur di dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAPyaitu : 8
2. Dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau
terdakwa akan melarikan diri, merusak, atau menghilangkan barang buki ; dan
7
Deshaini.
8
Deshaini.
5
3. Mengulangi tindak pidana Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa
di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan
terdakwa yang melakukan tindak pidana dan/atau Tindak pidana tersebut diancam
dengan pidana penjara lima tahun atau lebih. Jenis-jenis penahanan (Pasal 22
d. Penahanan kota, Penahanan kota dilakukan di kota tempat tinggal atau tempat
terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan. Untuk penahanan kota
C. Penuntutan
Proses penuntutan suatu tindak pidana korupsi merupakan bagian yang sangat
6
pengadilan. Selain itu tujuan dari proses penuntutan adalah sebagai filter atau
penyaring terhaap suatu berkas perkara tindak pidana korupsi apakah sudah layak
permintaan supaya perkara tersebut diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
b. Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
memberi pengertian bahwa penuntut umum harus seorang Jaksa. Dan tugas Jaksa
hakim.
(eksekutor).
9
Billy Lanongbuka. Olga A.Pangkerego. Christine S.Tooy, „Wewenang Penuntut Umum
Melakukan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi‟, Lex Crimen, IX.4 (2020), 75–85
<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/30807>.
7
Dalam tugasnya sebagai penuntut umum, Jaksa mempunyai tugas :
1. Melakukan penuntutan.
persidangan pidana yang sedang berjalan. Penuntut umum dalam perkara pidana
harus mengetahui secara jelas semua pekerjaan yang harus dilakukan penyidik dari
mulai tersangka disidik, kemudian diperiksa perkaranya, lalu ditahan, dan akhirnya
apakah tuntutannya yang dilakukan oleh Jaksa itu sah dan benar atau tidak
D. Pemeriksaan Akhir
d. Keterangan terdakwa
10
S.Tooy.
11
Kadek Wijana, I Made Sepud, and Anak Agung Sagung Laksmi Dewi, „Peradilan Tindak
Pidana Korupsi Bagi Anggota Militer‟, Jurnal Analogi Hukum, 2.3 (2020), 404–8
<https://doi.org/10.22225/ah.2.3.2494.404-408>.
8
f. Requisitoir atau tuntutan pidana (Pasal 187 huruf a KUHAP)
i. Kesimpulan
j. Putusan Pengadilan
Bentuk dari putusan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah :
Dalam praktek putusan bebas yang lazim disebut putusan acquittal, yang
berarti bahwa tersakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan tidak
terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang didakwakan atau dapat
juga disebut terdakwa tidak dijatuhi hukuman pidana. Berdasarkan ketentuan Pasal
191 ayat (1)KUHAP, putusan bebas Terhadap pelaku tindak pidana korupsi atau
secara sah dan meyakinkan Adapun menurut penjelasan Pasal 19 ayat (1)
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan adalah tidak cukup bukti
9
2. Putusan Pemidanaan (Veroordeling)
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan maka majelis
terdakwa itu tidak dilakukan penahanan, dapat diperintahkan oleh majelis hakim
supaya terdakwa tersebut ditahan, apabila tindak pidana yang dilakukan itu
diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, atau apabila tindak pidana
yang dilakukan diatur dalam Pasal 21 ayat (4) huruf b KUHAP dan terdapat cukup
alasan untuk itu. Dalam aspek terdakwa dilakukan suatu penahanan maka
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kasus korupsi.
2. Perlunya penggunaan bukti yang kuat dan prosedur hukum yang benar untuk
4. Diperlukan koordinasi yang baik antara lembaga penegak hukum, pemerintah, dan
memberantas korupsi.
5. Perlunya reformasi hukum dan penegakan hukum yang lebih baik guna
korupsi di masyarakat.
B. Saran
11
dalam rindak pidana korupsi di Indonesia dan mengetahui bentuk-bentuk
12
DAFTAR PUSTAKA
Arsil., Astriyani., Dian Rositawati, M. Tanziel. Aziezi, David (David J.) Cohen, East-
Dr. Nasaruddin Umar, Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia & Strategi
Komisi Pemberantasan Korupsi, ‘Gratifikasi Akar Korupsi’, Kpk, 53.9 (2019), 1689–
99 <www.journal.uta45jakarta.ac.id>
(2020), 75–85
Wijana, Kadek, I Made Sepud, and Anak Agung Sagung Laksmi Dewi, ‘Peradilan
Tindak Pidana Korupsi Bagi Anggota Militer’, Jurnal Analogi Hukum, 2.3
13