Disusun Oleh :
Kelompok 11
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita
bersama sehingga penyusunan tugas makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Sholawat dan salam atas junjungan alam nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan
dengan seringnya bersholawat kita termasuk umat yang mendapat syafaat beliau di
akhir kelak nanti. Amin.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Tindak Pidana Korupsi yang berjudul “Tindak Pidana Korupsi
dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................................................Ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A. Kesimpulan........................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi yang populardisebut sebagai penyalahgunaan
kekuasaan untuk keuntunganpribadi pada dasarnya merupakan masalah
keadilan sosial. Secara sederhana, tindak pidana korupsi dapat dipahami sebagai
suatu perbuatan yang curang, yaitu dengan menyelewengkan atau
menggelapkan keuangan negara yang dimaksudkan untuk memperkaya diri
sendiri yang dapat merugikan negara dan juga penyelewengan atau penggelapan
uang negara tersebut untuk kepentingan pribadi dan orang lain.
Fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru menarik
perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Fenomena korupsi di
Indonesia sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Salah satu bukti yang
menunjukkan bahwa korupsi sudah ada dalam masyarakat Indonesia jaman
penjajahan yaitu dengan adanya tradisi memberikan upeti oleh beberapa
golongan masyarakat kepada penguasa setempat.
Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut.
Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan.
Di negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang
menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi Negara
seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN.
Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia dalam menangani kasus-kasus
korupsi selama ini cenderung mengutamakan cara melalui jalur pidana yang
lebih berfokus pada penghukumanterhadap pelaku tindak pidana korupsi
daripada pengembalian aset atau keuangan negara. Namun, kenyataannya, jalur
pidana tidak cukup efektif untuk mencegah, memberantas, dan mengurangi
jumlah tindak pidana korupsi.Pengembalian keuangan atau aset negara hasil
tindak pidana korupsi terasa sulit dilakukan karena pada umumnya tindak
pidana korupsi dilakukan dengan cara-cara yang sangat rahasia, terselubung,
1
dan melibatkan banyak pihak dengan solidaritas yang kuat untuk menutupi
perbuatan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pemberantasan tindak pidana korupsi di indonesia?
2. Sebutkan peraturan perundang-undangan di indonesia tentang tindak pidana
korupsi?
3. Sebutkan peraturan perundang-undangan yang pernah digunakan untuk
tindak pidana korupsi di indonesia?
2. Manfaat Makalah
a. Sebagai sumber pemahaman bagi kita tentang peraturan perundang-
undangan di indonesia tentang tindak pidana korupsi
b. Memperluas khazanah ilmu pengetahun tentang sejarah peraturan
perundang-undangan tentang pemberantasan korpsi
c. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Laporan
Keuangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menunjukkan keseriusan atau komitmen pemerintah. Perlu lebih dari sekedar
melahirkan suatu peraturan perundang-undangan, yaitu menerapkan ketentuan
yang diatur di dalam undang-undang dengan cara mendorong aparat penegak
hukum yang berwenang untuk memberantas korupsi dengan cara-cara yang
tegas, berani, dan tidak pandang bulu.
Keberadaan undang-undang pemberantasan korupsi hanyalah satu dari
sekian banyak upaya memberantas korupsi dengan sungguh-sungguh. Di
samping peraturan perundang-undangan yang kuat, juga diperlukan kesadaran
masyarakat dalam memberantas korupsi. Kesadaran masyarakat hanya dapat
timbul apabila masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman akan
hakikat tindak pidana korupsi yang diatur dalam undang-undang. Untuk itu
sosialisasi undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi, khususnya
mengenai delik korupsi yang diatur di dalamnya, perlu terus dilakukan secara
simultan dan konsisten. Pengetahuan masyarakat akan delik korupsi mutlak
diperlukan mengingat ketidaktahuan akan adanya peraturan perundang-
undangan tidak dapat dijadikan alasan untuk menghindar dari tanggung jawab
hukum.2
2
Moeljatno, Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP), Edisi Baru, Cetakan ke-18, (Jakarta: Bumi
Aksara 1994), hlm. 121.
4
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan perbuatan tersebut dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Namun secara khusus
undang-undang tersebut menjabarkan klasifikasi tindak pidana korupsi yang
berkaitan dengan merugikan keuangan negara, suap menyuap, penggelapan
dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan gratifikasi.3
Sedangkan menurut konvensi Merida 2003, United Nations convention
against corruption (UNCAC) merekomendasikan setiap negara yang
meratifikasi konvensi ini untuk mengkriminalisasi perbuatan yang
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi, yaitu
1. Bribery of national public official (suap dalam pejabat negara)
2. Bribery average publik official an official of public interest interntional
organization (suap dalam pejabat luar negeri dan organisasi internasional)
3. Emblezzlement (penggelapan)
4. Misappropriation are other diversion of property by a public official
(penyalahgunaan barang atau bentuk penyimpangan lainnya oleh pejabat
publik)
5. Trading in influence (jual beli pengaruh)
6. Illicit enrichment (memperkaya diri sendiri)
7. Bribery in private sectors (suap dalam sektor swasta)
8. Emblezzlement of property in the private sector (penggelapan barang
dalam sektor swasta)
3
Ramelan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, Jakarta, hlm 38.
5
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta terakhir
dengan diratifikasinya United Nations Convention Against Corruption, 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan UU No. 7
Tahun 2006. 4
4
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1492:puu-anti-korupsi&catid=65&Itemid=119 diakses
tanggal 4 Juni, Pukul 21.30.
6
Prt/PM/011/1957.Hal yang penting untuk diketahui dari peraturan-peraturan
di atas adalah adanya usaha untuk pertama kali memakai istilah korupsi
sebagai istilah hukum dan memberi batasan pengertian korupsi sebagai
“perbuatan-perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian
negara.”
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi
Dari permulaan dapat diketahui bahwa Peraturan Penguasa Perang Pusat
tentang Pemberantasan Korupsi itu bersifat darurat, temporer, dan
berlandaskan Undang-undang Keadaan Bahaya. Dalam keadaan normal ia
memerlukan penyesuaian. Atas dasar pertimbangan penyesuaian keadaan
itulah lahir kemudian Undang-undang Nomor 24 (Prp) tahun 1960 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang pada mulanya berbentuk
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
4. Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Dalam periode 1970-an, Presiden membentuk apa yang dikenal sebagai
Komisi 4 dengan maksud agar segala usaha memberantas korupsi dapat
berjalan lebih efektif dan efisien. Komisi 4 ini terdiri dari beberapa orang
yaitu Wilopo, S.H., I.J. Kasimo, Prof. Ir. Johannes, dan Anwar
Tjokroaminoto.Adapun tugas Komisi 4 adalah:
a. Mengadakan penelitian dan penilaian terhadap kebijakan dan hasil-
hasil yang telah dicapai dalam pemberantasan korupsi.
b. Memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai
kebijaksanaan yang masih diperlukan dalam pemberantasan korupsi.
5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Seiring dengan gerakan reformasi yang timbul dari ketidakpuasan rakyat
atas kekuasaan Orde baru selama hampir 32 tahun, keinginan untuk
menyusun tatanan kehidupan baru menuju masyarakat madani berkembang
di Indonesia.
7
6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 mempunyai judul yang sama
dengan TAP MPR No. XI/MPR/1998 yaitu tentang Penyelenggara negara
yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Lahirnya undang-
undang ini memperkenalkan suatu terminologi tindak pidana baru atau
kriminalisasi atas pengertian Kolusi dan Nepotisme.
7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Lahirnya undang-undang pemberantasan korupsi Nomor 31 tahun 1999
dilatar belakangi oleh 2 alasan, yaitu pertama bahwa sesuai dengan
bergulirnya orde reformasi dianggap perlu meletakkan nilai-nilai baru atas
upaya pemberantasan korupsi, dan kedua undang-undang sebelumnya yaitu
UU No. 3 tahun 1971 dianggap sudah terlalu lama dan tidak efektif lagi.
Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 sebetulnya tidak sungguh-sungguh
suatu yang baru karena pembuat undang-undang masih banyak
menggunakan ketentuan yang terdapat di dalam undang-undang
sebelumnya.
8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang
No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 merupakan undang-undang yang
lahir semata untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan undang-undang
terdahulu.
9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Lahirnya Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 merupakan amanat dari
Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang menghendaki dibentuknya
suatu komisi pemberantasan tindak pidana korupsi.
10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation
Convention Against Corruption (UNCAC) 2003
8
Undang-undang Nomor 7 tahun 2006 sebagai bentuk partisipasi
pemerintah Indonesia untuk memperkuat UNCAC (United Nation
Convention Against Corruption).
11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2000 merupakan
amanat Undang-un-dang Nomor 31 tahun 1999 yang mengatur adanya
peran serta ma-syarakat dalam pem-berantasan korupsi. Adapun latar
belakang diaturnya peran serta masyarakat dalam Undang-undang Nomor
31 tahun 1999 adalah ka-rena korupsi menyebabkan krisis kepercayaan.
12. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi
Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 lahir dilatarbelakangi oleh
keinginan untuk mempercepat pemberantasan korupsi, mengingat situasi
pada saat terbitnya Inpres pemberantasan korupsi mengalami hambatan dan
semacam upaya perlawanan/serangan balik dari koruptor.Melalui Inpres ini
Presiden merasa perlu memberi instruksi khusus untuk membantu KPK
dalam penyelenggaraan laporan, pendaftaran, pengumuman, dan
pemeriksaan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara). 5
5
Op.Cit, Moeljatno, Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP), Edisi Baru, Cetakan ke-18,
hlm. 121-122.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang “Tindak Pidana Korupsi Dalam
Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia”. Semoga makalah ini menambah
kepustakaan kita dalam materi tersebut . Penulis berharap pembaca dapat
memberikan saran dan kritiknya dalam rangka membangun makalah ini agar
lebih sempurna ini dan sebaik nya pembaca tidak merasa puas, karena masih
banyak ilmu-ilmu yang didapat dengan mencari lebih banyak referensi dari
berbagai sumber,baik buku,jurnal, maupun internet. Mungkin hanya ini saran
yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua.
10
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Romli. 2004. Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek
Internasional. Bandung: Mandar Maju.
Http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1492:puu-anti-
korupsi&catid=65&Itemid=119 Diakses Tanggal 4 Juni 2021, Pukul 21.30.
Moeljatno. 1994. Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP), Edisi Baru, Cetakan ke-18.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ramelan. Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia. Jakarta.
11