Dosen Pengampu:
Disusun Oleh
Kelas/Semester:
TPM A/2
TADRIS MATEMTIKA
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan taufik, nikmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Pendidikan
Karakter dan Anti Korupsi ”Perkembangan Tindak pidana Korupsi”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi sudah dianggap sebagai kejahatan yang sangat luar biasa,
sehingga kejahatan ini sering dianggap sebagai ”beyond the law” karena
melibatkan para pelaku kejahatan ekonomi kelas atas (high level economic) dan
birokrasi kalangan atas, baik birokrat ekonomi maupun pemerintahan1 Pemerintah
Indonesia menyambut baik kerjasama internasional dalam upaya pemberantasan
korupsi dalam kerangka Konvensi PBB Menentang Korupsi Tahun 2003 (UN
Convention Against Corruption), dengan konsekuensi pembentukan undang-
undang pemberantasan tindak pidana korupsi yang baru harus mengacu pada
prinsip-prinsip yang terdapat dalam UNCAC. Namun demikian, pembenahan
terhadap sistem hukum yang ditujukan bagi upaya perbaikan haruslah tetap
berlandaskan kepada nilai-nilai Pancasila yang hidup dalam masyarakat Indonesia
yang selanjutnya mengkristal dan mewujud menjadi hukum yang tercipta dan
berlaku di tengah-tengah masyarakat hukum Indonesia.
Adanya ratifikasi tersebut yang mengatur hal-hal baru dalam rangka
pencegahan dan pemberantasan korupsi membawa konsekuensi berupa upaya
harmonisasi dan revisi peraturan perundang-undangan Indonesia sesuai dengan
isi Konvensi PBB Anti-Korupsi tersebut. Penyempurnaan dan pembaharuan
peraturan perundang-undangan yang progresif diharapkan dapat membantu
percepatan pemberantasan korupsi yang sudah merupakan extraordinary crime,
sehingga diperlukan kajian hukum, sosial, politik dan budaya tersendiri untuk
menjawab tantangan upaya pemberantasan korupsi secara global dan nasional.
Walaupun sudah berkali-kali dirubah dan diganti, akan tetapi peraturan
perundang-undangan yang mengatur pemberantasan tindak pidana korupsi
dianggap belum memadai dan belum maksimal mendukung pencegahan dan
penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi. Salah satunya peraturan
1
Indriyanto Seno Adji, 2007, Korupsi, Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, CV. Diadit Media,
Jakarta
1
perundang-undangan yang ada tersebut belum mengatur mengenai kerja sama
internasional, utamanya dalam hal pengembalian hasil tindak pidana
korupsi2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut
1. Tindak Pidana Korupsi
2. Gratifikasi
3. Tindak Pidan Pencucian Uang (TPPU)
4. Obstruction of Justice (OoJ)
5. Whisteleblower (WB) dan Justice Collaboration (JC)
6. Saber Pungli
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Tindak Pidana Korupsi
2. Mahasiswa dapat mengetahui Gratifikasi
3. Mahasiswa mengetahui Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
4. Mahasiswa dapat mengetahui Obstruction of Justice (OoJ)
5. Mahasiswa dapat mengetahui Whisteleblower (WB) dan Justice
Collaboration (JC)
6. Mahasiswa dapat mengetahui Saber Pungli
2
UU No. 7 Tahun 2006
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Gratifikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gratifikasi adalah
pemberian yang diberikan karena layanan atau manfaat yang diperoleh. Dengan
demikian yang dimaksud dengan grarifikasi adalah pemberian dalam arti luas,
yakni meliputi pemberian uang, komisi, dan fasilitas lainya3
3
UU Nomor 20/2021 penjelasan pasal 12b ayat 1
3
kejahatan/ilegal dengan uang yang diperoleh secara sah untuk menyembunyikan
uang yang diperoleh dari hasil tindakan yang ilegal tersebut.4
1. Tindak pidana pencucian uang aktif. Tindak pidana pencucian uang aktif,
yaitu setiap orang yang menempatkan,mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan,menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uanguang atau surat berharga
atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinyaatau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal
2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
hartakekayaan dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana
penjara palinglama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluhmiliar rupiah)5
2. Tindak pidana pencucian uang dikarenakan pula bagi mereka yang menikmati
hasil tindak pidana pencucian uang yng dikenakan kepada setiap orang yang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,sumber lokasi, peruntukan
pengalihan hak hak ,atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana
pencucian uangdengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah
3. Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap orang
yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran,
hibah,sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan
yangdiketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima)tahun dan denda paling banyak Rp.
4
Sutan Remy Sjahdeini,Seluk-Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme,
(Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 2007), hal. 5.
4
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Haltersebut dianggap juga sama
dengan melakukan pencucian uang. Namun,dikecualikan bagi Pihak Pelapor
yang melaksanakan kewajiban pelaporansebagaimana diatur dalam undang-
undang ini
6
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana (Kumpulan Kuliah) (Balai Lektur Mahasiswa 1998).[91]
7
Ibid [91]
5
penyelidikan, penyidikan, penuntutan maupun pemeriksaan persidangan, yang
dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang
8
Widhia Arum Wibawana, Perbedaan Justice Collaborator dan Whistleblower, (detik news,2023)
9
Tri Purna Jaya, Perbedaan Justice Collaborator dan Whistleblower Kompas.com,2022
6
collaborator juga akan mendapatkan penghargaan atas kesaksiannya, yaitu
keringanan penjatuhan pidana atau pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan
hak narapidana lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
F. Saber Pungli
Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) adalah pemberantasan
pungutan liar, mempunyai tugas melaksanakan pemberantasan pungutan liar
secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personil, satuan
kerja, dan sarana prasarana, baik yang berada di kementerian/lembaga maupun
pemerintah daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan
Liar.
Dalam melaksanakan tugasnya, menurut Perpres, Satgas Saber Pungli
menyelenggarakan fungsi:
1 Intelijen;
2 Pencegahan;
3 Penindakan; dan
4 Yustisi.
7
pelaku pungli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6 Memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan tugas lain
unit Saber Pungli di setiap instansi penyelenggara pelayaan publik
kepada pimpinan kementerian/lembaga dan kepala pemerintah
daerah; dan
7 Melakukan evaluasi pemberantasan pungutan liar.
1. Polri;
2. Kejaksaan Agung;
3. Kementerian Dalam Negeri;
4. Kementerian Hukum dan HAM;
5. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK);
6. Ombudsman RI;
7. Badan Intelijen Negara (BIN); dan
8. Polisi Militer TNI.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami sampaikan, dapat kita peroleh kesimpulan
yaitu
1. Tindak pidana korupsi yaitu perbuatan melawan hukum,
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
2. gratifikasi adalah pemberian yang diberikan karena layanan atau
manfaat yang diperoleh
3. tindakan pencucian uang bertujuan untuk memperkaya diri dengan
menyamarkan asal usul uang tersebut berasal
4. “Obstruction of Justice” adalah perbuatan menghalang-halangi proses
peradilan (proses hukum).
5. Whistleblower” adalah orang yang mengungkapkan fakta mengenai
sebuah tindak pidana yang terjadi “Justice collaborator” adalah salah
satu pelaku tindak pidana tertentu yang mengakui kejahatan yang
dilakukannya
6. Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) adalah pemberantasan
pungutan liar,
B. Saran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan kita dapat megetahui serta
berhati hati dalam bertindak. Agar tindakan kita tidak termasuk dari perilaku
korupsi dan kita dapat mengetahui perkembangan tindak pidana korupsi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adji Indriyanto Seno, 2007, Korupsi, Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana,
CV. Diadit Media, Jakarta
10