Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

“ METODE PENCEGAHAN ANTI KORUPSI “

DOSEN PENGAMPU : MUHADI,SH.,MH

NAMA : M.DAVIS
NPM : 205100016

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah pancasila. Tak lupa sholawat dan Salam semoga
tetap terlimpahkan pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, karena beliaulah suri
dan tauladan bagi setiap langkah kita.

Makalah yang disusun ini berhasil menguraikan masalah tentang “Metode Pencegahan Anti
Korupsi” Kiranya makalah yang kami susun ini dapat membawa manfaat dan menunjang
bagi proses pembelajaran khususnya pada mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi Terlepas dari
keyakinan kami akan kesempurnaan makalah ini, kami tetap menanti segala kritik dan saran
yang bersifat membangun dari rekan-rekan dan juga dosen pembimbing.

BANDAR LAMPUNG, 31 OKTOBER 2022

M. DAVIS
DAFTAR ISI

BAB I ( PENDAHULUAN ).......................................................................................................4


A. LATAR BELAKANG................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
C. TUJUAN.....................................................................................................................4
D. MANFAAT.................................................................................................................5
BAB II ( PEMBAHASAN ).........................................................................................................6
E. KERANGKA TEORI..................................................................................................6
1. SEBAB-SEBAB TIMBULNYA KEJAHATAN.............................................6
2. PENCEGAHAN TINDAK PIDANA..............................................................6
3. PENANGGULANGAN KEJAHATAN PIDANA..........................................7
BAB III ( PENUTUP ).................................................................................................................8
F. KESIMPULAN........................................................................................................................8
BAB IV ( DAFTAR PUSTAKA )...............................................................................................9
BAB I
( PENDAHULUAN )

A. Latar Belakang
Korupsi merupakan kejahatan yang sangat luar biasa (extra ordinary crime) sekaligus
merupakan kejahatan yang sulit dicari penjahatnya (crime without offendes), karena korupsi
berada pada wilayah yang sulit untuk ditembus. Mengapa demikian, karena korupsi dikatakan
sebagai invinsible crime yang sangat sulit memperoleh prosedural pembuktiannya, di mana
modus operandinya bersifat sistematis dan berjemaah.
Usaha untuk memberantas tindak pidana korupsi sudah menjadi masalah global, tidak
hanya nasional atau regional. Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang bukan saja
dapat merugikan keuangan negara akan tetapi juga dapat menimbulkan kerugian
perekonomian rakyat.1 Kejahatan korupsi yang berkembang di dunia pada umumnya serta di
Indonesia pada khususnya sangat memprihatinkan, sehingga sangat diperlukan hukum
sebagai penegak keadilan guna menyelamatkan negara dari kerugian dan menjunjung hak
rakyat untuk mendapatkan hasil yang baik dari pembangunan yang bebas dari korupsi.2
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sementara pemberantasannya
masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan, korupsi di Indonesia sudah
merupakan virus yang menyebar ke seluruh tubuh pemerintahan sejak tahun 1960-an.
Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang belum berjalan sesuai harapan
tersebut jelas berkaitan pula dengan upaya pencegahannya yang juga masih belum memenuhi
harapan masyarakat. Dalam hukum positif Indonesia sebenarnya sudah mengatur mengenai
upaya pecegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yaitu dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang kemudian dalam keadaan mendesak ditetapkanlah
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan
Tindak Pidana Korupsi yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1971.
Kemudian, terjadinnya perkembangan mengenai tindak pidana korupsi yang melibatkan
penyelenggara dan pengusaha, UndangUndang tersebutpun dirasa tidak sesuai lagi sehingga
ditetapkanlah Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi mengganti Undang-undang sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana Kebijakan Hukum Pidana di Indonesia dikaitkan dengan UNCAC Tahun 2003
dalam Mengupayakan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaturan hukum internasional dalam hal ini
Konvensi UNCAC 2003 serta hukum nasional tentang tindak pidana korupsi,
khususnya dalam hal pencegahan tindak pidana korupsi.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana kebijakan hukum pidana di
Indonesia dalam mengupayakan pencegahan tindak pidana korupsi.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis Kebijakan dalam UNCAC 2003 yang dapat di
adopsi kedalam Kebijakan Hukum Pidana Indonesia dalam kaitan Pencegahan
terhadap Tindak Pidana Korupsi.

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan akademis maupun
kepentingan praktis dalam perkembangan dan pembangunan hukum dimasa kini dan masa
yang akan datang.
a. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bahwa penelitian ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum (hukum pidana) pada umumnya,
khususnya bagi pengembangan ilmu hukum pidana terkait pencegahan tindak pidana
korupsi.
b. Manfaat praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala
pikir dan menjadi referensi untuk melakukan evaluasi bagi penyempurnaan tugas dan
kewenangan penegakan hukum dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi khususnya tindakan pencegahan.
BAB II
( PEMBAHASAN )

E. Kerangka Teori
1. Sebab-Sebab Timbulnya Kejahatan
a. Mencari sebab kejahatan dari aspek fisik (biologi kriminal). Menurut Cesare
Lambroso. Kejahatan yaitu perbuatan yang melanggar hukum alam (natural
law). Kejahatan juga merupakan penjahat mewakili suatu tipe
keanehan/keganjilan fisik, yang berbeda dengan non kriminal. Dia mengklaim
bahwa para penjahat mewakili suatu bentuk kemerosotan yang termanifestasi
dalam karakter fisik yang merefleksikan suatu bentuk awal dari evolusi. Teori
Lambroso tentang born criminal (penjahat yang dilakhirkan) menyatakan
bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan,
lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam hal sifat
bawaan dan watak dibanding mereka yang bukan penjahat.
b. Mencari tentang sebab kejahatan dari faktor Psikologis dan Psikiatris
(psikologi kriminal). Adapun sebab kejahatan dari faktor psikologi menurut
Susanto. 9 Yaitu adanya cacat mental yang dimiliki dan lebih ditekankan pada
kekurangan intelegensia kepribadiannya yaitu dilihat dari segi tinggi
rendahnya IQ dan tingkat kedewasaan. Masalah cacat mental ini telah
dibuktikan pada perbuatan kenakalan remaja yang menyatakan bahwa 8%
menderita cacat mental.
2. Pencegahan Tindak Pidana
Teori pencegahan tindak pidana pada dasarnya merupakan bagian dari teori tujuan
pemidanaan. Secara garis besar, tujuan pidana menurut teori relatif bukanlah sekedar
pembalasan, akan tetapi untuk mencegah terjadinya kejahatan/tindak pidana serta
mewujudkan ketertiban di dalam masyarakat. Sebagaimana dikemukakan Koeswadji
bahwa tujuan pokok dari pemidanaan yaitu :
a. Untuk mempertahankan ketertiban masyarakat (dehandhaving van de
maatschappelijke orde)
b. Untuk memperbaiki kerugian yang diderita oleh masyarakat sebagai akibat
dari terjadinya kejahatan. (het herstel van het doer de misdaad onstane
maatschappelijke nadeel)
c. Untuk memperbaiki si penjahat (verbetering vande dader)
d. Untuk membinasakan si penjahat (onschadelijk maken van de misdadiger)
e. Untuk mencegah kejahatan (tervoorkonning van de misdaad )
3. Penanggulangan Kejahatan Pidana
Dalam penanggulangan jalur penal, upaya pemberantasan korupsi ditujukan pada
pelaku-pelaku korupsi. Artinya pemberantasan dilakukan pada saat korupsi sudah
dilakukan, penekanannya pada tindakan represif dan reaktif. Sehingga pemberantasan
korupsi jenis ini pada dasarnya sama sekali tidak membuat korupsi hilang.
Sedangkan, Penanggulangan non-penal, baik dengan pencegahan tanpa pidana
(prevention without punishment) maupun mempengaruhi pandangan masyarakat
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society
on crime and punishment/mass media) sebenarnya mempunyai peranan strategis
sebagai preventif untuk mencegah orang berbuat korup. Karena sifatnya yang
mencegah, maka penanggulangan non-penal harus memperhatikan berbagai aspek
sosial-psikologis yang menjadi faktor kondusif penyebab orang melakukan korupsi.
BAB III
( PENUTUP )

F. Kesimpulan
Yang terdiri dari kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan
yang telah diteliti, serta memberikan saran yang merupakan rekomendasi yang
dihasilkan setelah melakukan penelitian. Menguraikan tentang hasil yang
diperoleh dari penelitian tentang Pencegahan Tindak Pidana Korupsi dalam
Rumusan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Pencegahan Tindak
Pidana Korupsi melalui Peran Lembaga/organisasi lain, serta melalui Peran
Serta Masyarakat, dan Hasil Pembahasan tentang Pencegahan Tindak Pidana
Korupsi menurut Konvensi UNCAC (United Nations Convention Against
Corruption) Tahun 2003 dalam kaitannya dengan Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia mengenai Pencegahan Tindak Pidana Korupsi.
BAB IV
( DAFTAR PUSTAKA )

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17297/1/
T2_322015020_BAB%20I.pdf
https://www.academia.edu/31886777/
makalah_upaya_pemberantasan_korupsi_di_indonesia
http://eprints.ums.ac.id/44192/3/04.%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai