Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI


PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI

Oleh :

INDAH NOVIA HENDRA


NIM : 203310698

DOSEN : Hj. Ns. MURNIATI MUCHTAR, S.Kep, SKM. S.Kep. M.Biomed

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi”.
Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah PBAK.

Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun,
berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Padang, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………....ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………………….1
1.2. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………2
1.3.
Tujuan………………………………………………………………………………..2
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………………..3
2.1. Gerakan Anti Korupsi………………………………………………………………..3
2.2. Peran Mahasiswa Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa………………………………..5
2.3. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi Dalam Berbagai Bidang………….6
2.3.1. Bidang Pendidikan…………………………………………………………...6
2.3.2. Bidang Kesehatan……………………………………………………………7
2.3.3. Bidang Politik……………………………………………………………….10
2.3.4. Bidang Ekonomi…………………………………………………………….12
2.3.5. Bidang Sosial Budaya……………………………………………………….12
2.3.6. Bidang Teknologi…………………………………………………………...16
2.4. Gerakan Mahasiswa Dalam Anti Korupsi…………………………………………..17
2.5. Keterlibatan Mahasiswa Dalam Anti Korupsi……………………………………...19
2.6. Upaya Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi…………………………………...20
2.7. Hambatan Dalam Gerakan Anti Korupsi Di Lingkungan Kampus…………………21
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………………….23
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….23
B. Saran………………………………………………………………………………...24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang berdampak sangat
luar biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh sendi kehidupan manusia.
Korupsi merupakan salah satu faktor penyebab utama tidak tercapainya keadilan dan
kemakmuran suatu bangsa. Korupsi juga berdampak buruk pada sistem perekonomian,
sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial
kemasyarakatan. Hal yang tidak kalah penting bahwa korupsi juga dapat merendahkan
martabat suatu bangsa dalam tata pergaulan internasional.
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah bersifat kolosal dan ibarat penyakit sudah
sulit untuk disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah terjadi pada hampir
seluruh sendi kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat. Dengan
kata lain korupsi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang sudah dianggap
biasa. Oleh karena itu sebagian masyarakat menganggap korupsi bukan lagi merupakan
kejahatan besar. Jika kondisi ini tetap dibiarkan seperti itu, maka hampir dapat dipastikan
cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Oleh karena itu sudah semestinya
kita menempatkan korupsi sebagai musuh bersama (common enemy) yang harus kita perangi
bersama-sama dengan sungguh-sungguh.
Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau memberantas
korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas korupsi sama sekali
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Upaya memberantas korupsi tentu saja tidak bisa
hanya menjadi tanggungjawab institusi penegak hukum atau pemerintah saja, tetapi juga
merupakan tanggungjawab bersama seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu upaya
memberantas korupsi harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang
terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa, sebagai
salah satu bagian penting dari masyarakat, sangat diharapkan dapat berperan aktif.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gerakan anti korupsi?
2. Bagaimanakah peran mahasiswa dalam sejarah perjalanan bangsa?
3. Bagaimanakah peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi dalam berbagai bidang?
4. Bagaimakah gerakan mahasiswa dalam dalam anti korupsi?
5. Bagaimakah keterlibatan mahasiswa dalam anti korupsi?
6. Bagaimanakah upaya mahasiswa dalam gerakan anti korupsi?
7. Bagaimanakah hambatan dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan gerakan anti korupsi
2. Untuk mengetahui peran mahasiswa dalam sejarah perjalanan bangsa
3. Untuk mengetahui peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi dalam berbagai bidang
4. Untuk mengetahui gerakan mahasiswa dalam dalam anti korupsi
5. Untuk mengetahui keterlibatan mahasiswa dalam anti korupsi
6. Untuk mengetahui upaya mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
7. Untuk mengetahui hambatan dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gerakan Anti Korupsi


Korupsi di Indonesia sudah berlangsung lama. Berbagai upaya pemberantasan
korupsipun sudah dilakukan sejak tahun-tahun awal setelah kemerdekaan. Berbagai
peraturan perundangan tentang pemberantasan korupsi juga sudah dibuat. Demikian juga
berbagai institusi pemberantasan korupsi silih berganti didirikan, dimulai dari Tim
Pemberantasan Korupsi pada tahun 1967 sampai dengan pendirian KPK pada tahun 2003.
Namun demikian harus diakui bahwa upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama
ini belum menunjukkan hasil maksimal. Hal ini antara lain terlihat dari masih rendahnya
angka Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.
Berdasarkan UU No.30 tahun 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dirumuskan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rumusan undang-undang
tersebut menyiratkan bahwa upaya pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhasil tanpa
melibatkan peran (tiga) unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta
masyarakat.
Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
perilaku koruptif. Pencegahan juga sering disebut sebagai kegiatan Anti-korupsi yang
sifatnya preventif. Penindakan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk menanggulangi
atau memberantas terjadinya tindak pidana korupsi. Penindakan sering juga disebut sebagai
kegiatan Kontra Korupsi yang sifatnya represif. Peran serta masyarakat adalah peran aktif
perorangan, organisasi kemasyarakatan, atau lembaga swadaya masyarakat dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu
Gerakan Anti-korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang bertujuan
untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan tumbuhnya budaya anti

6
korupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah munculnya perilaku koruptif. Gerakan
Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan seluruh
pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam
konteks inilah peran mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat
diharapkan.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, pada dasarnya korupsi itu terjadi jika ada
pertemuan antara tiga faktor utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan. Niat adalah
unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu manusia, misalnya perilaku
dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Sedangkan kesempatan lebih terkait dengan
sistem yang ada. Sementara itu, kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara langsung
memperkuat kesempatan yang tersedia. Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan
tetapi tidak diikuti oleh kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian,
korupsi tidak akan terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan
kewenangan tidak ada dan tidak bertemu. Sehingga upaya memerangi korupsi pada
dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut.
Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh komponen
bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif. Dengan kata lain gerakan
anti-korupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu (manusia) dan
sistem untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif. Diyakini bahwa upaya perbaikan
sistem (sistem hukum dan kelembagaan serta norma) dan perbaikan perilaku manusia
(moral dan kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau setidaknya memperkecil peluang
bagi berkembangnya korupsi di negeri ini.
Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan menanamkan
nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai-nilai yang dimaksud
antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja
keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Penanaman nilai-nilai ini kepada
masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada mahasiswa. Pendidikan anti-
korupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain
kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk-bentuk kegiatan ekstra

7
kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikan dalam bentuk perkuliahan,
baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.
              Upaya perbaikan sistem antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki
peraturan perundang-undangan yang berlaku, memperbaiki tata kelola pemerintahan,
reformasi birokrasi, menciptakan lingkungan kerja yang anti-korupsi, menerapkan prinsip-
prinsip clean and good governance, pemanfaatan teknologi untuk transparansi, dan lain-
lain. Tentu saja upaya perbaikan sistem ini tidak hanya merupakan tanggungjawab
pemerintah saja, tetapi juga harus didukung oleh seluruh pemangku kepentingan termasuk
mahasiswa. Pengetahuan tentang upaya perbaikan sistem ini juga penting diberikan kepada
mahasiswa agar dapat lebih memahami upaya memerangi korupsi.

2.2 Peran Mahasiswa Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa


Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa mempunyai
peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam peristiwa- peristiwa besar
yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928,
Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya Orde Baru tahun 1996, dan
Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar
tersebut mahasiswa tampil di depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan,
semangat dan idealisme yang mereka miliki.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang
mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan kemampuan
intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme yang murni telah
terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan
bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti bahwa
mahasiswa berperan sangat penting sebagai agen perubahan (agent of change).
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di
depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka
miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan
kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu
menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi

8
kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga-lembaga
negara dan penegak hukum.

2.3 Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi Dalam Berbagai Bidang
2.3.1. Bidang Pendidikan
Mahasiswa adalah aset paling menentukan kondisi zaman dimasa depan.
Untuk konteks sekarang dan mungkin masa- masa yang akan datang yang menjadi
musuh bersama masyarakat adalah praktek bernama Korupsi. Peran penting
mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereka miliki
yaitu:
1. Kemampuan intelektual yang tinggi
2. Jiwa muda yang penuh semangat, dan
3. Idealisme yang murni
Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:
intelegensia, ide- ide kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut
mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mereka mampu
menyuarakan kepentingan rakyat dan mengkritisi kebijakan- kebijakan yang
koruptif. Upaya- upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi adalah:
1. Menciptakan lingkungan kampus bebas dari korupsi.
Hal ini dimulai dari kesadaran masing- masing mahasiswa yaitu menanamkan
kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan
korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke
kampus, menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan
uang suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan
lainnya. Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di
lingkungan kampus adalah mahasiswa dapat membuat koperasi atau kantin
jujur, membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang berprinsip pada
upaya memberantas tindakan korupsi.
2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.

9
Upaya ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
bahaya melakukan tindakan korupsi karena dampaknya dapat mengancam dan
merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat
ikut serta dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar
lingkungan mereka.
3. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintah. Kebijakan pemerintah sangat perlu dikontrol dan
di kritisi jika kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada
keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi
masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah
dalam mengatasi masalah korupsi di negeri ini.
Agar seorang mahasiswa dapat berperan dengan baik dalam gerakan anti
korupsi maka pertama mahasiswa tersebut harus berperilaku anti korupsi dan tidak
melakukan tindakan korupsi. Dengan demikian mahasiswa harus mempunyai nilai-
nilai anti korupsi dan memahami korupsi dan prinsip- prinsip anti korupsi. Kedua
hal tersebut dapat diperoleh dari mengikuti kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar
dan kuliah pendidikan anti korupsi. Nilai-nilai dan pengetahuan yang diperoleh
tersebut harus di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain
seorang mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan bahwa dirinya bersih dan
jauh dari perbuatan korupsi.
Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai anti
korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan agar tumbuh
budaya anti korupsi di lingkungan kampus. Kegiatan kampanye ujian bersih atau
anti mencontek misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara nilai-nilai
kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian.
2.3.2. Bidang Kesehatan
Sejak berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional, potensi fraud dalam layanan
kesehatan semakin nampak di Indonesia. Potensi ini muncul dan dapat menjadi
semakin meluas karena adanya tekanan dari sistem pembiayaan yang baru berlaku

10
di Indonesia, adanya kesempatan karena minim pengawasan, serta ada pembenaran
saat melakukan tindakan ini.
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), sebuah organisasi
profesional yang bergerak dibidang pemeriksaan atas kecurangan dan mempunyai
tujuan untuk memberantas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat dan
telah memiliki cabang di Indonesia, mengklasifikasikan Fraud (kecurangan) dalam
beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah “Fraud Tree” yaitu sistem
klasifikasi mengenai hal- hal yang ditimbulkan oleh kecurangan sebagai berikut:
a. Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation).
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/ pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk Fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/ dihitung
(definedvalue)
b. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement).
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.
c. Korupsi (Corruption)
Jenis Fraud ini yang paling sulit di deteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis
yang terbanyak terjadi di negara- negara berkembang yang penegakan
hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik
sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini seringkali
tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati
keuntungan (simbiosis mutualisma). Termasuk di dalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/ konflik kepentingan (conflict of interest),
penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/ illegal (illegal gratuities), dan
pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

11
Saat ini di Indonesia sudah terbit Permenkes No. 36 tahun 2015 tentang
Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional(JKN) pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai dasar hukum
pengembangan sistem anti Fraud layanan kesehatan di Indonesia. Dalam peraturan
menteri ini, sudah mencakup kegiatan- kegiatan seperti membangun kesadaran,
pelaporan, deteksi, investigasi, dan pemberian sanksi. Kegiatan- kegiatan ini sesuai
dengan rekomendasi European Comission tahun 2013. Komisi negara- negara eropa
ini juga merekomendasikan bahwa kegiatan anti Fraud harus berjalan sesuai alur
seperti skema pada Gambar 1 berikut:

Implementasi siklus anti Fraud tidak serta merta dapat berjalan mulus.
Penelitian Sparrow (1998) menunjukkan 7 faktor yang membuat control fraud di
lingkungan manapun sulit dicegah:
1. Fraud hanya terlihat ketika dilakukan deteksi dan seringkali hanya mewakili
sebagian kecil dari kecurangan yang dilakukan;
2. Indikator kinerja yang tersedia masih ambigu dan belum jelasnya apa yang
disebut keberhasilan pelaksanaan fraud control plan;
3. Upaya control fraud terbentur data banyak yang harus diolah oleh SDM
terbatas;
4. Pencegahan fraud bersifat dinamis bukan satu statis. Sistem pencegahan fraud
harus cepat dan mudah beradaptasi dengan model-model fraud baru;

12
5. Penindakan fraud umumnya bersifat tradisional. Kekuatan ancaman sanksi
fraud baru terlihat dari penangkapan pelaku dan beratnya sanksi dijatuhkan
bagi pelaku;
6. Pihak berwenang terlalu percaya diri dengan model control fraud baru. Bila
sebuah model terlihat dapat mengatasi bentuk fraud yang sering muncul,
upaya pengembangan model fraud ini tidak akan optimal;
7. Pencegahan fraud seringnya hanya dialamatkan untuk bentuk fraud yang
sederhana.
Kemudian, dalam gerakan anti korupsi mahasiswa memiliki peranan sebagai
berikut:
1. Ikut dalam mensosialisasikan pentingnya pembangunan kesadaran
masyarakat.
Dalam Permenkes No. 36/ 2015, pembangunan kesadaran dapat dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/ kota dengan pembinaan dan pengawasan
dengan melalui program-program edukasi dan sosialisasi. Namun, mahasiswa
tentu dapat ikut andil di dalamnya untuk ikut serta di dalamnya tentunya
setelah melalui proses pembinaan.
2. Melaporkan apabila menjumpai adanya fraud.
Mahasiswa yang menjumpai adanya praktik fraud dapat melaporkannya pada
pihak yang berwenang. Adapun mekanisme pelaporan terdapat dalam
Permenkes No. 36/ 2015 yang mengamanatkan bahwa pelaporan dugaan
Fraud minimalnya mencakup identitas pelapor, nama dan alamat instansi
yang diduga melakukan tindakan kecurangan JKN, serta alasan pelaporan.
3. Ikut mendeteksi adanya praktik fraud.
Mahasiswa dapat mendeteksi melalui pendekatan: mencari anomali data,
predictive modeling, dan penemuan kasus. Analisis data klaim dapat
dilakukan secara manual dan/ atau dengan memanfaatkan aplikasi verifikasi
klinis yang terintegrasi dengan aplikasi INA-CBGs.
4. Membantu tim investigasi untuk memastikan ada atau tidaknya kecurangan
atau praktik fraud.
2.3.3. Bidang Politik

13
Korupsi menjadi salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh Negara
Indonesia. Statistik terbaru menunjukkan bahwa kasus korupsi di Indonesia terus
meningkat. Di tahun 2004 penuntutan terhadap kasus korupsi hanya berjumlah 2
dalam setahun, namun terus meningkat hingga menjadi 62 tuntutan kasus korupsi di
tahun 2015 kemarin. Faktor politik merupakan salah satu faktor yang paling umum
yang mendasari suatu tindakan penyebab korupsi. Tindakan korupsi berupa suap
atau yang biasa kita kenal sebagai tindakan sogok- menyogok sangat sering terjadi.
Korupsi suap biasa terjadi untuk kepentingan khusus seperti suap untuk “naik
jabatan”, suapuntuk “menutupi” sesuatu.
Peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada bidang politik
1. Moralitas
Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan
interpersonal yang lebih tinggi sehingga memiliki moral, rasa peduli dan rasa
bertanggung jawab untuk turut memajukan Negara Indonesia dengan
memberantas korupsi. Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikannya
cenderung memiliki tenggang rasa yang lebih baik terhadap Negara
danmasyarakat sekitarnya dan cenderung benci terhadap tindakan korupsi.
2. Identifikasi korupsi
Mahasiswa fakultas tertentu (khususnya hukum dan ekonomi) memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa suatu tindakan korupsi
lebih baik daripada masyarakat pada umumnya. Mahasiswa memiliki
pengetahuan mengenai standar standar identifikasi dan analisis korupsi dari
segi finansial maupun hukum. Dengan kemampuan ini mahasiswa diharapkan
dapat memperbaiki kualitas penegakkan hukum di Indonesia.
3. Pelaporan
Seorang mahasiswa yang telah mengidentifikasi adanya tindakan korupsi oleh
suatu entitas, cenderung berhasil melaporkan tindakan korupsi tersebut kepada
pemerintah karena mahasiswa dianggap memiliki suara yang lebih didengarkan
oleh pemerintah dan mampu menekan pemerintah. Selain itu mahasiswa
cenderung lebih berani untuk melaporkan tindakan korupsi tersebut karena

14
mereka memiliki pengetahuan akan prosedur dan langkah hukum untuk
melaporkan suatu tindakan korupsi.
4. Generasi masa depan
Ketika mahasiswa yang memiliki moralitas tinggi dan memiliki kemampuan
interpersonal tinggi naik dan menggantikan generasi sekarang yang dianggap
penuh dengan koruptor, Tindakan korupsi diharapkan dapat ditekan bahkan
dihapuskan karena adanya kesadaran dalam diri mahasiswa untuk turut
memajukan Negara dengan tidak melakukan korupsi. Kualitas professional
maupun interpersonal yang ditanamkan pada mahasiswa saat ini diharapkan
mampu untuk memberantas korupsi yang terus menggerogoti Negara
Indonesia. Dengan artikel peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi ini,
kami harapkan anda dapat lebih mengerti pentingnya pendidikan bukan hanya
untuk memperoleh hard skill, namun juga untuk mendapatkan kemampuan
interpersonal dan moralitas yang lebih baik.
2.3.4. Bidang Ekonomi
Mahasiswa memiliki peran untuk mengatasi dan mengurangi tindak korupsi
yang terjadi di Indonesia. Peran tersebut dengan memahami dan mempelajari
mengenai perekonomian di Indonesia mengenai infrastruktur ataupun
perekonomian. Maka, dengan hal tersebut jika ada pejabat negara yang melebihkan
anggaran dalam hal infrastruktur maupun pembangunan atau yang lainnya
mahasiswa memiliki peran penting yaitu dengan menuntut keadilan baik itu melalui
laporan ke pihak berwajib.
Dengan hal ini, mahasiswa sangatcocok disebut sebagai agent of control the
agent of analysis yaitu bagaimana mahasiswa memiliki peran dalam mengontrol
bangsa karena memiliki sifat kritis dalam mengkritik pejabat negara dan memiliki
legend of analysis sebagai cara untuk menganalisa suatu permasalahan yang ada
karena jika mahasiswa terutama yang menggeluti bidang perekonomian bangsa
akan memiliki pemahaman yang lebih luas daripada yang tidak dan akan sangat
mudah bagi mahasiswa dalam menanggapi persoalan korupsi di Indonesia
khususnya dalam bidang ekonomi. Adapun peran mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi di bidang ekonomi adalah:

15
1. Tidak menyalahgunakan kepercayaan dalam sebuah organisasi, dalam hal ini
yang dimaksud adalah sebuah kewirausahaan di organisasi tersebut.
2. Tidak memberikan suap kepada pengurus beasiswa dikampus.
3. Menuntut jaminan atau fasilitas terhadap biaya yang telah dibayarkan pada saat
menjadi mahasiswa baru.
4. Memiliki kesadaran untuk mengkritisi pejabat atau petinggi/ pemimpin
sehingga menghindarkan terciptanya peluang korupsi pada petinggi tersebut.
2.3.5. Bidang Sosial Budaya
Peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi selain pada bidang- bidang yang
telah disebutkan sebelumnya juga terdapat pada bidang sosial dan budaya. Untuk
peran dalam bidang sosial antara lain:
1. Melakukan pressure dan mengawal kasus- kasus korupsi bersama masyarakat
dan lembaga pemerintahan
2. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang masalah korupsi serta
penyebabnya
3. Mendorong masyarakat supaya berani melapor terhadap pelanggaran korupsi
4. Mengontrol serta mengkritik kebijakan pemerintah yang memberikan peluang
adanya tindak korupsi
5. Melakukan gerakan serta kerja sama terhadap lembaga pemerintah dan swasta
untuk memerangi korupsi secara bersama-sama.
Kemudian dalam bidang budaya atau kebudayaan adalah sebagai berikut:
a. Budaya Sebagai Panglima
Budaya adalah lapisan paling dasar dari sebuah sistem sosial, manusia
berbudaya demi beradaptasi dengan tantangan alam yang dihadapinya mulai
dari tantangan geografis hingga ekologis. Budaya terbentuk dari pengetahuan
rekayasa yang membutuhkan perhitungan yang seksama, hingga kesenian yang
memberikan filosofi hidup, renungan, dan keriaan bersama sebagai makhluk
sosial.
Dari lapis budaya tersebut tumbuhlah tata ekonomi, di mana manusia
berupaya menata kehidupan rumah tangganya dengan membagi tugas
dikalangan individu, membagi sumber daya, dan mengatur pertukarannya untuk

16
menjaga sustainabilitas kehidupan mereka secara kolektif. Di atas lapis
ekonomi, manusia kemudian berusaha melakukan penataan kekuasaan dalam
struktur masyarakat yang bernama sistem politik.
Jadi, di atas lapisan budayalah dibangun tata ekonomi dan politik.
Budaya merupakan kolektivitas sosial perilaku yang menjadi tata kebiasaan
masyarakat dalam menyikapi tantangan pada lapis di bawahnya. Karena begitu
strategisnya peran budaya dalam tatanan kehidupan masyarakat inilah, maka
sebuah perubahan sosial yang besar harus dimulai dengan merubah
kebudayaannya.
b. Merumuskan Budaya Anti Korupsi
Untuk membentuk budaya anti korupsi “asli” Indonesia dibutuhkan
kesepakatan dari para cendekiawan agama, tokoh politik, budayawan, dan
sejarahwan untuk duduk bersama merumuskan sebuah formula kebudayaan
baru yang diambil dari nilai-nilai agama dan kearifan lokal yang tersebar
diseluruh nusantara. Formula kebudayaan baru anti korupsi ini akan berisi
ajaran- ajaran positif sebagai antitesis dari perilaku korupsi.
Penyebaran dan penerapan budaya baru ini bisa dilakukan melalui media
kebudayaan seperti film, musik, novel dan berbagai ekspresi seni lainnya.
Tokoh agama juga akan sangat berperan untuk mensosialisasikannya melalui
ceramah baik secara lansung maupun tulisan. Di ranah pendidikan, kebudayaan
baru ini bisa dimasukkan ke dalam materi pelajaran dan perkuliahan untuk
membentuk karakter generasi muda.
Memang membutuhkan waktu yang panjang untuk merubah sebuah
kebudayaan, mungkin sampai beberapa generasi, tetapi adanya komitmen
politik yang kuat dari pemerintah akan semakin mempercepat prosesnya,
apalagi dengan didukung oleh seluruh komponen bangsa dalam penyebaran dan
penerapannya. Dengan begitu, harapan kita akan terciptanya Indonesia yang
bersih, berwibawa dan berjaya suatu hari nanti akan menjadi nyata.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan
suatu gerakan anti korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama
yang bersetujuan untuk menumbuhkan budaya anti korupsi di masayarakat.

17
Dengan budaya tumbuhnya anti korupsi di masyarakat diharapkan dapat
mencegah munculnya perilaku koruptif. Gerakan anti korupsi adalah suatu
gerakan jangka panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan
yang terkait, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dalam pemangku inilah
peran mahasiswa sebagai salah satu bagian penting darimasyarakat sangat
diharapkan.
c. Peran Mahasiswa
Dalam sejarah perjalanan bangsa indonesia tercatat bahwa mahasiswa
mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam
peristiwa- peristiwa besar yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908,
sumpah pemuda tahun 1928, proklamasi kemerdekaan NKRI tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1996, dan reformasi tahun 1998. Tidak dapat di
pungkiri bahwa dalam peristiwa- peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil
didepan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari
karakteristik yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan
idealisme. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa pemuda yang
penuh semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa
selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam
beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiwa berperan
sangat penting sebagai agen perubahan.
Dalam konteks gerakan anti korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat
tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh
kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensi, kemampuan berpikir
kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang
mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan,
mampu menyerukan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi lembaga- lembaga negara dan
penegak hukum.
d. Gerakan Kultural

18
Gerakan kultural bertujuan untuk:
1. memberikan pemahaman tentang korupsi dan bentuk nyata anti- korupsi di
dalam kemahasiswaan,
2. menciptakan budaya anti- korupsi sejak dini, dan
3. membentuk karakter generasi anti- korupsi.
Berbeda dengan sebelumnya, gerakan kultural ini cenderung bersifat
aktif, sehingga gerakan yang dilakukan tidak bergantung terhadap isu yang ada.
Beberapa model gerakan yang dapat dilakukan padaklasifikasi kultural
diantaranya:
1. Propaganda Integritas Akademik
Salah satu bentuk kecil korupsi adalah kecurangan akademik. Untuk itu,
sebagai pemupukan budaya anti- korupsi, perlu ditingkatkan propaganda
integritas akademik bagi mahasiswa. Upaya ini adalah untuk mencegah
bibit-bibit korupsi yang mungkin tumbuh dari kecurangan-kecurangan kecil
yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas akademik di kemahasiswaan.
2. Pemahaman Korupsi dalam Pemerintahan Mahasiswa (Student governance)
Dalam hal ini, mahasiswa diberikan pemahaman tentang definisi korupsi
secara luas dan bagaimana cara pencegahannya. Selain itu, ditampilkan
contoh- contoh bentuk korupsi di dalam organisasi kemahasiswaan sebagai
satu upaya pemupukan kesadaran untuk tidak melakukan tindakan korupsi
dalam unit kelembagaan yang kecil. Dengan pemahaman yang ada tentang
jenis korupsi yang mungkin terjadi pada organisasi kemahasiswaan,
diharapkan penyelenggaraan kelembagaan yang bersih dari korupsi mulai
dipraktikkan oleh mahasiswa sejak dini.
3. Propaganda Anti- Korupsi Mahasiswa
Propaganda anti-korupsi mahasiswa diterapkan dengan memberikan
aksentuasi pada peran mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan. Bahwa
sebagai generasi penerus yang mengharapkan kondisi negara yang bersih,
maka mahasiswa harus mampu menjaga kebersihan perilakunya dari
tindakan korupsi. Tujuan dari hal ini menyadarkan peran sebagai generasi
penerus serta menumbuhkan mental anti- korupsi secara permanen.

19
Mekanisme pembudayaan yaitu dengan cara pemanfaatan media,
propaganda, serta ajang- ajang yang melibatkan mahasiswa dalam skala mikro
hingga makro. Luaran utama dari gerakan ini adalah timbulnya kesadaran untuk
mempertahankan integritas anti- korupsi sejak di bangku kuliah hingga bangku
pemerintahan.
2.3.6. Bidang Teknologi
Mahasiswa sebagai kaum intelektual tentu memiliki peranan penting
kaitannya dalam memberantas korupsi, dalam era sekarang dimana teknologi kian
modern malah mendukung adanya gerakan anti korupsi seperti ini. Adapun contoh
upaya mahasiswa dalam pemberantasan korupsi dalam bidang teknologi pada
kelompok kami ditekankan pada teknologi informasi sebagai berikut:
1. Turut mengkritisi dan memberi masukan terhadap lembaga pemerintahan
dengan menggunakan sosial media dengan bijak.
Sosial media yang makin banyak macamnya mempermudah masyarakat
terutama mahasiswa dalam menyalurkan kritik dan saran yang membangun.
Contohnya saja adalah mengkritiki lembaga eksekutif maupun legislative
dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan perihal Negara seperti
meninggalkan komentar pada setiap postingan namun diiringi dengan bahasa
yang santun tanpa adanya provokasi atau ujaran kebencian.
2. Menyalurkan bakat atau kemampuan yang berguna secara online untuk
mendorong partisipasi masyarakat dalam gerakan anti korupsi.
Kemampuan mahasiswa di bidang teknologi terutama dalam editing dapat
disalurkan untuk hal yang bermanfaat bagi negara seperti membuat meme,
poster atau film pendek berisi motivasi atau ajakan dalam upaya
pemberantasan korupsi. Dengan bantuan adanya media sosial dapat turut
menyebarkan ajakan anti- korupsi ke penjuru Indonesia.
3. Membuat forum diskusi online dalam kaitannya dengan pemberantasan
korupsi.
Dalam merespon perkembangan teknologi, sosial media dapat dimanfaatkan
dengan bijak dengan membuat forum diskusi online anti korupsi. Dengan
adanya forum ini memudahkan antara para aktivis anti- korupsi serta

20
mahasiswa dari kalangan akademisi ataupun berbagai elemen masyarakat
lainnya dapat belajar melawan korupsi dengan diskusi online.

2.4 Gerakan Mahasiswa Dalam Anti Korupsi


Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari
pemerintah dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat/mahasiswa. Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran
masyarakat dalam memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas adalah masyarakat
intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa? Karena
mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat yang
sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa cukup
signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi
lain mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak
mereka yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran mahasiswa bisa dilihat
dalam sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa Indonesia dalam
melawan penjajahan Belanda yang mana dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran
Stovia. Presiden pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan RI
merupakan tokoh pergerakan dari kalangan mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu pada
tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno mengalami keadaan politik yang tidak kondusif
dan memanas kemudian mahasiswa tampil dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan
Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa
juga menjadi pelopor dalam perubahan yang kemudian melahirkan reformasi.
Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk
memperoleh cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka
tentunya mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme
mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah luntur
idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut
ternyata membuat mereka semakin berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang
ada di sekitar mereka dan kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri. Padahal
perjuangan mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti untuk
diperjuangankan oleh mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas korupsi. Bentuk-

21
bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi menurut UU No.
31 tahun 1999 antara lain adalah :
1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hokum
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum Penghargaan pemerintah kepada
mayarakat

2.5 Keterlibatan Mahasiswa Dalam Anti Korupsi


Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di
masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional. Lingkungan keluarga dipercaya dapat
menjadi tolok ukur yang pertama dan utama bagi mahasiswa untuk menguji apakah proses
internalisasi anti korupsi di dalam diri mereka sudah terjadi. Keterlibatan mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi di lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi di lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa
sebagai peserta didik yang mempunyai kewajiban ikut menjalankan visi dan misi
kampusnya. Sedangkan keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat
dan di tingkat lokal/nasional terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang warga
negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat lainnya.
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah
tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/ tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/ tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya terampas.

22
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota
keluarga adalah orang- orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul, maka
pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di dalam keluarga
seringkali menjadi bias.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi
ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk
komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah
rekan- rekannya sesama mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan kampus untuk tidak
berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader)
dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional. Kegiatan-
kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan mampu
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu
Negara.

2.6 Upaya Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi


Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggerogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya
keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa
sadar dan bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.

23
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan
kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi
walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus,
menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang suap kepada
para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan
merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut
serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi
yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis
terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar
bahwa korupsi memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan
kekuatan secara massif, artinya bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh
lapisan masyarakat.
3. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol
dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi
jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya
dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat
untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
4. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.
5. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
6. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga
ke tingkat pusat/nasional.
7. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
8. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

24
2.7 Hambatan Dalam Gerakan Anti Korupsi Di Lingkungan Kampus
1. Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan dan kurangnya
political-will dari pemerintah untuk mengurangi korupsi.
2. Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah setengah.
3. Karena beberapa perilaku sosial yang terlalu toleran terhadap korupsi.
4. Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang
cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur.
5. Peraturan perundang-undangan hanya sekedar menjadi huruf mati yang tidak pernah
memiliki roh sama sekali.
6. Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol, sehingga
tidak ada check and balance.
7. Banyaknya celah/lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi pada sistem
politik dan sistem administrasi Indonesia.
8. Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari contoh-
contoh kasus yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari
tuduhan yang diajukan oleh jaksa.
9. Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa dan masyarakat yang
semakin canggih.
10. Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan
amanah yang diemban.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat dipetik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Gerakan Anti Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus melibatkan
seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari
masyarakat sangat diharapkan.
2. Mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak gerakan
anti korupsi yang didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, diharapkan
mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
3. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di lingkungan kampus, di
masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional.
4. Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan kasus korupsi
yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap kehidupan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
5. Dalam jangka panjang, pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta mampu melaksanakan Undang-
Undang Dasar ’45 demi terwujudnya good goverment.
6. Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru terhadap
generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme).
7. Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan masyarakat demokrasi yang
madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal pencegahan korupsi. Salah satu
yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah penerapan anti korupsi
dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi mahasiswa.

26
Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah
bangsa.
8. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting
dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa
ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen perubahan (agent of
change).

3.2 Saran
1. Perlu peningkatan peran keluarga dalam penerapan pendidikan anti korupsi dini
sebagai figur dalam pembentukan karakter. Karena pendidikan utama yang paling awal
didapatkan generasi muda berasal dari keluarga.
2. Pemerintah dalam halnya melalui Dinas Pendidikan memformulas kan pendidikan anti
korupsi dalam mata pelajaran pada jenjang pendidikan formal.
3. Pendidikan anti korupsi (PAK) seharusnya diterapkan di bangku Perguruan Tinggi
sebagai mata kuliah wajib maupun pilihan. Karena, Mahasiswa sebagai salah satu
bagian dari generasi penerus bangsa memiliki kompetensi intelektual, ide-ide inovatif,
kebijakan, dan pola pikir yang lebih diplomatis menjadikan mereka agen perubahan
pembelajaran kehidupan kebangsaan.
4. Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di tingkat Perguruan Tinggi memberikan pembelajaran
lebih efektif dan pengalaman aktif bagi mahasiswa tentang realitas sosial, masalah-
masalah yang berkaitan dengan profesi, pelayanan umum, dll. Sehingga termotivasi
untuk kreatif dan mandiri mengajak dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya untuk
proaktif memberantas korupsi.
5. Pemerintah seharusnya mampu memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari
tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.
6. Adanya kerjasama masyarakat, pemerintah serta instansi terkait secara sinergis untuk
dapat mengimplementasikan dan menerapkan pendidikan anti korupsi dini di segala
aspek kehidupan.
7. Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan membentuk lembaga yang
independen yang khusus menangani korupsi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Nanang T Puspito, dkk. 2011. Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kemendikbud RI Dirjend PT.

Razib, Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia; Internalisasi
Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara.

Risbiyantoro, Mohamad, 2005. Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi, Op cit.

http://imahaquarius.blogspot.com/2016/01/makalah-peran-mahasiswa-dalam-gerakan.html
http://tugaskuliahghofur.blogspot.com/2014/11/makalah-peran-mahasiswa-dalam-upaya.html
http://mynewblogintroducemyselfeva.blogspot.com/2019/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://angelarani26.wordpress.com/2014/12/02/peran-mahasiswa-dalam-gerakan-anti-korupsi/
https://www.academia.edu/38675475/PERAN_MAHASISWA_DALAM_GERAKAN_ANTI_K
ORUPSI

28

Anda mungkin juga menyukai