Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Integritas, Anti Korupsi dan Pendidikan
Integritas Anti Korupsi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan kewarganegaraan serta
membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap Integrasi Nasional.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan,pembahasan masalah ,serta
penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini. Makalah Integritas Nasional ini disajikan
dalam konsep dan bahasa yangsederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam
memahami makalah ini dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami mengenai
hak dan kewajiban sebagai anggota warga negara memberikan kesempatan kepada penulis
untuk berkarya menyusun makalah Integrasi Nasional semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. saran dan kritik sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses
membangun mutu makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia sangatlah kurang, anak
muda zaman sekarang lebih mengetahui tentang moderanisasi ketimbang tradisional.
Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya pengetahuan kita mengenai proses
kebudayaan tentang yang ada di Indonesia.
Kurangnya pengetahuan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga Negara
menimbulkan hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesama maupun Negara. Masingmasing Individu lebih mementingkan kepentingannya sendiri, tanpa ada rasa peduli terhadap
sesamanya. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, haruslah memiliki rasa Integrasi
nasional. Yaitu suatu sikap kepedulian terhadap sesama serta memiliki rasa persatuan yang
tinggi, baik terhadap bangsa Negara, agama serta keluarga.
Integrasi berasal dari bahasa inggris integration yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Intergasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial
akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Tapi sungguh ironi, Indonesia yang sekarang sudah terlalu banyak melewati batasbatas nilai-nilai, norma-norma yang ada sesuai dengan pancasila. Dari segi gaya hidup yang
sudah kebarat-baratan atau sistem politiknya yang sudah hampir bobrok dengan banyaknya
penguasa-penguasa politik melakukan korupsi, penyuapan, bahkan pencucian uang.
Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia, citra
buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini menyebabkan rasa rendah diri
saat
berhadapan
dengan
negara
lain
dan
kehilangan
kepercayaan
pihak
lain.
Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri
berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi
seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini. Pemerintah
Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara. KPK sebagai
lembaga independen yang secara khusus menangani tindak korupsi, menjadi upaya
pencegahan dan penindakan tindak pidana. Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk
memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi - yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu
penindakan dan pencegahan - tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan
jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris
masa depan - diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Rumusan Masalah
C.
1.
2.
3.
4.
Tujuan penelitian
Mengetahui pengertian hakikat integritas nasional
Mengetahui pentingnya integritas nasional
Mengetahui maksud dari Antikorupsi
Memahami pentingnya pendidikan Integritas Antikorupsi
BAB II
PEMBAHASAN
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat
suatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian
yang diderita, baik kerugian berupa fisik materill seperti kerusakan sarana dan prasarana yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan
kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan. Disisi lain
banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat digunakan
untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai konflik di
dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan itu tidak dikelola dan
disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisi integrasi masyarakat
merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara,
dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi
masyarakat berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari bersatunya suku-suku
bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses konvergensi, baik yang desengaja
maupun tidak disengaja, ke arah menyatunya suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan
negara dan bangsa. (sumartana dkk, 2001:100)
C. Pengertian Korupsi
Secara etimologi Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyuap. Secara harfiah,
korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsurunsur sebagai berikut:
1. Perbuatan melawan hukum;
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:
1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
2. Penggelapan dalam jabatan;
3. Pemerasan dalam jabatan;
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam
prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
The Encyclopedia Americana mendefinisikan korupsi sebagai a general term for the
misuse of public position of trust for private gain. Its specific definition and application vary
according to time, place and culturepolitical corruption concerns the illegal pursuit or
misuse of public office.
Sedangkan The Harper Collin Dictionary of Sociology mendefinisikan korupsi sebagai
the abandonment of expected standards of behavior by those in authority for the sake of
unsanctional personal advantage.
Menurut Bank Dunia, korupsi adalah the abuse of public power for private benefit.
Dari aspek hukum, korupsi merupakan all illegal or unethical use of governmental
authority as result of considerations of personal or political gain.
Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah sejenis
penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan
amanah dalam mengemban tugas tertentu.
D. Hakikat Antikorupsi
Seperti kita ketahui bersama bahwa korupsi yang terjadi dinegara ini harus diberantas.
Jika tidak, maka akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan yang seharusnya sejahtera
dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada. Didunia interasional, bangsa Indonesia
sebagai bagian dan masyarakat dunia, mendapat citra buruk akibat korupsi dan menimbulkan
kerugian. Kesan buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan orang lain
dan kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi
mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap
memiliki iklim lebih baik. Kondisi seperti ini akhirnya merugikan perekonomian dengan
segala aspeknya di negaraini (Dirjen Pendidikan Tinggi, 2012).
Antikorupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi
berkembangnya korupsi (Maheka,t. Th: 31). Pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana
meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi.
Menurut Maheka (t.th:31), peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan
dengan cara melakukan perbaikan sistem (hukum dan kelembagaan) dan perbaikan
manusianya. Dalam hal perbaikan sistem, langkah-langkah antikorupsi mencakup:
1. Memperbaiki peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mengantisipasi
perkembangan korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang sering
digunakan koruptor melepaskan diri dan jerat hukum.
2. Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi sederhana (simpel) dan
efisien.
3. Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi serta
memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan
umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi.
4. Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi secara
tegas.
5. Penerapan prinsip-prinsip Good Governance.
6. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperkecil terjadinya human error
(Eko Handoyo, 2009:24).
Jadi, jika Alloh telah memberikan lampu merah pada perbuatan korupsi. Maka jelas ini
adalah lampu hijau untuk menjalankan pendidikan anti korupsi. Seperti halnya pendidikan
Islam yang didalamnya mengkaji segala kewajiban-kewajiban dan larangan manusia, maka
jelas pendidikan anti korupsi perlu guna memberikan pemahaman lebih matang kepada umat
manusia dalam bertndak amanah dan menjauhi khianat yang salah satu didalamnya adalah
korupsi. Karena bukan tidak mungkin jika orang yang korupsi itu karena serakah, melainkan
karena tidak memahami bentuk-bentuk dari korupsi itu sendiri.
B) Pendidikan Anti Korupsi Menurut Beberapa Tokoh.
Banyak tokoh yang cukup vocal dalam berbicara masalah ini. Menurut mereka
pendidikan korupsi adalah suatu hal penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satu
tokoh yang cukup vocal dalam hal ini adalah Mantan Nahkoda KPK sebelum digantikan
Antasari Azhar yaitu Taufiequrachman Ruki. Dia berpendapat jika pemberantasan korupsi
bukan hanya menyangkut bagaimana menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana
korupsi, tapi lebih jauh adalah bagaimana mencegah tindak pidana korupsi agar tidak
terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan anti korupsi, kampanye antikorupsi
dan island of integrity (daerah percontohan bebas korupsi). Hal ini dinyatakannya mengacu
definisi korupsi yang telah jelas diatur dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun
2001.
Menurutnya, tindakan preventif dan represif ini dilakukan dengan memosisikan KPK
sebagai katalisator (trigger) bagi aparat atau institusi lain agar tercipta good and clean
governance dengan pilar utama transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.
Taufiequrachman Ruki mengemukakan data hasil survei Transparency Internasional
mengenai penilaian masyarakat bisnis dunia terhadap pelayanan publik di Indonesia. Hasil
survei itu memberikan nilai IPK (indeks persepsi korupsi) 2,2 kepada Indonesia. Nilai ini
menempatkan Indonesia pada urutan 137 dari 159 negara tersurvei. Survei Transparency
International Indonesia berkesimpulan bahwa lembaga yang harus dibersihkan menurut
responden, adalah lembaga peradilan (27%), perpajakan (17%), kepolisian (11%), DPRD
(10%), kementerian/departemen (9%), bea dan cukai (7%), BUMN (5%), lembaga
pendidikan (4%), perijinan (3%), dan pekerjaan umum (2%).
Lebih lanjut disampaikan, survei terbaru Transparency International yaitu "Barometer
Korupsi Global", menempatkan partai politik di Indonesia sebagai institusi terkorup dengan
nilai 4,2 (rentang penilaian 1-5, 5 untuk yang terkorup). Masih berangkat dari data, di Asia,
Indonesia menduduki prestasi sebagai negara terkorup dengan skor 9.25 (terkorup 10) di atas
India (8,9), Vietnam (8,67), Philipina (8,33) dan Thailand (7,33).
Dengan adanya fakta terukur bahwa keberadaan korupsi di Indonesia telah membudaya
sistemik dan endemik maka Taufiequrachman berasumsi bahwa kunci utama dalam
pemberantasan korupsi adalah integritas yang akan mencegah manusia dari perbuatan tercela,
entah itu corruption by needs, corruption by greeds atau corruption by opportunities.
Selain Taufiequrachman Ruki, tokoh yang juga berpendapat senada adalah Faisal
Djabbar yang juga Fungsional Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia berpendapat jika Memerangi korupsi bukan cuma
menangkapi koruptor. Sejarah mencatat, dari sejumlah kejadian terdahulu, sudah banyak
usaha menangkapi dan menjebloskan koruptor ke penjara. Era orde baru, yang berlalu, kerap
membentuk lembaga pemberangus korupsi. Mulai Tim Pemberantasan Korupsi di tahun
1967, Komisi Empat pada tahun 1970, Komisi Anti Korupsi pada 1970, Opstib di tahun 1977,
hingga Tim Pemberantas Korupsi. Nyatanya, penangkapan para koruptor tidak membuat jera
yang lain. Koruptor junior terus bermunculan. Mati satu tumbuh seribu, kata pepatah.
Salah satu kekeliruan upaya pemberantasan korupsi selama ini adalah terlalu fokus pada
upaya menindak para koruptor. Sedikit sekali perhatian pada upaya pencegahan korupsi.
Salah satunya lewat upaya pendidikan antikorupsi. Terakhir, era reformasi melahirkan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), yang selain diserahi tugas penindakan, juga tugas
pencegahan tindak pidana korupsi, seperti pendidikan antikorupsi kepada masyarakat.
Menyadari hal ini, timbul gagasan memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum
pendidikan tingkat SD hingga SMU, sebagai bentuk nyata pendidikan antikorupsi. Tujuan
pendidikan antikorupsi adalah menanamkan pemahaman dan perilaku antikorupsi.
Ide memasukkan materi antikorupsi dalam kurikulum mendapat respons positif
masyarakat. Hasil jajak pendapat harian Seputar Indonesia terhadap 400 responden (27/5),
sebanyak 87% menyatakan perlunya memasukkan pendidikan antikorupsi dalam kurikulum.
Keyakinan masyarakat juga relatif besar. Hampir 200 responden menyatakan keyakinannya
bahwa pendidikan antikorupsi bisa berjalan efektif membendung perilaku korupsi di
Indonesia.
Jajak pendapat itu menjaring pula pendapat masyarakat seputar pentingnya pendidikan
antikorupsi. Masyarakat berharap pendidikan antikorupsi memberikan pengetahuan seputar
korupsi dan bahayanya, mencetak daya manusia yang berkesadaran tinggi terhadap hukum,
serta memutus mata rantai korupsi.
Lebih dari itu, masyarakat berkeinginan agar upaya pendidikan antikorupsi berjalan
paralel dengan upaya lainnya, yakni maksimalisasi penegakan hukum, fungsi pengawasan
yang
ketat,
sosialiasi
dan
kampanye
gerakan
antikorupsi
secara
berkala
dan
penyebab utama korupsi adalah moralitas yang bobrok yang mengakibatkan keserakahan.
Karena itu, wajar jika moralitas perlu mental masyarakat. Kesehatan mental (mental health
higine) masyarakat juga terus ditingkatkan melalui pendidikan formal, informal dan
nonformal, termasuk melalui pendidikan budipekerti, wawasan kebangsanaan, dan
pendidikan agama. Anak-anak juga perlu ditingkatkan kesadaran moralnya, termasuk
meningkatkan kesejahteraannya.
C) Pendidikan anti Korupsi dalam buku
Buku-buku yang membahas tentang korupsi dan pendidikan anti korupsi. Antara lain:
Buku berjudul NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih yang diterbitkan oleh Tim
Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (GNPK
PB NU), 2006. Buku ini mengelaborasi fenomena korupsi di Indonesia serta membahasnya
melalui pandangan Islam dan strategi pemberantasannya.
Buku berjudul Ayat-Ayat Korupsi yang dibuat Hakim Muda Harahap, M.Ag. dan
diterbitkan oleh Gama Media, 2009. Buku ini hanya membahas ayat-ayat al-quran yang
relevan dengan tindakan korupsi dan hukuman bagi perilaku korupsi.
Dalam buku yang ditulis oleh Abu Fida Abdur Rafi yang berjudul Terapi Penyakit
Korupsi Dengan Tazkiyatun Nafs dan di terbitkan oleh Republika, 2006. Buku ini hanya
membahas bagaimana mengatasi praktek-praktek korupsi dan memberikan terapi dan tips
agar sembuh dari penyakit korupsi.
Buku berjudul Fiqih Korupsi Amanah Vs Kekuasaan yang di terbitkan solidaritas
masyarakat Transparansi NTB (SOMASI NTB), 2003. Buku ini berisikan kumpulan artikel
dari berbagai pakar yang intinya membahas bagaimana memberantas korupsi di Indonesia
dan pentingnya peran ulama dalam memberantas korupsi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Integrasi nasional adalan suatu konsep dalam ikatan dengan wawasan kebangsaan
dalam Negara Kesatuan Indonesia yang berkandaskan pada aliran pemikiran atau paham
integralistik yang berhubungan dengan paham idealism untuk mengenal dan memahami
sesuatu yang harus dicari kaitannya. Dan dengannya ada multikulturalisme
sebuah ideologi yang mengakui perbedaan dan kesederajatan yang
membuat indonesia lebih bersatu. Faktor-faktor yang dapat mengancam integrasi
Nasional adalah keterbatasan pengetahuan yang dimiliki tentag sejarah-sejarah Indonesia.
Hilangnya rasa cinta tanah Air. Tidak ada rasa berkorban terhadap sesama. Bahkan hilangnya
rasa hormat terhadap symbol-simbol Negara (Garuda pancasila) dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika dan upaya membanguan integrasi adalah perlu adanya kesadaran dari setiap
masyarakat serta upaya perlunya kesadaran dari setiap masyarakat akan hak dan
kewajibannya sebagai warga.
Dari berbagai pemaparan diatas dapat disimpukan jika Pendidikan anti korupsi
penting guna mencegah praktek korupsi yang kian hari kian memprihatinkan ini. Islam
dengan beberapa ayatnya dengan tegas melarang perilaku korupsi. Diantaranya QS.
Annisa:58 yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar
lagi Maha Melihat.
Dan beberapa tokoh pun juga banyak yang mendukung akan pentingnya pendidikan
atikorupsi. Meskipun ada beberapa pihak yang mengatakan jika hal itu sulit dan butuh waktu
yang lama, namun secara umum mereka menyetujui adanya pendidikan anti korupsi sebagai
upaya pencegahan penyakit kronis yang telah mengakar di negeri ini. Karena hal itu adalah
salah satu jalan mutlak jika ingin mencapai kehidupan yang adil dan makmur serta Negara
yang maju.
Semoga dengan kita memahami betapa sangat bahaya yang ditimbulkan akibat
perbuatan korupsi maka kita selayaknya harus kita awali dari diri kita sendiri yaitu berprilaku
jujur dalam segala aspek kehidupan. Seperti yang sekarang ini kita lakukan di lingkungan
mahasiswa ,memasukan Pendidikan Anti korupsi guna mengoptimalkan intelektual, sifat
kritis dan etika integritas mahasiswa agar kedepannya bisa menghasilkan sosok sosok
pembangun bangsa yang berjiwa anti korupsi tentunya. Meski demikian, pemberantasan
korupsi jangan menajadi jalan tak ada ujung, melainkan jalan itu harus lebih dekat ke
ujung tujuan. Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur
atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun segi etika atau akhlak manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://seratanabqon.blogspot.co.id/2013/01/makalah-pendidikan-anti-korupsi.html
http://lestarisurningsih.blogspot.co.id/2015/04/makalah-pendidikan-kewarganegaraan.html
http://andicvantastic.blogspot.co.id/2015/08/makalah-pendidikan-anti-korupsi-dan.html
http://ratnygusdiwati.blogspot.co.id/2015/02/makalah-pendidikan-anti-korupsi.html
http://ratnygusdiwati.blogspot.co.id/2015/02/makalah-pendidikan-anti-korupsi.html
https://agussupri177.wordpress.com/islam/pendidikan-anti-korupsi
MAKALAH
INTEGRITAS ANTI KORUPSI
Disusun oleh :
Yumna Tibyani
F100160166
Septiani Diah
F100160169
Fernanda Sofnia
F100160195