Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DAMPAK KORUPSI TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKU


Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter dan Anti Korupsi
Dosen Pengampu:
Mu’adil Faizin, M.H

Disusun oleh : Kelompok


1. Dwi Puji Larasati 2003031011
2. Etika Candra Dewi 2003031017
3. Muhammad Umar Munawwar 2003031026
4. Selvia Indah Lestari 2003031039
5. Siska Damayanti 2003032011

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) METRO LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER MAKALAH..............................................................................................1


KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................7
C. Tujuan Analisis......................................................................................................................7
D. Penelitian yang Relevan.........................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................10
LANDASAN TEORI......................................................................................................................10
A. Pengertian Korupsi...............................................................................................................10
B. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi...................................................................................11
C. Dampak Korupsi Terhadap Kenaikan Sembako...................................................................12
D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi........................................................................13
BAB III............................................................................................................................................15
HASIL PEMBAHASAN................................................................................................................15
A. Analisis kasus Pengadaan Paket Sembako di Kementrian Sosial tahun 2020 dan dampaknya
terhadap harga bahan baku...........................................................................................................15
BAB IV............................................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan kemampuan untuk berfikir dan
bertindak yang memiliki akal dan kemampuan untuk dapat membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk mana yang benar dan salah. Namun dibalik itu semua manusia juga
memiliki hawa nafsu yang dapat menjuru untuk melakukan perbuatan buruk dan tidak baik
sehingga dapat menjerumuskan manusia didalam lingkaran setan. Sehingga tak heran
bahwa manusia memiliki sifat tamak, rakus dan ingin berkuasa penyebab itu lah yang
mendorong manusia untuk berbuat tindakan yang merugikan contohnya di Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai Negara hukum dimana setiap tindakan kehidupan bermasyarakat
dilandasi dengan norma-norma yang ada disetiap Daerah, kabupaten/kota.
Indonesia dan korupsi memberi kesan tentang dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Indonesia begitu identik dengan persoalan korupsi dan korupsi juga begitu identik dengan
Indonesia. Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat kasus korupsi di Indonesia yang begitu
banyak dan terkesan patah hilang tumbuh berganti. Hampir setiap saat selalu korupsi yang
seringkali dijumpai dijalan-jalan ataupun dilembaga-lembaga tertentu terkesan hanya
bagaikan omong kosong yang tak berfaedah, tanpa makna hanya kata-kata kosong yang
membosankan. Kondisi ini tidak jarang diperparah dengan pembiaran-pembiaran yang
kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia baik itu disengaja ataupun tidak disengaja.
Pembiaran-pembiaran sebagaimana dimaksud adalah serangkaian tindakan yang dianggap
biasa dan wajar dilakukan dalam upaya memperoleh keuntungan baik untuk diri pribadi
maupun untuk orang lain.Hal tersebut juga menjadi sebab mengapa korupsi begitu sulit
dicegah dan diberantas. Korupsi telah menjadi perilaku dalam keseharian masyarakat dan
telah tumbuh menjadi suatu kebiasaan, suatu budaya
Pada prinsipnya pencegahan dan pemberantasan korupsi telah menjadi komitmen
bangsa Indonesia. Komitmen ini ditunjukkan dengan penyelenggaraan pemberantasan
tindak pidana korupsi secara represif dengan menegakkan UU Tindak Pidana Korupsi serta
dengan membentuk suatu lembaga yang secara khusus diadakan untuk mencegah dan
memberantas korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Memperhatikan pola
sistem pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dikatakan bahwa telah ada upayaupaya
substantive dan struktural dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi melalui
pembentukan undang-undang dan lembaga anti korupsi. Kedua upaya substantive dan
struktural tersebut merupakan upaya penegakan hukum pidana dengan menggunakan
sarana penal untuk menanggulangi suatu kejahatan.
Perbincangan problematika korupsi hampir menemui jalan buntu karena apa yang
dijadikan langkah pemberantasan korupsi di negeri ini berbanding terbalik dengan terus
meningkatnya indeks peringkat korupsi di Indonesia. Korupsi juga sering dikaitkan
pemaknaannya dengan Politik. Sekalipun sudah dikategorikan sebagai tindakan yang
melanggar Hukum, pengertian korupsi dipisahkan dari bentuk pelanggaran hukum lainnya.
Selain mengkaitkan korupsi dengan politik, korupsi juga dikaitkan dengan social
perekonomian, kebijakan publik, kebijakan Internasional, kesejahteraan social dan
Pembangunan Nasional.1
Tindak pidana korupsi sudah mengkristal dalam sendi-sendi kehidupan bangsa
Indonesia. Tidak hanya mengancam perekonomian Negara, nyatanya korupsi juga dapat
mengancam lingkungan hidup, lembaga-lembaga demokrasi, hak-hak asasi manusia dan
hak-hak dasar kemerdekaan, dan yang paling buruk adalah menghambat jalannya
pembangunan dan semakin memperparah kemiskinan. Korupsi di Indonesia sudah ada
sejak lama, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan, era Orde Lama, Orde Baru,
berlanjut hingga era Reformasi.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih
jauh dari memuaskan. Korupsi benar-benar telah menjadi permasalahan akut dan sistemik
yang sangat membahayakan dan merugikan Negara maupun masyarakat. Modus dan pelaku
kejahatan korupsi selalu berganti secara cepat. Sementara itu, laju perubahan undang-
undang sendiri selalu terlambat beberapa langkah di belakang kejahatannya. Hal inilah
yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak orang, kelompok, maupun oknum tertentu untuk
melakukan berbagai perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi.
Dalam konteks penanggulangan kejahatan, upaya penal dapat dilengkapi dengan
upaya non penal yang bersifat preventif yang jika diletakkan dalam pola sistem maka upaya
non penal ini adalah bagian dari budaya. Upaya preventif dalam penanggulangan korupsi
dapat diwujudkan dengan melakukan tindakantindakan yang sifatnya pencegahan
terjadinya tindak pidana korupsi. Berbicara tentang pencegahan korupsi sebetulnya sudah
ada program-program yang mengkampanyekan anti korupsi namun masih terkesan belum
maksimal. Contohnya, upaya membudayakan anti korupsi melalui program kantin anti
korupsi yang dulu pernah dikembangkan ke sekolah-sekolah dari semua tingkatan baik itu
SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi saat ini sudah tidak pernah lagi terdengar
dengungnya. Hal ini mengindikasikan belum suksesnya upaya membudayakan perilaku anti
koruptif ke tengah-tengah masyarakat terutama kepada generasi mudanya.
Sebagaimana umum diketahui, generasi muda merupakan harapan bagi suatu
bangsa untuk di masa yang akan datang. Generasi muda merupakan tonggak terlaksananya
perubahanperubahan dalam suatu bangsa. Dalam bidang korupsi, generasi muda juga
memiliki peran yang amat penting. Generasi muda dengan segala idealismenya dapat
memutus mata rantai korupsi jika sejak dini telah dibekali dengan mental anti koruptif yang
dapat diperoleh melalui pendidikan anti korupsi.
Tidak seperti kejahatan konvensional lainnya, korupsi adalah kejahatan yang
berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Apabila sebelumnya orang hanya
mengenal kerugian Negara dan suapmenyuap, saat ini korupsi sudah berkembang menjadi
penggelapan dalam jabatan, perbuatan curang, pemerasan, benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan gratifikasi. Di masa mendatang, korupsi bisa saja berkembang lagi secara
1
Mudemar A Rasyidi, “Korupsi Adalah Suatu Perbuatan Tindak Pidana Yang Merugikan Negara
Dan Rakyat Serta Melanggar Ajaran Agama,” Jurnal Mitra Manajemen 6, no. 2 (2020), h 37.
dinamis, karena korupsi mengikuti pola hidup manusianya yang materialis. Karena
bergerak secara dinamis, penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi tidak bisa hanya
dengan mengandalkan cara-cara konvensional. Oleh karena itu, penanganannya juga
membutuhkan suatu tindakan penanganan luar biasa. Selain itu, tuntutan ketersediaan
perangkat hukum yang sangat luar biasa dan canggih serta profesionalitas lembaga yang
menangani korupsi pun tidak dapat dielakkan lagi.
Salah satu ‘upaya luar biasa’ yang dilakukan adalah dengan membentuk sebuah
lembaga penegak hukum baru dalam sistem peradilan pidana, yaitu Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain pembentukan
lembaga KPK, peraturan dan regulasi juga perlu dibenahi sehingga tidak ada lagi celah bagi
wabah korupsi untuk bertumbuh kembang.
Pemberantasan tindak pidana korupsi dengan menggunakan ketentuan-ketentuan
yang ada dalam KUHAP dinilai kurang memadai. Tidak diakuinya sistem pembalikan
beban pembuktian, perampasan aset, pembayaran uang pengganti, dan peradilan in absentia
dianggap kurang ‘garang’ untuk memerangi salah satu bentuk kejahatan luar biasa ini.
Keberadaan pasal- pasal suap yang diintroduksikan dari KUHAP ke dalam Undang-Undang
Tindak Pidana Korupsi baik Pasal 1 ayat (1) sub c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971
maupun Pasal 5 sampai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, selama
ini hanya sebagai pasal-pasal tidur yang tidak memiliki makna.
Angka-angka korupsi di kawasan Asia Pasifik termasuk dramatis, hal ini didukung
dari laporan Transparency International (2015) bahwa 64% negara di kawasan ini berada
pada indeks di bawah 50 yang berarti sebanyak 64% negara-negara di kawasan Asia Pasifik
memiliki tingkat korupsi yang cukup tinggi. Meskipun mendukung rencana pendidikan,
adanya kelas penciptaan kelas menengah ditemukan sebagai penentu terkuat untuk
mengurangi korupsi di banyak studi (Treisman, (2000), Paldam (2002)). Faktor politik
yang menjelaskan korupsi misalnya demokrasi, keefektifan pemerintah dan desentralisasi.
Indonesia merupakan Negara terkorup ke-1 di Asia Pasifik tak bikin kaget dan tak bikin
heran pasalnya ditahun 2020 ketika wabah Covid-19 merebak di Indonesia ada saja oknum
yang yang justru memanfaatkan kesempatan untuk melakukan tindakan kotor tersebut tanpa
berfikir dampak dari perbuatannya.
Dampak korupsi pada aspek ekonomi menjadi suatu permasalahan yang dapat
menghambat pembangunan ekonomi disetiap negara, baik pada negara sedang berkembang
maupun negara maju. Banyak negara yang mulai serius mempertimbangkan bahaya korupsi
terhadap perekonomian dengan cara membentuk lembaga atau departemen yang mampu
mencegah dan mengendalikan korupsi tersebut. Dalam memandang hubungan korupsi dan
pertumbuhan ekonomi, para ekonom, sejarawan dan ahli politik telah terlibat dalam debat
yang panjang tentang apakah korupsi membahayakan pertumbuhan ekonomi. Pandangan
umum menyatakan bahwa korupsi menganggu aktivitas ekonomi dengan mendistorsi
alokasi sumber daya yang efisien dalam perekonomian. Kebanyakan para ekonom
memandang bahwa korupsi merupakan penghambat utama pembangunan. Korupsi
merupakan salah satu penyebab pendapatan rendah dan memainkan peran penting dalam
menimbulkan jebakan kemiskinan.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diaatas, maka masalah-masalah pokok analisis ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana tindakan korupsi dapat terjadi?
2. Bagaimana penanganan kasus korupsi di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi?
C. Tujuan Analisis
Berdasakan rumusan masalah yang diuraikan, tujuan analisis ini untuk:
1. Ingin mengetahui bagaimana tindakan korupsi dapat terjadi
2. Ingin mengetahui bagaimana penanganan kasus korupsi di Indonesia
3. Ingin mengetahui bagaimana pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi
D. Penelitian yang Relevan
Korupsi telah menjadi permasalahan yang sangat krusial bagi bangsa Indonesia.
Korupsi telah menjamur ke berbagai aspek bidang kehidupan sehingga menimbulkan
banyak kerugian disebabkan karena faktor kultural, ekonomi dan politik. Ia juga
menegaskan bahwa faktor sejarah yang ditunjukkan dengan adanya watak feodalisme
bangsa Indonesia menjadi faktor utama penyebab maraknya korupsi di Indonesia.
Analisanya tersebut diilanjutkan dengan menyebutkan faktor-faktor lain seperti faktor
kebudayaan yang merupakan implikasi negative sistem feodalisme, faktor ekonomi yang
ditunjukkan dengan rendahnya kesejahteraan di Indonesia, faktor struktur pemerintahan
yang masih sentralistik dan faktor politik yang kotor oleh karena kepentingan dana bagi
partaipartai yang ingin memenangkan pemilu menjadi penyebab kian maraknya korupsi di
Indonesia.
Dalam perspektif ekonomi, ada beberapa dampak korupsi yang bisa diajukan, antara
lain terjadinya inefisiensi hingga menyebabkan biaya yang tinggi ekonomi, yang pada
akhirnya dibebankan ke konsumen (H. Agung Yulianto, Compasiana). Terjadinya
ekploitasi dan ketidak adilan distribusi pada akibat lebih lanjut, investor tidak tertarik
menanamkan modalnya dinegara yang angka korupsinya tinggi, korupsi menyebabkan
ketidak pastian berusaha. Dampak langsung dari uraian di atas, pertumbuhan ekonomi
mengalami stagnasi dan angka kemiskinan makin meningkat yang dapat berpengaruh luas
pada stabilitas suatu Negara. Korupsi dapat berakibat sangat besar baik secara ekonomi,
politik, maupun social budaya dan hukum, masyarakat banyak tidak menyadari bahwa
perbuatan korupsi berakibat sangat buruk bagi kehidupan berbangsa bernegara tetapi
masyrakat jarang dapat langsung merasakanya. Masyarakat hanya berasumsi yang
dirugikan oleh praktek korupsi adalah dari sector keuangan dan perekonomian Negara,
padahal secara tidak langsung yang dirugikan adalah masyarakat itu sendiri.
2
Sri Nawatmi, “Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Empiris Negara-Negara
Asia Pasifik,” Media Ekonomi Dan Manajemen 31, no. 1 (2016), h 15.
Beberapa contoh dampak dari akibat yang ditimbulkan dari permasalah korupsi,
yaitu ditinjau dari dampak ekonomi diantaranya, dampak dari sector ekonomi dapat dilihat
dari beberapa sector yaitu;
1. Bantuan pendanaan untuk petani, usaha kecil, maupun koperai tidak pernah sampai
ketangan masyarakat, yang artinya korupsi menghambat pembangunan ekonomi
rakyat;
2. Harga barang (kebutuhan pokok, sembako) menjadi mahal
3. Sebagian uang hanya berputar pada segelintir orang elit ekonomi dan elit politik
(ekonomi menengah keatas).
4. Rendahnya upah buruh;
5. Produk petani indonesia tidak dapat bersaing;
6. Kemiskinan dan penganguran.
Kondisi demikian seolah menggambarkan bahwa Negara indonesia hanya
dimonopoli oleh kalangan-kalangan tertentu, sehingga benar. Adanya apa yang pernah
disampaiakn oleh Esmi Warrasih dalam sebuah kuliah, bahwa kondisi yang tidak integral
dalam suatu tatanan struktur masyarakat akan melemahkan komponen yang lainya “yang
kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”( Esmi Warasih, 2013).
Indikasi faktor korupsi yang berhubungan dengan sektor biasa nampak pada;
1. Subsidi pemerintah menjadi sumber keuntungan.
2. Masalah pengendalian harga, artinya dengan kebijakan tersebut para pengusaha
mungkin mau menyuap pejabat pemerintah untuk mempertahankan ketentuan
masukan dibawah harga pasar.
3. Gaji pegawai negeri yang rendah dibandingkan dengan gaji sektor swasta
merupakan sumber potensi komersial korupsi (tingkat rendah)
4. Faktor sosiologis mungkin juga turut juga menyebabkan terciptanya sebuah
lingkungan dimana terdapat keuntungan sebuah lingkungan dimana terdapat
keuntungan itu lebih banyak menimbulkan perilaku mencari keuntungan, Tanzi
(1994) berpendapat bahwa didalam masyarakat yang hubungan-hubunganya
didalam lebih personal maka pejabat pemerintah lebih cenderung memberikan
bantuan kepada temen deket dan keluarga.
Kalau kita mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Robert B. Seidman tentang
teori bekerjanya hukum, dalam bekerjanya dipengaruhi oleh sosial, ekonomi, budaya,
politik dan lain sebagainya (Esmi Warrasih, 2011). Seluruh kekuatan-kekuatan sosial selalu
ikut bekerja dalam setiap upaya untuk mengfungsikan setiap peraturan-peraturan yang
berlaku. Menerapkan sanksi-sanksinya dalam seluruh aktivitas lembaga-lembaga
pelaksanaanya.
Masyarakat mulai beradaptasi dengan pola atau budaya korupsi di indonesa,
warisan budaya korupsi sebetulnya sudah mendarahdaging dadalam benak para pejabat
sekarang, sehigga masyarakat juga sangat lihai memainkan perananya dalam sitem yang
terintegrasi yang ada. Pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari strategi
pemberantasan tindak pidana korupsi merupakan langkah yang jitu memiliki tingkat
keberhasilan di negara-negara lain. Masyarakat dan aparat penegak hukum merupakan
ujung tombak yang keberadaannya saling melengkapi satu sama lain. Masyarakat yang
berdaya atau berperan dapat mengontrol, bahkan jika proses penegakan hukum lemah dan
tidak dapat menghadapi kejahatan ini (korupsi), maka masyarakat dapat tampil kedepan
untuk sementara mengambil tugastugas aparat penegak hukum. Syaratnya masyarakat harus
diberi ruang dan kesempatan luas untuk berpartisipasi melalui sistem dan tatanan yang
demokratis dan transparan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin" corruptio" ataupun" corruptus" yang berarti
kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, bisa disuap, serta tidak bermoral
kesucian. Dan setelah itu muncul dalam hahasa Inggris serta Perancis" Corruption" yang
berarti menyalahgunakan wewenangnya guna menguntungkan dirinya sendiri. Robert
Klitgaard mendefinisikan“ corruption is the abuse of public power for private benefit”,
korupsi ialah penyalahgunaan kekuasaan publik guna keuntungan individu. Korupsi juga
berarti memungut uang bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan, ataupun
menggunakan wewenang guna meraih tujuan yang tidak sah.3 Menurut Jeremy Pope,"
Korupsi melibatkan perilaku dipihak para pejabat sektor publik, baik politiki ataupun
pegawai negeri sipil. Mereka secara tidak wajar serta tidak sah memperkaya diri sendiri
ataupun orang yang dekat dengan mereka dengan menyalahgunakan wewenang yang
dipercayakan kepada mereka".4
Menurut Undang- undang No 31 Tahun 1999, korupsi ialah tindakan setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan dengan memperkaya diri nya sendiri
atau orang lain maupun suatu korporasi yang bisa merugikan keuangan negara maupun
perekonomian negara. Korupsi juga diartikan sebagai tindakan tiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain maupun sesuatu korporasi. Juga
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan ataupun sarana yang ada padanya sebab
jabatan atau peran yang bisa merugikan keuangan negara maupun perekonomian Negara. 5
Berdasar pada pandangan hukum dikatakan korupsi apabila memenuhi unsur- unsur
perbuatan yang melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan, kesempatan ataupun
sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain ataupun korporasi, serta unsur terakhir ialah
merugikan keuangan negara ataupun perekonomian negara. Suatu perbuatan dikatakan
korupsi antara lain yakni apabila memberi maupun menerima hadiah ataupun janji atau
penyuapan, penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam
pengadaan dan menerima gratifikasi untuk pegawai negeri/ penyelenggara negara.6
Berikutnya untuk beberapa pengertian lain dari korupsi di sebutkan jika:
1. Korup maksudnya busuk, suka menerima uang suap/ sogok, menggunakan
kekuasaan buat kepentingan sendiri serta sebagainya.
3
Abu Bakar Adanan Siregar, “KORUPSI (Melacak Term-Term Korupsi Dalam Al-Qur’an),”
Korupsi, 2017, h 99.
4
S.E.M.M.M.S. Agus Wibowo et al., Pengetahuan Dasar Antikorupsi Dan Integritas (Media Sains
Indonesia, 2022), https://books.google.co.id/books?id=uslwEAAAQBAJ.
5
Fabianus Wahyu et al., “Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan
Korupsi,” Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial 2, no. 2 (2021),h 581.
6
Sri Nawatmi, “Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Empiris Negara-Negara
Asia Pasifik,” Media Ekonomi Dan Manajemen 31, no. 1 (2016), h 16.
2. Korupsi maksudnya perbuatan busuk semacam penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, serta sebagainya.
3. Koruptor maksudnya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat serta
merusak. Berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut sesuatu yang
bersifat amoral, watak serta kondisi yang busuk ialah menyangkut jabatan lembaga ataupun
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karna pemberian,
mengangkut faktor ekonomi serta politik dan penempatan keluarga ataupun golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.7
B. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi
Dampak korupsi pada aspek ekonomi menjadi suatu permasalahan yang bisa
menghambat pembangunan ekonomi disetiap negara, baik pada negara sedang berkembang
ataupun negara maju. Banyak negara yang mulai serius mempertimbangkan bahaya korupsi
terhadap perekonomian dengan cara membentuk lembaga ataupun departemen yang dapat
mencegah serta mengendalikan korupsi tersebut.8 Di sektor ekonomi, korupsi mempersulit
pembangunan ekonomi dimana pada sektor privat, korupsi meningkatkan biaya karna
adanya pembayaran ilegal serta resiko pembatalan perjanjian ataupun sebab adanya
penyidikan. Walaupun begitu, ada pula yang menyatakan kalau korupsi mengurangi biaya
karna mempermudah birokrasi yakni adanya sogokan menyebabkan pejabat membuat
peraturan baru serta hambatan baru. Dengan demikian, korupsi juga dapat mengacaukan
dunia perdagangan. Perusahaan- perusahaan yang dekat dengan pejabat dilindungi dari
persaingan, hasilnya perusahaan- perusahaan jadi tidak efektif. Dampak negatif yang lain,
korupsi telah menimbulkan distorsi pada sektor publik dengan mengalihkan investasi
publik ke proyek- proyek masyarakat dimana sogokan serta upah tersedia lebih banyak.9
Korupsi memiliki berbagai dampak penghancuran yang hebat( an enermous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa serta negara, khususnya dalam
sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Pada sektor ekonomi,
korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dimana pada sektor privat, korupsi
meningkatkan biaya sebab adanya pembayaran ilegal serta efek pembatalan perjanjian
ataupun sebab adanya penyidikan. Bermacam macam kasus ekonomi lain akan timbul
secara alamiah apabila korupsi telah merajalela dan berikut ini merupakan hasil dari
dampak ekonomi yang akan terjadi yaitu sebagai berikut :
1. Pertama, lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi. Korupsi bertanggung jawab
terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi dalam negeri. Kondisi negara
yang korup akan membuat pengusaha multinasional meninggalkannya, karena
7
Mudemar A Rasyidi, “Korupsi Adalah Suatu Perbuatan Tindak Pidana Yang Merugikan Negara
Dan Rakyat Serta Melanggar Ajaran Agama,” Jurnal Mitra Manajemen 6, no. 2 (2020), h 38.
8
Akhmad Faisal Lutfi, Zainuri Zainuri, and Herman Cahyo Diartho, “Dampak Korupsi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus 4 Negara Di ASEAN,” E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi 7, no.
1 (2020), h 30.
9
Nawatmi, “Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Empiris Negara-Negara Asia
Pasifik.”
investasi di negara yang korup akan merugikan dirinya karena memiliki ‘biaya
siluman’ yang tinggi. Berbagai organisasi ekonomi dan pengusaha asing di seluruh
dunia menyadari bahwa suburnya korupsi di suatu negara adalah ancaman serius
bagi investasi yang ditanam.
2. Kedua, penurunan produktifitas. Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi
dan investasi, maka tidak dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin
menurun. Hal ini terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi
untuk bisa berkembang lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas. Ujung
dari penurunan produktifitas ini adalah kemiskinan masyarakat.
3. Ketiga, rendahnya kualitas barang dan jasa. Korupsi menimbulkan berbagai
kekacauan di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-
proyek lain yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pada akhirnya
korupsi berakibat menurunkan kualitas barang dan jasa bagi publik dengan cara
mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, syarat-syarat material
dan produksi, syarat-syarat kesehatan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain.
4. Keempat, menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak. Sebagian besar negara
di dunia ini mempunyai sistem pajak yang menjadi perangkat penting untuk
membiayai pengeluaran pemerintahnya dalam menyediakan barang dan jasa publik.
5. Kelima, meningkatnya hutang negara. Kondisi perekonomian dunia yang
mengalami resesi dan hampir melanda semua negara termasuk Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa (Sihono, 2012), memaksa negaranegara tersebut untuk
melakukan hutang untuk mendorong perekonomiannya yang sedang melambat
karena resesi dan menutup biaya anggaran yang defisit, atau untuk membangun
infrastruktur penting. Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang
luar negeri yang semakin besar.10
C. Dampak Korupsi Terhadap Kenaikan Sembako
Buruknya regulasi penyaluran bansos Covid- 19 berupa paket sembako serta
koordinasi dari pemerintah, juga kacaunya proses pendataan informasi masyarakat yang
berhak untuk menerima dana bantuan sosial Covid- 19 berbentuk paket sembako tersebut.
Kasus tersebut dibuktikan dari adanya pengakuan dari masyarakat dan fakta yang
memperlihatkan jika paket sembako yang diberikan sangat tidak sesuai serta jauh dari kata
layak dari nominal yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu masyarakat
terdampak kasus korupsi dana bantuan sosial Covid- 19 berupa paket sembako ini
merupakan masyarakat miskin. Mereka menyatakan jika paket sembako yang mereka
terima dari pemerintah sangatlah jauh dari nominal yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
sebesar Rp 300. 000 untuk satu paket sembako dengan biaya potongan Rp 15. 000 biaya
goodie bag, serta potongan biaya Rp 15. 000 biaya jasa transportasi. Maksudnya secara
keseluruhan isi paket sembako tersebut seharusnya bernilai kurang lebih Rp 270. 000. Akan
tetapi, masyarakat mengaku jika paket sembako yang mereka terima jauh dari nominal
yang sudah ditetapkan pemerintah dalam satu paket sembako tersebut. Hal tersebut bisa
mereka ketahui dari jenis kualitas serta merk dari masing- masing item barang yang ada
dalam satu paket sembako.
10
Amalia Fadhila Rachmawati, “Dampak Korupsi Dalam Perkembangan Ekonomi Dan Penegakan
Hukum Di Indonesia,” Eksaminasi: Jurnal Hukum 1, no. 1 (2021),h 15-17.
Masyarakat juga mengeluhkan kalau isi barang ataupun item dari paket sembako
tersebut sangatlah tidak layak pakai, hal ini terlihat dari jenis beras yang berkutu juga
sangat kusam, ayam yang busuk, serta jenis- jenis barang yang lain semacam sarden serta
susu yang mempunyai kualitas yang rendah ataupun merk yang bahkan mereka tidak
sempat melihat sebelumnya di pasaran. Hasil dari penghitungan serta riset masyarakat,
mereka menyatakan jika isi paket sembako yang mereka terima hanya berkisar antara Rp.
140. 000 hingga dengan Rp. 150. 0000 saja, tentu nominal tersebut sangatlah jauh dari nilai
nominal satu paket sembako yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dari penelusuran
BPKP( Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) di Jabodetabek, BPKP menemukan
harga yang tidak wajar dalam paket bantuan sosial untuk masyarakat disaat pandemi ini.
Dalam penemuan proses penelusuran BPKP dalam paket bantuan sosial buat masyarakat
disaat pandemi di Jabodetabek, BPKP menemukan sebesar Rp. 65, 88 miliyar kelebihan
pembayaran harga bahan pokok sembako. Kemudian, selisih harga buat transporter di
Jabodetabek senilai Rp. 2, 97 Miliyar, serta kelebihan pembayaran dalam goodie bag
bantuan sosial( bansos) sebesar Rp. 6, 09 Miliyar. Sehingga dari proses penghitungan bagi
BPKP anggaran bansos diprediksi dikorupsi sebesar Rp. 20, 8 Miliyar. Secara umum
korupsi terjadi dalam penyaluran dana bansos berupa paket sembako adalah kuota penerima
dikurangi bahkan tidak diterima sama sekali.11
D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi
Menurut Teori Willingness and Opportunity, korupsi terjadi karena adanya
kemauan (willingness) dan kesempatan (opportunity).
1. Kemauan
Kemauan ialah faktor internal yang berupa pendorong seseorang melakukan korupsi
karena kebutuhan ataupun keserakahan, sebaliknya peluang ialah faktor eksternal yang
berupa kelemahan sistem pengendalian internal atau minimnya pengawasan. Apabila kedua
hal tersebut terjadi secara bersamaan maka akan mengakibatkan tindakan korupsi. Dari sisi
internal, manusia sejak lahir terlah mempunyai perilaku guna mengutamakan diri nya
sendiri ataupun selfish. Selfish ialah awal timbulnya watak greed ataupun serakah yang
merupakan akar dari mentalitas korup. Kemauan guna korupsi merupakan refleksi dari
mutu moral masing masing individu. Dari sisi reliabilitas, upaya pemberantasan korupsi
yang menitikberatkan pada pembangunan moral saja telah tidak reliabel. Selain
berfluktuasi, mutu moral seseorang bisa berubah secara drastis seiring dengan berjalannya
waktu. Dari sisi eksternal, peluang ialah faktor kedua yang memungkinkan korupsi terjadi.
2. Kesempatan
Kesempatan tergantung pada keadaan sistem yang ada. Apabila sistem yang sudah
ada lemah hingga akan ada banyak kesempatan terjadinya korupsi, sebaliknya apabila
sistem yang tertata dengan baik tidak akan terjadi korupsi. Upaya menekan peluang
terjadinya korupsi dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem, misalnya dengan
menerapkan sistem yang lebih akuntabel. Walaupun sistem memegang peran penting paling

11
http://lexscientia.ukm.unnes.ac.id/buletin-lex-scientia-vol-1-no-2-2021/menilik-korupsi-dana-
bansos-covid-19-di-indonesia/3618/
utama karena sifatnya yang lebih reliable, akan tetapi tanpa dukungan pribadi yang
bermoral tentunya hal ini akan sia- sia.12

12
Wahyu et al., “Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan Korupsi.”
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

A. Analisis kasus Pengadaan Paket Sembako di Kementrian Sosial tahun 2020


dan dampaknya terhadap harga bahan baku
Setiap orang masih banyak yang belum sadar akan pentingnya makna keutamaan itu
sendiri khususnya keutamaan karakter untuk dilakukan secara beruang-ulang dalam
kehidupan sehari-hari. Masih banyak sekali orang yang bertindak menyimpang tentang
keutamaan karakter khususnya keutamaan karakter tanggung jawab serta salah satu
buktinya adalah masih banyaknya penyimpangan keutamaan karakter tanggung jawab yaitu
maraknya kasus korupsi di Indonesia. Korupsi itu sendiri dapat disebabkan oleh faktor dari
dalam maupun faktor dari luar. Sebaiknya kita sebagai manusia mengerti perbuatan baik
dan perbuatan yang buruk tetapi apapun hal yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakan korupsi tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja dan sebagai manusia kita
hendaknya membiasakan din untuk mengulang-ngulang keutamaan karakter seperti halnya
tunggung jawab agar tidak ada niatan dalam diri untuk melakukan korupsi walau di kondisi
terdesak sedikitpun.
Belum lama ini kasus korupsi yang ramai diberitakan yaitu kasus korupsi bansos
berupa paket sembako yang melibatkan kementerian sosial (Kemensos). Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) akan mendalami kemungkinan uang yang mengalir ke
partai politik dari hasil tindak pidana korupsi bantuan sosial (bansos) berupa paket sembako
Tahun 2020. Kasus tersebut menyeret nama Menteri Sosial RI nonaktif sekaligus politikus
PDI Perjuangan (PDIP), Juliari Peter Batubara la disinyalir menerima total Rp17 milyar
dari dua paket pelaksanaan bansos berupa sembako untuk penanganan Covid-19 di wilayah
Jabodetabek Tahun 2020. Jumlah itu diduga merupakan akumulasi dar penerimaan fee
Rp10 ribu per paket sembako. Pengadaan bunsos penanganan Cavid-19 berupa paket
sembako di Kementerian Sosial RI Tahun 2020 sendiri memiliki nilai sekitar Rp5,9 triliun,
dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan dua periode. Pemangkasan dana bansos untuk
penanganan Covid-19 di wilayah Jabodetabek Tahun 2020 disinyalir sudah dirancang sejak
awal. Berdasarkan informasi yang dihimpun, dari biaya Rp300.000 yang dikeluarkan per
paket sembako, terdapat margin sebesar Rp70.000 yang akan dibagikan untuk sejumlah
pihak yakni pemilik kuota 40 persen, kreator 10 persen dan supplier 50 persen.
Melalui kasus tersebut kita bisa melihat bahwa masih banyak orang-orang yung
mengabaikan makna keutamaan karakter. Dari kasus tersebut kita juga bisa melihat menteri
sosial tersebut mengabaikan keutamaan karakter tanggung jawab padahal seharusnya
sebagai seorang menteri lebih mengutamakan kondisi masyarakatnya apalagi di masa
pandemi seperti ini. Dalam kasus korupsi ini pasti menteri sosial juga sudar akan
perbuatannya karena kasus korupsi bunsos berupa paket sembako ini sudah di rancang
sejak awal dan seharusnya mentri sosial tidak mengambil keuntungan dari kondisi seperti
ini untuk melakukan korupsi. Hal-hal seperti korupsi yang melibatkan menteri sosial ini
bisa tidak terjadi apabila menteri sosial tersebut mengulang-ulang keutamaan karakter
tanggung jawab dalam kehidupan sehari-harinya. Dan hingga pada akhiya Menteri Sosial
RI nonaktif sekaligus politikus PDI Perjuangan (PDIP), Juliari Peter Batubara harus
menanggung konsekuensi dari tindakan nya tersebut dengan mendapatkan hukuman.
Kasus korupsi bansos corona berupa paket sembako yang melibatkan menteri sosial
bisa menjadi pembelajaran bagi kita untuk mengutamakan keutamaan karakter tanggung
jawab dalam setiap tindakan kita. Dengan kasus ini kita juga belajar apapun tindakannya
pasti ada dampak bagi sesama atau diri sendiri. Tindakan yang menyimpang dari
keutamaan tanggung jawab sangat tidak dibenarkan dan kita juga harus membiasakan diri
untuk mengulang-ulang aktivitas yang dapat mengasah karakter tanggung jawab kita agar
tidak terjadi hal penyimpangan keutamaan karakter tanggung jawab seperti korupsi bansos
corona berupa paket sembako yang melibatkan menteri sosial RI nonaktif Juliari Peter
Batubara ini. Korupsi merupakan tindakan yang harus segera diatasi terlebih lagi korupsi
yang dilakukan oleh Menteri Sosial adalah korupsi bantuan sosial berupa paket sembako.
Dalam keadaan pandemi Covid-19 yang seperti ini bantuan sosial berupa paket sembako
sangat dibutuhkan dan dari tindakan korupsi ini bisa memicu kemarahan dan
ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Tindakan korupsi ini menujukan bahwa di
Indonesia sendiri masih kurang dalam pengawasan dan pengendalian. Solusi yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Pertama adalah dengan memberikan hukuman yang pantas dengan apa yang
dilakukan yaitu dengan memenjarakan orang yang melakukan tindakan kongsi
dengan jangka waktu yang sesuai. Hal ini akan memberikan efek jera kepada orang
tersebut. Kedua yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan verifikasi digital.
Penerima bantuan sosial akan didata di dalam sebuah sistem, dalam sistem tersebut
akan terhubung langsung dengan akun penerima bantuan sosial. Di sistem itu juga
sudah terdapat rincian bantuan sosial apa saja yang didapatkan oleh setiap penerima
bantuan sosial yang sesuai dengan yang di berikan pemerintah. Ketika bantuan
sosial itu diterima oleh penerima bantuan sosial, penerima akan memverifikasi
bantuan tersebut apakah sesuai dengan rincian yang ada di aplikasi itu. Selain itu,
dalam sistem atau aplikasi tersebut bisa juga diberikan tanggal kapan bantuan sosial
akan diberikan dan kapan bantuan sosial itu sudah diberikan ke penerima. Hal ini
akan lebih bisa mengontrol dan juga mengawasi para penyalur bantuan sosial ke
masyarakat.
2. Ketiga yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan bantuan sosial yang diberikan
yaitu secara tunai bukan secara barang. Hal ini dikarenakan jika memberikan secara
tunai akan lebih mudah dilacak atau diaudit uang itu perginya kemana Selain itu,
bantuan sosial berupa pangan bisa sangat mudah di korupsi dengan mengganti
beberapa jenis bahan makanan yang lebih murah, ataupun dengan mengurangi
porsinya sesuai dengan ketentuan Bantuan sosial secara tunai bisa langsung
diberikan kepada penerima bantuan sosial ke rekeningnya atau lewat bank yang bisa
dilacak uang itu perginya kemana. Namun, kelemahannya adalah tidak semua orang
yang membutuhkan bantuan sosial memiliki rekening itu mungkin beberapa solusi
yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya korupsi yang ada khususnya
korupsi bantuan sosial. Kesadaran setiap orang untuk tidak melakukan korupsi
merupakan sesuatu yang harus ditanamkan. Pengendalian dan pengawasan perlu
ditingkatkan dan diperkuat. Pelaksanaan hukum mengenai tindakan korupsi harus
bisa dilakukan dan bisa diterapkan secara tegas agar bisa memberikan efek jera. Hal
ini bisa dilakukan jika semua pilak ikut terlibat dengan jujur dan mengutamakan
keutamaan tanggung jawahnya.
Selain itu dampak dari kasus korupsi tersebut juga berimbas ke sector pertumbuhan
ekonomi dimana bahan baku yang seharusnya menjadi milik rakyat sepenuhnya dikorupsi
dan yang seharusnya bisa untuk meminimalisir pengeluaran Negara untuk pengadaan
kembali namun disalahgunakan dan pada akhirnya menyebabkan berkurangnya stok bahan
baku yang ada. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat covid-19 harga beberapa
sembako mulai perlahan naik dan itu pun Negara mengikuti perkembangan ekonomi global
yang menunjukan adanya kenaiakan harga bahan baku. Jika hal ini akan terus menerus
berlanjut maka secara otomatis harga bahan baku akan naik karena terbatasnya jumlah
dengan permintaan yang banyak. Oleh karena itu pihak berwajib haruslah siap siaga dalam
mengawasi setiap anggaran yang akan di salurkan kepada masyarakat.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan
perbuatan tindak pidana yang menyalahgunakan, memanipulasi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan merugikan keuangan Negara. Korupsi bisa terjadi dimana saja dan
kapan saja selagi ada kesempatan, maka sebagai generasi muda kita wajib untuk
menyuarakan antikorupsi dan belajar moral untuk tidak melakukan nya dimasa mendatang.
Korupsi mulai melekat di Indonesia khususnya karena kurangnya kesadaran dan tingginya
sifat tamak dari perilaku korupsi yang akhirnya merugikan banyak pihak, tidak hanya dari
segi material namun juga sosial budaya, politik dan ekonomi. Korupsi paling banyak
berimpas pada bidang ekonomi seperti melambatnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya
produktifitas, rendahnya kualitas barang dan jasa, meningkatkan hutang Negara,
berkurangnya pendapatan Negara, mengalami kerugjan yang banyak dan masih banyak lagi
kerugian lain di bidang ekonomi.
Kasus korupsi rata rata yang terjadi di Indonesia sangat besar mulai dari milyaran
sampai triliunan, hal ini mencerminkan haus akan uang belum dapat diatasi oleh
pemerintah di Indonesia khususnya pihak yang berwenang. Solusi yang mungkin bisa
dilakukan oleh pemerintah adalah mengupayakan pengoperasian di setiap lini berjalan
secara sistematis dan sesuai dengan prosedur sedangkan bagi kita yang masih muda
perbanyak literasi, perbanyak menyuarakan anti korupsi dan menanamkan sifat rendah hati
dan cukup di dalam pribadi kita.
B. Saran
Kami memiliki beberapa saran yang mungkin nantinya diperlukan seperti
pencegahan korupsi jangan hanya dilakukan setelah adanya laporan tapi pencegahan
dilakukan sebelum terjadinya tindakan korupsi, selain itu menanamkan moral dan akhlak
sangat penting dari kecil di didik untuk tidak melakukan kecurangan dalam bentuk apapun
baik yang berhubungan dengan material maupun tidak. Kami juga menyarankan untuk
seluruh masyarakat di Indonesia jangan pernah takut untuk menyuarakan anti korupsi,
dimanapun anda mengetahui tindakan korupsi maka sebaiknya laporkan ke pihak yang
berwajib. Belajar sejak dini dan ajarkan lah lingkungan sekitarmu akan perilaku anti
korupsi agar generasi yang akan datanng sadar akan bahaya tindakan korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Adanan Siregar, “KORUPSI (Melacak Term-Term Korupsi Dalam Al-
Qur’an),” Korupsi, 2017, h 99.
Akhmad Faisal Lutfi, Zainuri Zainuri, and Herman Cahyo Diartho, “Dampak Korupsi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus 4 Negara Di ASEAN,” E-Journal
Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi 7, no. 1 (2020), h 30.
Amalia Fadhila Rachmawati, “Dampak Korupsi Dalam Perkembangan Ekonomi Dan
Penegakan Hukum Di Indonesia,” Eksaminasi: Jurnal Hukum 1, no. 1 (2021),h
15-17.
Fabianus Wahyu et al., “Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Dan Upaya
Pemberantasan Korupsi,” Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial 2, no. 2
(2021),h 581.
http://lexscientia.ukm.unnes.ac.id/buletin-lex-scientia-vol-1-no-2-2021/menilik-korupsi-
dana-bansos-covid-19-di-indonesia/3618/
Mudemar A Rasyidi, “Korupsi Adalah Suatu Perbuatan Tindak Pidana Yang Merugikan
Negara Dan Rakyat Serta Melanggar Ajaran Agama,” Jurnal Mitra Manajemen 6,
no. 2 (2020), h 37.
Mudemar A Rasyidi, “Korupsi Adalah Suatu Perbuatan Tindak Pidana Yang Merugikan
Negara Dan Rakyat Serta Melanggar Ajaran Agama,” Jurnal Mitra Manajemen 6,
no. 2 (2020), h 38.
Nawatmi, “Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Empiris Negara-
Negara Asia Pasifik.”
S.E.M.M.M.S. Agus Wibowo et al., Pengetahuan Dasar Antikorupsi Dan Integritas
(Media Sains Indonesia, 2022), https://books.google.co.id/books?
id=uslwEAAAQBAJ.
Sri Nawatmi, “Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Empiris Negara-
Negara Asia Pasifik,” Media Ekonomi Dan Manajemen 31, no. 1 (2016), h 15.
Sri Nawatmi, “Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Empiris Negara-
Negara Asia Pasifik,” Media Ekonomi Dan Manajemen 31, no. 1 (2016), h 16.
Wahyu et al., “Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Dan Upaya Pemberantasan
Korupsi.”

Anda mungkin juga menyukai