PERBANDINGAN ETIKA BISNIS KONVESIONAL DAN BISNIA SYARIAH
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukankebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakankesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yangmenjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusahadengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional.Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraanyang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakatmaupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etikasementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisadiwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yangmenjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian. 1. Etika Bisnis Konvesional Macam-macam etika bisnis konvensional Menurut Dawam Rahardjo (1995: 32) etika bisnis beroperasi pada tiga tingkat, yaitu; individual, organisasi, dansistem. Pada tingkat individual, etika bisnis mempengaruhi pengambilankeputusan seseorang, atas tanggung jawab pribadinya dan kesadaran sendiri, baiksebagai penguasa maupun manajer. Pada tingkat organisasi, seseorang sudahterikat kepada kebijakan perusahaan dan persepsi perusahaan tentangtanggungjawab sosialnya. Pada tingkat sistem, seseorang menjalankan kewajibanatau tindakan berdasarkan sistem etika tertentu. Realitasnya, para pelaku bisnissering tidak mengindahkan etika. Nilai moral yang selaras dengan etika bisnis,misalnya toleransi, kesetiaan, kepercayaan, persamaan, emosi atau religiusitashanya dipegang oleh pelaku bisnis yang kurang berhasil dalam berbisnis.Sementara para pelaku bisnis yang sukses memegang prinsip-prinsip bisnis yangtidak bermoral, misalnya maksimalisasi laba, agresivitas, individualitas,semangat persaingan, dan manajemen konflik (Dawam Rahardjo, Ibid: 16). Halini tidak hanya di Dunia Timur, di Dunia Barat atau negara-negara industrimaju, citra bisnis tidak selalu baik. Setidak-tidaknya seperti yang dikatakan olehWithers (Ibid.) bahwa dalam bisnis itu pada dasarnya berasaskan ketamakan,keserakahan, dan semata-mata berpedoman kepada pencarian laba. a. Pendekatan utilitarianisme Menyatakan bahwa “arti penting moralitas yang menuntun seseorang dapat ditentukan hanya berdasarkan konsekuensi perilakunya. Suatu tindakan disebut etis jika memberikan hasil yang berupakeuntungan atau kebaikan terbesar bagi sebagian besar orang. Sistem etika ini menghadapi beberapa masalah yang menjadi kritik terhadapnya jika dibandingkan dengan prinsip islam diantaranya: - Siapakah yang menentukan apa yang baik bagi sebagian besar orang ? - Bagaimana dangan kaum minoritas jika yang dikatakan etis itu yang memberikeuntungan terbesar bagi mayoritas ? - Bagaimana kerugian dan keuntungan bisa dinilai pada persoalan yang tidak bisa diukur ? - Hak dan kewajiban individu diabaikan demi kepentingan hak dan kewajiban kolektif. b. Prinsip Universalisme Berbeda dengan pandangan utilitarian yang menekankan aspek hasil suatukeputusan, universalisme memfokuskan diri pada tujuan suatu keputusan atautindakan. Prinsip kunci dari universalisme adalah prinsip kant tentang imperatif kategorisyang terdiri dari : - Pertama, seseorang harus memilih untuk bertindak, hanya jika ia berkemauanuntuk memberi kesempatan setiap orang di muka bumi dalam situasi yang samauntuk membuat keputusan yang sama dan bertindak dengan cara yang sama. - Kedua, orang lain harus diperlakukan sebagai tujuan, tidak semata sebagaialat untuk mencapai tujuan. c. Prinsip Hak-Hak Pendekatan hak terhadap etika menekankan sebuah nilai tunggal yaitukebebasan. Keputusan atau tindakan dikatakan etis apabila tindakan ataukeputusan itu didasarkan pada hak-hak individu yang menjamin kebebasanmemilih. Dapat dipahami bahwa setiap individu mempunyai hak (kebebasan)untuk menentukan nasibnya sendiri. Oleh karena itu, orang lain tidak boleh melanggar hak itu terlebih lagimemperalat demi tujuan orang lain karena sama halnya dengan merampas hakorang lain. Pendekatan ini berkeyakinan bahwa individu memiliki hak-hak moralyang bersifat tidak dapat ditawar-tawar. Anatara hak dan kewajiban harusseimbang, dan sebelum menuntut hak seseorang harus terlebih dahulumenunaikan kewajibannya. Begitu juga dalam berbisnis setiap pihak harus memberikan hak orang dan menunaikan kewajibannya. Sebagai contoh, dalamindustri setiap pekerja memiliki hak untuk mendapatkan upah yang adil danlingkungan kerja yang aman, istirahat yang cukup,izin cuti, begitu juga paramajikan memiliki hak untuk berharap agar perdagangannya tetap rahasia, tidakdibocorkan oleh para pekerjanya, dan karyawan menunaikan kewajibannya untuk bekerja disiplin,meningkatkan prestasi.1 2. Etika Bisnis Syariah Etika bisnis dalam Islam memposisikan pengertian bisnis sebagai usahamanusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak bertujuan jangka pendek,individual dan 1 https://www.academia.edu/41070351/ETIKA_BISNIS_KONVENSIONAL semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi matematika,tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab pribadi dan sosial dihadapan masyarakat, Negara dan Allah SWT. Secara umum ajaran Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip- prinsipumum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan zamandan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu. Dalam Islam terdapat nilai- nilaidasar etika bisnis, diantaranya adalah tauhid, khilafah, ibadah, tazkiyah dan ihsan.Dari nilai dasar ini dapat diangkat ke prinsip umum tentang keadilan, kejujuran,keterbukaan (transparansi), kebersamaan, kebebasan, tanggungjawab danakuntabilitas. Islam sangat menekankan nilai etika dalam kehidupan manusia. Sebagai satu jalan, pada dasarnya Islam merupakan kode perilaku etika dan moral bagi kehidupanmanusia. Islam memandang etika sebagai satu bagian dari sistem kepercayaanmuslim (iman). Hal tersebut memberikan satu otoritas internal yang kokoh untuk memberikan sanksi dan memberikan dorongan dalam melaksanakan standar- standar etika. Konsep etika dalam Islam bukan relatif, namun prinsipnya bersifat abadi danmutlak.Adapun konsep Etika Bisnis Islam adalah sebagai berikut: Adapun konsep Etika Bisnis Islam adalah sebagai berikut: a. Konsep Ke-Tuhanan Dalam dunia bisnis Islam masalah Ke-Tuhanan merupakan hal yang harus dikaitkan keberadaannya dalam setiap aktifitas bisnis. Manusia diwajibkan melaksanakan tugasnya terhadap Tuhannya, baik dalam bidangibadah maupun muamalah. Dalam bidang bisnis, ajaran Tuhan meletakkankonsep dasar halal dan haram yang berkenaan dengan transaksi. Semua halyang menyangkut dan berhubungan dengan harta benda hendaknya dilihat dandihukumi dengan dua kriteria halal atau haram. b. Amanat Menurut Islam, kehidupan manusia dan semua potensinnya merupakansuatu amanat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Islam mengarahkan para pemeluknya untuk menyadari amanat ini dalam setiap langkah kehidupan.Persoalan bisnis juga merupakan amanat antara masyarakat dengan individudan Allah. Semua sumber bisnis hendaknya diperlakukan sebagai amanatilahiah oleh pelaku bisnis. Sehingga ia akan menggunakan sumber daya bisnisnya dengan sangan efisien.Dalam transaksi jual beli, sifat amanat sangat diperlukan karena denganamanat, maka semua akan berjalan dengan lancar. Dengan sifat amanat, para penjual dan pembeli akan memiliki sifat tidak saling mencurigai bahkan tidak khawatir walau barangnya di tangan orang lain. Memulai bisnis biasanya atasdasar kepercayaan. Oleh karena itu, amanah adalah komponen penting dalamtransaksi jual beli.Sebagaimana dalam Al- Qur’an surat An- Nisaa’ ayat 58 yang berbunyi :Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepadayang berhak menerimanya”.(QS. An-Nisa, 58). c. Jujur Sifat jujur merupakan sifat Rasulullah saw yang patut ditiru. Rasulullahsaw dalam berbisnis selalu mengedepankan sifat jujur. Beliau selalumenjelaskan kualitas sebenarnya dari barang yang dijual serta tidak pernah berbuat curang bahkan mempermainkan timbangan. Oleh karena itu, pentingnya kejujuran dalam pola transaksi jual beli karena kejujuran dapatmembawa keberuntungan. 2
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik