Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 3

- Devy Wulandari (2003031010)


- Lisa Mariyanti (2003032005)
- Sinta Lutfiana (2003031040)

Manajemen Persediaan
Dalam managemen inventory terdapat dua sistim atau strategi yang digunakan, yaitu:
Just in Time (JIT) dan Just in Case (JIC). Dimana keduanya mempunyai sifat yang saling
bertolak belakang. Bila Just in Time bertujuan untuk seminimal mungkin melakukan
penyimpanan barang, maka Just in Case kebalikannya. Kedua cara sistim magemen inventory
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
A. Just In Time
Pada sistim "Just in time" pemesanan barang (bahan baku/barang jadi) ke suplier
berdasarkan jumlah yang diminta oleh customer. Barang dari suplier yang datang secepatnya
diproses lebih lanjut menjadi barang jadi yang siap kirim untuk memenuhi kebutuhan
customer. Bila sistim ini berjalan baik jumlah barang yang disimpan digudang akan sedikit,
bahkan bisa tidak terdapat simpanan barang sama sekali di gudang. 
JIT memiliki dua tujuan strategis yaitu: Untuk meningkatkan laba, dan memperbaiki
posisi bersaing perusahaan. Kedua tujuan ini dicapai dengan mengendalikan biaya,
memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan kualitas.
Syarat sistim "Just in Time" bisa berjalan dengan baik:
1. Data yang ada harus lengkap dan akurat, data disini berupa: Jadwal permintaan
penyediaan barang dari customer, kapasitas produksi, kondisi mesin, waktu
penyediaan barang dari suplier. kesemua data tersebut nantinya dibutuhkan untuk
forecasting (perencanaan dan perhitungan kedepan).
2. Komunikasi dan koordinasi yang benar-benar baik dan tepat dengan suplier, agar
barang yang kita butuhkan, oleh suplier bisa disediakan dan diantarkan tepat sesuai
jadwal yang kita minta (sesuai kesepakatan).
Hal atau faktor yang biasanya menyebabkan sistim "Just in Time" tidak bisa berjalan baik:
1. Data dan informasi awal yang diberikan tidak akurat, contoh: jadwal permintaan
penyediaan barang oleh customer yang tidak sesuai, kondisi mesin yang menjadi
rusak, suplier yang tidak bisa memenuhi pesanan kita tepat sesuai jadwal.
2. Faktor kejutan/faktor yang tak terduga. Terkadang walaupun suplier bisa
menyediakan barang pesanan kita tepat sesuai jadwal tetapi saat pengantaran terdapat
kendala: faktor cuaca, kondisi jalur lalu-lintas, kondisi kendaraan transportasi yang
bisa menjadi penyebab terhambatnya barang dari suplier datang tepat pada waktunya.
3. Pesanan dari customer yang mendadak dalam jumlah besar, yang tidak mungkin bisa
dipenuhi dilihat dari kedatangan barang dari suplier maupun dilihat dari kapasitas
produksi (sampai dengan jadi barang siap kirim).
Keuntungan sistim JIT:
1. Semakin sedikit barang yang disimpan pengelolaan barang di gudang menjadi
semakin mudah dan resiko terjadinya kerusakan barang juga menjadi kecil. 
2. Sumber daya yang dibutuhkan untuk mengelola barang yang disimpan menjadi sedikit
(sumber daya manusia, maupun area gudang yang dibutuhkan).
3. Perputaran barang cepat otomatis perputaran modal juga cepat, semakin kecil modal
macet dalam bentuk barang disimpan di gudang.
Kelemahan sistim JIT:
1. Faktor kejutan/tak terduga yang memiliki dampak buruk, pengaruhnya besar sekali.
Sistim "Just in Time" ini memiliki resiko lebih besar.
2. Tidak bisa memenuhi permintaan mendadak dari customer dalam jumlah besar,
karena tidak adanya simpanan di gudang.
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus
menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Menurut Henri
Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah suatu keseluruhan
filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku
cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
a) Perusahaan yang menerapkan Just In Time (JIT) akan mendapatkan keuntungan
antara lain: modal kerja dapat ditunjang dengan adanya persediaan karena
pengurangan- pengurangan biaya persediaan,
b) lokasi yang tadinya untuk menyimpan persediaan dapat digunakan untuk aktivitas
lain sehingga produktivitas meningkat.
c) waktu untuk melakukan aktivitas produksi berkurang, sehingga dapat menghasilkan
jumlah proudk lebih banyak dan lebih cepat merespon konsumen.dan tingkat produk
cacat berkurang, menakibatkan penghematan dan kepuasan konsumen meningkat.

B. Just In Case
Sistim "Just in Case" ini merupakan kebalikan dari JIT, dimana pada sistim ini untuk
mengurangi resiko tidak dapat terpenuhinya permintaan customer maka persediaan barang
yang akan diproses tidak boleh kosong, jumlahnya tidak boleh kurang dari stok aman (safety
stock) yang sudah dijadikan patokan.

Keuntungan sistim JIC:


1. Resiko tidak bisa terpenuhinya permintaan customer kecil.
2. Efek nilai tukar mata uang ataupun efek perubahan harga dari suplier dampaknya tidak
sebesar pada sistim "Just in Time".
Kelemahan sistim JIC:
1. Lama penyimpanan secara langsung mempengaruhi kualitas barang.
2. Resiko terjadinya barang rusak (reject) lebih besar dibanding JIT.
3. Memerlukan sumber daya manusia dan area (gudang) yang lebih besar dalam
mengelola inventory.
Syarat sistim "Just in Case" bisa berjalan dengan baik:
1. Sama seperti pada sistim JIT, pada sistim "Just in Case" ini informasi dan akurasi data
memegang peranan sangat penting, bahkan lebih komplek. Selain jumlah barang
persediaan yang ada, harus pula diperhatikan daya tahan barang (kadaluarsa barang),
kondisi gudang.
2. Data tentang kapasitas barang yang bisa ditampung gudang harus lengkap.

ANALISIS PENGAMATAN
Berdasarkan analisis yang kami lakukan UMKM bakmie putih Rahayuni telah
menerapkan sistem just in time yaitu memproduksi sesuai dengan stok yang ada tanpa
menyediakan stok sehingga tidak bisa melayani customer dadakan. Bakmie ibu Rahayuni
memproduksi bakmie sesuai dengan kebutuhan customer, sehingga ibu Rahayuni tidak
pernah menyimpan bakmie sebagai stok penjualan, mengingat produk yang diproduksi
termasuk kategori makanan mudah basi jadi ibu Rahayuni memaksimalkan penjualan habis
pada hari itu, jika masih sisa ibu Rahayuni menitipkan ke warung warung, jadi produk pun
akan selalu habis setiap sekali produksi.
Untuk system just in case tidak cocok untuk jenis usaha ini mengingat system ini
menyediakan stok dalam jumlah besar karna dalam praktenya Bakmie putih rahayuni
merupakan usaha makanan yang mudah basi sehingga tidak cocok jika menyimoan stok
dengan jumlah yang banyak dalam jangka waktu lama. Dengan ini bisa menimbulkan
kerugian akibat bakmie terbuang sia sia karna basi.
Jadi UMKM Bakmie Putih Rahayuni lebih cocok menerapkan system Just in Time
dalam kegiatan usahanya melihat sesuai dengan usahanya yaitu makanan cepat basi. Untuk
system just in cash tidak cocok karna kalau diterapkan takutnya mengalami kerugian besar
karna jenis makanannya yang mudah basi dan tanpa pengawet.

Anda mungkin juga menyukai