Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu
perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena
kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva
lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Kegiatan
mengatur persediaan merupakan kegiatan fundamental untuk membangun
keunggulan kompetitif jangka panjang. Pengaturan persediaan ini berpengaruh
terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing, dan finance). Berkaitan
dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis
tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang serendah-rendahnya
supaya tidak banyak modal yang tertanam, sedangkan marketing dan operasi
menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan
kebutuhan produksi dapat dipenuhi dengan baik.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap
jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga
kebutuhan proses produksi tidak terganggu maupun kebutuhan pelanggan
dapat dipenuhi.
Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan
selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang
tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga
kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu) dan biaya yang
dikeluarkan untuk mengadakan persediaan minimal. Dengan meminimalkan
biaya persediaan berarti laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat.
Mengendalikan persediaan atau inventory management yang tepat bukanlah
hal yang mudah.
Untuk mengendalikan persediaan, perusahaan dapat memilih salah satu
pendekatan yang cocok dengan kondisi perusahaannya agar tujuan perusahaan
untuk meningkatkan laba dapat tercapai.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu sistem persediaan tradisional?
2. Apa itu sistem persediaan just in time?
3. Apa perbedaan antara sistem persediaan just in time dengan sistem
persediaan tradisional?
C. TUJUAN PENULISAN
Dari uraian rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu sistem persediaan tradisional.
2. Untuk mengetahui itu sistem persediaan just in time.
3. Untuk mengetahui apa perbedaan sistem persediaan just in time dengan
sistem persediaan tradisional.
D. MANFAAT PENULISAN
Dari uraian tujuan penulisan, maka manfaat penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Sistem persediaan tradisional.
2. Sistem persediaan just in time.
3. Perbedaan antara sistem persediaan just in time dengan sistem persediaan
tradisional.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM PERSEDIAAN TRADISIONAL
Sistem manajemen persediaan dengan pendekatan tradisional menganggap
bahwa ketidakpastian permintaan konsumen mengakibatkan ketidakpastian
produksi dan pembelian sehingga perusahaan harus memiliki persediaan.
Manajemen berusaha untuk mengatasi ketidakpastian tersebut melalui
perencanaan sediaan yang sebaik mungkin.
Faktanya, saat ini banyak perusahaan yang telah meninggalkan akuntansi
tradisional. Hal ini dikarenakan sistem akuntansi tradisional memiliki
beberapa kelemahan yang berbahaya bagi keamanan data Anda, di antaranya:
1. Membutuhkan Biaya Besar
Menggunakan akuntansi tradisional membutuhkan biaya besar. Anda
harus menggaji seorang in-house accountant untuk menyelesaikan
pembukuan Anda. Belum lagi biaya auditor yang harus memeriksa laporan
keuangan Anda. Jika terjadi kesalahan akibat human error, maka Anda
harus mengulang pembuatannya kembali. Ingatlah bahwa semua proses
tersebut memakan waktu lama karena membutuhkan tingkat akurasi yang
tinggi.
2. Kesulitan Akses
Salah satu kelemahan akuntansi tradisional adalah sulit untuk diakses.
Sebagai pebisnis, Anda perlu mengetahui dan meng-update aktivitas
finansial perusahaan. Di sisi lain, data finansial perusahaan merupakan hal
yang penting dan sangat dijaga kerahasiaannya. Namun, ketika Anda
sedang berbisnis di tempat lain, kesulitan mendapatkan informasi yang
diperlukan akan berakibat fatal pada bisnis Anda.
3. Tingkat pengawasan rendah
Anda akan sulit mengawasi keuangan perusahaan jika menggunakan
akuntansi tradisional. Data finansial atau pembukuan perusahaan hanya
dipegang oleh 1 orang atau 1 departemen sehingga Anda akan kesulitan
untuk mengendalikan keuangan perusahaan. Akibat paling fatal adalah

3
munculnya pelaku kecurangan atau fraud dalam perusahaan tanpa Anda
sadari. Kecurangan ini dapat berbentuk penyalahgunaan aset perusahaan,
mengubah laporan keuangan demi keuntungan pribadi , atau korupsi.
Tanpa Anda sadari, pegawai Anda sedang menggerogoti uang Anda.
4. Risiko Kehilangan Data
Saat menggunakan sistem akuntansi tradisional, Anda sedang
mempertaruhkan data perusahaan Anda. Risiko kehilangan atau kerusakan
data karena kecelakaan kecil akibat aktivitas sehari-hari lebih besar
dibandingkan dengan perbuatan di sengaja seperti pencurian data.
Minuman yang tumpah di atas laporan atau data penting yang tidak
sengaja dibuang merupakan contoh aktivitas kecil tetapi berdampak besar
pada perusahaan. Anda bisa kehilangan investor atau pelanggan karena
kejadian tersebut.
Dalam pendekatan tradisional beranggapan bahwa masalah produksi dapat
diatasi dengan mengelola persediaan. Ada beberapa alasan yang mendorong
kenapa dalam pendekatan tradisional perlu diadakan persediaan seperti:
1. Untuk menyeimbangkan biaya penyimpanan dan pemesanan.
2. Untuk memuaskan permintaan pelanggan.
3. Untuk memanfaatkan potongan harga.
4. Untuk berjaga jaga jika terjadi kenaikan harga.
5. ntuk menjaga kelancaran proses produksi.
Dalam pendekatan manajemen persediaan tradisional didasarkan pada
metode minimal dan maksimal. Metode ini menggambarkan batas minimal
dan maksimal persediaan yang harus diadakan opeh perusahaan.
Supaya persediaan itu selalu berada diantara batas minimal dan maksimal
tersebut maka harus melakukan langkah-langkah berikut:
1. Menentukan Economic Order Quantity (EOQ)
Kuantitas Pemesanan Paling Ekonomis/Economic Order Quantity
(EOQ) menjawab pertanyaan berapa banyak yang harus dipesan. Model ini
dapat dipergunakan baik untuk persediaan yang dibeli maupun yang dibuat

4
sendiri, dan banyak digunakan sampai saat ini karena penggunaannya
relatif mudah.
2. Penentuan besarnya EOQ ini dihitung dengan cara:

R = Jumlah barang yang dibutuhkan (biasanya jumlahnya dapat lihat dari


kebutuhan barang ditahun sebelumnya)

S = Biaya pemesanan

P = Harga beli per Unit

I = Biaya penyimpanan pada setiap unit (holding costs per unit) (%)

 Contoh Penerapan EOQ dalam Perusahaan


PT. XYZ memprediksi penjualan mereka akan sama seperti tahun
sebelumnya. Di tahun sebelumnya PT. XYZ memerlukan 240.000 unit
bahan baku dalam proses produksinya. Harga bahan baku per unit untuk
tahun ini adalah Rp2000. Untuk sekali pengiriman PT. XYZ memerlukan
biaya sebesar Rp150.000 (kurir, asuransi, dokumen, Dsb.). Perhitungan
biaya penyimpanan PT. XYZ sebesar 25% untuk setiap barang yang
disimpan. Lalu, berapa EOQ yang dimiliki perusahaan itu?
JAWAB :
DIK : Jumlah barang (R) = 240.000 unit
Harga per unit (P) = Rp.2000
Biaya pemesanan (S) = Rp. 150.000
Biaya penyimpanan (I) = 25% untuk setiap barang yang disimpan
DIT : EOQ..?

5
PENY :

12.000 unit itu adalah jumlah yang dibutuhkan oleh PT. XYZ dalam
setiap ordernya. Untuk mengetahui berapa kali order yang dibutuhkan oleh
PT. XYZ dalam satu tahun, tinggal bagi jumlah barang yang dibutuhkan
dengan jumlah unit per order.
Jumlah barang (R) : EOQ= jumlah order yang dibutuhkan.
240.0 12.000 = 20
Jadi PT. XYZ harus melakukan 20 kali order untuk memenuhi
kebutuhannya. Metode ini penting untuk dilakukan perusahaan dalam
menjaga keseimbangan antara persediaan dan biaya yang diperlukan.
3. Reorder point (ROP) /titik pemesanan ulang
Mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang juga merupakan hal
yang penting dalam kebijakan perusahaan. Titik pemesanan ulang
merupakan titik waktu dimana pesanan baru harus dilakukan. Waktu
tunggu merupanan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas
pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan. Untuk dapat
menghitung titik pemesanan ulang, maka tingkat pemakaian (rate of usage)
dan waktu tunggu perlu diketahui.
Titik pemesanan ulang dihitung dengan cara pemakaian per hari x rata-
rata waktu tunggu.
4. Persediaan pengaman (safety stock)
Jika permintaan bahan atau produk tidak diketahui secara pasti,
kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan muncul. Persediaan
pengaman (safety stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan

6
sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berpluktuasi.
Persediaan pengaman dihitung dengan cara pemakaian per hari x rata-rata
keterlambatan bahan
5. Persediaan maksimum
Jika perusahaan harus memelihara persediaan pengaman , maka pada
saat bahan atau barang yang dipesan datang, persediaan menunjukkan
tingkat minimal yaitu sebesar persediaan pengaman, sehingga setelah
bahan yang dipesan diterima, maka persediaan akan naik kembali ke
tingkat maksimal yaitu sebesar persediaan pengaman ditambah Economic
order quantity (EOQ).

B. SISTEM PERSEDIAAN JUST IN TIME (JIT)


Perubahan lingkungan tradisional ke pemanufakturan maju yang diikuti
dengan persaingan tajam bahkan berlevel global mengakibatkan system
manajemen dengan pendekatan tradisional yang berbasis Economic Order
Quantity (EOQ) dan metode minimal-maksimal tidak cocok lagi dalam
lingkungan yang baru sehingga mendorong perusahaan menggunakan Just In
Time (JIT).

Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain


untuk mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum
persediaan untuk bahan baku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem
produksi JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan, pada waktu

7
dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada
setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis
atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan
perbaikan terus – menerus (contionous process improvement).
Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi
berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun
kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering
kali JIT disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT, hanya
final assembly line yang menerima jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun
kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari
subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya
(stasiun kerja 1 ) menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya
(stasiun kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan
pada waktu yang tepatdengan spesifiksai yang tepat pula. Dalam kasus seperti
ini, stasiun kerja 2sering disebut sebagai stasiun kerja pengguna (using work
station). Apabila stasiun kerja pengguna itu menghentikan produksi untuk
suatu waktu tertentu, secara otomatis satisun kerja pemasok (supplying wotk
station) akan berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan
produksi.
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang
memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal
lainnya dalam suatu organisasi.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
a. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa
harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan
biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
b. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.
Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak
memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat,
dan kepuasan pembeli dapat meningkat.

8
c. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan
(Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
d. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan
pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
1. Pembelian Dengan Konsep Just In Time (JIT)
Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan
barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan
segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat
mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dengan cara:
a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi
sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang
mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai
tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan
mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem
akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya
sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya
langsung.
d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih
harga beli secara individual
e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

9
2. Produksi Dengan Konsep Just In Time (JIT)
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau
produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang
diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi
permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap
workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep
persediaan nol).
b. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi
(konsep waktu tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk
mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan
produk (workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga
aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan


efisiensi dalam bidang: Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan,
Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai, Waktu
perpindahan, Tenaga kerja langsung dan tidak langsung, Ruangan pabrik,
Biaya mutu, Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem


akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.


b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk
aktivitas tidak langsung.
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih
biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”.

10
3. Persediaan Just In Time (JIT)
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan
dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan
Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang
berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang
dan waktu produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan:
bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan
ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-
kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok
terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah departemen tidak
mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal lainnya.
Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai penyangga
sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus
kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana
sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu
karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-
persediaan itu sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In
Time merupakan upaya untuk mengurangi atau menghilangkan persedian.
Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke proses
produksinya mestilah merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya
dan kejadian - kejadian yang memicu proses Produksi berdasarkan
prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki
resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi
berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide
Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses
produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses
berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam
skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih
rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif.

11
Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi
persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya,
peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
4. Karakteristik Just In Time
Ada beberapa karakteristik utama dari perusahaan yang telah
menerapkan sistem Just In Time, diantaranya adalah:
a. Kualitas yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan system JIT
berupaya mencapai tingkat kualitas dimana mereka dapat beroperasi
dengan persediaan yang rendah dan skedul yang ketat. Dengan kata
lain, perusahaan berpegang pada konsep lebih baik menghasilkan
barang yang berkualitas tinggi dengan biaya produksi sedikit lebih
mahal, daripada menghasilkan barang dengan biaya produksi murah
tapi kualitasnya rendah.
b. Tingkat persediaan rendah. Dalam system JIT, persediaan dianggap
suatu pemborosan karena dengan adanya persediaan diperlukan biaya
penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Persediaan digudang tidak
banyak, yang ada hanya secukupnya untuk melanjutkan proses
produksi kepada unit kerja berikutnya dan kalau habis baru dikirim
lagi, sehingga ada arus kerja yang berkesinambungan.
c. Jalur produksi yang fleksibel. Sistem produksi
menggunakan sellular manufacturing technique yaitu
pengaturanlayout dan peralatan proses produksi yang fleksibel
sehingga barang yang diproduksi tidak terlalu sering mengalami
perpindahan produk terlalu sering dianggap sebagai non value added
activity.
d. Perubahan struktur organisasi yang mengarah ke produk. Konsep JIT
meghendaki setiap bagian dalam proses produksi mempunyai service
departement masing-masing sehingga apabila ada penyimpangan dapat
ditelusuri sedini mungkin. Penggunaan teknologi informasi secara
efektif. Merupakan salah satu syarat utama dalam penerapan sistem
JIT. Sistem JIT merupakan konsep tepat waktu maka tidak ada

12
keterlambatan dari jadwal induk sekecil apapun (non schedule
interruption) yang dapat ditolelir, disebabkan penyimpangan sekecil
apapun dari jadwal rutin akan menyebabkan kemacetan proses
produksi.
5. Faktor Kunci Sukses dalam Just In Time
Ada 7 faktor kesuksesan Just In Time yaitu:
a. Suppliers, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1) Kedatangan material dan produk akhir termasuk kesia-siaan.
2) Pembeli daan pemasok membentuk kemitraan.
3) Kemitraan Just In Time
b. Layout, merupakan tata letak yang memungkinkan pengurangan kesia-
siaan yang lain, yaitu pergerakan. Misalnya pergerakan bahan baku
manusia menjadi fleksibel, JIT mensyaratkan:
1) Sel kerja untuk produk keluarga.
2) Pergerakan atau perubahan mesin.
3) Jarak yang pendek.
4) Tempat yang kecil untuk persediaan.
5) Pengiriman langsung ke area kerja.
c. Inventory, persediaan dalam sistem produksi dan distribusi sering
diadakan untuk berjaga-jaga. Teknik persediaan yang efektif
memerlukan Just In Time bukan Just In Case. Persediaan Just In
Time merupakan persediaan minimal yang diperlukan untuk
mempertahankan operasi sistem yang sempurna yaitu jumlah yang
tepat, tiba pada saat yang diperlukan bukan sebelum atau sesudah.
d. Schedulling, jadwal yang efektif dikomunikasikan di dalam organisasi
dan kepada pemasok, maka akan sangat mendukung penerapan Just In
Tme. Penjadwalan yang lebih baik juga mengingatkan kemampuan
untuk memenuhi pesanan konsumen, menurunkan persediaan dan
mengurangi barang dalam proses, Just In Time mensyaratkan:
1) Mengkomunikasikan penjadwalan kepada supplier.
2) Jadwal bertingkat.

13
3) Enekan bagian dari skedul paling dekat dengan jatuh tempo
4) Lot kecil.
5) Teknik kanban.
e. Preventive Maintenance, pemeliharaan dilakukan dalam rangka untuk
menjaga hal-hal yang tidak diinginkan supaya tidak terjadi atau
merupakan suatu tindakan pencegahan. Misalnya dengan cara
pemeliharaan rutin pada fasilitas yang digunakan maupun pelatihan
karyawan secara terus menerus agar dapat beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi.
f. Kualitas, hubungan Just In Time dan mutu kuat sekali, karena
berhubungan dengan tiga hal, yaitu:
1) Just In Time mengurangi biaya perolehan mutu yang baik karena
biaya produk sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan menurun.
2) Just In Time meningkatkan mutu dengan mengurangi antrian dan
waktu antara Just In Time juga membatasi jumlah sumber
kesalahan potensial.
3) Mutu yang baik berarti lebih sedikit cadangan sehingga Just In
Time lebih mudah diterapkan.
g. Employee Empowerment, karyawan yang diberdayakan dapat ikut
terlibat dalam isu-isu operasi harian yang merupakan falsafah Just In
Time. Pemberdayaan karyawan mengikuti nasehat manajemen bahwa
tidak ada orang yang lebih tahu mengenai suatu pekerjaan selain
karyawan pelaksana pekerja itu sendiri. (Putra, 2014, hal. 8-9)
6. Prinsip-prinsip dasar JIT
a. Kanban atau sistem produksi yang terjadwal sesuai pesanan
Dalam Just in Time dikenal dengan istilah Kanban. Kanban
merupakan sistem penjadwalan yang mentrigger untuk memproduksi
barang dan berapa banyak yang akan diproduksi sesuai dengan
permintaan pasar. Jadi bukan merupakan sistem untuk mengatur
jumlah persediaan atau inventory dimana bila stock habis harus segera
di lakukan order kembali untuk re-stock. Kanban adalah alat yang

14
efektif untuk melakukan produksi secara keseluruhan. Sistem
manufaktur akan dioperasikan bila masuk order dalam jumlah tertentu.
Tujuannya untuk memproduksi finish goods tepat waktu dan pada
batas jumlah yang akan di konsumsi (Just in Time). Proses produksi
menghasilkan barang sebanyak yang dibutuhkan konsumen dan
sepecatnya dikirim untuk menekan holding cost.
b. Meminimalisir waste/pemborosan
Scrap, waiting time, overproduction perlu diminimalisir dalam
setiap proses produksi. Semua bahan-bahan mentah harus digunakan
secara effisien untuk memenuhi target produksi.
c. Perbaikan work flow secara berkelanjutan dan peningkatan kualitas
produk
Sistem Just In Time bertujuan untuk menghindari penimbunan atau
bottleneck dan kegiatan tidak produktif yang menghambat production
flow. Menciptakan kualitas yang sempurna sebagai salah satu tujuan
utama Just in Time. Sistem Just In Time juga memilki quality control
secara rutin sehingga tidak menolerin kecacatan product atau zero
defect.
d. Mengurangi segala bentuk contingencies atau kedaan tak terduga
Persediaan yang berlebih bertujuan untuk bisa mengantisipasi
permintaan yang fluktuatif dan segala kondisi yang tidak terduga
seperti kenaikan harga atau kelangkaan, justru akan berubah menjadi
waste atau pemborosan jika tidak digunakan. Dengan mengedepankan
pengefisiensian waktu maka industri dapat menghindari hal hal yang
menciptakan biaya besar. Oleh karena itu dalam perencanaan dan
penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan diawasi secara baik dan
teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa
diminamilisir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan dan
formulasi model forcastingnya agar apa yang di ekspektasikan oleh
perusahaan juga perencanaanya dapat tercapai.

15
e. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size)
Produksi Lot size bertujuan untuk menghindari waiting time dan
lead time yang kompleks dan juga perencanaan produksi dalam jumlah
besar maka jadwal produksi dibagi-bagi dalam jumlah kecil yang
berpetak - petak, dengan hal ini industri dapat lebih efisien terhadap
produksi dan lebih fleksibel guna menyesuaikan perubahan order
maupun permintaan dalam pasar.
7. Mekanisme dalam JIT
Dalam sistem Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan di setiap
stasiun kerja (work station) dengan cara menarik output dari stasiun kerja
sebelumnya sesuai kebutuhan. Cara ini dapat disebut sebagai Pull System
(sistem tarik) karena system yang bekerja menarik output. Jadwal produksi
diterima oleh final assembly line sedangkan pesanan produksi akan
diterima oleh stasiun-stasiun kerja yang lain juga oleh pemasok untuk
keperluan produksi produk.
Singkatnya, stasiun kerja pertama (pemasok) dilanjutkan dengan
stasiun kerja kedua (lalu produk akan di pasok sesuai kuantitas kebutuhan
pada waktu yang tepat dan juga dengan spesifikasi yang tepat. Sebagai
tambahan, untuk stasiun kerja kedua, bila stasiun kerja kedua
menghentikan produksi karena belum ada konsumen yang memesan
produk atau alas an tertentu maka secara otomatis stasiun kerja pertama
akan berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan produksi.
8. Tujuan JIT
Just in Time (JIT) memiliki konsep untuk memproduksi jenis-jenis
barang yang diminta oleh konsumen sejumlah barang yang di pesan dan
ketika barang tersebut dibutuhkan oleh konsumen. Oleh karena itu Just in
Time (JIT) memiliki kunci utama yaitu what (jenis barang pesanan), how
much (berapa banyak barang yang dipesan), dan when (kapan barang
tersebut dipesan) sehingga produksi hanya akan dilakukan sesuai dengan
ketiga konsep di atas bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
mengurangi pemborosan.

16
Boros di sini dimaksud sebagai segala sesuatu yang berlebih diluar
kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu
kerja yang diperlukan untuk nilai tambah produk maka JIT. Pemborosan
dapat dikurangi karena perusahaan sudah tahu berapa banyak konsumen
yang menginginkan produk sesuai berapa banyak produk yang konsumen
pesan sebagai parameter nilai minimum kebutuhan tersebut.
Dengan tujuan tersebut just in time (JIT) memiliki empat hal pokok
yang perlu dipenuhi :
a. Memproduksi apa yang dibutuhkan saat dibutuhkan dan dalam jumlah
yang diperlukan.
b. Autonomasi sebagai unit pengendalian cacat secara otomatis yang
tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
c. Tenaga kerja fleksibel, dengan maksud mengubah jumlah pekerja
sesuai dengan fluktuasi permintaan.
d. Berpikir kreatif, inovatif serta selalu menerima masukan atau saran
dari karyawan.
Untuk mencapai empat konsep tersebut, diperlukan sistem dan metode
yaitu :
a. Sistem kanban, untuk mempertahankan produksi just in time (JIT).
b. Metode kelancaran dan kecepatan produksi, untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan permintaan.
c. Optimalisasi waktu persiapan, untuk mengurangi waktu pesanan
produksi.
d. Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda, untuk konsep tenaga kerja
yang fleksibel.
e. Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem
saran, untuk meningkatkan skills (kemampuan) tenaga kerja.
f. Sistem manajemen fungsional, untuk mempromosikan pengendalian
mutu ke seluruh bagian perusahaan.

17
9. Kelebihan Sistem Produksi Just In Time (JIT)
a. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat
tempat penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat
dan biaya asuransi.
b. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga
hanya memerlukan modal kerja yang rendah.
c. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya
pemborosan akibat produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa
dan rusak atau usang akan menjadi semakin rendah.
d. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat
perubahan mendadak dalam permintaan.
e. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang
dipasok oleh Supplier (Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu
pemeriksaan dan pengerjaan ulang.
10. Kelemahan sistem produksi Just In Time (JIT)
a. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap
kesalahan atau “Zero Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat
sulit untuk melakukan perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan
produksi ataupun produk jadi yang mengalami kecacatan. Hal ini
dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan produksi dan produk jadi
yang sangat minimum.
b. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam
kualitas maupun ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar
lingkup perusahaan manufakturing yang bersangkutan. Keterlambatan
pengiriman oleh satu pemasok akan mengakibatkan terhambatnya
semua jadwal produksi yang telah direncanakan.
c. Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang
tinggi.
d. Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk
memenuhi permintaan yang mendadak tinggi karena pada
kenyataannya tidak ada produk jadi yang lebih.

18
C. PERBEDAAN SISTEM JIT DAN SISTEM TRADISIONAL

JIT TRADISIONAL

Sistem tarikan Sistem dorongan

Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan

Basis pemasok sedikit Basis pemasok banyak

Kontrak jangka panjang dengan Kontrak jangka pendek dengan


pemasok pemasok

Pemanufakturan berstruktur seluler Pemanufakturan berstruktur


departemen

Karyawan berkeahlian ganda Karyawan terspesialisasi

Jasa terdesentralisasi Jasa tersentralisasi

Keterlibatan karyawan tinggi Keterlibatan karyawan rendah

Gaya manajemen sebagai penyedia Gaya manajemen sebagai pemberi


fasilitas perintah

Total quality control (TQC) Acceptable quality level (AQL)

1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan


Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar
atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen
eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan
konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan
aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.
Sistem dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar
dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui
aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi
mendorong aktivitas penjualan.

19
2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan
Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi
persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan
mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena
menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan
sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi,
jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu
adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika
permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang
digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.
3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak
JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk
mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah,
memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan
system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh
harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-
aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih
murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan
mutu yang rendah.
4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek
JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya
guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga
dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu
tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat
mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan
kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk
memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau
mungkin mutunya rendah.
5. Struktur seluler dibanding struktur departemen
Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam
satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U”

20
sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan
satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel
pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di
dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi
aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan
struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan
produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-
tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok
jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen
menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai
tambah dalam jumlah besar.
6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi
Sistem JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus
digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian
ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa
tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi
mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi
berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi
atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada
aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan
pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran,
peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.
7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi
Sistem tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa
tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada
system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para
karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus
ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi
si struktur selulernya.

21
8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah
Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan.
Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan
para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang
pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut
pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat
meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para
karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana
pabrik beroperasi.
9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah
Sistem tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai
atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya
untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan
keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya
maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai
pemberi perintah.
10. TQC dibanding AQL
TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan
pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara
berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar
tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah
dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan
ketidakpuasan konsumen.
AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah
pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan
terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang
telah ditentukan sebelumnya.

22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan tradisional didasarkan pada metode batas minimal dan
maksimal persediaan yang perlu disediakan oleh perusahaan. Supaya
persediaan itu selalu berada diantara batas minimal dan maksimal tersebut
maka perusahaan harus menentukan Economic Order Quantity (EOQ),
Reorder point (ROP) dan Persediaan pengaman (safety stock).
Untuk menjamin agar penerapan Just In Time (JIT) dapat berhasil dengan
baik maka perusahaan perlu melakukan : a) kontrak jangka panjang dan
menjaga hubungan baik dengan supplier. b) Pertukaran data elektronik
(electronic data interchange/EDI). EDI memungkinkan para supplier untuk
mengakses basis data pembelinya cecara on-line.
B. SARAN
Perbandingan System Tradisional dengan Sistem JIT (Just In Time)
diketahui bahwa Sistem JIT (Just In Time) memiliki keunggulan dalam
penghematan waktu dan biaya dalam memproduksi barang. Oleh karena itu
Manajemen Perusahaan sebaiknya mengambil keputusan untuk menggunakan
Sistem JIT (Just In Time) dalam menjalankan kegiatan operasional
perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

23
http://nonregulerfeunwar.blogspot.com/2014/02/pengendalian-persediaan-
berdasarkan.html
http://ilham-hanggono.blogspot.com/2016/12/perbedaan-jit-dengan-sistem-
tradisional.html
https://ipqi.org/pengertian-sistem-produksi-just-in-time-jit/
https://students.warsidi.com/2017/06/pengertian-dan-mekanisme-just-in-time.html
http://riskymahira.blogspot.com/2013/05/makalah-manajemen-persediaan-just-in.html
https://16aksyaclompat.blogspot.com/2018/03/makalah-just-in-time.html
http://tholibpoenya.blogspot.com/2014/12/just-in-time-jit.html
https://www.jurnal.id/id/blog/4-alasan-akuntansi-tradisional-mulai-ditinggalkan/

24

Anda mungkin juga menyukai