Anda di halaman 1dari 9

Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

MANAJEMEN PERSEDIAAN DAN JUST IN TIME

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan materi pada pertemuan ke-16, mahasiswa


mampu menerapkan konsep manajemen persediaan yang baik bagi
perusahaan, dan penerapan metode Just In Time.

B. URAIAN MATERI.

1. Manajemen Persediaan Tradisional.

Definisi persediaan (Inventory) untuk perusahaan manufaktur adalah


uang yang dihabiskan organisasi untuk mengubah bahan baku atau bahan
mentah menjadi barang jadi. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
untuk perusahaan manufaktur dengan system tradisional harus tersedia dalam
jumlah yang cukup untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan disebut
manajemen persediaan tradisional. Namun demikian perlu diketahui bahwa
persediaan yang cukup besar menelan biaya penyimpanan yang cukup besar
pula, yang pada gilirannya mengurangi laba yang diperoleh perusahaan. Dan
perusahaan yang memiliki persediaan yang tinggi dibandingkan persaingan
cenderung berada pada posisi kompetitif yang lemah. Ada dua kelompok biaya
persediaan (inventory cost) adalah biaya biaya untuk menempatkan dan
menerima pesanan (biaya administrasi dan dokumen), biaya asuransi untuk
pengiriman dan biaya pembongkaran. Biaya penyimpanan persediaan (carrying
Cost-CC) adalah biaya biaya untuk menyimpan persediaan. Contohnya adalah
asuransi pajak perusahaan, biaya penanganan, biaya keusangan, sewa ruang
penyimpanan dan biaya peluang dari dana yang terikat dalam persediaan.

2. EOQ.

Kuantitas atau jumlah pesanan ekonomis (economis order of quantity)


EOQ adalah jumlah yang seharusnya dipesan (atau di produksi) untuk
minimalkan biaya persediaan (Inventory Cost) . Biaya persediaan adalah total
biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan.

Akuntansi Manajemen
158
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

Economic Order Quantity - yang biasa disingkat EOQ - adalah sejumlah


produk yang harus dipesan untuk memenuhi persediaan. Tentunya sejumlah
produk yang dipesan ini harus memenuhi suatu nilai yang ekonomis. EOQ harus
dapat meminimasi biaya variabel. Yang termasuk dalam biaya variabel dalam
kasus ini adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Dapat kita bayangkan bahwa jika jumlah pemesanan unit produk melebihi
jumlah pemesanan yang ekonomis, hal ini akan membuat biaya penyimpanan
menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya persediaan dari jumlah
pemesanan yang ekonomis. Selain itu, bila jumlah pemesanan unit produk
kurang dari jumlah pemesanan yang ekonomis, maka biaya pemesanan akan
lebih besar dibandingkan dengan biaya pemesanan dari jumlah pemesanan yang
ekonomis. Hal ini disebabkan karena perusahaan harus memesan produk
berkali-kali dengan biaya pemesanan yang dilipatgandakan.
Biaya penyimpanan meliputi biaya sewa gudang, biaya listrik, pajak,
asuransi, dan lain-lain. Sedangkan biaya pemesanan dapat meliputi biaya antar
barang dari tempat pemesanan ke gudang, biaya pemeriksaaan, biaya
penanganan material, dan lain-lain. Dalam model EOQ, biaya ini dihitung secara
tahunan.
Komponen lain yang termasuk dalam model EOQ adalah titik pemesanan
kembali (reorder point). Reorder point adalah suatu titik (sejumlah item tertentu)
di mana perusahaan harus memesan kembali. Reorder Point bergantung pada
lead time, yaitu waktu yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi pemesanan.
Jadi, model EOQ juga harus dapat menjawab pertanyaan berapa banyak dan
kapan item yang harus dipesan agar tercapai nilai yang ekonomis.
Secara umum model perhitungan (rumus) EOQ adalah sebagai berikut.

Keterangan :

R = Jumlah bahan baku dalam satu periode

S = Biaya Pemesanan per Pesanan

P = Harga perunit bahan baku

Akuntansi Manajemen
159
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

I = Biaya penyimpanan yg dinyatakan dalam % dari persediaan rata-rata

C/U = Biaya Penyimpanan Perunit Bahan Baku

Contoh:

Misalkan perusahaan “Sehat Alami” yang menghasilkan sosis ikan nila


membutuhkan ikan nila sebanyak 120.000 kg per tahun. Biaya pesan setia kali
pesan Rp 10.000,-, biaya simpan per unit (per kg) Rp 150,-. Maka:

2 (120.000) (10.000) EOQ = 150

2.400.000.000

EOQ = 150 EOQ = 4.000

Dengan demikian kebutuhan ikan nila sebanyak 120.000 kg per tahun dapat
dibeli atau dipesan sebanyak 4.000 kg tiap kali pesan/beli. Hal ini berarti
kebutuhan ikan nila sebanyak 120.000 kg dapat dipenuhi dengan pesanan atau
pembelian sebanyak 30 kali dalam setahun (120.000 : 4.000 = 30). Dengan kata
lain dalam setahun dilakukan pembelian/pesanan ikan tuna sebanyak 30 kali
atau setiap 12 hari sekali (bila jumlah hari per tahun 360 hari; 360 : 30 = 12).

Penggunaan teknik EOQ hanya dapat dilakukan apabila memenuhi syarat:

1. Jumlah kebutuhan bahan dalam satu periode tetap atau tidak berubah
2. Bahan baku selalu tersedia setiap saat atau mudah didapat
3. Harga bahan baku tetap.

Bila terjadi perubahan misalnya dalam jumlah kebutuhan bahan baku, maka
jumlah pembelian ekonomis sebesar perhitungan EOQ tersebut menjadi belum
tentu ekonomis. Bila terjadi hal demikian maka EOQ yang telah dihitung tidak

Akuntansi Manajemen
160
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

dapat lagi digunakan dan harus melakukan perhitungan kembali. Oleh karena itu
apabila salah satu syarat tersebut tidak dipenuhi, misalnya kebutuhan bahan
baku berubah-ubah maka tidak dapat menggunakan teknik EOQ.

Bagi Perusahaan menggunakan EOQ karena bahan baku yang digunakan


bersifat tidak tahan pengolahan ikan, persediaan optimal tidak ditentukan dengan
lama dan dipengaruhi musim. Bagi Perusahaan penghasil bihun, persediaan
optimal dapat ditentukan dengan menggunakan EOQ karena bahan baku yang
digunakan bersifat tahan lama.

Reoder Point.

Selain menentukan EOQ, pengendalian persediaan juga menentukan


kapan dilakukan pesanan atau pembelian kembali bahan. Pembelian atau
pemesanan bahan jangan menunggu sampai persediaan habis, karena kalau itu
terjadi maka akan mengganggu kontinuitas produksi. Penentuan kapan
melalukan pesanan ini disebut dengan Reoder Point (RP), yaitu saat dimana
perusahaan atau manajer produksi harus melakukan kembalian pembelian
bahan. Hal ini diperlukan karena tidak selamanya pesanan bahan baku dapat
segera dikirim oleh pihak pemasok atau leveransir, sehingga diperlukan waktu
beberapa lama. Bila kebiasaan pesanan bahan baku datang dengan memakan
waktu 7 hari misalnya, maka perusahaan harus memiliki persediaan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan selama 7 hari tersebut. Waktu 7 hari yang
dibutuhkan untuk menunggu pesanan bahan datang dikenal dengan istilah “lead
time”.

1. Tanpa kebijakan safety stock:

Akuntansi Manajemen
161
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

Dengan kebijakan safety stock:

Contoh:

1. Menghitung Reorder point tanpa kebijakan safety stock Perusahaan “Sehat


Alami” dalam contoh perhitungan EOQ melakukan pesanan bahan baku setiap
kali pesan sebanyak 4.000 kg ikan nila atau sebanyak 30 kali melakukan
pesanan selama satu tahun. Bila diketahui dalam setahun hari efektif berkerjanya
perusahaan selama 300 hari, dan masa menunggu sampai pesanan datang
selama 5 hari, maka Reorder Pointnya adalah:

4.000 RP = X 5 300 : 30

RP = 2.000 kg.

Artinya bahwa Perusahaan “Sehat Alami” yang memproduksi sosis ikan nila,
setiap 12 hari melakukan pesanan ikan nila ke pemosok harus melakukan
pemesanan pada saat persediaan di gudang tinggal 2.000 kg. Kalau perusahaan
memesan bahan baku saat persediaan di gudang tinggal 1.000 kg, maka akan
mengganggu kontinuitas produksi selama 2 ½ hari. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Kebutuhan bahan baku per hari = 120.000 kg : 300 = 400 kg. Kecukupan
persediaan = (1.000 kg : 400 kg) X 1 hari = 2 ½ hari Kebutuhan selama lead time
= 5 hari X 400 kg = 2.000 kg. Persediaan di gudang = 1.000 kg (-)

Kekurangan = 1.000 kg Dari perhitungan di atas, ternyata bila pemesanan bahan


baku dilakukan pada saat persediaan tinggal 1.000 kg, maka kontinuitas produksi
akan terganggu atau terhenti selama 2 ½ hari, karena kekurangan bahan baku
selama masa menunggu sebanyak 1.000 kg atau sama dengan kebutuhan
selama 2 ½ hari.

Akuntansi Manajemen
162
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

2. Menghitung Reorder point dengan kebijakan safety stock. Dari contoh No. 1 di
atas, misalkan perusahaan “Sehat Alami” menetapkan kebijakan safety stock
sebesar sebanyak 800 kg, maka reorder pointnya adalah:

RP = 2.800 kg.

Kalau perusahaan memesan bahan baku saat persediaan di gudang tinggal


1.000 kg, maka akan mengganggu kontinuitas produksi selama 1/2 hari. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kebutuhan bahan baku per hari = 120.000 kg : 300 = 400 kg. Kecukupan
persediaan =

(1.000 + 800 : 400 kg) X 1 hari = 4 ½ hari Kebutuhan selama lead time = 5 hari X
400 kg = 2.000 kg. Persediaan di gudang = 1.000 + 800 = 1.800 kg (-)

Kekurangan = 200 kg

Dari perhitungan di atas, ternyata bila pemesanan bahan baku dilakukan pada
saat persediaan tinggal 1.000 kg, maka kontinuitas produksi akan terganggu atau
terhenti selama ½ hari, karena kekurangan bahan baku selama masa menunggu
sebanyak 200 kg atau sama dengan kebutuhan selama ½ hari.

Dari kedua contoh di atas, ternyata dengan dimilikinya persediaan pengaman


(safety stock) perusahaan dapat mengurangi lamanya resiko terganggunya
kontinuitas produksi. Namun seperti diuraikan sebelumnya bahwa besar kecilnya
atau perlu tidaknya kebijakan safety stock ditentukan banyak faktor.

16. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang manajemen persediaan just in


time.

Akuntansi Manajemen
163
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

Persediaan Just in Time (JIT) meminimalkan persediaan sampai


serendah mungkin dan menekan biaya persediaan sampai dengan 0. JIT
menganggap memiliki persediaan yang tinggi merupakan pemborosan bahkan
ketidakmampuan bersaing yang dimungkinkan karena kualitas rendah dan harga
yang mahal. System JIT Manufacturing (just in Time Manufacturing) adalah suatu
system berdasarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik
melalui system permintaan yang ada, bukan didorong kedalam system pada
waktu tertentu berdasarkan permintaan yang di antisipasi. Pembelian JIT (Just in
Time Purchasing) mensyaratkan pada pemasok untuk mengirimkan bahan baku
atau suku cadang tepat pada waktunya di produksi. Produk dan pembelian JIT
mewakili usaha terus menerus dalam mengejar produktivitas melalui
penghematan biaya, pengendalian biaya, peningkatan laba, persaingan harga,
kinerja pengiriman yang baik dan meningkatkan kualitas.
Apapun keunggulan suatu metode atau model termasuk JIT memiliki
keterbatasan atau kelemahan sebagai berikut:
1. para pemasok mungkin merasa tertekan karena kontrak jangka panjang.
Memungkinkan perlunya perjanjian yang baru dalam hal menaikkan harga
2. bagi pelanggan atau pengecer pada saat tertentu tidak memperoleh
produk yang diinginkan karena model JIT tidak memiliki banyak
persediaan
3. para pekerja atau karyawan perusahaan yang melakukan model JIT,
seringkali merasa tenaganya diperas ketika perusahaan yang
bersangkutan beroperasi untuk menghasilkan produk yang banyak atas
permintaan pelanggan. Selain hal di atas, mencari pekerja yang memiliki
beberapa keahlian ganda sangat sulit dan jika pun ada upah atau gaji
mereka sangat tinggi

Menghitung EOQ, biaya persediaan, ROP dan persediaan pengaman.


Sebuah perusahaan manufaktur membutuhkan bahan baku dalam 1 tahun
sebanyak 80.000 unit. Penggunaan bahan baku rata-rata 320 unit per hari,
sedangkan penggunaan bahan baku maksimal 340 unit perhari. Biaya
pemesanan bahan baku Rp.1.250.000 setiap kali memesan dan biaya
penyimpanan Rp.500 per unit. Waktu tunggu (lead time) adalah 10 hari.

Diminta:
1. hitunglah EOQ dan biaya persediaan pada EOQ

Akuntansi Manajemen
164
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

2. hitunglah biaya persediaan untuk 2 kali dan 5 kali memesan


3. hitunglah safety stock dan ROP

jawab:

1. a). √2 x 80.000 x 1.250.000


5000
= √400.000.000 = 20.000 unit
b). Biaya persediaan pada EOQ

Biaya pemesanan pada EOQ


Biaya pemesanan 4xRp.1.250.000 = Rp.5.000.000
Biaya penyimpanan=
20.000 x Rp.500 = Rp. 5.000.000
2
Biaya persediaan 4 kali memesan =Rp. 10.000.000
= 80.000 unit = 40.000 unit
2

2. a) Biaya persediaan 2 kali memesan


Biaya pemesanan 2xRp1.250.000 = Rp.2.500.000
Biaya Penyimpanan= 40.000 x = Rp.10.000.000
Rp500 = Rp.12.500.000
2
3 a. safety stock (persediaan pengaman)

a. safety stock (persediaan


pengaman) 340 unit
Kebutuhan maksimal perhari 320 unit
Kebutuhan rata rata perhari 20 unit
Selisih kebutuhan per hari 200 unit
Safety stock: 10 hari x 20 unit
b. Re order point (ROP) = 3.400 unit
(10x320 unit)+200 unit

Akuntansi Manajemen
165
Akuntansi Manajemen S-1 Akuntansi

Catatan Penting :

Perusahaan yang memproduksi sendiri komponen atau suku cadang atau bahan
baku (bukan dibeli dari pihak luar) maka biaya pemesanan tidak ada, maka
sebagai gantinya adalah biaya persiapan (set up cost) adalah biaya biaya untuk
menyiapkan peralatan dan fasilitas sehingga dapat digunakan untuk
memproduksi komponen atau suku cadang atau bahan baku tertentu.

C. LATIHAN/SOAL

Menghitung EOQ, biaya persediaan, persediaan pengaman (Safety stock) dan


titik pemesanan kembali (re order point ROP.)

Sebuah perusahaan membutuhkan bahan baku 80.000 unit setiap tahun. Biaya
pemesanan Rp.1.000.000 setiap kali memesan dan biaya penyimpanan Rp400
per unit. Bahan baku yang digunakan setiap hari 220 unit. Waktu tunggu adalah
9 hari

Diminta:

a. Hitunglah EOQ dan biaya persediaan pada EOQ


b. Hitunglah biaya persediaan untuk 1 kali dan 5 kali memesan
c. Hitunglah persediaan pengaman (safety stock) dan titik pemesanan
kembali (reorder point ROP)

D. DAFTAR PUSTAKA.

Sjahrial, Dermawan. 2017. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Akuntansi Manajemen
166

Anda mungkin juga menyukai