Anda di halaman 1dari 14

490

PENGARUH VARIABEL SIKAP DALAM MEMODERASI HUBUNGAN

PERTIMBANGAN MORAL TERHADAP MINAT MUZAKKI DALAM

MEMBAYAR ZAKAT PROFESI

(STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN PONOROGO)

Tri Ardianto1)*, Tegoeh Hari A2), Hadi Sumarsono3)

1)
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2)
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
3)
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
*Korespondensi: triardiantositro@gmail.com
ABSTRACK

This study aims to determine the influence of moral considerations on intentions of muzakki to pay zakat profession,
to know the effect of attitudes on intentions to zakat, and to know how attitudes as moderating variable on the
relationship beetwen moral considerations and intentions of muzakki to pay zakat profession. The object in this
study is muzakki in Ponorogo Regency which was previously determined by the researcher. The number of samples
taken was 100 respondents from all selected institutions, namely LAZ Umat Sejahtera Ponorogo, LAZIS
Muhammadiyah Ponorogo and Yatim Mandiri Ponorogo. The Data were analysed by Partial Least Square. The
results showed that moral considerations had a significant positive effect on muzakki's intentions to zakat, attitudes
had a significant positive effect on muzakki's intentions, but attitude was not moderating variable on the relationship
beetwen moral consideration and intention to zakat.

Keywords: Zakat Profession, moral considerations, attitudes, interests

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui pengaruh pertimbangan moral terhadap minat muzakki dalam
membayar zakat profesi, mengetahui pengaruh sikap terhadap minat muzakki dalam membayar zakat profesi, dan
mengetahui sikap dalam memperkuat pengaruh pertimbangan moral terhadap minat muzakki dalam membayar
zakat profesi. Objek dalam penelitian ini adalah muzakki yang terdaftar di lembaga zakat wilayah Kabupaten
Ponorogo yang sebelumnya telah ditentukan oleh peneliti. Jumlah sampel yang diambil adalah 100 responden dari
seluruh lembaga yang telah dipilih yaitu LAZ Ummat Sejahtera Ponorogo, LAZIS Muhammadiyah Ponorogo dan
Yatim Mandiri Ponorogo. Data dari hasil jawaban responden tersebut dianalisis dengan analisis PLS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan moral berpengaruh positif signifikan terhadap minat muzakki dalam
membayar zakat profesi, sikap berpengaruh positif signifikan terhadap minat muzakki dalam membayar zakat
profesi, akan tetapi variabel sikap gagal memoderasi hubungan antara pertimbangan moral terhadap minat muzakki
dalam membayar zakat profesi.

Kata kunci : Zakat profesi, Pertimbangan moral, sikap, minat

PENDAHULUAN

Mendapatkan kesejahteraan dan terpenuhinya kebutuhan hidup adalah keinginan dari setiap
orang. Namun faktanya kesejahteraan tersebut belum dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Kemiskinan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Pada tahun
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
491

2016 jumlah penduduk Indonesia yang hidup miskin mencapai 27,76 juta atau sekitar 10,7 % dari 258,7
juta total jumlah penduduk, sedangkan diakhir tahun 2017 berjumlah 26,58 juta atau 10,1% dari 261,8
juta jumlah penduduk keseluruhn (BPS, 2018). Di Kabupaten Ponorogo sendiri angka kemiskinan dapat
dikatakan masih tinggi. Pada tahun 2016 jumlah penduduk Ponorogo yang hidup miskin mencapai 102,06
ribu atau sekitar 11,75 % dari 868.814 total jumlah penduduk, sedangkan diakhir tahun 2017 berjumlah
99,03 ribu atau 11,39 % dari 869.894 juta jumlah penduduk keseluruhn. Sebagai makhluk sosial,
membantu mengentaskan kemiskinan bukan 2hanya tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi
tanggung jawab semua orang. Islam pun telah mengajarkan demikian sebaimana disebutkan didalam
hadist Muslim no 2699: ―Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah
akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat…‖.
Salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan dalam Islam adalah dengan menunaikan zakat.
Zakat adalah salah satu dari rukun Islam yang bermaksud mewajibkan seorang muslim untuk
ditunaikannya harta kekayaan seorang individu yang ketentuannya diatur dalam sebuah aturan tertentu
yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits. Berdasarkan fungsinya di beberapa negara modern, zakat
punya peranan tersendiri sebagai suatu cara mendistribusikan atau pemerataan ekonomi dalam menyusun
kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera (Satrio dan Siswantoro : 2016).

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima'iyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan
menentukan, baik dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan umat sehingga keberadaannya
dianggap ma’lum minaddin bi adl-dlarurah (diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian
mutlak dari keislaman).
Potensi perolehan zakat di Indonesia sebenarnya cukup besar, jika melihat penduduk Indonesia
yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia yaitu sejumlah 216,66 juta
penduduk atau dengan persentase Muslim sebesar 85% dari total populasi (BPS, 2015). Menurut
penelitian BAZNAS, potensi zakat nasional pada tahun 2015 sudah mencapai Rp 286 triliun. Berdasarkan
kajian yang dilakukan oleh Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEUI dengan mengunakan pendekatan
3,4% potensi zakat dari total PDB, potensi zakat nasional 2016 mencapai Rp 442 triliun.
Akan tetapi, potensi zakat di Indonesia yang berjumlah besar tersebut, belum sesuai dengan fakta
di lapangan. Data dari BAZNAS menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan yang cukup tinggi antara
potensi zakat dengan realisasi dana zakatnya. Hal ini dapat dilihat dari data aktual penghimpunan zakat,
infaq dan sedekah nasional oleh OPZ pada tahun 2015 yang baru terhimpun Rp 3,7 triliun atau kurang
dari 1,3% dari potensinya (Outlook Zakat Indonesia 2017). Sedangkan di tahun 2016 menurut kajian yang
dilakukan oleh Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEUI (2016) penghimpunan zakat nasional baru
mencapai Rp 4,4 triliun atau sekitar 1,0% saja dari potensinya. Kurangnya optimal penghimpunan zakat
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antara potensi dengan realisasi zakat, disebabkan oleh
beberapa faktor, Any (Azy, 2017) Menyebutkan bahwa tidak optimalnya potensi zakat disebabakkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kewajiban membayar zakat selain di bulan Ramadhan dan
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
492

minimnya kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakat karena perilaku kikirnya. Penelitian ini akan
berfokus pada faktor intrinsik yang mempengaruhi minat muzakki dalam membayar zakat profesi di
Kabupaten Ponorogo. Faktor pertimbangan moral dan sikap akan dipilih karena menjadi salah satu faktor
intrinsik muzakki sebagai alasan dalam membayar zakat.
Dalam penelitian terdahulu, Kuperan (1999) menjelaskan bahwa pertimbangan moral merupakan
faktor penentu seseorang dalam menjalankan kewajibannya. Dalam hal ini, karakteristik pribadi menjadi
penentu utama dalam membentuk aspek kognitif seseorang. Namun dalam penelitian tersebut hanya
membahas pertimbangan moral dalam perilaku membayar pajak di Kano Nigeria.
Saad dan Muhammad (2015) menegaskan bahwa sikap dan alasan moral secara signifikan
mempengaruhi niat Pengusaha di Kota Kano Nigeria untuk membayar zakat. Penelitian selanjutnya,
Amin, Rahman, Jr, & Hwa (2011) menjelaskan bahwa sikap secara signifikan mempengaruhi niat untuk
menggunakan pembiayaan pribadi Islam di Malaysia. Saad, Bidin, Idris, & Hussain (2010) juga
menjelaskan bahwa sikap yang positif semakin memperbesar niat perilaku. Konsisten dengan
pembahasan tersebut, dapat dikatakann bahwa sikap muslim yang positif terhadap hibah akan cenderung
membuat seseorang tersebut lebih antusias dalam memberi hibah dan sebaliknya. Sikap yang negatif
terhadap hibah akan membuat orang tersebut menjadi enggan untuk melakukan hibah. Dalam
pembahasan ini dapat dikatakan bahwa sikap mampu memperkuat ataupun memperlemah tindakan.
Sehingga berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk menjadaikan sikap sebagai variabel moderasi
dalam hubungan pertimbangan moral terhadap minat membayar zakat. Sehingga judul yang akan
diajukan adalah “Pengaruh Variabel Sikap Dalam Memoderasi Hubungan Pertimbangan Moral
Terhadap Minat Muzakki dalam Membayar Zakat Profesi (Studi Empiris di Kabupaten
Ponorogo)”.

LANDASAN TEORI

Konsep Dasar Zakat

Pengertian zakat menurut bahasa diambil dari kata “zaka” yang memiliki arti suci, baik, berkah,
tumbuh, dan berkembang. Sedangkan secara terminologi zakat merupakan kewajiban yang ditentukan
oleh Allah SWT atas harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima dalam
jumlah dan perhitungan yang telah ditentukan. (Sri Nurhayati dan Wasilah, 2009). Menurut Bosworth
(Russell, 2010) Zakat (sometimes transliterated as zakah in English) is the obligation of alms giving
within Islam. John (Russel) Zakat is the Third Pillar of Islam and is a requirement for all believers. Zakat
also comes under the Islamic principle of Takaful – reciprocal social obligation. Hence, Zakat is an
altruistic venture. This is supported by the root letters of Zakat which imply purity, integrity, and growth
(Cowan, http://www.the-ifes.org/2016/12/02/ifes-cafe-definition-of-zakat/).

2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III


493

Berkaitan dengan zakat terdapat pula beberapa istilah seperti muzakki dan mustahik. Menurut UU
No.38 tahun 1999 tetang zakat, muzakki adalah orang atau badan milik orang muslim yang mempunyai
kewajiban untuk membayar zakat. Sedangkan Mustahik adalah golongan dari orang-orang yang berhak
mendapatkan zakat.

Konsep Zakat dalam Keuangan

Pada dasarnya keuangan dibagi menjadi dua sistem yaitu keuangan konvensional dan keuangan
Syariah. Berkaitan dengan zakat yang merupakan bagian dari social finance tidak akan di bahas dalam
keuangan konvensional karena perbedaan prinsip. Dimana prinsip utama keuangan konvensional adalah
untuk memaksimalkan keuntungan, sehingga 3 prinsip social finance yang terdiri dari jangkauan,
sustainabilitas, dan dampak kesejahteraan tidak akan dapat dicapai (Zeller dan Meyer, 2002). Hal ini
sesuai dengan prinsip ekonomi Islam itu sendiri, seperti pendapat Yusuf Qardhawi (2004) bahwa ilmu
ekonomi Islam memiliki tiga prinsip dasar yaitu tauhid, akhlak, dan keseimbangan. Artinya bahwa
kegiatan ekonomi dalam konsep islam semuanaya dikembalikan pada tujuan kebenaran tanpa adanya niat
untuk melakukan dengan cara yang buruk atau dapat merugikan orang lain, sehingga tercipta ekonomi
yang seimbang yaitu kesejahteraan dapat dinikmati bersama bukan hanya golongan tertentu..
Keuangan Syariah (Finance Islamic) dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor komersial dan sektor
sosial. Sektor komersial diperankan oleh perbankkan syariah, pembiayaan rakyat syariah (BPRS), pasar
modal syariah, dan lembaga keuangan nonbank syariah. Sedangkan sektor sosial (Islamic Social Finance)
diperankan oleh dana sosial keagamaan seperti zakat, wakaf, infak dan sedekah yang dikelola secara
profesional (Fuad Nasar, http://www .muslimobsession.com/zakat-dan-wakaf-sektor-penyangga-
keuangan-syariah/)

Lembaga Keuangan Syariah.


Menurut Ahmad (Shinta Dewianty, 2012) Lembaga keuangan Syariah adalah lembaga keuangan
yang mengeluarkan produk-produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai
lembaga keungan syariah. Lembaga zakat yang secara resmi diberikan wewenang untuk mengelola zakat
melalui UU No. 23/2011 mengenai wewenang Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai
koordinator pengelolaan zakat nasional dan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 333/2015 tentang
regulasi Lembaga Amil Zakat (LAZ). Dengan demikian dalam konsep keuangan syariah BAZ dan LAZ
merupakan bagian dari lembaga keuangan nonperbankkan syariah.

Zakat Profesi
Istilah profesi disebutkan dalam kamus ilmu pengetahuan sebagai sutau pekerjaan yang dilakukan
dengan keahlian khusus (Kohar, 1988: 200). Profesi dapat diartikan juga sebagai bidang pekerjaan yang
memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu dalam pengerjaannya (Salim, 1991: 1192). Menurut Yusuf
Qardhawi ( Nur Muhammad, 2017) call the term zakat profession with Kasb al-Amwal al Mihan Al-

2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III


494

Hurray, namely every job or business work themselves without being dependent on others for their skill
abilities, or thinking done for some other person to receive the reward. According to Nur Mohamad
(2017) Zakat and profession are words with two meanings and both are closely linked, so that later
integrated into profession zakat. Zakat implies thaharah (cleansing), growth and blessings. The scientists
found that called zakat because in it there is Tazkiyah (sanctification) of spirit, property and society.
Fatwa Ulama tentang zakat profesi yang dihasilkan pada waktu Muktamar Internasional pertama
di Kuwait pada tanggal 29 Rajab 1404 H atau 30 April 1984 M, bahwa saat ini kegiatan yang
menghasilkan kekayaan bagi manusia adalah kegiatan profesi, baik dilakukan sendiri maupun bersama-
sama. Kekayaan tersebut apabila telah mencapai nisab maka wajib dizakatkan. Kewajiban menunaikan
zakat profesi merupakan kewajiban baru yang diperoleh dari hasil ijtihad ulama yang belum ditetapkan
melalui dalil Al Quran ataupun melalui Hadist yang sesuai dengan prinsip Al Quran tersebut (Muhammad
Aziz dan Sholikah, 2015).
Yusuf Qardawi menjelaskan bahwa orang menerima gaji dan pendapatan dalam bentuk uang,
maka yang paling baik adalah menetapkan nisab gaji itu berdasarkan nishab harta (al Qardawi, 1996:
482). Dengan demikian, berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh al Qardawi tersebut nishab dan
prosentase zakat profesi sama dengan zakat harta, emas, dan perak yaitu senilai 85 gram, bila mengacu
pada harga emas tanggal 23 april 2018 yang harganya Rp 653.000 maka nisab zakat profesinya adalah Rp
55.505.000 dan kadarnya 2,5% atau sekitar Rp 1.387.625.

Moral
Definisi Moral
Menurut Kamus Lengkap Psikologi (Kartono, 2001: 308), moral dapat diartikan sebagai: 1)
Sesuatu yang berkaitan dengan akhlak, moril, tingkah laku susila. 2) Ciri khas dari orang atau kelompok
orang dengan perilaku yang pantas dan baik. 3) Sesuatu yang berhubungan dengan hukum atau adat
kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
Menurut Stemberg (1994: 938), morality refers to concern with what is good or right in people’s
relationships each other. A key to understanding morality is to be specific about definition of good (or
bad) and right (or wrong).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Moral


Menurut Kolberg (Duska dan Whelan, 1982: 286)) Faktor-faktor yang mempengaruhi Moral
adalah kesempatan alih peran, Konflik sosio-kognitif, Faktor Keagamaan.

Sikap
Definisi Sikap
Azwar (1995) menggolongkan definisi sikap menjadi tiga kelompok kerangka pemikiran.
Pertama, kerangka pemikiran menurut pandangan para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis
Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
495

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka
pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut
kelompokn ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga,
kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut
pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling
berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Karakteristik Sikap
Loudon (1993: 505-506) Menyatakan sikap mempunyai empat karakteristik yaitu: Sikap
mempunyai obyek, sikap mempunyai struktur, sikap merupakan hasil belajar serta sikap mempunyai arah,
derajat dan intensitas.

Minat
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertatik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek (Sumadi Suryabrata, 1988 : 109). Crow dan Crow berpendapat bahwa minat
(Interest) berkaitan dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk tertarik pada orang lain, benda,
aktivitas ataupun dapat berupa pengalaman hasil dari rangsangan kegiatan itu sendiri. Menurut
Kriterinton (Yayat, 2009)

METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah penetapan populasi dan pengambilan sampel, maka peneliti akan
membatasi Ruang lingkup penelitian ini di wilayah Kabupaten Ponorogo dan akan difokuskan pada
muzakki yang terdaftar di Lembaga Amil dan Zakat wilayah Ponorogo.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 400 muzakki yang pernah membayar zakat profesi
melalui lembaga amil zakat di Kabupaten Ponorogo, dengan rincian 100 populasi muzakki LAZ Ummat
Sejahtera, 140 populasi muzakki LAZIS Muhammadiyah, dan 160 populasi muzakki Yatim Mandiri.

Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel responden adalah teknik accidental sampling
yaitu pengambilan sampel dengan mengambil responden siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui.

2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III


496

Sedangkan untuk mementukan jumlah sampel penelitian menggunakan pedoman yang diberikan Arikunto
(2016) yaitu dengan cara apabila jumlah populasi kurang dari 100, maka semuanya dijadikan sampel
sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Jika jumlahnya lebih besar maka diambil antara 10-
15% atau 20-55% tergantung tinggi rendahnya dari:
1. Kemampuan peneliti dari segi biaya, waktu dan tenaga.
2. Luas dan sempitnya wilayah penelitian.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Berdasarkan pendapat Arikunto (2018:116) tersebut, maka jumlah sampel yang ditentukan
peneliti yaitu 25 % dari 100 populasi muzakki LAZ Ummat Sejahtera, 25 % dari 140 populasi muzakki
LAZIS Muhammadiyah, dan 25 % dari 160 populasi muzakki Yatim Mandiri Ponorogo. Secara berturut
turut jumlah sampel untuk masing – masing lembaga adalah 25, 35, dan 40, sehingga jumlah sampel
untuk keseluruhan lembaga adalah 100 orang.

Metode Pengambilan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini
adalah pendapat responden tentang aspek pertimbangan moral dan sikap terhadap minat muzakki dalam
membayar zakat profesi. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuisioner terhadap
sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2012), kuisioner adalah teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
diberikan kepada responden untuk mendapatkan sebuah jawaban. Kuisioner (angket) yang digunakan
penulis adalah angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dengan beberapa alternatif
jawaban, sedangkan responden cukup memberi tanda silang, melingkar, ataupun mencentang sesuai
permintaan peneliti, pada jawaban yang dianggap sesuai (Idrus, 2009:100).

Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional merupakan cara variabel menjelaskan karakteristik dari obyek ke dalam
elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di
dalam penelitian (Hartono, 2013).
a. Pertimbangan Moral
Pengatur dan petunjuk bagi manusia dalam berperilaku untuk membayar zakat agar dapat
dikategorikan sebagai manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku yang buruk (Keraf, 1993).
Indikataor untuk mengukur pertimbangan moral adalah:
- Perintah Agama
- Membantu orang lain
- Mengentaskan kemiskinan
- Bentuk syukur
- Nilai kebaikan

2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III


497

- Kebiasaan baik
b. Sikap
Sikap adalah proses mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan
akan ikut menentukan kecondongan perilaku individu terhadap orng lain atau sesuatu yang sedang
dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri (Azwar, 1995). Indikataor untuk
mengukur pertimbangan sikap adalah:
- Senang
- Bersemangat
- Rasa bersalah
- Peduli
- Mendukung
c. Minat
Minat adalah kecenderungan dalam pribadi seseorang yang membuat individu tersebut tertatik atau
senang dengan suatu objek (Sumadi Suryabrata, 1988 : 109). Indikator dari minat adalah:
- Ketertarikan
- Keinginan
- Ditunaikan

Metode Analisi Data


Metode Partial Least Square (PLS)
Metode yang digunakan pada PLS (Partial Least Square) adalah metode principle component
analiysis dalam model pengukuran, yaitu blok-blok ekstraksi varian yang berfungsi untuk melihat relasi
atau hubungan indikator dengan masing-masing variabel latennya dengan cara menghitung total varian
yang terdiri atas varian umum (common variance), varian spesifik (specific variance), dan varian error
(error variance). Sehingga total varian menjadi tinggi.
a. Model Pengukuran (Outer Model)
Model pengukuran pada dasarnya digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas. Validitas
dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya
diukur dari suatu konsep (Cooper dan Schindler, 2006). Reliabilitas digunakan untuk melihat akurasi
keandalan dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Hartono, 2008). Pada uji
validitas dilakukan dengan dua metode pengujian yaitu validitas diskriminan dan validitas
konvergen. Parameter uji validitas konvergen dapat dilihat dari skor loading yang nilainya harus
lebih besar dari 0,7 (rule of thumbs > 0,7), jika skor loading lebih rendah dari 0,5 maka, indikator
tersebut harus dihapus karena indikator tersebut tidak termuat ke konstruk yang mewakilinya. Tapi
apabila skor loading antara 0,5 - 0,7 indikator tidak perlu dihapus. Sedangkan skor AVE dan
Communality, masing-masung harus lebih tinggi dari 0,5, artinya probabilitas indikator suatu
variabel masuk ke variabel lain harus lebih rendah (kurang dari 0,5) sehingga probabilitas indikator
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
498

tersebut konvergen dan masuk variabel yang dimaksud lebih besar, yaitu diatas 50%. Sedangkan uji
validitas diskriminan, cara mengukurnya yaitu dengan membandingkan akar AVE dari suatu variabel
dengan korelasi antar variabel, dan hasilnya nilai AVE harus lebih tinggi, atau dengan melihat skor
cross loading (Jogiyanto, 2015).
Pada uji reabilitas suatu variabel menggunakan dua cara penilaian yaitu cronbach’s alpha
dan composite reliability. Parameter Uji reabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s alpha dan nilai
composite reliability. Suatu konstruk agar dapat dikatakan reliabel, maka nilai cronbach’s alpha
harus lebih besar dari 0,6 dan nilai composite reliability lebih besar dari 0,7 (Jogiyanto, 2015).
b. Model Struktural (Inner Model)
Inner model pada PLS diselesaikan dengan R2 untuk variabel dependen dan nilai koefisien
path atau t-values tiap path untuk menguji signifikansi antar variabel. Nilai R2 digunakan untuk
mungukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya bahwa
variasi perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar
nilai R2 sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian yng dilakukan. Sedangkan
tingkat signifikansi dari uji hipotesis dapat dilihat melalui nilai koefisien path. Apabila nilai T-
statistic lebih besar dari 1,96 nilai T-table (tingkat alpha 5%) maka hipotesis dinyatakan diterima
(Abdillah dan Jogiyanto, 2015).
c. Moderasi
Abdillah dan Jogiyanto (2015) menjelaskan bahwa efek moderasi menunjukkan interaksi antara
variabel moderator dengan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Dalam hal
ini, faktor sikap dimasukkan untuk memperkuat pengaruh pertimbangan moral terhadap minat
muzakki dalam membayar zakat profesi. Hasil dari pengujian efek moderasi tidak dilihat pada tabel
kofisien tetapi dilihat pada tabel total effect, karena pada efek moderasi tidak hanya dilakukan
pengujian efek secara langsung independen ke dependen, tetapi juga hubungan interaksi antara
variabel independen dan variabel moderasi terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengaruh pertimbangan moral terhadap minat muzakki dalam membayar zakat Profesi
Hasil uji variabel pertimbangan moral menunjukkan nilai T-statistic 3.197 lebih besar dari 1,96
nilai T-Table, sehingga hipotesis Ha1 yang diajukan diterima dan Ho1 ditolak yang berarti bahwa
pertimbangan moral mempengaruhi minat muzakki dalam membayar zakat profesi. Dengan demikian
semakin tinggi pertimbangan moral yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula minatnya untuk
membayar zakat. Begitu pula sebaliknya semakin rendah pertimbangan moral yang dimiliki seseorang
semakin rendah pula minatnya untuk membayar zakat.
Seperti yang didefinisikan oleh Keraf (1993) bahwa moral memiliki peran dalam memberikan
petunjuk atau arah bagi manusia dalam berperilaku agar dikategorikan sebagai manusia yang baik.
Artinya bahwa moral akan menjadi bahan pertimbangan seseorang untuk melakukan tindakan, termasuk
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
499

memberikan pertimbangan dalam membayar zakat. Hal ini karena apabila seseorang menyadari bahwa
membayar zakat adalah perintah dalam agama Islam dan sebagai bentuk syukur kepada Allah, serta
membayar zakat merupakan solusi untuk mengatasi kesenjangan ekonomi karena zakat profesi mampu
mengentaskan kemiskinan dan membantu orang lain maka partisipasi masyarakat dalam membayar zakat
akan lebih tinggi.
Pada penelitian sebelumnya Saad (2015) juga menjelaskan bahwa moral berpengaruh positif dan
signifikan terhadap niat membayar zakat di Kota Kano Nigeria, hal ini berarti bahwa apabila moralitas
yang dimiliki masyarakat Kota Kano tinggi maka niat untuk membayar zakat juga semakin tinggi. Untuk
itu memberikan pengetahuan ke masyarakat bahwa zakat adalah hal yang penting dalam Islam, karena
zakat merupakan perintah dalam agama Islam dan zakat juga mampu membantu orang lain yang sangat
membutuhkan bantuan, hal ini akan meningkatkan minat masyarakat untuk membayar zakat profesi.

Pengaruh sikap terhadap minat muzakki dalam membayar zakat Profesi


Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap memiliki nilai T-statistic 4.877 lebih besar
dari 1,96 nilai T-Table, sehingga hipotesis Ha1 yang diajukan diterima dan Ho1 ditolak. Hal ini berarti
bahwa variabel sikap memiliki pengaruh terhadap minat muzakki dalam membayar zakat profesi.
Sehingga semakin positif sikap yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula minat orang tersebut
untuk membayar zakat profesi.
Louis Thurstone (Azwar, 1995) mendefinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak memihak (unfaforable). Artinya bahwa sikap berkaitan dengan perasaan yang
timbul dalam diri seseorang. Apabila seseorang merasa senang, mendukung adanya zakat profesi, dan
memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap zakat profesi, maka minatnya untuk membayar zakat profesi
akan lebih tinggi, bila dibandingkan dengan orang yang tidak senang atau tidak peduli dengan adanaya
zakat profesi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Amin, Rahman & Hwa (2011) yang menjelaskan bahwa
sikap secara signifikan mempengaruhi niat untuk menggunakan pembiayaan pribadi di Malaysia, artinya
semakain positif sikap seseorang tersebut terhadap pembiayaan pribadi di Malaysia maka semakin tinggi
pula niat orang tersebut untuk memakainya.

Pengaruh Sikap dalam memoderasi hubungan pertimbangan moral terhadap minat muzakki
dalam membayar zakat profesi
Hasil penelitian untuk variabel moderasi menunjukkan bahwa nilai T-statistic 0.492 lebih kecil
dari 1,96 nilai T-Table yang berarti bahwa variabel sikap tidak memoderasi pengaruh pertimbangan moral
terhadap minat muzakki dalam membayar zakat profesi, sehingga hipotesis untuk efek moderasi tidak
terdukung. Namun karena variabel sikap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat, maka peran
variabel sikap adalah sebagai variabel independen bukan sebagai variabel moderasi. Penelitian ini sejalan

2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III


500

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saad dan Muhammad (2015) yang menyatakan bahwa
alasan moral dan sikap secra signifikan mempengaruhi niat pengusaha di Kota Kano Nigeria untuk
membayar zakat. Tetapi sikap gagal memoderasi hubungan antara alasan moral dan niat membayar zakat
Jadi, hal ini dapat dikatakan bahwa muzakki yang berminat untuk membayar zakat karena alasan
pertimbangan moral tidak dipengaruhi oleh sikap orang tersebut. Karena semakin senang seseorang
terhadap zakat profesi tidak akan menguatkan pemahamannya bahwa zakat profesi merupakan perintah
dalam agama Islam maupun pemahamannya bahwa membayar zakat dapat mengentaskan kemiskinan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pertimbangan moral dan Sikap sebagai variabel moderasi

terhadap minat muzakki dalam membayar zakat profesi di wilayah kabupaten Ponorogo. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden dari muzakki yang membayar zakat profesi.

Berdasarkan uji hipotesis maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Hipotesis Ha1 yang diajukan penulis, menyatakan Pertimbangan moral mempengaruhi minat
muzakki dalam membayar zakat profesi adalah diterima karena hasil uji menunjukkan nilai T-
statistic 3,197 lebih besar dari 1,96. Dengan demikian minat muzakki dalam membayar zakat profesi
sangat dtentukan oleh pertimbangan moralnya.
2. Hipotesis Ha2 yang diajukan penulis, menyatakan Sikap mempengaruhi minat muzakki dalam
membayar zakat profesi adalah diterima karena hasil uji menunjukkan nilai T-statistic 4,877 lebih
besar dari 1,96. Sehingga sikap yang dimiliki muzakki sangat menentukan minatnya dalam
membayar zakat.
3. Hipotesis Ha3 yang diajukan penulis, menyatakan Sikap memperkuat pengaruh pertimbangan moral
muzakki dalam membayar zakat profesi adalah ditolak karena hasil uji menunjukkan nilai T-statistic
0.492 lebih kecil dari 1,96. Dengan demikian sikap tidak berpengaruh didalam memperkuat
pertimbangan moral
Saran
1. Untuk meningkatkan minat muzakki dalam membayar zaakat profesi, Lembaga Zakat harus
memperhatikan hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan moral muzakki dalam menunaikan zakat
dengan cara memberikan edukasi bahwa membayar zakat merupakan perintah dalam agama islam,
zakat merupakan bentuk syukur seseorang atas segala nikmat yang telah dikaruniakan Allah
kepadanya, dan zakat juga dapat membantu mengentaskan permasalahan sosial seperti kemiskinan.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa muzakki berminat membayar zakat karena muzakki merasa
senang, bersemangat, dan memiliki rasa peduli terhadap zakat profesi. Sehingga lembaga zakat harus
melakukan langkah-langkah bagaimana bisa membuat masyarakat merasa senang, bersemangat,
memiliki rasa peduli untuk membayar zakat.
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
501

3. Media masa mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap (Azwar, 1995). Untuk itu lembaga
zakat harus memaksimalkan edukasi melalui media masa misalnya melalui slogan, iklan di TV atau
radio dan baliho atau ke media masa yang biasa sering orang melihatnya, sehingga dari sikap yang
terbentuk akan meningkatkan minat masyarakat dalam membayar zakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Willy & Jogiyanto. (2015). Partial Least Square-Alternatif Structural Equation
Modeling.Yogyakarta: Andi offset
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara kencana, 1993), h. 112
Abd. Rahman Shaleh, op.cit., h.265-266
Ajzen, I., & Fishbein, M., 1975, Belief, Attitude, Intention, and Behavior: AnIntroduction to Theory and
Research, 129-385, Addison-Wesley, Reading,MA.
Ajzen, I. (1991) The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision
Processes, 50: 179-211.
Ali Yafie, Pengembangan Manajemen Zakat, (Lampung, Proyek Pengembangan IAIN Raden Intan
Lampung: 1990), h 18.
Amin, H., Rahman, A. R. A., Jr, S. L. S., & Hwa, A. M. C. (2011). Determinants of customers’ intention
to use Islamic personal financing: The case of Malaysian Islamic banks. Journal of Islamic
Accounting and Business Research, 2(1), 22–42.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Az-Zuhailī, Wahbah. (1986). Kajian Zakat, Jakarta: Pustaka Dian Antar Kota.
Az-Zuhailī, Wahbah. Zakat kajian berbagai mazhab, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 82.
Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badan Pusat Statistik Ponorogo, 2017. Garis Kemiskinan dan Penduduk Kabupaten Ponorogo. Diakses
dari https://ponorogokab.bps.go.id/, pada tanggal 14 Februari 2018.
Badan Pusat Statistik, 2018. Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan.
Diakses dari https://www.bps.go.id/, pada tanggal 18 Februari 2018.
Barizah, N., & Bakar, A. (2010). Motivations of Paying Zakat on Income : Evidence from Malaysia, 2(3),
76–84.
Bertens, K. (2002).Etika. Jakarta: Gramedia.
Bimo Walgito. (1997). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Breckler, SJ. (1984). "Empirical validation of affect, behavior, and cognition as distinct components of
attitude". journal of Personality and Social Psychology. 47 (6):1191-
1205.doi:http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.47.6.1191 Check |doi= value (help).PMID 6527214.
Canggih, C., Fikriyah, K., & Surabaya, U. N. (2017). Potensi dan realisasi dana zakat indonesia, 1, 14–26.
Chaplin, JP. 2001. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Cooper, Donald R., dan Pamela, S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis, Volume 1. PT Media Global
Edukasi. Jakarta.
Cowan. (1994). “Definition of Zakat”. diambil dari http://www.the-ifes.org/2016/12/02/ifes-cafe-
definition-of-zakat/. pada tanggal 16 Maret 2018
Dahlan, Abdul Choliq “HUKUM PROFESI JURNALISTIK DAN ETIKA MEDIA MASSA” , dalam Jurnal
Hukum, Vol XXV, No. 1, April 2011, (395-411), h 389 .
Dan, P., Pelayanan, K., & Kepatuhan, P. (2014). TANGGUNGJAWAB MORAL , KESADARAN
WAJIB PAJAK , SANKSI, 2, 431–443.
Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. UMM Press : Malang
Dewianty, Shinta. (2012). Sistem Lembaga Keuangan Shari'ah. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam.
Duska, R & Whelan, M. 1982. Perkembangan Moral. Perkenalan dengan Piaget dan Kohlberg.
Penerjemah: Dwija Atmaka. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Eagly, A. H., & Chaiken, S. (1993). The psychology of attitudes. Orlando, FL: Harcourt Brace
Jovanovich College Publishers.
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
502

Edwards, Paul. (1967). The Encyclopedia of Philosophy. New York: Macmillan


Fidiana, I. Triyuwono, A. Djamhuri, dan M. Achsin. 2013. Non-Compliance Behavior In The Frame Of
Ibn Khaldun. Seventh Asia Pacific Interdisciplinary Research in Accounting Conference. Juli 26-
28
Gerungan, W.A. 2004.Psikologi Sosial, PT. Refika Aditama, IKAPI, Bandung
Harackiewicz, J. M., & Hulleman, C. S. (2010). The Importance of Interest : The Role of Achievement
Goals and Task Values in Promoting the Development of Interest, 1, 42–52.
Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan. Edisi 6. Jilid 2. Alih Bahasa Meitasari Tjandrasa. Jakarta:
Erlangga
Harris, Allan. 1976. Teaching Morality and Religion. London: George Allen & Unwin Ltd.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Heryani,Dahlia. 2005. Studi Penerapan Akuntansi Zakat Pada Lembaga Amil Zakat. (Studi Kasus Pada
LAZ PT. Semen Padang dan Lazis Universitas Islam Indonesia). Yogyakarta:UII
Hilgart, Ernest R, David E.L, and Gregory R. M. (1991). The History of Pschology: A Survey and
Critical Assessment.
Howard H., Kendler, Basic Psychology (Philipines: Benyamin/Cummings, 1974)
Idris, K. M., Bidin, Z., & Saad, R. A. J. (2012). Islamic religiosity measurement and its relationship with
business income zakat compliance behavior. Jurnal Pengurusan, 34(1), 3–10.
Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial.Yogyakarta: PT.Gelora Akasara Pratama.
Imelda, Sri., Rofi'i & Hikmayanti Huawida. (2014). Pengaruh Sikap Dan Norma Subyektif Terhadap
Minat Konsumen (Studi Pada Pengguna Refill Tinta Printer Dataprint Di Banjarmasin). Jurnal-
smart. XI(2).
Jon G. Sutinen, K. Kuperan, (1999) "A socio‐economic theory of regulatory compliance", International
Journal of Social Economics, Vol. 26 Issue: 1/2/3, pp.174-193,
https://doi.org/10.1108/03068299910229569
Kalnadi, D. 2013. Pengukuran Penerimaan dan Penggunaan Teknologi Pada UMKM Dengan
Menggunakan Metode UTAUT. Jurusan Adm.Bisnis, Fakultas ISIP, Universitas Lampung.
Keraf.Sonny A.Etika bisnis membangun citra bisnis sebagai profesi luhur (pustaka filsafat).
Yogyakarta:Kanisius, 1993
Kohar, Mas’ud Khasan Abdul. 1988. Kamus Istilah Ilmu Pengetahuan. Surabaya: Usaha Nasional.
Krapp, Andreas. (2002). 18:An Educational-Psychological Theory of Interest and Its Relation to Self
Determination Theory. In Edward L. Deci & Richard M. Ryan (eds.), Handbook of Self-
Determination Reserch. University of Rochester press.pp.405
Loudon, D.L, dan Della Bitta, A.J, 1993, Consumer Behavior: Concepts and
Application, Singapore: Mc.Grow-Hill, Inc.
Manusia, D. A. N. P. (2009). No Title, I(2), 1–19.
Mohamad Kasim, Nur. (2017). "Contributions of Profession Zakat on Local Economic Development"
.International Journal of Business and Management Invention. PP—27-32.
Muhammad Aziz dan Sholikah, ―ZAKAT PROFESI DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 23
TAHUN 2011 DAN HUKUM ISLAM”, Ulul Albab Volume 15, No.2 Tahun 2014 (188-205), h. 193.
Muhammad Aziz dan Sholikah, “METODE ISTINBAT HUKUM ZAKAT PROFESI PERSPEKTIF
YUSUF ALQARDAWI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN OBJEK ZAKAT DI
INDONESIA‖, Ulul Albab Volume 16, No.1 Tahun 2015, (89-115), h. 103.
Muhammad, Sani Adamu & Ram Al-Jaffri Saad, " Moderating Effect of Attitude toward Zakat Payment
on the Relationship between Moral Reasoning and Intention to Pay Zakat" Procedia – Social and
Behavioral Sciences No. 219 Tahun 2016, (520-527)
Mukhlis, A., & Beik, S. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Membayar
Zakat : Studi Kasus Kabupaten Bogor Analysis of Factors Affecting Compliance Level of Paying
Zakat : A Case Study in Bogor Regency, I(1), 83–106.
Nur Farhana Mohd Yusoff & Mohd Shukri Hanapi. 2016. The Muzakki’s Compliance to Pay Income
Zakat at the Kelantan Islamic and Malay Customs Council (MAIK): An Analysis of the Influencing
Factors. Centre for Islamic Development Management Studies (ISDEV), Universiti Sains Malaysia
Ouska, Whellan (1997). Pengertian Pendidikan Moral. Jakarta: PT Gramedia
Penting, P., & Pengelola, O. (2012). PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT NASIONAL (Potensi, Realisasi
2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III
503

dan Peran Penting Organisasi Pengelola Zakat) Abdulloh Mubarok dan Baihaqi Fanani Abstrak, 7–
16.
Powell, Russell. (2010). Zakat: Drawing Insights for Legal Theory and Economic Policy from Islamic
Jurisprudence. Seattle University School of Law Digital Commons
Qardawi, Yusuf. (2004). Hukum Zakat. Cet. ke-7. Jakarta : PT Pustaka Litera Antar Nusa
Qian, Shanshan, "How do individual factors influence moral decision making in entrepreneurship? : the
role of self-construal, temporal
construal and moral identity." (2014). Electronic Theses and Dissertations. Paper 1172.temporal
construal and moral identity.
Ricardo, Alvin. 2012. Peran Electronic Data Processing Terhadap Pengendalian Akuntansi. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi-Vol. 1,No. 3, Mei 2012.
Saad, RA., & Biddin, Z. Kamil Md Idris & Md Hairi Md Hussain. (2010). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Gelagat Kepatuahn Zakat Perniagaan. Jurnal Pengurusan,30, 49-61
Salim, Peter dan Salim, Yenny. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English
Press.
Satrio, E., & Siswantoro, D. (2016). Analisis Faktor Pendapatan , Kepercayaan Dan Religiusitas Dalam
Mempengaruhi Minat Muzakki Untuk Membayar Zakat Penghasilan Melalui. Simposium Nasional
Akuntansi XIX, J-22.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 2, (Matraman: Darul Fath, 2013), h. 41.
Siswantoro, D. & Nurhayati, S. (2012).Factors Affecting Concern About Zakat As A Tax Deduction In
Indonesia. Universitas Indonesia.
Sri Nuhayati dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Sternberg, R. J. (1994). Thinking styles: Theory and assessment at the interface between intelligence and
personality. In R. J. Sternberg & P. Ruzgis (Eds.), Personality and intelligence (pp. 169-187). New
York, NY, US: Cambridge University Press.
Subjektif, N., Kawalan, D. A. N., Ditanggap, G., & Niat, T. (2009). Sikap, norma subjektif dan kawalan
gelagat ditanggap terhadap niat gelagat kepatuhan zakat pendapatan gaji, 16(1), 31–55.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta
Suharyat, Yayat. (2009). Sikap, Minat, dan Perilaku Manusia. REGION Volume I. No. 2.
Suryabrata, Sumadi, 1988, Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Syauqi Isma’il Syahatin, Penerapan Zakat di Dunia Modern (Jakarta: Pustaka Dian Antar Kota, 1986), h.
128.
------------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di:
https://kbbi.web.id/moral. Diakses 06 Oktober 2017
------------------.(2015). Islamic finance. diakses dari https://www.investment-and-finance.net/islamic-
finance/tutorials/ characteristics-of-zakat.html. pada tanggal 01 Juni 2018
Wibisono, Y., Senior, P., & Feui, P. (2016). Potensi Zakat Nasional : Peluang dan Tantangan
Pengelolaan.
Wikepedia. (2011). Attitude (Psikology). diambil dari https://en.wikipedia.
org/wiki/Attitude_(psychology). pada tanggal 02 MEi 2018
Yasin Setiawan, op.cit.,h. 12
Yasin Setiawan, Pengembangan Minat Pada Anak
http://www.siaksoft.net.net/index.php?option=com_content&task=view&id=2372&Itemid=105,
h. 46
Yazid, Athoillah Azy. (2017). "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Muzakki Dalam Menunaikan
Zakat Di Nurul Hayat Cabang Jember". Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam. Hlm. 173-199.

2018 | Seminar Nasional dan Call For Paper III

Anda mungkin juga menyukai