AKUNTANSI BIAYA
“PRODUK CACAT DAN PRODUK ADANYA BDP AWAL PERIODE”
Makalah ini disusun sebagai tugas MK AKuntansi Biaya
Dosen Pengampuh Alfiana SE., M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Achmad Mustofah A.W
2. Alifia kirana putri
3. Cici wuri Handayani
4. Hafiz alghifari
5. Nurul Khalimah
Adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, tetapi
dengan mengeluarkan biaya pekerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk
tersebut secara ekonomi dapat dipergunakan lagi menjadi produk jadi. Perlakuan
akuntansinya mirip dengan produk rusak.
Produk cacat terjadi dapat bersifat normal dan bersifat tidak normal. Bila
produk cacat yang terjadi bersifat normal maka biaya tambahan untuk memperbaiki
akan menambah biaya produksi. Akibat selanjutnya harga pokok per unit akan
menjadi lebih tinggi sedangkan kualitas produk yang dihasilkan tetap.
Jika produk cacat terjadinya bersifat normal (sulitnya pengerjaan), maka biaya
perbaikan produk cacat akan menambah biaya produksi.
Produk cacat yang sudah diperbaiki, menjadi produk baik yang akan ditransfer
ke gudang barang jadi.
3. Ayat jurnal untuk mencatat biaya peberikan produk cacat sbb.:
Persediaan BDP 50.000
Produk cacat yang sudah diperbaiki, menjadi produk yang baik yang akan
ditransfer ke Dept. Berikutnya atau ke gudang barang jadi.
Contoh Produk Cacat
PT. Hansa pada bulan Juni 2010 mengolah 2 macam pesanan yaitu Pesanan H-1
sebanyak 400 buah dan Pesanan H-2 sebanyak 250 buah .Biaya overhead pabrik
dibebankan berdasar tarif sebesar Rp.20,00 per jam kerja langsung. Biaya untuk
setiap pesanan Sbb:
Elemen Biaya Pesanan Pesanan Jumlah
H-1 H-2
(400 (250
satuan) satuan)
Bahan Baku Rp230.000 Rp100.000 Rp330.000,
,00 ,00 00
Tenaga Kerja Rp90.000, Rp400.000 Rp490.000,
Lansung 00 ,00 00
Overhead Rp60.000, Rp300.000 Rp360.000,
Pabrik 00 ,00 00
Rp380.000 Rp800.000 Rp1.180.00
,00 ,00 0,00
Setelah kedua pesanan diproses ternyata pesanan H-1 sebanyak 50 buah cacat
dan diperbaiki dengan BBB Rp.10.000,00, tenaga kerja 200 jam dengan upah
Rp.30,00 per jam dan overhead pabrik. Diminta jurnal dan perhitungan HP
persatuan setiap pesanan apabila:
a. Produk cacat disebabkan sulitnya pengolahan
pesanan H-1
b. Terjadinya produkrusak bersifat
normal.
c. Terjadinya produk cacat karena kurangnya
pengawasan.
Penyelesaian:
a. Produk cacat disebabkan sulitnya pengolahan
pesanan H-1
1).
Barang Dalam Proses - Rp330.000,
BBB 00
Barang Dalam Proses - Rp490.000,
BTKL 00
Barang Dalam Proses - Rp360.000,
BOP 00
Persediaan Bahan Baku Rp330.000,0
0
Biaya Gaji dan Upah Rp490.000,0
0
BOP Dibebankan Rp360.000,0
0
(Mencatat pembebanan biaya produksi pada pesanan H-
1 dan H-2)
2).
Barang Dalam Proses - Rp10.000,0
BBB 0
Barang Dalam Proses - Rp6.000,00
BTKL
Barang Dalam Proses - Rp4.000,00
BOP
Persediaan Bahan Baku Rp10.000,00
Biaya Gaji dan Upah Rp6.000,00 1)
BOP Dibebankan Rp4.000,00 2)
(Mencatat biaya perbaikan produk cacat dibebankan
pada pesanan H-
1)
1) = 200 x Rp.30,00 =
Rp.6.000,00
2) = 200 x Rp.20,00 =
Rp.4.000,00
3).
Persediaan Produk Selesai Rp1.200.00
0,00
Barang Dalam Proses - Rp340.000,0
BBB 0
Barang Dalam Proses - Rp496.000,0
BTKL 0
Barang Dalam Proses - Rp364.000,0
BOP 0
Mencatat Harga Pokok Pesanan Yang Selesai, harga
pokok satuan:
H-1 = (Rp.230.000,-+Rp.10.000,-) + (Rp.90.000,-+ Rp.6.000) +
(Rp.60.000,-+Rp4.000) =
400 satuan
= Rp.1.000,00 per satuan
* Total Biaya = Biaya produksi BDP awal + Biaya produksi periode sekarang
** Unit Ekuivalen = unit produk selesai + (unit BDP akhir x % penyelesaian )
*** HP per unit = Total biaya / unit ekuivalen
**** Nilai BDP akhir = Unit BDPakhir x % penyelesaian x HP/unit masing-masing
elemen
#contoh :
PT Mulyo memproses produknya melalui dua departemen produksi, yaitu
Departemen 1 dan Departemen 2. Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di
Departemen 1 dan Departemen 2 selama Agustus 1999.
Departemen 1 Departemen 2
BDP awal (100% bahan, 40% konversi) 4.000 unit
BDP awal (100% bahan, 20% konversi) 6.000 unit
Barang masuk proses Mei 1999 40.000 unit
Barang yang ditransfer ke Departemen 2 35.000 unit
Tambahan unit pada Departemen 2 5.000 unit
Barang jadi ditransfer ke gudang 44.000 unit
BDP akhir (100% bahan, 60% konversi) 9.000 unit
BDP akhir (100% bahan, 30% konversi) 2.000 unit
Harga pokok barang dalam proses awal:
Harga pokok dari Departemen 1 - 4,000.000
Biaya bahan baku 1.400.000 1.200.000
Biaya tenaga kerja langsung 656.000 1.206.000
Biaya overhead pabrik (dibebankan) 1.100.000 460.000
Biaya yang ditambahkan Agustus 1999:
Biaya bahan baku 14.000.000 8.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 5.000.000 7.000.000
Biaya overhead pabrik (dibebankan) 9.000.000 4.000.000
Pertanyaan:
Jika penilaian persediaan barang dalam proses awal menggunakan metode rata-rata:
1.Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 1 untuk bulan Agustus 1999.
2.Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 2 untuk bulan Agustus 1999.
PT Mulyo
Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 1
Agustus 2007 METODE RATA-RATA
Kuantitas:
Unit masukan:
Barang dalam proses awal 4.000
Unit masuk proses 40.000 44.000
Unit keluaran:
Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 35.000
Unit barang dalam proses akhir 9.000 44.000
Unit Ekuivalen: Bahan Baku Konversi
Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 2 35.000 35.000
Unit barang dalam proses akhir:
9.000 x 100% 9.000
9.000 x 60% . 5.400
44.000 40.400
Perhitungan Harga Pokok per Unit: Unit Harga Pokok
Total Biaya Ekuivalen per Unit
Biaya bahan baku:
Barang dalam proses awal Rp1.400.000,00
Ditambahkan periode ini 14.000.000,00
Jumlah biaya bahan baku Rp15.400.000,00 44.000 Rp350,00
Biaya tenaga kerja langsung:
Barang dalam proses awal Rp 656.000,00
Ditambahkan periode ini 5.000.000,00
Jumlah biaya tenaga kerja langsung Rp 5.656.000,00 40.400 140,00
Biaya overhead pabrik:
Barang dalam proses awal Rp 1.100.000,00
Ditambahkan periode ini 9.000.000,00
Jumlah biaya overhead pabrik Rp10.100.000,00 40.400 250,00
Total biaya Rp31.156.000,00 Rp740,00
Perhitungan Harga Pokok:
Barang jadi ditransfer ke Dep. 2
(35.000 x Rp740,00) Rp25.900.000,00
Barang dalam proses akhir:
Biaya bahan baku
(9.000 x Rp350,00) Rp3.150.000,00
Biaya tenaga kerja langsung
(9.000 x 60% x Rp140,00) 756.000,00
Biaya overhead pabrik
(9.000 x 60% x Rp250,00) 1.350.000,00
5.256.000,00
Rp31.156.000,00
Format laporan biaya produksi dept kedua dan seterusnya Persedian BDP
awal menggunakan metode rata-rata tertimbang :
* Total Biaya = Biaya produksi BDP awal + Biaya produksi periode sekarang
** Unit Ekuivalen = unit produk selesai + (unit BDP akhir x % penyelesaian )
*** HP per unit = Total biaya / unit ekuivalen
**** Nilai BDP akhir = Unit BDPakhir x % penyelesaian x HP/unit masing-masing
elemen
#CONTOH
PT Mulyo
Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 2
Agustus 1999
Kuantitas:
Unit masukan:
Barang dalam proses awal 6.000
Unit yang diterima dari Dep. 1 35.000
Unit yang ditambahkan di Dep. 2 5.000 46.000
Unit keluaran:
Unit barang jadi ditransfer ke gudang 44.000
Unit barang dalam proses akhir 2.000 46.000
Pertanyaan:
Jika penilaian persediaan barang dalam proses awal menggunakan metode FIFO:
1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 1 untuk bulan Agustus
1999
2. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 2 untuk bulan Agustus
1999.
PT Mulyo
Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 1
Agustus 1999 (Metode FIFO)
Kuantitas:
Unit masukan:
Barang dalam proses awal 4.000
Unit masuk proses 40.000 44.000
Unit keluaran:
Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 35.000
2 9.000 44.000
Unit barang dalam proses akhir
Unit Ekuivalen: Bahan Baku Konversi
Unit barang jadi & ditransfer ke Dep. 35.000 35.000
2 (4.000) (4.000)
Unit barang dalam proses awal 31.000 31.000
Unit brg jadi masuk proses periode ini
Unit barang dalam proses awal: 0
4.000 x (100% - 100%) 2.400
4.000 x (100% - 40%)
Unit barang dalam proses akhir: 9.000
9.000 x 100% . 5.400
9.000 x 40% 40.000 38.800
Perhitungan Harga Pokok per Unit Harga Pokok
Unit: Total Biaya Ekuivalen per Unit
Rp3.156.000,00
Barang dalam proses awal
Biaya yang ditambahkan: 14.000.000,00 40.000 Rp350,000
Biaya bahan baku 5.000.000,00 38.800 128,866
Biaya tenaga kerja langsung 9.000.000,00 38.800 231,959
Biaya overhead pabrik Rp31.156.000 Rp710,825
Total biaya
Perhitungan Harga Pokok:
Barang jadi ditransfer ke Dep. 2:
Barang dalam proses awal:
Harga pokok persediaan Rp3.156.000,00
Bi. tenaga kerja lang
(4.000 x 60% x Rp128,866) 309.279,00
Biaya overhead pabrik
(4.000 x 60% x Rp231,959) 556.701,00
Barang masuk proses periode ini Rp 4.021.980,00
(31.000 x Rp710,825) 22.035.570,00
Barang dalam proses akhir: Rp26.057.550,00
Biaya bahan baku
(9.000 x Rp350,00) Rp3.150.000,00
Bi. tenaga kerja lang.
(9.000 x 60% x Rp128,866) 695.870,00
Biaya overhead pabrik
(9.000 x 60% x Rp231,959) 1.252.580,00
5.098.450,00
Rp31.156.000,00
Format laporan biaya produksi dept kedua dan seterusnya Persedian BDP
awal menggunakan metode MPKP/FIFO :
* Total Biaya Hp BDP awal = Jumlah BBB, BTK, BOP dari BDP awal
** Unit Ekuivalen = ((100% - % BDP awal) x unit BDP awal) + (unit Produk selesai
– unit BDP awal) + (unit BDP akhir x %penyelesaian)
*** HP per unit = Total biaya / unit ekuivalen
**** ((100% - % BDP awal) x Unit BDP awal) x HP/unit
*# Nilai BDP akhir = Unit BDPakhir x % penyelesaian x HP/unit masing-masing
elemen
PT Mulyo
Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 2
Agustus 1999 (Metode FIFO)
Kuantitas:
Unit masukan:
Barang dalam proses awal 6.000
Unit yang diterima dari Dep. 1 35.000
Unit yang ditambahkan di Dep. 2 5.000 46.000
Unit keluaran:
Unit barang jadi ditransfer ke gudang 44.000
Unit barang dalam proses akhir 2.000 46.000
Unit Ekuivalen: Bahan Baku Konversi
barang jadi ditransfer ke gudang 44.000 44.000
Unit barang dalam proses akhir:
2.000 x 100% 2.000
2.000 x 30% . 600
46.000 44.600
Perhitungan Harga Pokok per Unit Harga Pokok
Unit: Total Biaya Ekuivalen per Unit