Anda di halaman 1dari 8

MATERI BAGIAN KELOMPOK 2

POIN YANG DIBAHAS

1. Konsep dasar Just In Time (JIT)


2. Perbedaan sistem JIT dengan sistem tradisional
3. Konsep backflush costing
4. Hubungan JIT dengan backflush costing
5. Analogi dasar dari akuntansi keuangan

PEMBAHASAN

1. Konsep dasar Just In Time (JIT)

 Just-In-Time (JIT) adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya


melalui eliminasi persediaan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya
tiba di lokasi kerja pada saat dibutuhkan atau tepat waktu. Produk sebaiknya
diselsaikan dan tersedia bagi pelanggan disaat pelanggan menginginkannya-
tepat waktu. Eliminasi persediaan mengeliminasi tempat penyimpanan dan
biaya penyimpanan; tetapi sekaligus juga mengeliminasi perlindungan atas
kesalahan produksi dan ketidakseimbangan yang diberikan oleh persediaan.
JIT telah diidentifikasikan dengan usaha untuk mengeliminasi pemborosan
dalam segala bentuknya, dan merupakan bagian yang penting dalam banyak
usaha manajemen mutu total (TQM/ Total Quality Manajemen).

 Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan
untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada
waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat
menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan
barang / stocking cost.

 Terdapat empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just
In Time (JIT):
1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan
hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
2.  Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis
yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3.  Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja
sesuai dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan

2. Perbedaan sistem JIT dengan sistem tradisional

Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional :

JIT Tradisional
Sistem tarikan Sistem dorongan
Persediaan tidak signifikan Persediaan signifikan
Basis pemasok sedikit Basis pemasok banyak
Kontrak jangka panjang dengan Kontrak jangka pendek dengan pemasok
pemasok
Pemanufakturan berstruktur seluler Pemanufakturan berstruktur departemen
Karyawan berkeahlian ganda Karyawan terspesialisasi
Jasa terdesentralisasi Jasa tersentralisasi
Keterlibatan karyawan tinggi Keterlibatan karyawan rendah
Gaya manajemen sebagai penyedia Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
fasilitas
Total quality control (TQC) Acceptable quality level (AQL)

 Sistem tarikan dibanding sistem dorongan

• Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar


atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen
eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan
permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan
aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas
pembelian.
• System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar
dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui
aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas
produksi mendorong aktivitas penjualan.
 Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan

• Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi


persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan
mencita-citakan nol.
• Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system
dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah
bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang
diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya
persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika
permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan
yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.

 Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak


• JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk
mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai
tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah
• Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk
memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya
banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh
harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak
atau mungkin dengan mutu yang rendah.

 Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek

• JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya


guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan
sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah,
bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah
serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan.
• Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek
dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah
harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.
 Struktur seluler dibanding struktur departemen

• Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam


satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U”
sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan
pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara
berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik
mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat
mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah.
• Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah
struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi
sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa
departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi.
Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta
waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.

 Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi

• System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus


digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar
berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-
bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi,
setup, inspeksi mutu.
• Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi
berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen
produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa
terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan
pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada
aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan
penyempurnaan.

 Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi


• System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa
tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa.
• Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing
struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk
berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara
langsung mendukung produksi si struktur selulernya.

 Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah


• Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah
atasan.
• Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan
para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member
peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen
organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan
keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi
biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk
membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.

 Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah


• System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai
atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya
untuk melaksanakan kegiatan.
• Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan
sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang
cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi
perintah.
 TQC dibanding AQL
• TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan
pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara
berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar
tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak
haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi
dan ketidakpuasan konsumen
• AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah
pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau
mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi
tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Konsep backflush costing

Backflush costing atau backflushing adalah suatu cara mengumpulkan biaya


produksi dengan proses produksinya yang sangat cepat, atau merupakan pendekatan
akuntansi yang memendekkan arus biaya produksi dengan tujuan untuk mengurangi
sejumlah kejadian yang diukur dan dicatat dalam sistem akuntansi.
Dalam pendekatan tradisional seperti job order costing dan process costing,
ada penelusuran rinci atas biaya ke barang dalam proses sedangkan pada pendekatan
backflushing penelusuran ini tidak dibutuhkan, karena jangka waktu dari penerimaan
bahan baku sampai penyelesaian barang jadi sangat singkat.

 Karakteristik backflushing:
• Dapat dipakai pada perusahaan yang telah menggunakan sistem just in
time.
• Perkiraan material dan work in process dikombinasikan ke dalam satu
perkiraan yaitu Raw and In Process (RIP).
• Perkiraan persediaan tidak disesuaikan dalam periode akuntansi tapi
saldonya disesuaikan melalui ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode
akuntansi.
• Beberapa atau seluruh biaya produksi ditentukan setelah produksi
selesai.
• Biaya konversi dibebankan dengan menggunakan perkiraan harga pokok
penjualan.
• Estimasi biaya material dan konversi, serta raw material yang belum
diproses dilakukan pada akhir periode.

4. Hubungan JIT dengan backflush costing


Hubungannya yaitu dalam konsep backflush costing bisa diterapakan konsep
Just In Time yang mana konsep ini sasarannya adalah untuk meminimalkan
persediaan dalam melakukan proses produksi seperti meminimalkam bahan baku,
barang dalam proses produksi dan barang jadi,bahkan jika memungkinkan
persediaanya nol (zero Inventory) sesuai dengan konsep backflush costing yaitu
mengumpulkan biaya produksi dengan proses produksinya yang sangat cepat dan
memendekkan arus biaya produksi.
Dalam prakteknya dicontohkan bahwa BDP(Backflush costing) punya
hubungan penting dengan kecepatan(Just In Time). Jika tingkat output tetap
sementara jumlah unit dalam proses diturunkan, maka kecepatan sistem telah
digandakan. Kecepatan berhubungan terbalik dengan throughput time Peningkatan
kecepatan akan mengurangi waktu memenuhi pesanan produksi, bahkan mungkin
dicapai zero inventory untuk barang jadi karena semua pengiriman dibuat sesuai
pesanan.

Dengan diterapkannya konsep Just In Time dalam backflush costing proses


produksi menjadi lebih cepat sehingga lama waktu pemrosesan mulai dari bahan baku
di proses hingga produk terselesaikan akan berkurang menjadi beberapa bulan,
minggu, atau bahkan dalam hitungan jam. Sesuai dengan tujuan JIT adalah
mengurangi waktu siklus total (terutama waktu proses yang signifikan dalam produk).
Mengurangi waktu total siklus berarti mengurangi biaya dan meningkatkan daya
saing.

5. Analogi dasar dari akuntansi keuangan

Dua metode persediaan yang berbeda digunakan oleh perusahaan


nonmanufaktur, yaitu: metode perpetual dan metode periodik. Dalam metode
perpetual, akun persediaan barang dagangan didebit atas setiap pembelian barang dan
dikredit atas biaya dari setiap penjualan barang. Tujuannya adalah untuk mencatat
setiap peningkatang atau penurunan dalam biaya barang dagangan yang ada dalam
persediaan. Akuntansi terinci dalam jumlah yang signifikan dilakukan dalam metode
ini, dan hal ini bisa dianalogikan dengan penelusuran terinci atas barang dalam proses
yang diperlukan oleh perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan biaya
berdasarkan proses untuk perusahaan manufaktur.
Akan tetapi, metode persediaan periodik membiarkan saldo awal dari akun
persediaan barang dagangan tidak berubah selama periode akuntansi. Penyesuaian di
akhir periode dibuat agar saldo akhirnya sama dengan hasil perhitungan fisik. Harga
Pokok penjualan, yang merupakan total aliran keluar dari barang dagangan untuk
periode akuntansi tersebut, dihitung dan dicatat hanya di akhir periode. Hali ini
dilakukan dengan menambhkan saldo awal biaya persediaan barang dagangan ke total
pembelian dan menguranginya dengan biaya persediaan barang akhir. Ayat jurnal
diginakan menyesuaikan akun persediaan barang dagangan ke saldo akhir yang benar
dan mencatat harga pokok penjualan untuk periode tersebut. Seperti tidak
dilakukannya akuntansi yang terinci atas persediaan barang dagangan pada metode
periodik, demikian pula tridak ada penelusuran terinci atas persediaan WIP yang
dilakukan oleh produsen yang menggunakan perhitungan biaya backflush- keduanyan
bergantung pada perhitungan di akhir periode dan penyesuaian atas akun persediaan.

Anda mungkin juga menyukai