Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 4

Nama :
- Sitty Tryas Mauludy Noor (195154060)
- Yasmin Nabilah (195154063)
Kelas 2 AC B

LABA PER LEMBAR SAHAM

Laba per Saham (LPS) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Earning per Share
yang disingkat dengan EPS adalah bagian dari laba perusahaan yang dialokasikan ke setiap
saham yang beredar. Laba per saham atau Earning per Share merupakan informasi penting
suatu perusahaan yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
untuk semua pemegang saham perusahaan. Hal ini menjadikan laba per saham merupakan
indikator yang paling banyak digunakan untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan.
Laba per saham adalah ukuran profitabilitas yang sangat berguna dan apabila
dibandingkan dengan Laba per Saham pada perusahaan sejenisnya, Laba per Saham ini akan
memberikan suatu gambaran yang sangat jelas tentang  kekuatan profitabilitas antara
perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan pembandingnya. Perlu diketahui bahwa
perusahaan pembandingnya harus merupakan perusahaan yang bergerak di jenis industri yang
sama. Earning per Share atau EPS ini apabila dihitung selama beberapa tahun, maka akan
menunjukan apakah profitabilitas perusahaan tersebut semakin membaik atau malah semakin
memburuk. Investor biasanya akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang Laba
per Sahamnya yang terus meningkat.
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang
akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per
lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan
perusahaan dalam hal pembayaran dividen. Jika laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan
kepada para investor tinggi, maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan jika laba
per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan
tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang
saham. Laba per lembar saham ( EPS ) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai
perusahaan. Laba per lembar saham ( EPS ) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur
keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan.
Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih badan
usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh
perubahan variabel – variabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar
saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS).
Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan
oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan
keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan
laporan laba rugi. Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban financial dan modal
sendiri pada waktu tertentu. Laporan laba rugi menunjukkan berapa penjualan yang
diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada
periode waktu tertentu (biasanya selama 1 tahun).
Informasi laba per lembar saham dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk
menentukan besarnya pembagian deviden. Sedangkan bagi pihak investor dan calon investor
informasi laba per lembar saham di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan
meramalkan prestasi perusahaan di masa depan.

Faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Laba Per Saham


Penyebab kenaikan laba per saham:
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4. Presentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada presentase kenaikan jumlah lembar
saham biasa yang beredar.
5. Presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada
presentase penurunan laba bersih.
Penyebab penurunan laba per saham:
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4. Presentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada presentase penurunan jumlah
lembar saham biasa yang beredar.
5. Presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar dari pada
presentase kenaikan laba bersih.
6. Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila presentase
kenaikan laba bersihnya lebih besar dari pada presentase kenaikan jumlah lembar saham
biasa yang beredar

Perhitungan Laba per Lembar Saham


Perhitungan laba per lembar saham yaitu:
1. Laba per saham dasar
Laba per saham dasar adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk
setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan
Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia
bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar dalam suatu periode. Laba bersih residual adalah laba bersih
(setelah dikurangi beban pajak, pos luar biasa dan hak pemegang saham minoritas)
dikurangi dengan deviden saham utama yang meliputi:
1. Deviden saham utama (preferen) bukan kumulatif yang diumumkan pada periode
yang bersangkutan
2. Deviden saham utama (preferen) kumulatif yang terkumulasi pada periode yang
bersangkutan, baik deviden tersebut sudah atau belum diumumkan.
3. Jumlah dividen saham utama kumulatif untuk periode bersangkutan tidak mencakup
dividen saham utama kumulatif periode lalu meskipun dividen tersebut diumumkan
atau dibayar dalam periode kini

Rumus LPS dasar adalah:


Laba per saham dasar = ( Laba bersih – Dividen ) / Rata - rata tertimbang saham yang beredar

Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar


yaitu dengan mengalikan jumlah saham yang beredar selama jangka waktu tertentu dengan
faktor pembobot waktu
Faktor pembobot waktu adalah jumlah hari beredarnya sekelompok saham dibandingkan
dengan jumlah hari dalam suatu periode
Saham biasa dianggap sebagai saham beredar ketika:
a) Saham biasa yang diterbitkan melalui penjualan dengan kas diperhitungkan saat kas
sudah bisa diterima (when cash is receivable).
b) Saham biasa yang diterbitkan atas reinvestasi sukarela dari dividen saham biasa atau
saham utama diperhitungkan sejak tanggal pembayaran dividen.

c) Saham biasa yang diterbitkan sebagai hasil dari konversi instrumen utang (misalnya
obligasi konversi) diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga (the date
interest ceases accruing).

d) Saham biasa yang diterbitkan sebagai pengganti bunga atau pokok bagi instrumen
keuangan lain diperhitungkan sejak tanggal utang tidak lagi berbunga (the date interest
ceases accruing).

e) Saham biasa yang diterbikan dalam rangka penyelesaian utang (settlement) perusahaan
diperhitungkan sejak tanggal penyelsaian tersebut.

f) Saham biasa yang diterbitkan sebagai pembayaran atas perolehan aset bukan kas
diperhitungkan sejak tanggal perolehan tersebut diakui, dan

g) Saham biasa yang diterbitkan sebagai pembayaran atas jasa kepada perusahaan
diperhitungkan sejak jasa yang bersangkutan diterima perusahaan.

“Apabila dalam satu periode ada perubahan jumlah saham beredar yang tidak mengubah
sumber daya, selain peristiwa konversi efek berpotensi saham biasa, maka jumlah rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar selama satu periode dan untuk seluruh periode sajian
harus disesuaikan.”
Contoh transaksi yang mengubah jumlah saham biasa adalah:
a) Kapitalisasi laba (dividen saham) dan kapitalisasi agio saham yang dikenal sebagai
penerbitan saham bonus,
b) Unsur bonus dalam penerbitan saham lainnya,

c) Pemecahan saham (stock split), dan

d) Penggabungan saham (consolidation of stocks atau reverse of stock split)


Berikut ini contoh perhitungan LPS dasar.
Contoh 1
PT Millenia mempunyai modal saham biasa yang beredar dalam tahun 2005 sebanyak 1.000
lembar. Pendapatan bersih dalam tahun 2005 sebesar Rp1.500.000,-. Semua saham sudah
beredar sejak awal tahun 2005 dan tidak ada saham preferen. Pendapatan per lembar saham
PT Millenia untuk tahun 2005 sebesar:
Penyelesaian :
Rp1.500.000,00 - 0 / 1.000 lembar
= Rp1.500,00

Contoh 2

PT Sejahtera mempunyai modal sebagai berikut: Saham biasa (beredar) sebanyak 1.500
lembar. Saham preferen, nominal Rp1.000,- per lembar, beredar sebanyak 500 lembar.
Deviden saham preferen sebesar 10%. Pendapatan bersih tahun 2005 sebesar Rp2.000.000,-.
Perincian mengenai saham biasa adalah sebagai berikut 1 Januari 2005, beredar 1.000
lembar. 1 Juli 2005, emisi baru sebanyak 500 lembar.
Untuk dapat menghitung laba per lembar saham, pertama kali perlu dihitung rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar. Perhitungan sebagai berikut

2. Laba per saham dilusi


Laba per saham dilusi adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk
setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya
diterbitkan bagi semua efek x, berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar
sepanjang periode pelaporan.
Perhitungan laba per saham dilusi, laba bersih residual dan jumlah rata- rata
tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan dengan memperhitungkan dampak dari
semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif.
Yang dimaksud dilusi adalah pengurangan terhadap laba perlembar saham yang
diakibatkan oleh anggapan bahwa convertible securities sudah ditukarkan atau options dan
warrants sudah digunakan atau saham-saham lain sudah dikeluarkan untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu.
Adapun contoh efek berpotensi saham biasa adalah:
1) Efek utang (debt security) atau instrumen ekuitas selain saham biasa yang dapat
ditukar dengan saham biasa.
2) Waran atau opsi saham, yaitu instrumen keuangan yang memberikan hak kepada
pemiliknya untuk membeli saham biasa dengan harga tertentu dan dalam periode
(jangka waktu) tertentu.
3) Kebijakan kepegawaian yang memberikan hak kepada karyawan untuk menerima
saham biasa sebagai bagian dari remunerasi atau hak untuk membeli saham dengan
syarat tertentu.
4) Saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi-kondisi tertentu yang dimuat
dalam suatu perjanjian, seperti kontrak pembelian usaha atau aktiva lain.

Penyesuaian yang digunakan dalam perhitungan laba per saham dilusian


a) Penyesuaian laba (Setelah Pajak)
- Dividen dari efek berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif.
- Bunga dari efek perpotensi saham biasa yang dilutif , yang diakui pada periode
bersangkutan (1-T).
- Perubahan pendapatan atau beban dari konversi efek berpotensi saham biasa yang
sifatnya dilutif.
b) Penyesuaian saham biasa beredar
- Ditambah jumlah rata-rata tertimbang saham yang akan diterbitkan dengan
asumsi semua efek berpotensi saham biasa dikonversikan menjadi saham biasa.
- Konversi tersebut diasumsikan terjadi pada awal periode, atau pada tanggal
penerbitan efek berpotensi saham biasa tersebut, jika penerbitannya lebih akhir.

Perhitungan laba per saham dilusian pada dasarnya sama dengan perhitungan LPS dasar.
Perbedaannya terletak pada hal-hal berikut:
- Laba bersih yang diperhitungkan adalah laba bersih residual ditambah deviden dan
bunga (dihitung setelah pajak) dan disesuaikan dengan perubahan penghasilan dan beban
yang disebabkan konversi efek berpotensi saham biasa.
- Jumlah rata-rata saham biasa yang beredar ditambah rata-rata tertimbang saham biasa
yang akan beredar dengan asumsi semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif
dikonversikan menjadi saham biasa. 

Contoh Perhitungan Laba per saham dilusian


PT Multi Sejahtera TBK di tahun 2012 mendapatkan pendapatan bersih Rp2.500.000.
Diketahui Multi Sejahtera memili 1.000.000 saham rata rata tertimbang yang beredar di tahun
2018 dengan pajak yang dibayarkan senilai 40%
Selain itu, Multi Sejahtera juga mempunya 1.000 saham preferen konversi dan membayar
dividen Rp50 per lembar saham preferennya. Untuk saham preferen itu sendiri, dapat
dijadikan saham biasa dengan dikonversi menjadi senilai Rp100 per lembar.
Dalam penghitungan diluted EPS ini, maka kamu harus mengetahui dahulu jumlah saham
yang telah dikonversi tersebut.Jika ada 1.000 saham preferen, maka jumlah saham biasa
setelah dikonversikan menjadi:
100×1.000 = Rp100.000
Maka rumus yang digunakan adalah:
Diluted EPS = (Laba bersih – Dividen saham preferen + Dividen saham preferen konversi)/
(Rata-rata tertimbang jumlah saham beredar + Saham biasa baru dikeluarkan setelah
konversi) 
= (Rp2.500.000 – Rp50.000 + Rp50.000) / (1.000.000 + 100.000)
= Rp2,27

Sekuritas yang dapat dikonversi 


Menggunakan metode “jika dikonversi” dengan asumsi: 
1) Dikonversi pada saat penerbitan sekuritas 
2) Eliminasi bunga terkait setelah pajak. 
Dengan demikian, konversi sekuritas akan menyebabkan peningkatan bilangan penyebut
(rata-rata tertimbang saham beredar) dan akan meningkatkan pembilang (laba bersih). 
Jika tarif konversi berubah selama periode sekuritas beredar, maka perusahaan menggunakan
tarif konversi yang paling mengurangi proporsi ekuitas (paling dilutif).

Contoh Sekuritas yang dapat dikonversi


Tahun 2013, PT ABC memiliki laba bersih Rp 50 juta dengan rata-rata tertimbang jumlah
saham beredar 1 juta lembar. Perusahaan juga memiliki 2 obligasi (A dan B) yang dapat
dikonversi beredar. 
Obligasi A berjumlah 200 lembar dengan total nilai Rp 60 juta dan memiliki bunga 8 persen.
Obligasi diterbitkan pada awal tahun dan dapat dikonversi menjadi 200.000 lembar saham. 
Obligasi B berjumlah 100 lembar dengan total nilai 40 juta dan memiliki bunga 7 persen.
Obligasi diterbitkan pada 1 September dan dapat dikonversi menjadi 90.000 lembar saham. 
Beban bunga tahun 2013 yang dapat diatribusikan ke komponen liabilitas obligasi A sebesar
Rp 5 juta dan obligasi B sebesar 3 juta. Tarif pajak efektif adalah 25 persen.
Penyelesaian
Penyesuaian laba bersih 
Laba bersih Rp 50.000.000 
(+) penyesuaian beban bunga setelah pajak 
Obligasi A (Rp 5jt x [1-.25]) 3.750.000 
Obligasi B (Rp 3jt x 4/12 x [1-.25]) 750.000
Penyesuaian laba bersih Rp 54.500.000 

Penyesuaian rata-rata tertimbang saham beredar 


Rata-rata tertimbang saham beredar 1.000.000 
(+) saham yang diasumsikan akan diterbitkan 
Obligasi A (awal tahun) 200.000 
Obligasi B (tanggal penerbitan, 1 Sept = 4/12 x 90.000) 30.000 
Penyesuaian laba bersih 1.230.000

Laba Per Saham 


Laba bersih tahun berjalan Rp 50.000.000 
LPS dasar (50 juta / 1 juta) Rp 50 
LPS terdilusi (54.5 juta / 1.23 juta) Rp 44.31

Pengurangan ekuitas akibat penggunaan opsi dan waran


 Menggunakan metode “saham treasuri” dengan asumsi: 
1) Dikonversi pada saat penerbitan opsi/waran 
2) Perusahaan menerbitkan saham tambahan agar dapat membeli kembali saham untuk
opsi/waran. 
Rumus penghitungan saham beredar tambahan:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 −ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑜𝑝𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑝𝑠i
Contoh metode treasury share
PT ABC memiliki 3.000 opsi beredar dengan harga exercise Rp 1.000.000,- dan harga wajar 
saham yang akan diterbitkan adalah  Rp 1.200.000,-. Berapakah asumsi penambahan jumlah
saham biasa?
Penambahan jumlah saham biasa yang beredar:
= Harga wajar – harga opsi  x Jumlah lembar opsi
             Harga  wajar
= 1.200.000 – 1.000.000  x 3.000 lembar opsi
              1.000.0000
= 600 lembar saham biasa
 
Sekuritas Antidilutive 
Sekuritas antidilutif merupakan sekuritas yang pencantumannya dalam perhitungan
laba per saham akan meningkatkan laba per saham.
• Di dalam penghitungan LPS, perusahaan perlu memisahkan sekuritas yang secara
individual benar-benar dilutive dengan yang antidilutive. 
• Efek berpotensi saham biasa dianggap DILUTIF jika menurunkan laba bersih per saham
dari operasi normal berkelanjutan. 
• Untuk menentukan efek dilutif digunakan laba bersih dari operasi normal dikurangi
dividen saham preferen (operasi tidak dilanjutkan dikeluarkan 
• Efek berpotensi saham biasa bersifat ANTIDILUTIF jika meningkatkan LPS dari operasi
normal yang berkelanjutan, atau menurunkan rugi per saham dari operasi normal yang
berkelanjutan
• Perusahaan harus mengeluarkan sekuritas yang antidilutive dan tidak boleh
menggunakannya untuk menutupi sekuritas yang dilutive. 
• Utang yang dapat dikonversi menjadi antidilutive jika persentase tambahan income dari
beban bunga setelah pajak lebih besar daripada persentase tambahan saham jika utang
dikonversi. 
• Opsi atau waran menjadi antidilutive jika harga penggunaan opsi atau waran lebih besar
daripada harga pasar.
• Dalam menentukan apakah suatu efek berpotensi saham memiliki dampak dilutif atau
antidilutif, maka setiap penerbitan harus dipertimbangkan secara terpisah, bukan secara
agregat atau keseluruhan. 
• Urutan dalam mempertimbangkan efek berpotensi saham biasa dapat mempengaruhi
keputusan apakah efek tersebut digolongkan dilutif atau tidak. 
• Untuk memaksimalkan dilusi dari LPS dasar, setiap penerbitan atau setiap seri
penerbitan saham harus dipertimbangkan dalam urutan mulai dari yang paling dilutif ke
yang paling sedikit sifat dilutifnya

Penyajian & Pengungkapan


Penyajian
- Perusahaan harus menyajikan LPS Dasar dan LPS Dilusian pada laporan laba rugi untuk
seluruh periode yang disajikan.
- Penyajian LPS Dasar dan Dilusian harus tetap dilakukan, meskipun jumlahnya negatif
karena perusahaan menderita rugi (rugi per saham).
Pengungkapan
Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut ini:
a) Jumlah laba (rugi) yang dipakai sebagai pembilang dalam perhitungan LPS dasar dan
dilusian, dan rekonsiliasinya dengan laba (rugi) untuk periode yang bersangkutan, dan
b) Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar yang dipakai sebagai penyebut dalam
penghitungan LPS Dasar dan Dilusian, dan rekonsiliasi penyebut-penyebut satu dengan
yang lain.
 
Penyajian Kembali
Jika jumlah saham biasa atau efek berpotensi saham biasa naik dengan adanya
penerbitan saham bonus (kapitalisasi agio saham), dividen saham (kapitalisasi laba) atau
pemecahan saham, atau turun karena penggabungan saham (reverse stock split), maka
penghitungan LPS dasar dan LPS dilusian untuk seluruh periode sajian harus disesuaikan
secara retrospektif. Jika perubahan terjadi setelah tanggal neraca, namun sebelum laporan
keuangan diterbitkan, maka angka-angka per saham untuk seluruh periode laporan keuangan 
yang disajikan harus didasarkan pada jumlah baru saham yang beredar. Jika perhitungan
angka per saham mencerminkan perubahan dalam jumlah saham, maka hal ini harus
diungkapkan. Di samping itu, LPS dasar dan dilusian untuk seluruh periode laporan keuangan
harus disesuaikan dengan:
- Dampak kesalahan mendasar dan penyesuaian yang terjadi karena perubahan kebijakan
akuntansi; dan
- Dampak penggabungan usaha yang merupakan penyatuan kepemilikan

Anda mungkin juga menyukai