Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI”

IAIN PALOPO

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
Adelia Sari Indra Utami 2003020018
Miftah Berkah 2003020024
Puspitasari 2003020007
Muh. Hikmah Fajriansyah 2003020023

Dosen Pengampu
Dirah Nurmila Siliwadi, S.K.M.,M.H

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
(IAIN PALOPO)
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah membrikan rahmat dan
hidyah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ Upaya
Pemberantasan Korupsi” tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pada mata kuliah Hukum dan Pendidikan Anti Korupsi. Selain itu makalah ini bertujuan juga
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik kontruktif dan pembaca terutama dosen pengampu
pada mata kuliah ini, kami sangat harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Palopo, 30 March 2023

Penulis
Daftar Isi

Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Pengertian Korupsi.......................................................................................................................6
B. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu.......................................................................7
C. Upaya Pemberantasan Korupsi.....................................................................................................8
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................................10
Kesimpulan......................................................................................................................................10
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................11
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha untuk memberantas tindak pidana korupsi sudah menjadi masalah
global, tidak hanya nasional atau regional. Tindak pidana korupsi merupakan
perbuatan yang bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan tetapi juga dapat
menimbulkan kerugian perekonomian rakyat. Kejahatan korupsi yang berkembang di
dunia pada umumnya serta di Indonesia pada khususnya sangat memprihatinkan,
sehingga sangat diperlukan hukum sebagai penegak keadilan guna menyelamatkan
negara dari kerugian dan menjunjung hak rakyat untuk mendapatkan hasil yang baik
dari pembangunan yang bebas dari korupsi.
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sementara
pemberantasannya masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan, korupsi di
Indonesia sudah merupakan virus yang menyebar ke seluruh tubuh pemerintahan
sejak tahun 1960-an, sementara langkah pemberantasannya masih tersendat-sendat
sampai sekarang.
Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang belum berjalan sesuai
harapan tersebut jelas berkaitan pula dengan upaya pencegahannya yang juga masih
belum memenuhi harapan masyarakat. Dalam hukum positif Indonesia sebenarnya
sudah mengatur mengenai upaya pecegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
yaitu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang kemudian dalam
keadaan mendesak ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1960 tentang
Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi yang kemudian
diganti dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1971. Kemudian, terjadinnya
perkembangan mengenai tindak pidana korupsi yang melibatkan penyelenggara dan
pengusaha, UndangUndang tersebutpun dirasa tidak sesuai lagi sehingga
ditetapkanlah Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi mengganti Undang-undang sebelumnya. Kemudian, kembali Undang-
Undang tersebut mengalami perubahan dan di sahkan Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 tentang perubahan atas Undang- Undang No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan melalui berbagai
cara, namun hingga saat ini masih saja terjadi korupsi dengan berbagai cara yang
dilakukan oleh berbagai lembaga. Terdapat beberapa bahaya sebagai akibat korupsi,
yaitu bahaya terhadap: masyarakat dan individu, generasi muda, politik, ekonomi
bangsa dan birokrasi. Terdapat hambatan dalam melakukan pemberantasan korupsi,
antara lain berupa hambatan: struktural, kultural, instrumental, dan manajemen. Oleh
karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengatasinya, antara lain:
mendesain dan menata ulang pelayanan publik, memperkuat transparansi,
pengawasan dan sanksi, meningkatkan pemberdayaan perangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?
2. Apa saja bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu?
3. Bagaimana upaya pemberantasan korupsi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Korupsi
2. Untuk mengetahui apa-apa saja bahaya Korupsi terhadap masyarakat dan juga
individu
3. Untuk mengetauhi bagaimana upaya yang ditempuh dalam pemberantasan
Korupsi.
BAB 2

PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris
adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam
bahasa Belanda disebut dengan coruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir
kata korupsi dalam bahasa Indonesia. Korup berarti busuk, buruk; suka menerima
uang sogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri dan sebagainya).
Korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok dan sebagainya).

Pengertian Korupsi menurut beberapa para ahli:


a. Menurut Robert Klitgaard, “Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari
tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang
menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar
aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi”. Robert Klitgaard, dalam
hal ini melihat korupsi yang lebih khas bagi pejabat publik atau pejabat negara
sebagai tindakan “menggunakan jabatan untuk (memperoleh) keuntungan pribadi”.
Menurut Robert Klitgard secara historis konsep tersebut merujuk pada tingkah laku
politik. Kata korupsi menurutnya menimbulkan serangkaian gambaran jahat. Kata itu
berarti apa saja yang merusak keutuhan.
b. Jeremy Pope, “Korupsi melibatkan perilaku dipihak para pejabat sektor publik, baik
politisi maupun pegawai negeri sipil. Mereka secara tidak wajar dan tidak sah
memperkaya diri sendiri atau orang yang dekat dengan mereka dengan
menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan kepada mereka.
c. Menurut M. Mc. Mullan, Seorang pejabat pemerintahan dikatakan koruptor apabila ia
menerima uang yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang ia
bisa lakukan dalam tugas jabatannya pada hal ia selama menjalankan tugasnya
seharusnya tidak boleh berbuat demikian. Atau dapat berarti menjalankan
kebijaksanaannya secara sah untuk alasan yang tidak benar dan dapat merugikan
kepentingan umum yang menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan.
d. Sam Santoso, Korupsi adalah bentuk lain dari pencurian. Korupsi merupakan wujud
penyimpangan tingkah laku tugas resmi suatu jabatan secara sengaja untuk
memperoleh keuntungan berupa status, kekayaan atau uang untuk perorangan,
keluarga dekat atau kelompok sendiri. Konon untuk memperoleh jabatan itu ada
biayanya, yang dianggap sebagai kewajiban oleh pelakunya. Karena itu, setelah
pejabat ia merasa punya hak untuk korupsi.

B. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu


Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan
masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut
sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan
baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self
interest), bahkan selfishness. Tidak aka nada kerja sama dan persaudaraan yang
tulus.
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh
para saintis sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatifterhadap rasa
keadilan sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di
antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal pendapatan, prestis, kekuasaan
dan lain-lain.
1. Bahaya Korupsi terhadap Generasi Muda
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang
adalah rusaknya generasi muda.Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi
makanan sehari-hari,anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi
muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan budaya),
sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan
tidak bertanggung jawab. Jika generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti itu,
bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.
2. Bahaya Korupsi terhadap Politik
Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan
dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian
keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan pemimpin
tersebut, akibatnya mereka tidak akan patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik
korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu yang curang, kekerasan dalam
pemilu, money politics dan lain- lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi,
karena untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan menggunakan
kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luaslagi di masyarakat. Di
samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial
politik dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat.
Bahkan dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan pemerintahan
secara tidak terhormat, seperti yang terjadi di Indonesia.
3. Bahaya Korupsi Bagi Ekonomi Bangsa
Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa.Jika suatu projek
ekonomi dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan
projek, nepotisme).
4. Bahaya Korupsi Bagi Birokrasi
Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya
administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan
berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan
berkualitas akan tidak pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan
mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja yang akan dapat layanan
baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan
sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial yang
menyebabkan jatuhnya para birokrat.
C. Upaya Pemberantasan Korupsi
a) Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang
berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari.
Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan
publik yang profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/
pungutan liar. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada: (a) Penyempurnaan Sistem
Pelayanan Publik; (b) Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik, (c) Peningkatan
Kinerja Lembaga Pelayanan Publik; dan (d) Peningkatan Pengawasan
terhadap Pelayanan Publik, dengan kegiatan- kegiatanprioritas sebagaimanaterlampir
dalam matriks.
c) Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan
pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya negara dan sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap
informasi dan berbagai hal yang lebih memberikan kesempatan masyarakat luas
untuk berpartisipasi di bidang ekonomi. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada: (a)
Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara; (b) Penyempurnaan Sistem
Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah; dan (c) Penyempurnaan
Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan kegiatan-kegiatan prioritas.
c) Meningkatkan pemberdayaan perangkat- perangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi. Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,”
memperkuat budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses
pemberantasan korupsi. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada: (a) Peningkatan
Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat; dan (b) Penyempurnaan Materi
Hukum Pendukung.
d) Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor
bukan merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk
memberantas korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru menjadi
tempat yang tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga pemasyarakatan asal
nara pidan korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk mendapatkan pelayanan dan
fasilitas yang tidak beda dengan pelayanan dan fasilitas di luar lembaga
pemasyarakatan. Oleh karena itu, muncul istilah lembaga pemasyarakatan dengan
fasiltas dan pelayanan mewah. Melihat pada kondisi seperti ini, maka perlu dipikirkan
cara lain agar orang merasa malu dan berpikir panjang untuk melakukan korupsi.
e) Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM
penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas
tinggi. Sudah saatnya diakhiri terjadinya ego sektoral atau ego institusional di antara
lembaga penegak hukum. Negara juga perlu memikirkan bagaimana agar tingkat
kesejahteraan bagi para penegak hokum itu baik, tidak berkekurangan dan menjadi
penegak hukum yang bersih. Bagaimana bias bersih, kalau sapu yang digunakan
untuk membersihkan adalah sapu kotor.
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris adalah
corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam bahasa Belanda
disebut dengan coruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa
Indonesia. Korup berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya).

Bahaya Korupsi terhadap masyarakat dan individu antara lain:

1. Bahaya Korupsi bagi generasi muda


2. Bahaya Korupsi terhadap Politik
3. Bahaya Korupsi bagi ekonomi bangsa, dan
4. Bahaya Korupsi bagi birokrasi

Upaya pemberantasan Korupsi antara lain:

1. Mendesain ulang pelayanan publik


2. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan
pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan perangkat- perangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi
4. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi
Daftar Pustaka

Napsa, Salma dan Yustio, Hafizh. 2021. Korupsi di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan
dan Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi) Kajian Literatur Manajemen Pendidikan
dan Ilmu Sosial. JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL. Vol
2 Issue 2. 564-579. https://doi.org/10.38035/jmpis.v2i2
Rahmawati, Risma dan Sari Novita, Yayang. 2023. Pendidikan Antikorupsi Sebagai Upaya
Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Sanskara Pendidikan dan Pengajaran. Vol 01,
No 01. 31-39

Anda mungkin juga menyukai