Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Dosen Pengampu

ILMU POLITIK DR. MASWIR., MH

MAKALAH

ILMU POLITIK

“KORUPSI DAMPAK TINGGINYA BIAYA POLITIK”

Disusun oleh:

MUHAMMAD RIVAN PERDANA NASUTION


12120411840

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
Melimpahkan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KORUPSI DAMPAK TINGGINYA BIAYA
POLITIK“ Penyusunan makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Politik. Pepatah mengatakan tidak ada gading yang tidak retak. Oleh karena itu kami sadar
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf dan
meminta kepada Dosen pembimbing kiranya sudi memberikan kritik dan saran untuk
perbaikan selanjutnya. Sekian dari kami semoga tugas ini sesuai dengan apa yang diharapkan
dan dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
i

DAFTAR ISI
Isi Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2


A. Pengertian Korupsi………………. ......................................................... 2
B. Dampak Negatif Korupsi ........................................................................... 3
C. Dampak Negatif Korupsi Terhadap Partai Politik. ...................................6
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah korupsi tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Dibaca di media
cetak, ditonton di televisi atau didengar di radio, istilah korupsi seakan tak lepas dari
kehidupan kita - tentu bukan hal yang patut dibanggakan. Tapi apakah kita betul-betul
paham pengertian korupsi. Karena bukan cuma menilap uang negara, ada hal-hal lain
yang masuk dalam kategori korupsi.

Pendapatan yang dinilai tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab terjadinya


korupsi dilakukan seseorang. Selanjutnya pada aspek politis, penyebab terjadinya
korupsi karena kepentingan politik serta haus kekuasaan, ingin meraih dan
mempertahankan jabatan.

B. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian Korupsi


b. Dampak negatif korupsi
c. Dampak negatif partai politik

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka beberapa tujuan dari makalah
ini, yaitu:
a. Menngetahui Pengertian Korupsi
b. Mengetahui apa saja dampak negatif korupsi
c. Menegtahui Apa Saja dampak negatif korupsi terhadap partai politik

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki
arti beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.

Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa
Belanda menjadi corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam
perbendaharaan Indonesia menjadi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan,
organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Definisi lainnya dari korupsi disampaikan World Bank pada tahun 2000, yaitu “korupsi
adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi". Definisi World
Bank ini menjadi standar internasional dalam merumuskan korupsi.

Pengertian korupsi juga disampaikan oleh Asian Development Bank (ADB), yaitu
kegiatan yang melibatkan perilaku tidak pantas dan melawan hukum dari pegawai sektor
publik dan swasta untuk memperkaya diri sendiri dan orang-orang terdekat mereka.
Orang-orang ini, lanjut pengertian ADB, juga membujuk orang lain untuk melakukan hal-
hal tersebut dengan menyalahgunakan jabatan.

Dari berbagai pengertian di atas, korupsi pada dasarnya memiliki lima komponen,
yaitu:

1. Korupsi adalah suatu perilaku.

2. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

3. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.

4. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.

5. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintah atau swasta.

Menurut Zainal Abidin, terdapat dua jenis korupsi dilihat dari besaran uang yang
dikorupsi dan asal atau kelas para pelakunya, yaitu:

2
Bureaucratic Corruption.
Korupsi yang terjadi di lingkungan birokrasi dan pelakunya para birokrat atau pegawai
rendahan. Bentuknya biasanya menerima atau meminta suap dalam jumlah yang relatif
kecil dari masyarakat. Jenis korupsi ini sering disebut petty corruption.

Political Corruption.
Pelakunya adalah politisi di parlemen, pejabat tinggi di pemerintahan, serta penegak
hukum di dalam atau di luar pengadilan. Korupsi melibatkan uang yang relatif besar dan
orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, dunia usaha, atau
pemerintahan.Jenis korupsi ini disebut grand corruption.

Pengertian Korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau
perekonomian negara.Secara gamblang dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001, tindak pidana korupsi di jelaskan dalam 13 pasal.

B. Dampak Negatif Korupsi

Korupsi dianggap sebuah kejahatan luar biasa karena memiliki dampak yang masif dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Tidak hanya merugikan negara, korupsi
menyengsarakan rakyat di dalamnya. Berbagai dampak korupsi di berbagai bidang bisa
dirasakan sendiri oleh kita semua.
Cerminan dampak korupsi bisa dilihat dari mahalnya harga jasa dan pelayanan publik,
masyarakat yang semakin miskin, atau terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Perkembangan ekonomi mandek dan berbagai rencana pembangunan terhambat akibat
korupsi. Belum lagi dari sisi budaya, korupsi semakin menggerus kearifan lokal dan
menggantinya dengan tabiat yang buruk.
Semangat melawan korupsi akan semakin kuat jika kita memahami dampak-dampak
tersebut. Berikut adalah dampak-dampak korupsi di berbagai bidang, agar bisa kita kenali
dan cegah:

1. Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi

Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah negara. Salah satunya


pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat investasi.
Hal ini terjadi akibat investor enggan masuk ke negara dengan tingkat korupsi yang tinggi.

3
Ada banyak cara orang untuk tahu tingkat korupsi sebuah negara, salah satunya lewat Indeks
Persepsi Korupsi (IPK).
Dikutip dari buku Modul Integritas Bisnis Seri 3: Dampak Sosial Korupsi, korupsi juga
menambah beban dalan transaksi ekonomi dan menciptakan sistem kelembagaan yang buruk.
Adanya suap dan pungli dalam sebuah perekonomian menyebabkan biaya transaksi ekonomi
menjadi semakin tinggi. Hal ini menyebabkan inefisiensi dalam perekonomian.

Melambatnya perekonomian membuat kesenjangan sosial semakin lebar. Orang kaya


dengan kekuasaan, mampu melakukan suap, akan semakin kaya. Sementara orang miskin
akan semakin terpuruk dalam kemelaratan. Tindakan korupsi juga mampu memindahkan
sumber daya publik ke tangan para koruptor, akibatnya uang pembelanjaan pemerintah
menjadi lebih sedikit. Ujung-ujungnya rakyat miskin tidak akan mendapatkan kehidupan
yang layak, pendidikan yang baik, atau fasilitas kesehatan yang mencukupi.

2. Dampak Korupsi di Bidang Kesehatan

Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, korupsi di bidang kesehatan akan semakin
terasa dampaknya. Korupsi proyek dan anggaran kesehatan kerap terjadi di antara pejabat
pemerintah, bahkan menteri. Sudah dua mantan dua mantan menteri kesehatan Indonesia
yang ditahan karena korupsi, yaitu Achmad Suyudi dan Siti Fadilah Supari.

Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi jadi biang keladi buruknya
pelayanan kesehatan, dua masalah utama adalah peralatan yang tidak memadai dan
kekurangan obat. Korupsi juga membuat masyarakat sulit mengakses pelayanan kesehatan
yang berkualitas.Dampak dari korupsi bidang kesehatan adalah secara langsung mengancam
nyawa masyarakat. ICW mencatat, pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua sektor
paling rawan korupsi. Perangkat medis yang dibeli dalam proses korupsi berkualitas buruk,
pelayanan purnajualnya juga jelek, serta tidak presisi. Begitu juga dengan obat yang
pembeliannya mengandung unsur korupsi, pasti keampuhannya dipertanyakan.

3. Dampak Korupsi Terhadap Pembangunan

Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan infrastruktur.
Salah satu modus korupsi di sektor ini, menurut Studi World Bank, adalah mark up yang
sangat tinggi mencapai 40 persen. KPK mencatat, dalam sebuah kasus korupsi infrastruktur,
dari nilai kontrak 100 persen, ternyata nilai riil infrastruktur hanya tinggal 50 persen, karena
sisanya dibagi-bagi dalam proyek bancakan para koruptor.

Dampak dari korupsi ini tentu saja kualitas bangunan yang buruk sehingga dapat
mengancam keselamatan publik. Proyek infrastruktur yang sarat korupsi juga tidak akan
bertahan lama, cepat rusak, sehingga harus dibuka proyek baru yang sama untuk dikorupsi
lagi. KPK mencatat, korupsi di sektor ini terjadi dari tahapan perencanaan, proses pengadaan,

4
hingga pelaksanaan. Di tahap perencanaan, koruptor sudah mencari celah terkait kepastian
anggaran, fee proyek, atau cara mengatur pemenang tender. Pada pelaksanaan, terjadi
manipulasi laporan pekerjaan atau pekerjaan fiktif, menggerogoti uang negara.

4. Korupsi Meningkatkan Kemiskinan

Kemiskinan berdasarkan klasifikasi Badan Pusat Statistik dibagi menjadi empat kategori,
yaitu:

1. Kemiskinan absolut
Warga dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup memenuhi kebutuhan
pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk dapat
hidup dan bekerja dengan layak.

2. Kemiskinan relatif
Merupakan kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan yang dapat menyebabkan
ketimpangan pendapatan. Standar kemiskinan relatif ditentukan dan ditetapkan secara
subyektif oleh masyarakat.

3. Kemiskinan kultural
Merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor adat atau budaya yang membelenggu
sehingga tetap berada dalam kondisi miskin.

4. Kemiskinan struktural
Merupakan kemiskinan yang terjadi akibat ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok
masyarakat tertentu terhadap sistem yang tidak adil sehingga mereka tetap terjebak dalam
kemiskinan.

Korupsi yang berdampak pada perekonomian menyumbang banyak untuk meningkatnya


kemiskinan masyarakat di sebuah negara. Dampak korupsi melalui pertumbuhan ekonomi
adalah kemiskinan absolut. Sementara dampak korupsi terhadap ketimpangan pendapatan
memunculkan kemiskinan relatif.

Alur korupsi yang terus menerus akan semakin memunculkan kemiskinan masyarakat.
Korupsi akan membuat masyarakat miskin semakin menderita, dengan mahalnya harga
pelayanan publik dan kesehatan. Pendidikan yang buruk akibat korupsi juga tidak akan
mampu membawa masyarakat miskin lepas dari jerat korupsi.

5. Dampak Korupsi Terhadap Budaya

Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat. Ketika korupsi
telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya sebagai hal lumrah dan

5
bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi mengakar di tengah
masyarakat sehingga menjadi norma dan budaya.

Beberapa dampak korupsi terhadap budaya pernah diteliti oleh Fisman dan Miguel
(2008), Barr dan Serra (2010). Hasil penelitian Fisman dan Miguel (2008) menunjukkan
bahwa diplomat di New York dari negara dengan tingkat korupsi tinggi cenderung lebih
banyak melakukan pelanggaran parkir dibanding diplomat dari negara dengan tingkat
korupsi rendah. Perilaku ini dianggap sebagai indikasi budaya.

Sementara hasil penelitian Barr dan Serra (2010) menunjukkan bahwa data di Inggris
memberikan hasil serupa yaitu adanya hubungan positif antara tingkat korupsi di negara asal
dengan kecenderungan para imigran melakukan penyogokan. Ketika masyarakat permisif
terhadap korupsi, maka semakin banyak individu yang melanggar norma antikorupsi atau
melakukan korupsi dan semakin rendah rasa bersalah.

C. Dampak Negatif Korupsi Terhadap Partai Politik

Pendapatan yang dinilai tidak mencukupi, bisa menjadi penyebab terjadinya korupsi
dilakukan seseorang. Selanjutnya pada aspek politis, penyebab terjadinya korupsi karena
kepentingan politik serta haus kekuasaan, ingin meraih dan mempertahankan jabatan.

Tingginya biaya politik di Indonesia untuk menjadi wakil rakyat ataupun kepala daerah
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi. Wakil Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata menyampaikan hal itu dalam
sambutannya pada program politik cerdas berintegritas (PCB) di Gedung Pusat Edukasi
AntiKorupsi KPK, Kamis (30/6/2022).

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata menyampaikan


hal itu dalam sambutannya pada program politik cerdas berintegritas (PCB) di Gedung Pusat
Edukasi AntiKorupsi KPK, Kamis (30/6/2022). Menurut Alex, untuk menjadi anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), maupun
gubernur butuh dana hingga miliaran rupiah.

6
Menurut Alex, untuk menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), maupun gubernur butuh dana hingga miliaran
rupiah. "Biaya politik kita itu mahal, untuk menjadi anggota DPRD, DPR, bahkan kepala
daerah, enggak ada yang gratis bapak ibu sekalian," ujar Alex. "Biaya politik kita itu
mahal, untuk menjadi anggota DPRD, DPR, bahkan kepala daerah, enggak ada yang
gratis bapak ibu sekalian," ujar Alex.

Adapun Dampak-dampak Korupsi Pada Politik

1. Pemimpin Koruptor

Adanya praktik suap dari para calon-calon pemimpin partai saat pesta demokrasi
akan membuat bayangan bahwa mereka juga akan menjadi calon koruptor. Tradisi ini
sudah lama terjadi, para calon pemimpin selalu memberikan uang ataupun dalam bentuk
sembako agar masyarakat memilih dia saat pemilihan.

2. Publik Tidak Lagi Percaya Demokrasi

Korupsi juga menyebabkan publik tidak lagi percaya pada demokrasi. Semua pejabat
negara, legislatif, maupun petinggi pejabat negara tidak lagi dipercaya oleh publik karena
banyaknya koruptor dari dalam sana. Bahkan publik bisa saja tidak akan memilih
siapapun saat pemilihan umum karena tindakan korupsi ini, ini dapat jadi pertimbangan
publik. Keadaan seperti ini harus diatasi dengan kepemimpinan yang bersih, jujur, dan
adil.

3. Menguatnya Plutokrasi

Plutokrasi adalah sistem politik yang dikuasai oleh kamu yang memiliki modal besar.
Setiap perusahaan besar memiliki hubungan dengan partai-partai tertentu. Beberapa
pengusaha juga menjadi ketua partai politik tertentu. Ini membuat kepentingan
perusahaan dan partai menjadi tidak sesuai. Ketua partai ini dapat melakukan tindakan

7
suap dengan mudah jika mereka ingin menang karena banyaknya modal yang mereka
punya.

4. Kedaulatan Rakyat Hancur

Dunia politik hanya milik sekelompok orang di dalam partai politik saja. Mereka
akan terus bersaing dengan partai lain hanya untuk meraih kemenangan mereka semata.
Tentunya yang menang akan dapat menguasai semuanya. Hanya mereka-mereka lah
sekelompok orang di dalam partai politik yang menang, rakyat hanya ada pada
kemiskinan

Berdasarkan hasil kajian yang pernah dilakukan KPK dengan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) -sekarang BRIN- tahun 2016-2018 tentang biaya politik
di Indonesia. “Perilaku koruptif dari para kader parpol pada saat menjabat karena
tingginya biaya politik pada saat Pemilu atau Pilkada,” ujar Ghufron dalam acara
‘Bincang Staranas PK: Cegah Korupsi Politik, Bantuan Parpol Jadi Solusi?’, di Gedung
Merah Putih KPK,Oleh karenanya, setelah dipilih mereka akan cenderung melakukan
berbagai cara untuk mengembalikan modal tersebut," sambungnya

Dalam arahannya, Ghufron menjelaskan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2


Tahun 2008 tentang Partai Politik, sejatinya parpol memegang peranan penting di
Indonesia. Dimana, UU tersebut mengamanatkan lima fungsi strategis parpol dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

8
BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah yang saya sampaikan Bahwa tingginya biaya politik dalam negara saat
ingin menaikan jabatan diri sendiri,merasa tidak puas dengan apa yang mereka berikan
sehingga timbul lah rasa tidak ingin rugi, sehingga terjadi nya korupsi sebagai tanda
pengembalian dana yang telah di keluarkan sebelum menjabat.

Oleh sebab itu, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan dan mempertegas apabila
para kandidat yang ingin naik jabatan agar bersih dari hal-hal yang tidak lazim. Dengan
demikian bisa mengurangi sedikit demi sedikit adanya para koruptor yang akan
bermunculan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/download/389/71/1311

https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/07/01/08520261/tingginya-biaya-
politik-dan-potensi-korupsi-yang-ditimbulkan

https://nasional.sindonews.com/read/887533/13/kpk-sebut-perilaku-koruptif-para-
kader-parpol-dipicu-tingginya-biaya-politik-1663380540

https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220520-kenali-bahayanya-
dampak-korupsi-di-berbagai-bidang-ini

10

Anda mungkin juga menyukai