Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Sistem Pemerintahan Daerah " UPAYA OPTIMALISASI
PEMBERANTASAN TIDAN PIDANA KORUPSI " Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarena
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagiperkembangan dunia pendidikan.

MAKASSAR, 03 DESEMBER 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………………………………………4


1.2 Rumusan masalah ………………………………………………………………………………………………………………………4

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………………………6

2.1 Pemberantasan korupsi merupakan focus utama ……………………………………………………………………..6

2.2 pemberantasan tindak pidana korupsi yang optimal…………………………………………………………………8

2.3 kontribusi optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi terhadap peningkatan


kesejahteraaan masyarakat dalam rangka ketahanan nasional……………………………………..………………..11

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………13

3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………………………13

3.2 SARAN……………………………………………………………………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………….14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejak reformasi bergulir tahun 1998 yang lalu hingga kini, berita tentang korupsi makin
gencar. Berbagai harian (surat kabar) di Indonesia hampir tiap hari dalam terbitannya
memberitakan peristiwa korupsi. Dalam berita tersebut, korupsi tidak hanya melanda
kehidupan politik, tetapi juga ekonomi dan sosial. Pelaku yang ditindak oleh aparat tidak
hanya para pelaku bisnis, tetapi juga mereka yang berasal dari kalangan birokrasi dan
pemerintahan, DPR, DPRD, bahkan pula kalangan kampus perguruan tinggi dan sekolah.
Rakyat kecil pun, seperti pedagang beras, pedagang buah, kondektur bus, sopir angkutan,
dan tukang becak pun turut melakukan korupsi kecil-kecilan. Korupsi tampaknya sudah
menjadi budaya masyarakat Indonesia.

Korupsi sesungguhnya bukan merupakan penyakit di luar diri bangsa. Ia adalah penyakit
bawaan, sebab benih-benih korupsi sudah ada dalam tubuh bangsa Indonesia tidak hanya
pada masamasa ketika Indonesia dijajah bangsa kolonial, tetapi juga sudah berlangsung
pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan nusantara. Upaya untuk mencegah meluasnya
perbuatan korupsi dan tindakan hukum untuk mengatasinya pun telah dilakukan pada masa
kerajaan-kerajaan nusantara. Azra (2006: viii) menulis bahwa pada masa kerajaan Islam
nusantara, Undang-Undang Melaka yang digunakan sebagai rujukan hukum di beberapa
kerajaan Islam di wilayah Sumatera, secara eksplisit memuat hukum larangan suapmenyuap.
Bahkan segala macam hadiah yang diperuntukkan bagi hakim termasuk pemberian makanan
dan uang yang bersumber dari baitul mal dianggap sebagai suap dan tegas-tegas haram
hukumnya. Korupsi menjadi salah satu masalah yang serius di tubuh pemerintahan. Ia tidak
hanya merupakan masalah lokal, tetapi sudah menjadi fenomena internasional yang
memengaruhi seluruh masyarakat dan merusak seluruh sendi kehidupan.

3
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Pemberantasan korupsi merupakan fokus utama?
2. Apa saja Strategi Cara Pemberantasan Korupsi?
3. Apa yang dimaksud pemberantasan tindak pidana korupsi yang optimal?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui yang dimaksud Pemberantasan korupsi merupakan fokus utama.
2. Megetahui strategi cara pemberantasan korupsi.
3. Mengetahui yang dimaksud pemberantasan tindak pidana korupsi yang optimal.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemberantasan korupsi merupakan fokus utama

A. Strategi cara pemberantasan korupsi dan cara pencegahannya

Korupsi masih menjadi masalah yang kompleks di banyak negara, termasuk Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan indeks persepsi korupsi yang tinggi. Periode tahun 2014
sampai sekarang, perkara korupsi yang ditangani KPK sebanyak 618 kasus. Transparency
International Indonesia telah merilis Indeks Persepsi Korupsi yang menunjukkan posisi Indonesia di
peringkat 96 dari 180 negara pada awal tahun 2022. Korupsi di Indonesia erat kaitannya dengan
aspek suap, pengadaan barang dan jasa, serta penyalahgunaan dana yang lazim dilakukan oleh pihak
swasta dan pegawai pemerintah.

Oleh karena itu, upaya anti korupsi sangat penting. Pemberantasan korupsi tidak cukup
hanya dengan satu komitmen. Komitmen ini harus diterjemahkan ke dalam strategi pengurangan
korupsi yang komprehensif. Upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan secara preventif, terdeteksi
dan jera.

Selain merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak
sistem perekonomian. Akibatnya, apa yang tersisa untuk membuat negara kita kaya masih belum
kita bisa mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Semua potensi itu tampaknya tidak ada artinya.
Pelayanan publik yang buruk, tingkat kesehatan yang rendah, pendidikan yang tidak memadai,
tingkat kecemasan masyarakat, dan banyak indikator negara sejahtera lainnya belum mencapai.
Dengan kata lain, harapan Indonesia, negara impian masih jauh dari harapan.

Strategi Cara Pemberantasan Korupsi

1.Represif

Melalui strategi represif, KPK menjerat koruptor ke meja hijau, membacakan tuntutan, serta
menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan. Inilah tahapan yang dilakukan:

a. Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat

Bagi KPK, pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber informasi terpenting.
Sebagian besar kasus korupsi ditemukan melalui pengaduan masyarakat. Sebelum memutuskan

5
apakah suatu pengaduan dapat masuk ke tahap penyidikan, KPK melakukan proses verifikasi dan
review.

b. Penyelidikan

Kegiatan yang dilakukan KPK bertujuan untuk menemukan. Alat bukti yang cukup. Bukti
permulaan yang cukup dianggap ada jika ditemukan sedikitnya 2 alat bukti. Jika bukti permulaan
yang cukup tidak ditemukan, penyidik 2 menghentikan penyelidikan. Jika kasus tersebut diusut, KPK
akan melakukan sendiri penyidikan atau dapat melimpahkan kasus kepada penyidik, kepolisian atau
kejaksaan. Jika penyidikan dilimpahkan ke kepolisian atau kejaksaan, maka polisi atau kejaksaan
wajib mengoordinasikan dan melaporkan perkembangan penyidikan kepada KPK.

c. Penyidikan

Tahap ini salah satunya ditandai dengan penetapan seseorang sebagai tersangka. Jika ada
dugaan kuat bahwa ada bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat menyita izin ketua pengadilan
negeri.Pasal juga memungkinkan penyidik KPK untuk terlebih dahulu memperoleh izin untuk
memanggil tersangka atau menahan tersangka yang pejabat publik yang menurut undang-undang,
tindakan polisi terhadap mereka harus diperoleh terlebih dahulu.

Untuk kepentingan penyidikan, tersangka wajib memberikan keterangan kepada penyidik


tentang segala harta bendanya dan harta benda pasangannya, anak-anaknya dan harta benda orang
lain atau perusahaan yang diketahui atau dicurigai orang itu.

Terkait dengan perilaku koruptif tersangka. KPK tidak berwenang mengeluarkan . perintah
penghentian penyidikan dan penuntutan kasus korupsi. Artinya, setelah KPK menetapkan orang
sebagai tersangka, prosesnya harus dilanjutkan hingga penuntutan.

d. Penuntutan

Penuntutan dilakukan oleh penuntut umum setelah penyidik menerima berkas. Dalam
waktu 1 hari kerja setelah menerima berkas, berkas tersebut harus diserahkan ke pengadilan negeri.
Dalam hal ini, Penuntut Umum KPK dapat melakukan penahanan terhadap tersangka selama 20 hari
dan dapat diperpanjang lagi dengan izin pengadilan untuk paling lama 30 hari. Pelimpahan ke
Pengadilan Tipikor disertai berkas perkara dan surat dakwaan. Dengan dilimpahkannya ke
pengadilan, kewenangan penahanan secara yuridis beralih ke hakim yang menangan

6
B. Upaya pencegahan korupsi menjadi fokus utama

Pasca-reformasi pemberantasan korupsi telah menjadi fokus utama pemerintah. Berbagai


upaya ditempuh baik untukmencegah maupun untuk menindak tindak pidana korupsi secara
serentak oleh pemegang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Di dalam Rencana Strategi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, ada enam (6) strategi nasional yang telah
dirumuskan, yaitu:

1. Pencegahan

2. Penegakan hukum

3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan

4. Kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tindak pidana korupsi

5. Pendidikan budaya antikorupsi

6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi dalam bukunya mengenai panduan memberantas korupsi


dengan mudah dan menyenangkan, mengelompokkan strategi pemberantasan korupsi tersebut ke
dalam 3 strategi berikut:

1. Strategi Represif Strategi ini adalah strategi penindakan tindak pidana korupsi di mana seseorang
diadukan, diselidiki, disidik, dituntut, dan dieksekusi berdasarkan saksi-saksi dan alat bukti yang kuat.

2. Strategi Perbaikan Sistem Perbaikan sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi. Caranya
dengan kajian sistem, penataan layanan publik melalui koordinasi, supervisi, pencegahan, serta
mendorong transparansi penyelenggara negara.

2.2 pemberantasan tindak pidana korupsi yang optimal

Pemberantasan korupsi merupakan prioritas utama guna meningkatkan kesejahteraan


rakyat dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta dalam rangka pencapaian
tujuan nasional.

7
Oleh karena itu kebijakan optimalisasi pemberantasan korupsi harus ditindaklanjuti dengan
strategi yang komprehensif, integral, dan holistik agar benar-benar dapat mencapai hasil yang
diharapkan. Menyimak penyebab terjadinya korupsi, dapat disimpulkan terkait aspek-aspek
manusia, regulasi, birokrasi, political will, komitmen, dan konsistensi penegak hukum serta budaya
masyarakat. Untuk itu secara garis besar strategi yang diterapkan meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:

a. Peningkatan Integritas dan Etika Penyelenggara Negara;

b. Pemantapan dan Percepatan Reformasi Birokrasi;

c. Penguatan Budaya Anti Korupsi Masyarakat; dan

d. Penegakan Hukum yang Tegas, Konsisten, dan Terpadu.

1). Peningkatan Integritas dan Etika Penyelenggara Negara dalam Rangka Mewujudkan Aparatur
Negara yang Profesional dan Berintegritas

Lemahnya integritas dan etika penyelenggara atau aparatur negara menjadi penyebab
utama terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan kewenangan atau kekuasaan. Aparatur negara
merupakan faktor utama keberhasilan pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
bersih, dan bebas Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Tanpa aparatur yang berintegritas dan beretika
mustahil.program kerja pemerintah dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, salah satu aspek utama
dari program reformasi birokrasi ialah reformasi aspek sumber daya manusia (SDM), karena aspek
inilah yang nantinya akan mengimplementasikan atau menggerakkan semua program reformasi
birokrasi.

Namun demikian, pembangunan integritas dan etika aparatur negara tidak dapat dilakukan
secara singkat hanya melalui program reformasi birokrasi belaka. Pembangunan integritas dan etika
aparatur negara harus dilakukan secara simultan, sejak di bangku sekolah hingga pendidikan-
pendidikan kedinasan. Oleh karena itu, perlu ada reorientasi kurikulum pendidikan formal dan
pendidikan kedinasan dengan memasukkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, baik yang bersumber
dari agama, budaya maupun ideologi bangsa yaitu Pancasila. Nilai-nilai luhur tersebut harus
diaktualisasikan dalam setiap kegiatan penyelenggaraan negara agar upaya membangun integritas
dan etika aparatur negara dapat diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari, hingga
akhirnya dapat membentuk aparatur negara yang profesional dan berdisiplin tinggi.

Aparatur negara yang berintegritas dan beretika merupakan salah satu syarat bagi
terwujudnya tata Kelola pemerintahan yang baik, bersih dan bebas KKN. Di banyak negara

8
penguatan integritas dan etika pejabat publik merupakan salah satu cara efektif untuk membangun
sikap dan kesadaran dalam memberantas atau setidak-tidaknya mengurangi korupsi secara efektif.
Lebih jauh lagi adanya integritas dan etika tersebut dapat memberikan dukungan bagi terwujudnya
good governance. Dengan demikian, maka penguatan integritas dan etika merupakan suatu
keharusan agar upaya pemberantasan korupsi dapat berjalan baik.

2.) Penegakan Hukum yang Tegas, Konsisten, dan Terpadu Dalam Rangka Mewujudkan
Keadilan,Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan, Yaitu Timbulnya Efek Jera Bagi Koruptor dan
Mencegah Calon Koruptor

Penegakan hukum yang konsisten dan terpadu sangat penting bagi terwujudnya pilar-pilar
keadilan dan kepastian hukum. Pilar-pilar keadilan dan kepastian hukum merupakan pondasi utama
berjalannya proses demokratisasi. Demokratisasi merupakan salah satu prinsip dari tata Kelola
pemerintahan yang baik, sebab demokratisasi membuka ruang bagi masyarakat untuk turut
berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara. Selain itu, kepastian hukum juga sangat diperlukan
bagi kalangan usaha dalam berinvestasi dalam suatu negara. Sebab tanpa adanya kepastian hukum,
maka resiko berusaha tidak dapat diprediksi sehingga dapat menurunkan iklim investasi. Kecilnya
angka investasi akan memperkecil lapangan kerja baru bagi masyarakat, sehingga akan terjadi
banyak pengangguran yang berpotensi menimbulkan ancaman dan gangguan bagi keamanan.
Selanjutnya, penegakan hukum yang konsisten dan terpadu juga akan membawa
kemanfaatan bagi masyarakat yaitu timbulnya efek jera, sehingga dapat mencegah seseorang yang
hendak melakukan korupsi. Manfaat lainnya ialah tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap
upaya penegakan hukum dan aparatur penegak hukum, sehingga dukungan masyarakat terhadap
lembaga penegak hukum akan menguat. Sebaliknya bila terjadi inkonsistensi dan ketidakterpaduan
dalam penegakan hukum, masyarakat akan menilai bahwa dalam proses penegakan hukum terjadi
tarik menarik kepentingan, sehingga kepercayaan kepada penegak hukum akan melemah.
Implikasinya, hal ini akan melemahkan budaya hukum dan kepatuhan terhadap hukum oleh
masyarakat.

Dengan demikian tidak seharusnya pemberantasan tindak pidana korupsi hanya ditumpukan
pada satu lembaga saja. Bahkan para penegak hukum sadar akan pentingnya keterpaduan dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi dengan dituangkannya suatu kesepakatan bersama antara
Kejaksaan RI, Polri, dan KPK Nomor : KEP-049/A/JA/03/2012, B/23/III/2012, Nomor : SPJ-
39/01/03/2012, tanggal 29 Maret 2012. Adapun ruang lingkup kesepakatan bersama tersebut
meliputi :

a) Pencegahan tindak pidana korupsi;

9
b) Penanganan perkara tindak pidana korupsi;

c) Pengembalian kerugian negara perkara tindak pidana korupsi;

d) Perlindungan hukum bagi pelapor dan saksi pelaku yang bekerjasama (whistle

blower atau justice collaborator) dalam pengungkapan tindak pidana korupsi;

e) Bantuan personil dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi;

f) Pendidikan/pelatihan bersama dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi;

2.3 kontribusi optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi terhadap peningkatan


kesejahteraaan masyarakat dalam rangka ketahanan nasional.

Peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi ialah menyampaikan
saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum yang menangani perkara
korupsi. Memperoleh jawaban atas pertanyan tentang laporan yang diberikan kepada penegak
hukum. Memperoleh penegak hukum.

Partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi memiliki


landasan hukum yang jelas. Partisipasi tersebut tidak hanya diatur dalam UU Korupsi, tetapi juga
diatur dalam UU tentang Penyelenggara Negara. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme
dijelaskan bahwa peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan hak dan
tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan penyelenggara negara yang bersih. Dalam pasal
9 ayat (1) UU tersebut disebutkan bahwa peran serta masyarakat untuk mewujudkan penyelenggara
negara yang bersih diwujudkan dalam bentuk:

1. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang penyelenggara negara;

2. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara;

3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
penyelenggara negara;

4. Hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal: melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud
dalam nomor 1, 2, dan 3 serta diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan di siding
pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli, sesuai dengan ketentuan peraturan

10
perundang-undangan yang berlaku (Direktorat Pembinaan Jaringan Kerjasama Antar Komisi dan
Instansi KPK, 2006: 156).

Agar peran serta masyarakat berjalan efektif, maka partisipasi tersebut harus dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan menciptakan koalisi strategis antar-elemen masyarakat.
Sejumlah tokoh masyarakat dan figur dari berbagai kalangan yang berpengaruh, seperti pekerja seni,
artis, musisi, guru, dosen, pekerja sosial, pendeta, ulama, mahasiswa, dan tokoh-tokoh masyarakat
lainnya dapat bekerjasama untuk menjadi kekuatan penekan (pressure power) terhadap keseriusan
pemerintah dalam memberantas korupsi atau setidaknya sebagai kekuatan sipil dalam
mengembangkan benih-benih perilaku antikorupsi yang dalam jangka panjang dapat menciptakan
generasi dan masyarakat berbudaya antikorupsi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis serta hasil pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan
bahwa pemberantasan tindak pidana korupsi sangat penting untuk diwujudkan, karena
melalui pendidikan inilah berlangsung pembinaan terhadap para masyarakat yaitu sebagai
dan termasuk kontribusi dalam suatu negara.
Apabila satuan masyarakat menanamkan dan membina sikap anti korupsi maka akan
melahirkan generasi yang dapat mengatakan tidak untuk korupsi. Tujuan pemberantasan
antikorupsi, tidak lain untuk membangun karakter jujur agar di negara kita ini tidak
melakukan korupsi. Anak-anak juga dapat menjadi promotor pemberantas korupsi. Karena
itu, sejak usia dini generasi muda perlu ditanamkan mental antikorupsi serta nilai-nilai yang
baik. Pendidikan antikorupsi itu nantinya terdapat dalam pendidikan karakter bangsa.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang “PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
YANG OPTIMAL” ini diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang apa saja
strategi dan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi sekaligus peran dan kontribusi
masyarakat yang dapat mencegah tindak pidana korupsi di negara kita ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

 https://media.neliti.com/media/publications/282159-optimalisasi-pemberantasan-korupsi
di-in-6faf3218.pdf
 https://nasional.kompas.com/read/2022/03/26/02000091/upaya-pencegahan-korupsi
 https://www.gramedia.com/best-seller/strategi-cara-pemberantasan-korupsi/
 https://www.hukumonline.com/berita/a/ini-dia-3-fokus-strategi-nasional-pencegahan-
korupsi-lt5b58670a46155

13
14

Anda mungkin juga menyukai