Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“AUDIT KHUSUS DAN FORENSIK”

DISUSUN OLEH:

KARTYANINGSIH BELA A062202007


HASMAWATI TIMPA A062202018

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit Khusus dan Forensik”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang
membawa kedamaian dan rahmat untuk alam semesta.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik Lanjutan oleh Ibu Dr. Nirwana. SE.,M.Si., Ak. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi yang bermanfaat bagi penulis dan juga bagi semua pihak untuk
pengembangan wawasan danilmu pengetahuan.

Makassar, 22 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2


A. Pengertian Audit Forensik ................................................................................................ 2
B. Tujuan dan Praktik Ilmu Aduit Forensik ............................................................................ 2
C. Tugas Auditor Forensik .................................................................................................... 4
D. Peran Penting Auditor Forensik ........................................................................................ 4
E. Proses Audit Forensik ..................................................................................................... 5
F. Alasan Diperlukannya Audit Forensik .............................................................................. 6
G. Perbandingan Audit Forensik dengan Audit Tradisional (Keuangan) ................................. 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 8


A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, berkembang pula praktek
kejahatan dalam bentuk kecurangan (froud) ekonomi. Jenis froud yang terjadi pada berbagai
negara biasanya berbeda, karena dalam hal ini praktek froud antara lain di pengaruhi jenis
hukum di Negara yang bersangkutan. Pada negara maju dengan kehidupan ekonomis yang
stabil, praktik froud cenderung memiliki modus yang sedikit dilakukan. Sedangkan pada Negara
berkrmbang seperti Indonesia ,praktik fround cenderung memiliki modus banyak untuk
dilakukan.
Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Praktek ini
tumbuh pesat, tak lama setelah terjadi krisis keuangan tahun 1977 Pada mulanya, di Amerika
Serikat, Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan hukum, maka istilah yang
dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya masih
terlihat, misalkan dalam perhitungan ganti rugi, baik dalam konteks keuangan Negara, maupun
di antara pihak-pihak dalam sengketa perdata.
Peran audit forensik dalam mengungkap kecurangan di Indonesia dari waktu ke waktu
semakin terus meningkat. Audit forensik banyak diterapkan ketika Komisi Pemeberantasan
Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum yang diperlukan untuk menagani kasus-kasus
korupsi yang dilaporkan kepada instansi tersebut. Audit forensik juga digunakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Kepolisian, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), serta Inspektorat Jenderal Kementerian untuk menggali informasi selama proses
pelaksanaan audit kecurangan (fraud audit) atau audit investigasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan audit forensik?
2. Apakah tujuan dan tugas auditor forensik
3. Apakah peran penting auditor forensik?
4. Bagaimana proses audit forensik?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian aduit foresik
2. Untuk mengetahui proses audit forensik
3. Untuk mengetahui peran penting auditor forensik
4. Untuk mengetahui tujuan dan tugas aduit forensik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AUDIT FORENSIK


Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk
membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal
yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting/auditing
merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal yang sama,
yaitu: “Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative skills to
provide quantitative financial information about matters before the courts”.
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA)
Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang
dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif.
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan criteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan. Karena sifat dasar dari audit forensik
yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit
forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk
memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik
digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau
kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal
terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan.
Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.
B. TUJUAN DAN PRAKTIK ILMU ADUIT FORENSIK
Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis kecurangan
(fraud). Penggunaan auditor untuk melaksanakan audit forensik telah tumbuh pesat.
Untuk mendukung proses identifikasi alat bukti dalam waktu yang relatif cepat, agar dapat
diperhitungkan perkiraan potensi dampak yang ditimbulkan akibat perilaku jahat yang dilakukan
oleh kriminal terhadap korbannya, sekaligus mengungkapkan alasan dan motivitasi tindakan
tersebut sambil mencari pihak-pihak terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dengan perbuatan tidak menyenangkan dimaksud.
Sedangkan praktik ilmu audit forensik adalah sebagai berikut yaitu sebagai berikut:

2
1. Penilaian Risiko Fraud
Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensi
yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan
swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan dinilainya
risiko terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang
bisa menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.
2. Deteksi dan Investigasi Fraud
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya fraud
dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum yang
berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang,
penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya.
3. Deteksi Kerugian Keuangan
Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan
negara yang disebabkan tindakan fraud.
4. Kesaksian Ahli (Litigation Support)
Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang
berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang
dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data
pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
5. Uji Tuntas (Due diligence)
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna
penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna
memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai
kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan
KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud
Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam
lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya
digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi
saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi
risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.
Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi hasil
yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK maupun
KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu mengungkap
penyimpangan BLBI sebesar Rp 84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar Rp 144,5

3
Trilyun. Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank swasta
nasional. Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank Century yang
dilakukan BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena faktor politis yang
sedemikian kental dalam kasus tersebut.
C. TUGAS AUDITOR FORENSIK
Seorang auditor forensik harus memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud
Examiner (CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk
sertifikasi dari lembaga Dalam Negeri. Dengan sertifikasi tersebut menunjukkan seseorang
dimaksud telah mempunyai kemampuan khusus atau spesialis dalam mencegah dan
memberantas kejahatan perbankan atau fraud lainnya. Sertifikat CFE maupun CFr.E
merupakan wujud sebuah pengakuan dengan standar tertinggi yang memiliki keahlian dalam
semua aspek dari profesi antifraud.
Auditor forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation).
Disamping tugas auditor forensik untuk memberikan pendapat hukum dalam pengadilan
(litigation), ada juga peran auditor forensik dalam bidang hukum di luar pengadilan (non
litigation), misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam
sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak
pemutusan/pelanggaran kontrak.
Akuntansi forensik dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
1. Jasa Penyelidikan (Investigative Services)
Jasa Penyelidikan mengarahkan pemeriksa penipuan atau auditor penipuan, yang mana
mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penipuan, dan misinterpretasi
2. Jasa Litigasi (Litigation Services)
Jasa litigasi merepresentasikan kesaksian dari seorang pemeriksa penipuan dan jasa-jasa
akuntansi forensik yang ditawarkan untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang dialami
dalam kasus perceraian. Sehingga, tim audit harus menjalani pelatihan dan diberitahu
tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di dalam praktek audit dan kebutuhan akan
adanya spesialis forensik untuk membantu memecahkan masalah.
D. PERAN PENTING AUDITOR FORENSIK
Dalam beberapa artikel dan literatur, pembahasan Audit forensik lebih mengarah ke kasus
kecurangan (fraud) kepada kasus pembuktian penyimpangan keuangan atau korupsi. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan, audit forensik diperlukan untuk pembuktian pada kasus-
kasus penipuan.
Audit Forensik dapat diterapkan dalam kasus :

4
1. Kecurangan bisnis atau kecurangan pegawai seperti transaksi tidak sah,manipulasi laporan
keuangan.
2. Investigasi kasus kriminal seperti Money-laundering , kejahatan asuransi.
3. Perselisihan antar pemegang saham atau partnership.
4. Kerugian bisnis atau perusahaan.
5. Perselisihan perkawinan.
Objek audit forensik adalah informasi keuangan yang mungkin (diduga) mengandung
unsur penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud bisa berupa tindakan merugikan
keuangan perusahaan, seseorang, atau bahkan negara. Temuan audit dari hasil pemeriksaan
ini bisa dijadikan salah satu alat bukti bagi penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan
suatu kasus hukum perdata. Tidak menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan
bukti baru untuk tindakan yang menyangkut hukum pidana, seperti penipuan.
Dalam kasus semacam ini, auditor dituntut harus benar-benar independen. Meskipun
penugasan auditdiberikan oleh salah satu pihak yang bersengketa, independensi auditor harus
tetap dijaga. Auditor tidak boleh memihak pada siapa-siapa. Setiap langkah, kertas kerja,
prosedur, dan pernyataan auditor adalah alat bukti yang menghasilkan konskuensi hukum pada
pihak yang bersengketa.
E. PROSES AUDIT FORENSIK
1. Identifikasi Masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak
diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang
lingkup sehingga audit bisa dilakukan secara tepat sasaran.
2. Pembicaraan dengan Klien
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup,
kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap penugasan audit..
3. Pemeriksaan Pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil
pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what,
where, when, why, how, and how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi
minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini
auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.
4. Pengembangan Rencana Pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit,
prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah

5
diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian
akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien.
5. Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa
atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-
teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud
tersebut.
6. Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam
laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain
adalah:
 Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
 Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena
itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan.
 Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup
sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.
F. ALASAN DIPERLUKANNYA AUDIT FORENSIK
Mencoba menguak adanya tindak pidana korupsi dengan audit biasa (general audit atau
opinion audit) sama halnya mencoba mengikat kuda dengan benang jahit. BPK perlu alat yang
lebih dalam dan handal dalam membongkar indikasi adanya korupsi atau tindak
penyelewengan lainnya di dalam Pemerintahan ataupun dalam BUMN dan BUMD salah satu
metodologi audit yang handal adalah dengan metodologi yang dikenal sebagai Akuntansi
forensik ataupun Audit Forensik.
Audit forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau mengungkap
motif pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah
yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat
ini pun kadar akuntansi masih kelihatan, misalnya dalam perhitungan ganti rugi baik dalam
pengertian sengketa maupun kerugian akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi
forensik menangani fraud khususnya dalam pengertian corruption dan missappropriation of
asset.
Profesi ini sebenarnya telah disebut dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) pasal 179 ayat (1) menyatakan: ”Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan”’. Orang sudah mahfum profesi dokter yang disebut dalam peraturan diatas yang

6
dikenal dengan sebutan dokter ahli forensik, namun ”ahli lainnya” yang dalam ini termasuk juga
akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai akuntan forensik.
G. PERBANDINGAN AUDIT FORENSIK DENGAN AUDIT TRADISIONAL (KEUANGAN)
Perbandingan antar kedua audit tesebut dapat dilihat pada table di bawah ini:
AUDIT TRADISIONAL AUDIT FORENSIK
Waktu Berulang Tidak berulang
Lingkup Laporan Keuangan secara umum Spesifik
Membuktikan fraud
Hasil Opini
(kecurangan)
Adversarial (Perseteruan
Hubungan Non-Adversarial
hukum)
Metodologi Teknik Audit Eksaminasi
Standar Audit dan Hukum
Standar Standar Audit
Positif
Praduga Professional Scepticism Bukti awal

Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah pada
masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik audit yang
digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa dokumen,
observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang
digunakan sangatlah kompleks.
Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara spesifik untuk
menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang bersifat mendeteksi fraud
secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level mencari tahu siapa pelaku fraud. Oleh
karena itu jangan heran bila teknik audit forensik mirip teknik yang digunakan detektif untuk
menemukan pelaku tindak kriminal. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah metode
kekayaan bersih, penelusuran jejak uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan,
analisa kamera tersembunyi (surveillance), wawancara mendalam, digital forensic, dan
sebagainya.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tujuan audit forensik sangat khusus sehingga penyusunan program maupun pelaksanaan
auditnya sangat berbeda dengan audit biasa karena digunakan untuk mengumpulkan bukti-
bukti yang cukup dan kompeten sehingga kasus kriminal yang sedang ditangani dapat
terungkap.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya amat dibutuhkan auditor-auditor yang memiliki
karakteristik khusus seperti memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner
(CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi
dari lembaga Dalam Negeri yang bisa di percaya untuk mengungkapkan informasi yang akurat,
obyektif, dan dapat menemukan adanya penyimpangan. Kasus yang biasa di hadapi
penyelewengan terhadap catatan-catatan akuntansi, penyimpangan prosedur akuntansi dan
korupsi, juga memeriksa kasus-kasus tuntutan perdata seperti ganti rugi, asuransi,
persengketaan pemegang saham dan perusahaan sampai pada gugatan pembagian harta
akibat perceraian.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://elishhaumahu.blogspot.com/2013/05/makalah-audit-forensik.html
http://chalisjr.blogspot.com/2018/03/makalah-audit-forensik.html
https://www.coursehero.com/u/file/48924085/Teori-Audit-
ForensikMakalahdocx/?justUnlocked=1#question
https://www.academia.edu/34749021/MAKALAH_AUDIT_FORENSIK
https://www.researchgate.net/publication/313777283_AUDIT_KHUSUS_DAN_AUDIT_FORENSIK
_TANTANGAN_DAN_PELUANG_BAGI_AUDITOR_INDEPENDEN/link/58a5ea31a6fdcc0e077268
51/download

Anda mungkin juga menyukai