Anda di halaman 1dari 16

AUDIT PERBANKAN

D3 Keuangan & Perbankan

Dosen Pengampu : Norra Isnasia Rahayu,SE.,MSA.,Ak.,CA

“PROSEDUR PENILAIAN RISIKO”

Kelompok 3 :

Dina Astriani 200303016


Jalilah Aini 200303018
Riska Diana 200303017

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dengan Mengucapkan Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, kami bersyukur telah
diberi kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Dan tak lupa
kami sampaikan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW agar kita mendapat syafaatnya
di hari akhir kelak. Kami juga bersyukur atas nikmat kesehatan yang telah diberikan Allah
SWT kepada kami, sehingga Makalah “PROSEDUR PENILAIAN RISIKO” dapat kami
selesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
semester 4 kami, Audit Perbankan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.

Kami menyadari makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan mungkin perlu
adanya penyempurnaan untuk melengkapi segala kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami
terbuka apabila ada yang ingin menyampaikan kritik ataupun saran pembaca agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Maka apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah
ini, terkait penulisan atau apapun, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarukatuh

Pekanbaru, 02 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii

Halaman Utama
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prosedur Penilaian Risiko......................................................................................5
2.2 Bukti Audit............................................................................................................9
2.3 Observasi Dan Inspeksi.......................................................................................12
2.4 Sumber Lain Mengenai Risiko............................................................................13

BAB III PENUTUP


Kesimpulan......................................................................................................................15
Daftar Pustaka..................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Risiko merupakan potensi yang menimbulkan kerugian. Bagi sebagian besar orang
merupakan satu kata yang menakutkan. Respon pertama terhadap risiko adalah
HINDARI!!!!. Tidak ada yang salah dengan respon tersebut karna secara naluri manusia
cenderung menginginkan hasil yang baik dan menghindari akibat yang buruk (Ferry N.
Idroes).

Masalahnya adalah manusia dalam mempertahankan eksistensi kehidupannya harus


melakukan aktivitas. Tanpa aktivitas, tidak mungkin diperoleh hasil yang baik. Sebaliknya
pada setiap aktivitas terkandung risiko terjadinya akibat yang buruk. Sebagai contoh, untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik, seseorang harus bekerja. Aktivitas bekerja yang
memberikan keuntungan finansial, karier dan prestise pada gilirannya membutuhkan sesuatu
yang dikorbankan, seperti hilangnya waktu untuk bersenang-senang, gangguan kesehatan,
hingga kemungkinan hilangnya pekerjaan. Pengorbanan yang mungkin diderita itulah yang
disebut sebagai risiko. Dalam hal ini risiko merupakan konsekuensi dari aktivitas yang
dilakukan.

Prosedur penilaian risiko bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah
saji material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melaluipemahaman mengenai
entitas dan lingkungannya, termasuk pemahamanmengenai pengendalian intern dari entitas
tersebut. Prosedur penilaian risikomemberikan bukti audit untuk mendukung penilaian risiko
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa diperlukan prosedur penilaian risiko?


2. Mengapa diperlukan bukti audit
3. Bagaimana observasi dan inspeksi di dalam risiko?

1.3 Tujuan
 Untuk memahami prosedur penilain risiko
 Untuk memahami pembuatan bukti audit perbankan
 Untuk mengetahui observasi dan inspeksi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Penilaian Risiko

Prosedur penilaian risiko adalah prosedur audit yang dilakukan untuk memperoleh
pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas, untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.

Prosedur penilaian risiko bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemahaman mengenai
entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian intern dari entitas
tersebut.Prosedur penilaian risiko memberikan bukti audit untuk mendukung penilaian risiko
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Namun, bukti itu saja tidak cukup.
Bukti prosedur penilaian risiko harus dilengkapi dengan prosedur audit lanjutan yang
merupakan tanggapan atas risiko yang diidentifikasi, seperi pengujian pengendalian dan/atau
prosedur substantif. Auditor wajib melakukan prosedur penilaian resiko untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi.

Pemahaman entitas merupakan upaya yang berkesinambungan dan proses dan proses
yang dinamis dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi selama audit berlangsung.
Auditor menggunakan kearifan profesionalnya untuk menentukan prosedur penilaian risiko
yang harus dilaksanakannya, dan seberapa dalam ia perlu memahami entitas itu. Auditor
perlu melaksanakan prosedur penilaian risiko yang cukup untuk mengidentifikasi risiko
bisnis dan risiko kecurangan yang bisa berdampak pada salah saji material. Auditor
menyelidiki dengan seksama keadaan yang menimbulkan keraguan tentang kemampuan
entitas melanjutkan usahanya. Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko,auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang membuat kemampuan entitas
untuk mempertahankan bisnisnya diragukan. Ada 3 prosedur penilaian resiko, yaitu :

1. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of management


and others) Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang :
 Penilaian oleh manajemen tentang risiko salah saji material dalam laporan
keuangan karena kecurangan, termasuk sifat,luas dan berapa seringnya penilaian
tersebut dilakukan.
 Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangandalam entitas itu.
 Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam
entitas itu.

5
 Komunikasi manajemen dengan karyawan tentang pandangan manajemen
mengenai praktik praktik bisnis dan perilaku etis.

2. Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection)


Mempunyai 2 fungsi yaitu :
 Mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemen dan pihak pihak
lain
 Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya

3. Prosedur Analitikal (analytical procedures)


Prosedur ini membantu mengidentifikasi hal hal yang mempunyai implikasi
terhadap laporan keuangan dan audit. Prosedur analitikal juga dapat digunakan
sebagai prosedur audit dalam :
 Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan atau dapat disebut sebagai
prosedur analitikal substantif
 Melakukan reviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang akhir
audit.

Prosedur analitikal pada umumnya menggunakan data agregatif yang berarti hasil dari
prosedur analitikal hanya memberi indikasi awal yang sangat luas/umum mengenai terjadinya
salah saji yang bersifat material. Ketiga prosedur tersebut dilakukan selama berlangsungnya
audit. Dalam banyak situasi, hasil dari satu prosedur akan membawa pada prosedur lain.
Ketiga prosedur tersebut merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan oleh auditor
agar risiko salah saji material dapat teridentifikasi dan menjadikan informasi yang relevan
bagi entitas maupun pengguna eksternal.

Penilaian Risiko

1. Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk)


Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu
audit selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko risiko penugasan.
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau organisasi yang
membawahi auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit, walaupun laporan
audit sudah
benar. Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai setiap faktor
yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima Faktor faktor utama yang
mempengaruhi resiko penugasan dan mempengaruhi resiko yang audit yang dapat diterima
antara lain:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan
c. Integritas manajemen

2. Menilai Resiko Bawaan (Inheren Risk)

6
Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan
memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus mengevaluasi
informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor risiko inheren yang
tepat bagi setiap tujuan audit. Faktor faktor yang mempengaruhi risiko inheren :
a. Sifat bisnis klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Pemahaman auditor
atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini. b. Hasil audit sebelumnya
Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi
dalam audit tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil audit tahun
sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun berjalan.
c. Penugasan awal vs penugasan berulang
Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji
setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor menetapkan risiko inheren yang
tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat risikonya pada tahun berikutnya
karena telah semakin memahami klien.
d. Pihak pihak yang terkait
Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta manajemen dan
entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak yang terkait ini sangat tinggi karena
kemungkinan salah saji yang lebih besar.
e. Transaksi non rutin
Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan transaksi
rutin karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit.
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun memerlukan estimasi dan
banyak pertimbangan manajemen.

3. Menilai Risiko Deteksi (Detection Risk)


Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko deteksi
yang direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka lakukan.
a. Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan mengumpulkan
bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan saji .
b. Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi pengumpulan
bukti .

4. Menilai Resiko Pengendalian (Control Risk)


Auditor harusmemahami perancangan dan pengimplementasian pengendalian internal
untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian. Setelah memahami
pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian
sebagai bagian dari penilaian risiko secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran
ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji material atau
mendeteksi dan mengoreksinya jika terjadi. Banyak auditor menggunakan matriks risiko
pengendalian (control risk matrix) untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian.
Tujuannya adalah menyediakan cara yang mudah untuk mengatur penilaian risiko
pengendalian bagi setiap tujuan audit.

7
Langkah langkah dalam penilaian risiko pengendalian:
 Mengidentifikasi tujuan audit
 Mengidentifikasi pengendalian yang ada
 Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit
 Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang
signifikan dan kelemahan yang material
 Menghubungkan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material dengan
tujuan audit terkait.
 Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.

5. Menilai Risiko Kecurangan


Dalam menilai risiko kecurangan, SAS 99 memberikan pedoman bagi auditor.
Auditor harus mempertahankan sikap skeptisisme profesional ketika memepertimbangkan
serangkaian informasi termasuk faktor faktor risiko kecurangan, untuk dapat
mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan
a. Skeptisisme professional
Selama penugasan, bahwa tim auditor harus mempertahankan sikap dan pikiran yang
selalu mempertanyakan.

b. Evaluasi kritis atas bukti


Auditor harus menyelidiki secara mendalam permasalahan dan kemungkinan
kesalahan salah saji yang material karen kecurangan.

c. Komunikasi di antara tim audit


Diantara auditor dapat saling bertukar pendapat terutama dengan yang telah
berpengalaman mengenai penilaian risiko kecurangan, dan bagaimana kecurangan
kecurangan itu biasanya terjadi dalam organisasi atau entitas yang diaudit.

d. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen


Untuk menilai risiko kecurangan, auditor dapat menanyakan beberapa pertanyaan
secara langsung kepada manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi, sehingga
terbuka kesempatan datangnya informasi yang dalam kondisi lain tidak diungkapkan
oleh manajemen ataupun pihak lain dalam organisasi.

e. Prosedur analitis
Auditor harus melakukan prosedur analitis selama tahapan perencanaan audit dan
penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi kecurangan kecurangan.

f. Faktor faktor risiko


Untuk menilai resiko kecurangan, kondisi yang harus diperhatikan adalah adanya
faktor faktor risiko kecurangan (segitiga kecurangan/ fraud triangle), yaitu adanya
tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi.

Langkah prosedur penilaian risiko:

8
1) Prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait
2) Diskusi di antara tim perikatan.
3) Pemahaman yang diperlukan atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internal entitas
4) Setelah langkah-langkah di atas, auditor dapat mengidentifikasi langkah ke-4 dan ke-
5.
5) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan
keuangan dan asersi.
6) Risiko yang membutuhkan pertimbangan audit khusus. Di sini, auditor
mempertimbangkan:
 Apakah risiko tersebut merupakan risiko fraud atau kecurangan;
 Apakah risiko tersebut terkait dengan ekonomi signifikan, akuntansi, atau
perkembangan lainnya;
 Kompleksitas transaksi;
 Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak berelasi;
 Derajat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan; dan
 Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi tidak biasa yang signifikan.

7) Revisi Penilaian Risiko

2.2 Bukti Audit

Bukti audit atau yang lebih sering disebut dengan (Audit Evidence) merupakan segala
macam bentuk informasi-informasi penting yang dapat digunakan oleh para auditor sebagai
dasar acuan dalam memberikan opini mereka. Untuk menyatakan pendapatnya maka perlu
didukung bukti audit yang telah memenuhi kriteria antara lain :
• Cukup
Kecukupan pembuktian ditentukan oleh sejauh mana semua bukti telah dikumpulkan
telah meyakini auditor untuk mengambil suatu kesimpulan audit atas proses pengujian
yang dilakukan

• Relevan
Bukti yang relevan adalah bukti yang sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup audit.

• Kompeten
Bukti kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya sepenuhnya atau didukung oleh
bukti lainnya

Bukti-bukti audit dapat berbentuk nominal atau berupa pernyataan, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis atau berupa ucapan lisan yang sudah di konvensi agar menjadi
bentuk pernyataan yang tertulis dan lebih relevan dengan penyajian dari laporan keuangan.

Pengumpulan bukti-bukti audit yang sudah dilakukan sebelum terjadinya pemeriksaan


lapangan, lebih tepatnya pada saat terjadi audit plan atau semacam perencanaan audit.

9
Pemilihan bukti-bukti audit juga dapat mempengaruhi waktu terjadinya pemeriksaan,
sehingga diharapkan pada saat melakukan perencanaan audit, maka bukti yang akan dapat
diperiksa cukup mampu dalam memberikan berbagai informasi-informasi penting dan cukup
kompeten.

Bukti bahwa sebenarnya audit juga dapat diperoleh pada saat terjadi pemeriksaan.
Misalnya bukti-bukti yang telah diperoleh saat proses pengamatan, inspeksi, pengajuan
pertanyaan, dan juga konfirmasi atas kebenaran dari saldo. Dan seandainya masih terdapat
adanya sebuah kebijakan perusahaan yang dinilai akan beresiko untuk menyebabkan
terjadinya resiko dikemudian hari, maka pihak auditor masih perlu untuk mencatatnya pada
laporan manajemen yang kemudian harus meminta bagaimana tanggapan mereka.

Audit merupakan tindakan introgative, yaitu bertujuan untuk memeriksa tingkat kewajaran
dari laporan keuangan yang telah disajikan oleh pihak manajemen serta untuk memeriksa
bagaimana kepatuhanya terhadap Prinsip-Prinsip Akuntansi yang masih berlaku. Pada
kondisi tertentu pihak Auditor berhak untuk tidak memberikan pendapat apapun.

Berikut ini praktisi software accounting akan memberikan beberapa jenis dari bukti-bukti
audit beserta dengan penjelasannya:
a) Bukti Fisik
Merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, misalnya dari
hasil pemeriksaan persediaan, pemeriksaan kas, observasi dari aktiva tetap. Bukti-bukti fisik
ini memang seharusnya diperoleh dari pemeriksaan dan perhitungan obyek yang sudah
memiliki bentuk yang nyata.

b) Bukti Konfirmasi/Kesaksian
Adalah bukti yang sudah diperoleh dari berbagai tindakan-tindakan konfirmasi terhadap
pihak ketiga. Konfirmasi ini biasanya akan dilakukan untuk menanyakan bagaimana
kebenaran dari saldo yang telah disajikan pada laporan keuangan. Oleh karena bukti ini
dianggap sebagai salah satu bukti yang jauh lebih handal dari pada bukti-bukti yang sudah
diperoleh dari perusahaan, maka pihak yang akan menjadi sasaran dari surat konfirmasi
diharapkan akan mampu dalam memberikan pernyataan yang sebenarnya dan dengan
sejujur-jujurnya. Pihak-pihak yang telah dikirimkan surat konfirmasi, baik dari mitra bisnis
auditee misalnya suplier, konsumen dengan nilai piutang terbesar maupun dari pihak yang
independen misalnya kantor hukum.

c) Bukti Analitis
Bukti analitis adalah bukti yang diperoleh dari perbandingan antara berbagai data, kebijakan
dan prosedur, suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan dari beberapa
saldo sampai dengan membentuk sebuah rasio. Tujuan dari dilakukannya analitikal prosedur
adalah untuk menilai bagaimana tren, dengan cara membandingkan rasio dari periode yang
berjalan dengan rasio periode yang lalu. Selain itu penjelasan atas berbagai tren, baik yang
menurun atau yang sudah meningkat dapat digunakan sebagai salah satu dari bukti audit.

10
d) Bukti Dokumentasi
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari pemeriksaan catatan transaksi keuangan. Proses
seperti ini biasanya lebih sering disebut dengan pemeriksaan kepada bukti transaksi atau lebih
dikenal dengan Vouching. Beberapa catatan akuntansi yang lebih sering diperiksa adalah
bukti-bukti transaksinya, yaitu bukti kas masuk dan kas keluar :
 Surat pesanan pembelian.
 Dokumen pengapalan/bill of leading.
 Duplikat faktur penjualan dan lain sebagainya.

d) Observasi.
Suatu tindakan yang sudah dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti audit dengan cara
menggunakan panca indra. Misalnya memanfaatkan indera penglihatan, indera pendengaran,
sentuhan, penciuman. Bukti audit yang dapat diperokeh melalui pengamatan yaitu bukti yang
memiliki wujud, bentuk fisik. Bukti audit dari hasil observasi adalah sebagai berikut :
 Hasil pengamatan terhadap berbagai fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh
perusahaan.
 Barang-barang yang sudah tersimpan baik yang masih memang berfungsi maupun
yang sudah mendekati akhir dari masa ekonomisya.

e) Inquiries
Bukti-bukti yang berasal dari peryataan atau jawaban atas berbagai pertanyaan-pertanyaan
dari pihak auditor yang baik yang sudah berbentuk tulisan maupun yang berupa lisan. Bukti
yang berupa lisan dapat diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan dan bukti-bukti tertullis
yang hanya dapat diperoleh dari berbagai jawaban atas pertanyaan tertulis. Auditor juga bisa
mendapatkan bukti tertulis dari pertanyaan lisan dengan cara menkonversi menjadi
pernyataan tertulis kemudian memintanya tanda tangan.

f) Perhitungan
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali pengujian perhitungan kembali. Para
auditor dapat memberikan tanda-tanda pada kertas kerja bahwa saldo yang sudah diperiksa
perhitungannya telah dilakukan dengan sangat cermat dan tepat. Perhitungan kembali yang
harus dilakukan untuk memeriksa tingkat kecermatan perhitungan yang seblumnya telah
dilakukan oleh auditee.

g) Reperformance
Bukti-bukti penting yang sudah diperoleh dari pemeriksaan prosedur kerja yang masih
berlaku dan masih bisa dijalankan oleh pihak auditee termasuk juga tentang pengendalian
internalnya. Tujuan dari dilakukan reperformance ini adalah untuk menguji sampai seberapa
handal informasi-informasi keuangan yang sudah dihasilkan. Analisis otorisasi melalui
pemeriksaaan specimen sangat perlu untuk dilakukan agar bisa mengetahui kuat dan
efektifnya penerapa dalam hal pengendalian internal perusahaan.

11
Berikut ini adalah sumber sumber bukti audit :
• Internal
Bukti yang berasal dari dan tetap berada pada auditor

• Internai-Eksternal
Bukti yang berasal dari lingkungan internal tetapi juga melibatkan proses yang dilakukan
oleh pihak internal seperti bukti pengirirman barang yang ditanda tangani oleh penerima
barang

• Eksternal-Internal
Bukti yang berasal dari pihak eksternal kemudian diproses oleh pihak internal seperti
faktur dari pemasok

• Eksternal
Bukti yang dibuat oleh pihak eksternal dan disampaikan langsung kepada auditor seperti
konfirmasi piutang oleh pembeli yang diberikan langsung kepada auditor

2.3 Observasi Dan Inspeksi

Observasi atau pengamatan adalah cara memeriksa dengan menggunakan panca indera
terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk
membuktikan sesuatu keadaan atau masalah. Kadang-kadang observasi dikaitkan dengan
melihat dari jarak jauh atau tanpa disadari oleh pihak yang diamati.Teknik observasi akan
membantu melancarkan serta memperjelas pengertian auditor mengenai kegiatan yang
diperiksa. Observasi yang efektif tergantung pada daya imaginatif dan keingintahuan yang
besar dari auditor. Observasi secara cermat terhadap suatu kegiatan kadang kala dapat
mengungkapkan kelemahan serius yang memerlukan audit lebih lanjut. Misalnya,
pengeluaran barang dari kawasan berikat ke DPIL yang diindikasikan tanpa dilindungi
dokumen.

Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata,
untuk memperoleh pembuktian atas suatu keadaan atau suatu masalah pada suatu saat tertentu
(misalnya tentang eksistensi, jumlah dan jenis barang).Inspeksi sebaiknya dilakukan oleh dua
orang auditor. Auditor harus mencoba mengusahakan agar ada wakil instansi atau pihak
ketiga yang menyertai inspeksi itu, yang dapat membenarkan/ menguatkan kesimpulan
auditor. Sesuai keperluannya, auditor dapat meminta wakil instansi atau pihak ketiga agar
turut menandatangani berita acara mengenai inspeksi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindarkan timbulnya bantahan mengenai kecermatan inspeksi yang dilakukan oleh
auditor. Contoh inspeksi adalah audit fisik.

a. Fungsi Observasi Dan Inpeksi


Observasi atau pengamatan dan Inspeksi (oservation and inspection) mempunyai
dua fungsi:

12
 Mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemen dan pihak-pihak
lain
 Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya

b. Prosedur Potensi Penerapannya


Observasi
Pertimbangan untuk mengamati :
 Bagaimana entitas beroperasi dan dikelola
 Bangunan pabrik, dan fasilitas lain yang digunakan dan dimiliki entitas
 Gaya kepemimpinan manajemen
 Pelaksanaan berbagai prosedur pengendalian internal
 Kepatuhan terhadap kebijakan utama

Inspeksi
Pertimbangan untuk menginspeksi dokumen seperti :
 Rencana bisnis strategi dan proposal bisnis
 Kajian industri dan laporan median mengenai entitas
 Kontrak dan komitmen besar
 Ketentuan perundangan dan korespondensi dengan regulator
 Korespondensi dengan pengacara bankir dan pemangku kepentingan lain
 Kebijakan dan catatan akuntansi
 Buku pedoman pengendalian internal

2.4 Sumber Lain Mengenai Risiko


Prosedur menerima/melanjutkan klien
Ini adalah prosedur yang dilakukan sebelum audit dimulai, yakni untuk
memutuskan apakah KAP akan menerima atau meneruskan audit untuk entitas
yang sudah menjadi kliennya tahu lalu.
Penugasan masa lalu
Pengalaman dari penugasan audit atau penugasan lain di entitas tersebut pada
masa lalu, bisa dimanfaatkan untuk menilai risiko tahun ini.
Informasi eksternal
 Inquiries pada pengacara atau ahli penilaian yang digunakan entitas
 Reviu atas laporan yang dibuat bank atau lembaga pemeringkat (rating
agencies)
 Informasi mengenai industri yang bersangkutan dan keadaan ekonomi
Diskusi tim audit
Diskusi tim audit (termasuk engagement partner-nya) mengenai kerawanan
laporan keuangan entitas tersebut terhadap risiko-risiko tertentu.

SUMBER RISIKO (pasal 16 huruf b)


1.EKSTERNAL
• peraturan perundang-undangan baru,

13
• perkembangan teknologi,
• bencana alam, dan
• gangguan keamanan.

2. INTERNAL
• keterbatasan dana operasional,
• sumber daya manusia yang tidak kompeten,
• peralatan yang tidak memadai,
• kebijakan dan prosedur yang tidak jelas, dan
• suasana kerja yang tidak kondusif.
Sumber-sumber Risiko
Menurut Godfrey (1996), terdapat sumber-sumber risiko yang perlu diketahui dan
diidentifikasi sebagai langkah awal penanganan risiko, yaitu sebagai berikut:
 Politik (Political). Contohnya: Kebijaksanaan pemerintah, pendapat publik, perubahan
ideologi, peraturan, kekacauan (perang, terorisme, kerusuhan).
 Lingkungan (Environmental). Contohnya: Pencemaran, kebisingan, perizinan, opini
publik, kebijakan internal/perusahaan, perundangan yang berkaitan dengan
lingkungan, dampak lingkungan.
 Perencanaan (Planning). Contohnya: Persyaratan perizinan, kebijakan dan praktik,
tata guna lahan, dampak sosial dan ekonomi, opini publik.
 Pemasaran (market). Contohnya: Permintaan (perkiraan), persaingan, keusangan,
kepuasan pelanggan, mode.
 Ekonomi (economic). Contohnya: Kebijakan keuangan, perpajakan, inflasi, suku
bunga, nilai tukar.
 Keuangan (financial). Contohnya: Kebangkrutan, keuntungan, asuransi, risk share.
 Alami (natural). Contohnya: Kondisi tanah di luar dugaan, cuaca, gempa, kebakaran
dan ledakan, temuan situs arkeologi.
 Proyek (Project). Contohnya: Definisi, strategi pengadaan, persyaratan unjuk kerja,
standar, kepemimpinan, organisasi (kedewasaan, komitmen, kompetensi dan
pengalaman), perencanaan dan pengendalian kualitas, rencana kerja, tenaga kerja dan
sumber daya, komunikasi dan budaya.
 Teknis (Technic). Contohnya: Kelengkapan desain, efisiensi operasional, keandalan.
 Manusia (Human). Contohnya: Kesalahan, tidak kompeten, kelalaian, kelelahan,
kemampuan berkomunikasi, budaya, bekerja dalam kondisi gelap atau malam hari.
 Kriminal (Criminal). Contohnya: Kurang aman, perusakan, pencurian, penipuan,
korupsi.
 Keselamatan (Safety). Contohnya: Peraturan (kesehatan dan keselamatan kerja), zat
berbahaya, bertabrakan, keruntuhan, kebanjiran, kebakaran dan ledakan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Prosedur penilaian risiko akan memberikan bukti audit untuk mendukung


penilaian risiko pada tingkat laporan keuangan namun, bukti itu saja tidak cukup.
Bukti dari prosedur penilaian risiko harus dilengkapi dengan prosedur audit lanjutan
yang merupakan tanggapan atas risiko yang diidentifikasi, seperti pengeujian
pengendalian dan prosedur substansif.

Memperoleh pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk


pengendalian internalnya. wajib melaksanakan prosedur untuk memperoleh informasi
yang akan digunakan untuk mengidentifikasi risiko salah saji karena kecurangan.
Ada 3 prosedur penilaian resiko :
Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of
management and others)
Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection)
Prosedur Analitikal (analytical procedures)

Bukti audit atau yang lebih sering disebut dengan (Audit Evidence)
merupakan segala macam bentuk informasi-informasi penting yang dapat digunakan
oleh para auditor sebagai dasar acuan dalam memberikan opini mereka.

Observasi atau pengamatan adalah cara memeriksa dengan menggunakan


panca indera terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu
tertentu untuk membuktikan sesuatu keadaan atau masalah.

Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan menggunakan panca indera


terutama mata, untuk memperoleh pembuktian atas suatu keadaan atau suatu masalah
pada suatu saat tertentu (misalnya tentang eksistensi, jumlah dan jenis
barang).Inspeksi sebaiknya dilakukan oleh dua orang auditor.

Sumber Lain Mengenai Risiko


 Prosedur menerima/melanjutkan klien
 Penugasan masa lalu
 Informasi eksternal
 Diskusi tim audit

15
Daftar pustaka

httpsnasional kompas.com/read/2017/09/14/18274861/beda-pendapat-auditor-bpk-
soal

temum-rp-550-miliar-di-kemendes

https:/repository widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/8906 Bab


202.pd

Lsequence 9

https:/kitabagini.blogspot.co.id/2015/02/asersi-dalam-laporan keuangan html

Riadi, Muchlisin. (2017). Pengertian, Jenis dan Sumber Risiko. Diakses pada
6/3/2022, dari https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-jenis-dan-sumber-
risiko.html

http://dwynofitasarii.blogspot.com/2016/12/sumber-lain-mengenai-risiko.html

https://www.kja-sandibahari.com/sa-315-pengidentifikasian-dan-penilaian-risiko-
salah-saji-material-melalui-pemahaman-entitas-dan-lingkungannya/

https://123dok.com/document/ydmod9gy-prosedur-penilaian-risiko.html

16

Anda mungkin juga menyukai