Kelompok 3 :
Dengan Mengucapkan Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, kami bersyukur telah
diberi kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Dan tak lupa
kami sampaikan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW agar kita mendapat syafaatnya
di hari akhir kelak. Kami juga bersyukur atas nikmat kesehatan yang telah diberikan Allah
SWT kepada kami, sehingga Makalah “PROSEDUR PENILAIAN RISIKO” dapat kami
selesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
semester 4 kami, Audit Perbankan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.
Kami menyadari makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan mungkin perlu
adanya penyempurnaan untuk melengkapi segala kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami
terbuka apabila ada yang ingin menyampaikan kritik ataupun saran pembaca agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Maka apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah
ini, terkait penulisan atau apapun, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
Halaman Utama
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prosedur Penilaian Risiko......................................................................................5
2.2 Bukti Audit............................................................................................................9
2.3 Observasi Dan Inspeksi.......................................................................................12
2.4 Sumber Lain Mengenai Risiko............................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Risiko merupakan potensi yang menimbulkan kerugian. Bagi sebagian besar orang
merupakan satu kata yang menakutkan. Respon pertama terhadap risiko adalah
HINDARI!!!!. Tidak ada yang salah dengan respon tersebut karna secara naluri manusia
cenderung menginginkan hasil yang baik dan menghindari akibat yang buruk (Ferry N.
Idroes).
Prosedur penilaian risiko bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah
saji material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melaluipemahaman mengenai
entitas dan lingkungannya, termasuk pemahamanmengenai pengendalian intern dari entitas
tersebut. Prosedur penilaian risikomemberikan bukti audit untuk mendukung penilaian risiko
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi.
1.3 Tujuan
Untuk memahami prosedur penilain risiko
Untuk memahami pembuatan bukti audit perbankan
Untuk mengetahui observasi dan inspeksi
4
BAB II
PEMBAHASAN
Prosedur penilaian risiko adalah prosedur audit yang dilakukan untuk memperoleh
pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas, untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
Prosedur penilaian risiko bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemahaman mengenai
entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian intern dari entitas
tersebut.Prosedur penilaian risiko memberikan bukti audit untuk mendukung penilaian risiko
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Namun, bukti itu saja tidak cukup.
Bukti prosedur penilaian risiko harus dilengkapi dengan prosedur audit lanjutan yang
merupakan tanggapan atas risiko yang diidentifikasi, seperi pengujian pengendalian dan/atau
prosedur substantif. Auditor wajib melakukan prosedur penilaian resiko untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi.
Pemahaman entitas merupakan upaya yang berkesinambungan dan proses dan proses
yang dinamis dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi selama audit berlangsung.
Auditor menggunakan kearifan profesionalnya untuk menentukan prosedur penilaian risiko
yang harus dilaksanakannya, dan seberapa dalam ia perlu memahami entitas itu. Auditor
perlu melaksanakan prosedur penilaian risiko yang cukup untuk mengidentifikasi risiko
bisnis dan risiko kecurangan yang bisa berdampak pada salah saji material. Auditor
menyelidiki dengan seksama keadaan yang menimbulkan keraguan tentang kemampuan
entitas melanjutkan usahanya. Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko,auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang membuat kemampuan entitas
untuk mempertahankan bisnisnya diragukan. Ada 3 prosedur penilaian resiko, yaitu :
5
Komunikasi manajemen dengan karyawan tentang pandangan manajemen
mengenai praktik praktik bisnis dan perilaku etis.
Prosedur analitikal pada umumnya menggunakan data agregatif yang berarti hasil dari
prosedur analitikal hanya memberi indikasi awal yang sangat luas/umum mengenai terjadinya
salah saji yang bersifat material. Ketiga prosedur tersebut dilakukan selama berlangsungnya
audit. Dalam banyak situasi, hasil dari satu prosedur akan membawa pada prosedur lain.
Ketiga prosedur tersebut merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan oleh auditor
agar risiko salah saji material dapat teridentifikasi dan menjadikan informasi yang relevan
bagi entitas maupun pengguna eksternal.
Penilaian Risiko
6
Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan
memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus mengevaluasi
informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor risiko inheren yang
tepat bagi setiap tujuan audit. Faktor faktor yang mempengaruhi risiko inheren :
a. Sifat bisnis klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Pemahaman auditor
atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini. b. Hasil audit sebelumnya
Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi
dalam audit tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil audit tahun
sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun berjalan.
c. Penugasan awal vs penugasan berulang
Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji
setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor menetapkan risiko inheren yang
tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat risikonya pada tahun berikutnya
karena telah semakin memahami klien.
d. Pihak pihak yang terkait
Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta manajemen dan
entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak yang terkait ini sangat tinggi karena
kemungkinan salah saji yang lebih besar.
e. Transaksi non rutin
Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan transaksi
rutin karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit.
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun memerlukan estimasi dan
banyak pertimbangan manajemen.
7
Langkah langkah dalam penilaian risiko pengendalian:
Mengidentifikasi tujuan audit
Mengidentifikasi pengendalian yang ada
Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit
Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang
signifikan dan kelemahan yang material
Menghubungkan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material dengan
tujuan audit terkait.
Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.
e. Prosedur analitis
Auditor harus melakukan prosedur analitis selama tahapan perencanaan audit dan
penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi kecurangan kecurangan.
8
1) Prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait
2) Diskusi di antara tim perikatan.
3) Pemahaman yang diperlukan atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internal entitas
4) Setelah langkah-langkah di atas, auditor dapat mengidentifikasi langkah ke-4 dan ke-
5.
5) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan
keuangan dan asersi.
6) Risiko yang membutuhkan pertimbangan audit khusus. Di sini, auditor
mempertimbangkan:
Apakah risiko tersebut merupakan risiko fraud atau kecurangan;
Apakah risiko tersebut terkait dengan ekonomi signifikan, akuntansi, atau
perkembangan lainnya;
Kompleksitas transaksi;
Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak berelasi;
Derajat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan; dan
Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi tidak biasa yang signifikan.
Bukti audit atau yang lebih sering disebut dengan (Audit Evidence) merupakan segala
macam bentuk informasi-informasi penting yang dapat digunakan oleh para auditor sebagai
dasar acuan dalam memberikan opini mereka. Untuk menyatakan pendapatnya maka perlu
didukung bukti audit yang telah memenuhi kriteria antara lain :
• Cukup
Kecukupan pembuktian ditentukan oleh sejauh mana semua bukti telah dikumpulkan
telah meyakini auditor untuk mengambil suatu kesimpulan audit atas proses pengujian
yang dilakukan
• Relevan
Bukti yang relevan adalah bukti yang sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup audit.
• Kompeten
Bukti kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya sepenuhnya atau didukung oleh
bukti lainnya
Bukti-bukti audit dapat berbentuk nominal atau berupa pernyataan, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis atau berupa ucapan lisan yang sudah di konvensi agar menjadi
bentuk pernyataan yang tertulis dan lebih relevan dengan penyajian dari laporan keuangan.
9
Pemilihan bukti-bukti audit juga dapat mempengaruhi waktu terjadinya pemeriksaan,
sehingga diharapkan pada saat melakukan perencanaan audit, maka bukti yang akan dapat
diperiksa cukup mampu dalam memberikan berbagai informasi-informasi penting dan cukup
kompeten.
Bukti bahwa sebenarnya audit juga dapat diperoleh pada saat terjadi pemeriksaan.
Misalnya bukti-bukti yang telah diperoleh saat proses pengamatan, inspeksi, pengajuan
pertanyaan, dan juga konfirmasi atas kebenaran dari saldo. Dan seandainya masih terdapat
adanya sebuah kebijakan perusahaan yang dinilai akan beresiko untuk menyebabkan
terjadinya resiko dikemudian hari, maka pihak auditor masih perlu untuk mencatatnya pada
laporan manajemen yang kemudian harus meminta bagaimana tanggapan mereka.
Audit merupakan tindakan introgative, yaitu bertujuan untuk memeriksa tingkat kewajaran
dari laporan keuangan yang telah disajikan oleh pihak manajemen serta untuk memeriksa
bagaimana kepatuhanya terhadap Prinsip-Prinsip Akuntansi yang masih berlaku. Pada
kondisi tertentu pihak Auditor berhak untuk tidak memberikan pendapat apapun.
Berikut ini praktisi software accounting akan memberikan beberapa jenis dari bukti-bukti
audit beserta dengan penjelasannya:
a) Bukti Fisik
Merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, misalnya dari
hasil pemeriksaan persediaan, pemeriksaan kas, observasi dari aktiva tetap. Bukti-bukti fisik
ini memang seharusnya diperoleh dari pemeriksaan dan perhitungan obyek yang sudah
memiliki bentuk yang nyata.
b) Bukti Konfirmasi/Kesaksian
Adalah bukti yang sudah diperoleh dari berbagai tindakan-tindakan konfirmasi terhadap
pihak ketiga. Konfirmasi ini biasanya akan dilakukan untuk menanyakan bagaimana
kebenaran dari saldo yang telah disajikan pada laporan keuangan. Oleh karena bukti ini
dianggap sebagai salah satu bukti yang jauh lebih handal dari pada bukti-bukti yang sudah
diperoleh dari perusahaan, maka pihak yang akan menjadi sasaran dari surat konfirmasi
diharapkan akan mampu dalam memberikan pernyataan yang sebenarnya dan dengan
sejujur-jujurnya. Pihak-pihak yang telah dikirimkan surat konfirmasi, baik dari mitra bisnis
auditee misalnya suplier, konsumen dengan nilai piutang terbesar maupun dari pihak yang
independen misalnya kantor hukum.
c) Bukti Analitis
Bukti analitis adalah bukti yang diperoleh dari perbandingan antara berbagai data, kebijakan
dan prosedur, suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan dari beberapa
saldo sampai dengan membentuk sebuah rasio. Tujuan dari dilakukannya analitikal prosedur
adalah untuk menilai bagaimana tren, dengan cara membandingkan rasio dari periode yang
berjalan dengan rasio periode yang lalu. Selain itu penjelasan atas berbagai tren, baik yang
menurun atau yang sudah meningkat dapat digunakan sebagai salah satu dari bukti audit.
10
d) Bukti Dokumentasi
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari pemeriksaan catatan transaksi keuangan. Proses
seperti ini biasanya lebih sering disebut dengan pemeriksaan kepada bukti transaksi atau lebih
dikenal dengan Vouching. Beberapa catatan akuntansi yang lebih sering diperiksa adalah
bukti-bukti transaksinya, yaitu bukti kas masuk dan kas keluar :
Surat pesanan pembelian.
Dokumen pengapalan/bill of leading.
Duplikat faktur penjualan dan lain sebagainya.
d) Observasi.
Suatu tindakan yang sudah dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti audit dengan cara
menggunakan panca indra. Misalnya memanfaatkan indera penglihatan, indera pendengaran,
sentuhan, penciuman. Bukti audit yang dapat diperokeh melalui pengamatan yaitu bukti yang
memiliki wujud, bentuk fisik. Bukti audit dari hasil observasi adalah sebagai berikut :
Hasil pengamatan terhadap berbagai fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh
perusahaan.
Barang-barang yang sudah tersimpan baik yang masih memang berfungsi maupun
yang sudah mendekati akhir dari masa ekonomisya.
e) Inquiries
Bukti-bukti yang berasal dari peryataan atau jawaban atas berbagai pertanyaan-pertanyaan
dari pihak auditor yang baik yang sudah berbentuk tulisan maupun yang berupa lisan. Bukti
yang berupa lisan dapat diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan dan bukti-bukti tertullis
yang hanya dapat diperoleh dari berbagai jawaban atas pertanyaan tertulis. Auditor juga bisa
mendapatkan bukti tertulis dari pertanyaan lisan dengan cara menkonversi menjadi
pernyataan tertulis kemudian memintanya tanda tangan.
f) Perhitungan
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali pengujian perhitungan kembali. Para
auditor dapat memberikan tanda-tanda pada kertas kerja bahwa saldo yang sudah diperiksa
perhitungannya telah dilakukan dengan sangat cermat dan tepat. Perhitungan kembali yang
harus dilakukan untuk memeriksa tingkat kecermatan perhitungan yang seblumnya telah
dilakukan oleh auditee.
g) Reperformance
Bukti-bukti penting yang sudah diperoleh dari pemeriksaan prosedur kerja yang masih
berlaku dan masih bisa dijalankan oleh pihak auditee termasuk juga tentang pengendalian
internalnya. Tujuan dari dilakukan reperformance ini adalah untuk menguji sampai seberapa
handal informasi-informasi keuangan yang sudah dihasilkan. Analisis otorisasi melalui
pemeriksaaan specimen sangat perlu untuk dilakukan agar bisa mengetahui kuat dan
efektifnya penerapa dalam hal pengendalian internal perusahaan.
11
Berikut ini adalah sumber sumber bukti audit :
• Internal
Bukti yang berasal dari dan tetap berada pada auditor
• Internai-Eksternal
Bukti yang berasal dari lingkungan internal tetapi juga melibatkan proses yang dilakukan
oleh pihak internal seperti bukti pengirirman barang yang ditanda tangani oleh penerima
barang
• Eksternal-Internal
Bukti yang berasal dari pihak eksternal kemudian diproses oleh pihak internal seperti
faktur dari pemasok
• Eksternal
Bukti yang dibuat oleh pihak eksternal dan disampaikan langsung kepada auditor seperti
konfirmasi piutang oleh pembeli yang diberikan langsung kepada auditor
Observasi atau pengamatan adalah cara memeriksa dengan menggunakan panca indera
terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk
membuktikan sesuatu keadaan atau masalah. Kadang-kadang observasi dikaitkan dengan
melihat dari jarak jauh atau tanpa disadari oleh pihak yang diamati.Teknik observasi akan
membantu melancarkan serta memperjelas pengertian auditor mengenai kegiatan yang
diperiksa. Observasi yang efektif tergantung pada daya imaginatif dan keingintahuan yang
besar dari auditor. Observasi secara cermat terhadap suatu kegiatan kadang kala dapat
mengungkapkan kelemahan serius yang memerlukan audit lebih lanjut. Misalnya,
pengeluaran barang dari kawasan berikat ke DPIL yang diindikasikan tanpa dilindungi
dokumen.
Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata,
untuk memperoleh pembuktian atas suatu keadaan atau suatu masalah pada suatu saat tertentu
(misalnya tentang eksistensi, jumlah dan jenis barang).Inspeksi sebaiknya dilakukan oleh dua
orang auditor. Auditor harus mencoba mengusahakan agar ada wakil instansi atau pihak
ketiga yang menyertai inspeksi itu, yang dapat membenarkan/ menguatkan kesimpulan
auditor. Sesuai keperluannya, auditor dapat meminta wakil instansi atau pihak ketiga agar
turut menandatangani berita acara mengenai inspeksi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindarkan timbulnya bantahan mengenai kecermatan inspeksi yang dilakukan oleh
auditor. Contoh inspeksi adalah audit fisik.
12
Mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemen dan pihak-pihak
lain
Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya
Inspeksi
Pertimbangan untuk menginspeksi dokumen seperti :
Rencana bisnis strategi dan proposal bisnis
Kajian industri dan laporan median mengenai entitas
Kontrak dan komitmen besar
Ketentuan perundangan dan korespondensi dengan regulator
Korespondensi dengan pengacara bankir dan pemangku kepentingan lain
Kebijakan dan catatan akuntansi
Buku pedoman pengendalian internal
13
• perkembangan teknologi,
• bencana alam, dan
• gangguan keamanan.
2. INTERNAL
• keterbatasan dana operasional,
• sumber daya manusia yang tidak kompeten,
• peralatan yang tidak memadai,
• kebijakan dan prosedur yang tidak jelas, dan
• suasana kerja yang tidak kondusif.
Sumber-sumber Risiko
Menurut Godfrey (1996), terdapat sumber-sumber risiko yang perlu diketahui dan
diidentifikasi sebagai langkah awal penanganan risiko, yaitu sebagai berikut:
Politik (Political). Contohnya: Kebijaksanaan pemerintah, pendapat publik, perubahan
ideologi, peraturan, kekacauan (perang, terorisme, kerusuhan).
Lingkungan (Environmental). Contohnya: Pencemaran, kebisingan, perizinan, opini
publik, kebijakan internal/perusahaan, perundangan yang berkaitan dengan
lingkungan, dampak lingkungan.
Perencanaan (Planning). Contohnya: Persyaratan perizinan, kebijakan dan praktik,
tata guna lahan, dampak sosial dan ekonomi, opini publik.
Pemasaran (market). Contohnya: Permintaan (perkiraan), persaingan, keusangan,
kepuasan pelanggan, mode.
Ekonomi (economic). Contohnya: Kebijakan keuangan, perpajakan, inflasi, suku
bunga, nilai tukar.
Keuangan (financial). Contohnya: Kebangkrutan, keuntungan, asuransi, risk share.
Alami (natural). Contohnya: Kondisi tanah di luar dugaan, cuaca, gempa, kebakaran
dan ledakan, temuan situs arkeologi.
Proyek (Project). Contohnya: Definisi, strategi pengadaan, persyaratan unjuk kerja,
standar, kepemimpinan, organisasi (kedewasaan, komitmen, kompetensi dan
pengalaman), perencanaan dan pengendalian kualitas, rencana kerja, tenaga kerja dan
sumber daya, komunikasi dan budaya.
Teknis (Technic). Contohnya: Kelengkapan desain, efisiensi operasional, keandalan.
Manusia (Human). Contohnya: Kesalahan, tidak kompeten, kelalaian, kelelahan,
kemampuan berkomunikasi, budaya, bekerja dalam kondisi gelap atau malam hari.
Kriminal (Criminal). Contohnya: Kurang aman, perusakan, pencurian, penipuan,
korupsi.
Keselamatan (Safety). Contohnya: Peraturan (kesehatan dan keselamatan kerja), zat
berbahaya, bertabrakan, keruntuhan, kebanjiran, kebakaran dan ledakan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bukti audit atau yang lebih sering disebut dengan (Audit Evidence)
merupakan segala macam bentuk informasi-informasi penting yang dapat digunakan
oleh para auditor sebagai dasar acuan dalam memberikan opini mereka.
15
Daftar pustaka
httpsnasional kompas.com/read/2017/09/14/18274861/beda-pendapat-auditor-bpk-
soal
temum-rp-550-miliar-di-kemendes
Lsequence 9
Riadi, Muchlisin. (2017). Pengertian, Jenis dan Sumber Risiko. Diakses pada
6/3/2022, dari https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-jenis-dan-sumber-
risiko.html
http://dwynofitasarii.blogspot.com/2016/12/sumber-lain-mengenai-risiko.html
https://www.kja-sandibahari.com/sa-315-pengidentifikasian-dan-penilaian-risiko-
salah-saji-material-melalui-pemahaman-entitas-dan-lingkungannya/
https://123dok.com/document/ydmod9gy-prosedur-penilaian-risiko.html
16