Anda di halaman 1dari 20

CHAPTER 9

MENILAI RISIKO SALAH SAJI MATERIAL

Oleh
1. Bella Wahyu Sukma Wati NIM 041811333010
2. Wike Mayudian SNA NIM 041811333019
3. Sandi P NIM 041811333080
4. Sindi Alvioni Putri NIM 041811333100
5. Amaeda Cristabel L NIM 041811333104
6. Elvin Kristal Saraswati NIM 041811333107
7. Isma Aulia Warrdani NIM 041811333125

Program Studi Akuntansi / Kelompok 7

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Surabaya
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikun Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun sebuah tulisan
makalah yang diberi judul “Menilai Risiko Salah Saji Material”. Penulis berharap agar
makalah ini dapat membantu pembaca untuk memahami dan mengimplementasikannya.

Dengan terselesaikannya makalah ini, kami sampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak, yakni

1. Kepada Bapak Damai sebagai Dosen pengampu sekaligus PJMK Mata Kuliah
Pengauditan 1 yang telah memberi arahan untuk menyelesaikan tulisan ini.
2. Kepada teman-teman anggota kelompok 7 yang telah mendukung terselesaikannya
penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini .Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membaca makalah ini.

Terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, 23 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

Bab II Pembahasan
2.1 Risiko Audit
2.2 Prosedur Penilaian Risiko
2.3 Mempertimbangkan risiko Penipuan
2.4 Identifikasi Risiko yang Signifikan
2.5 Model Risiko Audit
2.6 Penilaian Risiko Audit yang Dapat Diterima
2.7 Menilai Risiko yang Melekat
2.8 Hubungan Risiko Dengan Bukti dan Faktor yang Mempengaruhio Risiko

2.9 Hubungan Risiko dan Materialitas dengan Bukti Audit

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan .................................................................................................

Daftar pustaka ........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

Risiko audit (audit risk) merupakan Risiko kesalahan auditor dalam memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara
material. Risiko bisnis (business risk) merupakan risiko dimana auditor akan menderita
kerugian atau merugikan dalam melakukan praktik profesinya akibat proses pengadilan atau
penolakan publik dalam hubungannya dengan audit. (Guy, Dan et al, 2002).

Pengguna laporan keuangan merupakan unsur utama dalam risiko bisnis. Untuk
menentukan tingkat kepastian yang diperlukan, auditor terlebih dahulu harus
mengidentifikasi pengguna potensial laporan keuangan. Jumlah pengguna laporan keuangan
yang lebih besar akan meningkatkan risiko bisnis dan dapat meningkatkan tingkat kepastian
yang diinginkan auditor.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Risiko Audit


Standar audit mengharuskan auditor untuk memperoleh pemahaman tentang entitas
dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji
material di klien keuangan pernyataan. Bab 8 dijelaskanbagaimana auditor keuntungan
sebuah pengertian dari klien bisnis dan industri untuk menilai klien bisnis risiko dan
risikonya dari bahan salah saji. Auditor menerima bebera patingkat dari risiko atau
ketidakpastian dalam melakukan audit fungsi. Auditor mengakui, untuk contoh, yang melekat
ketidakpastian tentang persetujuan keutamaan bukti, ketidakpastian tentang keefektifan
kondisi internal klien trol, dan ketidakpastian tentang apakah laporan keuangan dinyatakan
secara wajar kapan audit selesai. Auditor yang efektif mengakui bahwa risiko ada dan
berurusan dengan risiko tersebut dengan cara yang tepat. Sebagian besar risiko yang dihadapi
auditor sulit mengukur dan membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum auditor dapat
merespons dengan tepat. Karena penilaian dari risiko adalah masalah dari profesional
pertimbangan, agak dari sebuah tepat pengukuran, merespons untuk ini risiko tepat sangat
penting untuk mencapai berkualitas tinggi mengaudit.

Risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan keseluruhan mengacu pada
risiko yang berhubungan dengan laporan keuangan secara keseluruhan dan berpotensi
mempengaruhi jumlah transaksi dan akun yang berbeda. Penting bagi auditor untuk
mempertimbangkan risiko di secara keseluruhan keuangan pernyataan tingkat, diberikan itu
risiko mungkin meningkatkan itu kemungkinan dari risiko dari bahan salah saji seberang
sebuah angka dari akun dan pernyataan untuk itu akun.

Standar audit mengharuskan auditor untuk menilai risiko salah saji material pada
tingkat pernyataan untuk kelas transaksi, saldo akun, dan presentasi dan pengungkapan untuk
menentukan sifat, waktu, dan tingkat prosedur audit lebih lanjut. Sebagai dibahas dalam Bab
6, auditor mengembangkan mengaudit tujuan untuk setiap dari itu pernyataan dan tampil
mengaudit Prosedur untuk mendapatkan persuasif mengaudit bukti bahwa setiap dari itu
mengaudit tujuan tercapai. Sebagai hasilnya, auditor khas menilai risikonya bahwa mengaudit
tujuan terkait untuk pernyataan untuk kelas dari transaksi, Akun saldo, dan presentasi dan
pengungkapan tidak tercapai.
2.2 Prosedur Penilaian Risiko
Tujuan prosedur penialaian risiko adalah mengidentifikasi dan menilai risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemahaman
mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian internal
entitas tersebut.

Prosedur penilaian risiko meliputi (ISA 315.6, alinea A6 – A11):

1. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut auditor
mungkin mempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi risiko salah
saji yang material yang disebebkan oleh kecurangan atau kekeliruan;
2. Prosedur analitikal;
3. Pengamatan dan inspeksi.

Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam
banyak situasi, hasil dari suatu prosedur akan membawa pada prosedur lain.

PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of management and
others)

A. TCWG

Pengawasan terhadap proses manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi


risiko kecurangan atau kesalahan dalam entitas, dan pengendalian intern yang dibangun
manajemen untuk menangkal risiko

B. Manajemen

1. Proses pembuatan dan review laporan keuangan


2. Budaya entitas

C. Pegawai Kunci

Tren dalam bisnis dan peristiwa luar biasa

D. Bagian Penjualan

1. Tren dalam strategi penjualan dan pemasaran


2. Insentif kinerja penjualan

E. Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection)

1. Observasi

1.1 Bagaimana entitas beropreasi dan dikelola

1.2 Pelaksanaan berbagai prosedur pengendalian intern ex : Bangunan, pabrik dan


fasilitas lainnya yang digunakan atau dimiliki entitas

Inspeksi

A. Inspeksi dokumen:

1. Rencana bisnis, strategi dan proposal bisni


2. Kontrak dan komitmen besar
3. Kebijakan dan catatan akuntansi
4. Laporan yang dibuat manajemen seperti data kinerja dan laporan keuangan interim

B. Prosedur analitikal (analytical procedure)

1. Tentukan hubungan antar data


2. Bandingkan
3. Evaluasi hasilnya

2.3 Mempertimbangkan risiko Penipuan


Menilai risiko kecurangan, SAS 99 singkatan dari (Statement on Auditing
Standards) memberikan pedoman untuk menilai risiko kecurangan bagi auditor
dan mempertahankan tingkat Skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan
informasi,faktor risiko kecurangan untuk mengidentifikasi dalam menanggapi risiko
kecurangan.
SAS 1 menyatakan Skeptisme Profesional yaitu “ Auditor tidak mengasumsikan
management tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran sebuah Absolut”. Dalam
pratiknya melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan kelanjutan klien serta auditor
menolak sebagian besar calon klien yang dianggap tidak memiliki kejujuran dan integritas
diantaranya.
1. Komunikasi diantara tim audit
SAS 99 Mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagi wawasan akan risiko
kecurangan diantara tim audit yang lebih berpengalaman. Salah satunya berdiskusi “
Bagaimana management dapat melakukan dan menutupi pelaporan keuangan ?”

2. Pengajuan pertanyaan kepada management


SAS 99 Mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan
dalam setiap audit. Auditor harus menanyakan tentang proses management dalam menilai
risiko kecurangan ,sifat risiko kecurangan dan immpelentasi pengendalian internal dalam
mengatasi risiko.

3. Faktor risiko kecurangan


SAS 99 Mengharuskan auditor mengevaluasi faktor-faktor risiko kecurangan
mengindikasikan adanya insentif atau tekanan, kesempatan dan sikap untuk berbuat
kecurangan.

4. Prosedur analitis
SAS 99 mengharuskan auditor melaksanakan prosedur ananlitis atas akun-akun pendapatan.
Bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tidak bias atau tidak diharapkan melibatkan
akun-akun pendapatan yang terindikasi adanya kecurangan pelaporan keuangan.

5. Informasi lainya.
Mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dan serta Informasi menilai risiko
inheren dan risiko pengendalian yang membuat auditor mengkhawatirkan adanya salah saji
akibat kecurangan.

2.4 Identifikasi Risiko yang Signifikan


RISIKO SIGNIFIKAN
Risiko signifikan adalah risiko salah saji yang material yang dinilai begitu besarnya, yang
menurut pendapat auditor akan memerlukan pendapat audit khusus.

Contoh-contoh sumber risiko signifikan:

 · Kegiatan yang berisiko tinggi


Persitiwa/operasi di mana salah saji material sudah terjadi. Contoh; toko emas dengan banyak
persediaan emas dan logam mulia, system akuntansi baru yang rumit dan baru dikenalkan ke
perusahaan.

 · Transaksi nonrutin (ukuran dan sifat)

Transaksi yang diluar jalur bisnis yang normal. Tidak sering terjadi tetapi nilai transaksi
besar. Contoh; transaksi rutin dan volume besar dengan related party, jual/beli asset utama,
penjualan bisnis kepada pihak ketiga.

 · Perlu judgement, ada intervensi manajemen dan rutinitas/kebosanan

Contoh; asumsi dan kalkulasi yang digunakan pihak manajemen dalam membuat estimasi
penting, pengakuan pendapatan yang multi tafsir.

 · Potensi kecurangan

Dalam mengevaluasi apakah risiko signifikan perlu dipertimbangkan hal berikut :


- Keterampilan melakukan kecurangan dari calon pelaku
- Jumlah rata-rata yang dimanipulasi

Mengidentifikasi Risiko Signifikan


Jika risiko alah saji udah diidentifikasi dan dinilai, yang diperlukan ialah menelaah temuan
dan kemudian memilih (berdasarkan kearifan profsional) riisko-risiko yang memang
signifikan.

Menanggapi Risiko Signifikan


Ketika risiko dogolongkan menjadi Signifikan, auditor harus memberikan tanggapan. Berikut
langkah-langkah audit terhadap risiko signifikan:

 · Evaluasi pengendalian internal


Apakah manajemen merancang dan mengimplementasikan pengendalian intern yang
menangkal risiko signifikan? Lihat eksistensi pengendalian langsung seperti : kegiatan
pengendalian, pengendalian pervasive, pengendalian lingkungan, penilaian risiko, system
informasi dan unsur pemantauan.

 · Tanggapan audit terhadap risiko signifikan

Dirancang untuk memeroleh bukti audit dengan keandalan tinggi dan dapat terdiri atas uji
pengendalian (test of controls) dan prosedur subtantif.

 · Bukti yang diperoleh tahun lalu

Auditor tidak dapat mengandalkan bukti audit yang diperoleh tahun lalu mengenai efektifnya
pengendalian intern.

 · Prosedur analitikal substansif saja, tidak cukup

Prosedur audit yang dilakukan jika pendekata terhadap risiko signifikan terdiri atas prosedur
subtantif adalah :
- Uji rincian (test of details)
- Kombinasi uji rincian dan prosedur analitikal subtantif

Mendokumentasikan Risiko Signifikan

Jika semua risiko didokumentasikan di satu tempat, pendokumentasian risiko signifikan


sekedar perluasan dari informasi yang sudah didokumentasikan.

2.5 Model Risiko Audit


Terdapat empat risiko dalam model risiko audit:

1. Risiko deteksi yang direncanakan


Risiko deteksi yang direncanakan adalah risiko bahwa bukti audit akan gagal
mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kerja. Risiko deteksi yang terencanakan
tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini akan berubah hanya jika
auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model risiko.

2. Risiko inheren

Risiko inheren mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji yang
material, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Risiko inheren
berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang direncanaja dan bersifat langsung dengan
bukti.

3. Risiko pengendalian

Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji
yang material akan terjadi dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian internal klien. Seperti risiko inheren, hubungan antara risiko
pengendalian dengan risiko deteksi yang direncanakan berbanding terbalik, sedangkan
hubungan antara risiko pengendalian dan bukti substansif bersifat langsung.

4. Risiko audit yang dapat diterima

Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima
bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai,
dan pendapat wajar tanpa perkecualian telah dikeluarkan. Apabila digunakan model risiko
audit, ada hubungan langsung antara risiko audit yang dapat diterima dan risiko deteksi yang
direncanakan, serta hubungan berbanding terbalik antara risiko audit yang dapat diterima
dengan deteksi yang direncanakan.

2.6 Penilaian Risiko Audit yang Dapat Diterima


MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

Dampak Risiko Kontrak Kerja Terhadap Risiko Audit Yang Dapat Diterima
Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor KAP akan
mendapatkan masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah
benar. risiko kontrak kerja sangat terkaiterat dengan risiko bisnis klien.
Dampak Risiko Kontrak Kerja Terhadap Risiko Audit Yang Dapat Diterima
Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor KAP akan
mendapatkan masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah
benar. risiko kontrak kerja sangat terkaiterat dengan risiko bisnis klien.
Dampak Risiko Kontrak Kerja Terhadap Risiko Audit Yang Dapat Diterima

Risiko kontrak kerja (engagement risk) adalah risiko dimana auditor KAP akan mendapatkan
masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan audit sudah benar. risiko kontrak kerja
sangat terkaiterat dengan risiko bisnis klien.

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Risiko Audit

Ketika auditor memodifikasi bukti untuk risiko kontrak kerja, hal ini dilakukan dengan
mengendalikan risiko audit yang dapat diterima.

 Tingkat ketergantungan pengguna eksternal laporan keuangan.


Ketika pengguna eksternal sangat mengandalkan laporan keuangan, maka sangat tepat
untuk menurunkan risiko audit yang dapat diterima. Ketika laporan keuangan menjadi
sangat diandalkan, masalah sosial yang besar dapat terjadi jika salah saji yang
signifikan tetap tidak terdeteksi dalamlaporan keuangan. Beberapa faktor berikut
meruapakan indikator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para pengguna
terhadap laporan keuangan.
 Ukuran klien. Umumnya, makin besar kegiatan operasi klien, makin luas
pengguna laporan keuangan.
 Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan perusahaan publik umumnya
diandalkan oleh lebih banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan
tertutup lainnya
 Sifat dan jumlah liabilitas. Ketika laporan memeilki sejumlah besar liabilitas,
kreditor yang ada atau pun para calon kreditor dibandingkan dengan
perusahaan yang memilki lebih sedikit liabilitas.
 Kemungkinan klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
diterbitkan.
Jika klien terpaksa mengumumkan kebangkrutannya atau mengalami kerugian yang
sangat besar setelah audit selesai dilaksanankan, auditor akan mengahadapi
kemungkinan yang lebih besar untuk mempertahankan kualitas auditnya
dibandingkan jika klien tidak mengahdapi kesulitan keuangan.
 Posisi likuiditas. Jika klien terus menerus kekurangan kas dan modal kerja, hal
ini mengindikasikan adanya masalah dimasa mendatang dalam pembayaran
utang-utangnya.
 Laba rugi ditahun-tahun sebelumnya. Ketika suatu perusahaan secara cepat
mengalami penurunan laba atau peningkatan kerugian dalam beberapa tahun,
auditor harus mengenali adanya masalah dalam kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban-kewajiban yang kemungkinan akan dihadapi oleh klien.
 Metode pertumbuhan pembiayaan. Makin tinggi ketegantungan klien terhadap
utang sebagai alat pembiayaan, makin besar risiko kegagalan keuangan jika
kegiatan operasi klien mengalami penurunan.
 Sifat kegiatan operasi klien. Beberapa jenis bisnis secara alamiah lebih
berisiko dibandingkan dengan bisnis lainnya.
 Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten secara terus menerus
akan mewaspadai adanya potensi kesulitan keuangan dan memodifikasinya
dengan berbagai metode operasi untuk meminimalkan pengaruh dari masalah
jangka pendek.

 Evaluasi auditor terhadap intergritasmanajemen


Perusahaan- perusahaan dengan integritas yang rendah sering kali menjalankan
aktivitas bisnis mereka dengan cara-cara yang dapat menimbulkan konflik dengan
para pemgang sahamnya, pemerintah dan pelanggannya. Pada akhirnya konflik
tersebut sering kali tercermin dalam persepsi pengguna terhadap kualitas audit dan
dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum dan ketidak setujuan lainnya.

Membuat keputusan risiko audit yang dapat diterima

Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor pertama kali harus menilai setiap
faktor yang memengaruhi risiko audit yang dapat diterima. Evaluasi yang biasanya dilakukan
untuk risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, sedang, atau rendah, dimana risiko audit
yang dapat diterima rendah berarti bagi klien yang “berisiko” harus mendapatkan bukti yang
lebih banyak, penugasan staf audit yang lebih berpengalaman, dan/ atau penelaahan yang
lebih mendalam atas dokumentasi audit.

2.7 Menilai Risiko yang Melekat


RISIKO INHEREN

Risko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh
auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material
(kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan
dan pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tidak adanya pengendalian intern,
maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap
timbulnya salah saji yang material.

MENILAI RISIKO INHEREN

Adanya risiko inheren ke dalam model resiko audit membuat auditor memprediksi
kesalahan penyajian yang mungkin dan mana yang paling kecil kemungkinannya dalam
laporan keuangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Inheren

Auditor harus menilai faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko dan memodifikasi
bukti audit untuk dipertimbangkan. Adapun faktor-faktor tersebut, seperti:

 Sifat Bisnis Klien


Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Sifat bisnis
klien tidak mempunyai dampak terhadap risiko inheren untuk akun seperti kas, utang
wesel, dan utang hipotik.
 Hasil dari Audit Sebelumnya
Kesalahan penyajian yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya memililki
kemungkinan besar untuk terjadi lagi dalam audit tahun ini, karena banyak tipe
kesalahan penyajian yang sifatnya sistematik.
 Penugasan Baru atau Penugasan Ulangan
Kebanyaan auditor menetapkan risiko inheren yang tinggi pada audit tahun pertama
dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya sejalan dengan diperolehnya
pengetahuan tentang klien yang lebih banyak.
 Pihak-pihak yang Berelasi
Contoh transaksi dengan pihak yang berelasi adalah transaksi antara perusahaan induk
dengan perusahaan anak. Hal tersebut memiliki kemungkinan bahwa transaksi
direkayasa yang mennyebabkan naiknya risiko inheren.
 Transaksi-transaksi Non Rutin
Transaksi yang tidak biasa terjadi mempunyai kemungkinan dicatat secara salah
dibandingkan dengan transaksi rutin, karena klien tidak berpengalaman dalam
mencatatnya.
 Pertimbangan yang Diperlukan untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi
dengan Benar
Banyak saldo akun yang memerlukan estimasi dan pertimbangan tertentu, maka
kemungkinan kesalahan penyajian cukup tinggi dan akibatnya auditor biasanya
menetapkan risiko inheren yang tinggi.

2.8 Hubungan Risiko Dengan Bukti dan Faktor yang Mempengaruhio Risiko
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DENGAN BUKTI AUDIT DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI RISIKO
Untuk memodifikasi bukti audit, ada dua cara dimana auditor bisa mengubah audit untuk
merespons risiko, misalnya:
 Perjanjian itu mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman. Kantor akuntan
publik harus mempunyai staf yang bermutu, tetapi untuk klien dengan risiko audit rendah
bisa diterima, perhatian khusus diberikan dalam pemilihan staf.
 Perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti daripada biasanya. Kantor akuntan publik
harus yakin bahwa arsip audit yang mendokumentasikan rencana audit, akumulasi bukti
audit dan kesimpulan dan masalah lain dalam audit telah ditelaah dengan memadai. Saat
risiko audit yang bisa diterima itu rendah, seringkali ada ulasan oleh personil yang tidak
ditugaskan ke perjanjian itu.

Resiko Audit untuk setiap Bagian


Tidak ada resiko pengendalian maupun resiko bawaan yang diukur untuk audit secara
keseluruhan. Melainkan, baik risiko pengendalian maupun resiko bawaan diukur untuk setiap
siklus, setiap akun dalam suatu siklus, dan bahkan terkadang untuk setiap tujuan audit atas
akun-akun tersebut. Pengukuran ini kemungkinan akan berbeda dalam pengauditan yang
sama dari siklus yang satu dengan siklus yang lain, dari satu akun ke akun yang lain, dan dari
satu tujuan ke tujuan yang lain.
Auditor biasanya menggunakan risiko audit yang dapat diterima yang sama untuk
setiap bagian karena faktor-faktor yang mempengaruhi resiko audit yang dapat diterima
terkait dengan keseluruhan pengauditan, bukan pada masing-masing akun. Contohnya,
tingkat ketergantungan para pengguna eksternal yang tinggi terhadap laporan keuangan
biasanya terkait dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan hanya satu atau dua
akun saja.

Menghubungakan Salah Saji dan Resiko yang Dapat diterima dengan Tujuan Audit
Terkait Saldo
Meskipun merupakan suatu hal yang umum dalam praktiknya untuk mengukur resiko
bawaan dan resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait saldo, namun tidak lazim
untuk mengalokasikan materialitas ke dalam setiap tujuan tersebut. Auditor harus mampu
menghubungkan sebagian besar resiko dengan tujuan yang berbeda dan cukup mudah
menentukan hubungan antara suatu resiko dengan satu aau dua tujuan

Keterbatasan dalam Pengukuran


Salah satu kekurangan dalam penerapan model resiko audit adalah kesulitan
pengukuran komponen-komponen resiko dalam model tersebut.
Untuk menangani masalah pengukuran ini, banyak auditor yang menggunakan istilah
pengukuran yang luas dan subjektif, seperti rendah, sedang dan tinggi. Sebagaimana contoh
berikut :
Situasi Resiko Resiko Resiko Resiko Jumlah bukti
Audit yg dpt Bawaan Pengendalian Deteksi yg yg
diterima direncanakan dibutuhkan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Dari tebel diatas kita ambil situasi no 1, auditor telah memutuskan bahwa resiko audit yang
dapat diterima tinggi untu satu akun atau satu tujuan. Auditor telah menyimpulkan bahwa
terdapat resiko salah saji yang rendah dalam laporan keuangan dan pengendalian internalnya
juga efektif. Sehingga, resiko deteksi yang direncanakannya tinggi. Sebagai hasilnya, sedikit
bukti audit yang diperlukan. Sedangkan untuk situasi 3 kebalikan dari situasi 1

Pengujian Terperinci Kertas Kerja Perencanaan-Bukti


Dalam praktiknya auditor mengembangkan beragam kertas kerja untuk membantu
dalam mengaitkan pertimbangan-pertimbangan yang mempengaruhi bukti audit dengan
pengumpulan bukti yang tepat. Salah satu kertas kerja yang digunakan adalah sebagai berikut
:
Kertas Kerja Perencanaan Bukti untuk Menentukan Pengujian Terperinci atas Saldo Akun
PT.Perkakas Prima-Piutang Dagang
keterkaitan perincian

Nilai Realisasli
Kelengkapan
Keberadaan

Pisah Batas
Klasifikasi
Akurasi

Hak
Resiko yang
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rndah Tinggi Tinggi
dapat diterima

Resiko bawaan Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah

Salah saji yang dapat diterima Rp 265.000.000


Resiko deteksi yang direncanakan diperkirakan sama untuk setiap tujuan audit terkait saldo
dalam mengaudit piutang dagang PT Perkakas Prima jika hanya terdapat tiga faktor yang
diperlukan auditor untuk mempertimbangkan risiko audit yang dapat diterima, risiko bawaan,
dan salah saji yang dapat diterima. Kertas kerja perencanaan audit menunjukkan bahwa
faktor-faktor lainya juga harus ikut dipertimbangkan sebelum membuat keputusan akhir.
2.9 Hubungan Risiko dan Materialitas dengan Bukti Audit
Tanggung jawab seorang auditor adalah menentukan tingkat kewajaran atas penyajian
laporan keuangan yang dibuat oleh auditee. Dalam proses penentuan tersebut, auditor tidak
terlepas dari pertimbangan materialitas dalam memutuskan jenis dari laporan audit atau
pendapat atas laporan keuangan yang akan ia terbitkan. Konsep materialitas ini
mengaharuskan auditor untuk mempertimbangkan segala keadaan, baik yang berkaitan
dengan auditee maupun atas kebutuhan informasi pihak yang mempercayakannya. Financial
Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai besarnya nilai
penghapusan atau kesalahan penyajian informasi yang berhubungan dengan situasi
melingkupinya, sehingga dapat mengakibatkan perubahan atau mempengaruhi pertimbangan
pihak yang menaruh kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghapusan atau
salah saji yang dilakukan. Materialitas kemudian menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit yang ia butuhkan. Kecukupan
bukti audit tersebut akan sangat mempengaruhi besarnya potensi kesalahan dalam membuat
kesimpulan atas penyajian laporan keuangan auditee. Potensi kesalahan tersebutlah yang
digambarkan sebagai resiko audit. Resiko audit itu sendiri merupakan risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai
laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Ilustrasi tentang bagaimana
hubungan antara materialitas, bukti audit, dan resiko audit adalah sebagai berikut: - Jika
menginginkan resiko audit konstan sedangkan tingkat materialitas dikurangi, maka bukti
audit harus ditambah/diperbanyak.
- Jika mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit, maka
resiko audit akan meningkat.
- Jika menginginkan resiko audit berkurang (rendah), maka ada beberapa alternatif,
diantaranya;
o Menaikkan tingkat materialitas dan mempertahankan jumlah bukti audit,
o Menambah jumlah bukti audit dan mempertahankan tingkat materialitas, atau
o Meningkatkan jumlah bukti audit dan tingkat materialitas secara bersama-sama
BAB 3
KESIMPULAN

Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas pada tingkat laporan
keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan Risiko audit juga digolongkan
menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan dan risiko audit individual. Dalam hal ini risiko
audit terdiri dari tiga unsur (1) risiko bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau
golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait, (2) risiko pengendalian,
yakni risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas dan (3) risiko
deteksiadalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi.

Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
kelompok asersi.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber :Alvin A. Arens, Randal J. Elder, MarkS. Beasley, Chris Hogan. — 16 Edition.
Auditing and Assurance Service, 2015

Anda mungkin juga menyukai