Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. Monica Carolina (C30119190)


2. Nabila (C30119145)
3. Nur Zaizafun (C30119015)
4. Ni Luh Supriyani (C30119184)
5. Sri Restika I Abdullah (C30119162)
6. Wilter Agustivo Dampi (C30119151)
7. Muchtar Aditya (C30119192)

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan puji syukur terhadap kehadirat


Allah SWT, sehingga dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan
tugas kelompok makalah Auditing I dengan judul “Penetapan Risiko
Pengendalian Dan Pengujian Substantif”. Kami juga berterima kasih kepada
BapakPardomuan Ritonga, SE, M.Ak selaku dosen Mata kuliah Auditing I yang
telah memberikan kami tugas pembuatan makalah ini. Tak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu tersusunnya
makalah ini baik dalam hal kritik, saran, tambahan, dan tambahan atas makalah
ini.

Kegiatan auditing sangat diperlukan pada masa sekarang ini. Karena sudah
banyak perusahaan yang mengundang auditor meminta pengauditan atas laporan
keuangan perusahaan. Laporan auditing biasanya digunakan oleh pihak ketiga,
misalnya kreditur, investor, pemerintah dan lain-lain. Namun, auditing tidak
hanya memperhatikan laporan keuangan perusahaan, melainkan juga sistem
operasi perusahaan, berjalannya keuangan perusahaan dan lain-lain.

Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat menjadi bahan rujukan


dan menambah pengetahuan serta pemahaman kita tentang penetapan risiko
pengendalian dan pengujian substantif. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon maaf apabila ada
penulisan yang salah atau kurang tepat, dan kami juga berharap adanya kritik dan
saran untuk perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Palu, 5 April 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 4

B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 5

C. TUJUAN MAKALAH .................................................................................................. 5

BAB II................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6

A. PENGERTIAN PENETAPAN RESIKO PENGENDALIAN ............................................... 6

B. JENIS-JENIS PENGUJIAN RISIKO PENGENDALIAN .................................................... 7

C. TATA CARA PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN ................................................... 7

D. CARA MENYIKAPI JIKA TERJADI SALAH SAJI POTENSIAL ....................................... 10

Bagaimana Auditor Menyikapi Salah-Saji? ................................................................... 10

E. PENGERTIAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ................................................................. 11

F. JENIS PENGUJIAN SUBSTANTIF ............................................................................. 11

BAB III ............................................................................................................................. 16

PENUTUP ........................................................................................................................ 16

A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 16

B. SARAN ................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam mengaudit sebuah perusahaan tentunya seorang auditor memiliki langkah-


langkah yang harus dilakukan sesuai dengan prosedur audit yang benar. Untuk langkah
awal yang dilakukan auditor adalah harus menetapkan risiko pengendalian dan pengujian
pengendalian agar untuk merencanakan langkah-langkah audit yang akan dilakukan
seorang auditor dapat melakukannya dengan tepat dan benar, yaitu menetapkan
pengendalian untuk setiap asersi penting yang terdapat pada saldo rekening, kelompok
transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan dan merancang
pengujian substantif untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.
Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas suatu
perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam penyususnan
laporan keuangan. Risiko pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi
pengolahan transaksi, dan karena banyak kegiatan pengendalian berkaitan dengan jenis-
jenis transaksi tertentu, maka auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko untuk
asersi-asersi kelompok tansaksi seperti asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan,
dan penilaian atau pengalokasian untuk transaksi-transaksi penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Hasil penetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemikian
rupa sehingga dapat ditetapkan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening
yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok transaksi tersebut.
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang di laksanakan untuk
menentukan efektifitas desain dan operasi pengendalian intern.Adapun, salah satu jenis
pengujian dasar yang digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar adalah pengujian substantif. Pengujian substantif meliputi
prosedur-prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji
yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo-saldo laporan keuangan.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud penetapan risiko pengendalian?


2. Apa saja jenis-jenis pengujian risiko pengandalian?
3. Bagaimana cara melakukan pengujian risiko pengandalian?
4. Apa yang perlu di lakukan oleh seorang auditor jika terdeteksi salah saji potensial?
5. Apa yang dimaksud dengan Pengujian Substantif?
6. Jenis dan cara melakukan pengujian substantif?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan penetapan risiko pengendalian.


2. Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis pengujian pengandalian dan tahu bagaimana
penerapannya dalam kegiatan audit.
3. Mahasiswa dapat mengatasi ketika terjadi salah saji potensial dalam melakukan
pengauditan.
4. Mahasiswa memahami Audit dalam ruang lingkup Pengujian Secara Substantif

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENETAPAN RESIKO PENGENDALIAN

Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas suatu


perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam penyusunan
laporan keuangan. Risiko pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi
pengolahan transaksi, dan karena banyak kegiatan pengendalian berkaitan dengan jenis-
jenis transaksi tertentu, maka auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko untuk
asersi-asersi kelompok tansaksi seperti asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan,
dan penilaian atau pengalokasian untuk transaksi-transaksi penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Hasil penetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemikian rupa
sehingga dapat ditetapkan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang
bersangkutan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok transaksi tersebut.
Dalam pengertian pengujian risiko pengendalian audit, dikenal adanya beberapa
macam pengujian risiko pengendalian, yaitu:
1. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektifitas desain dan/atau operasi pengendalian intern.
2. Pengujian Pengendalian Bersamaan ( Concurrent Tests of Controls )
Pengujian pengendalian bersamaan dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya
dengan usha pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern. Pengujian ini
dilakukan oleh auditor, baik dalam strategi pendekatan terutama substantif maupun
dalam pendekatan risiko pengendalian rendah.
3. Pengujian Pengendalian Tambahan atau Pengujian Pengendalian yang
Direncanakan.
Pengujian pengendalian dilakukan oleh auditor dalam pekerjaan lapangan. Pengujian
pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya kebijakan
dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit.

6
B. JENIS-JENIS PENGUJIAN RISIKO PENGENDALIAN

Beberapa jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor adalah sebagai
berikut:
1. Pengajuan pertanyaan berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas personil perusahaan.
2. Observasi pelaksanaan tugas para personil.
3. Inspeksi atas dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang menunjukkan pelaksanaan
pengendalian.
4. Pengerjaan ulang (reperform) pengendalian oleh auditor.
Tiga prosedur yang disebut pertama, dilakukan juga oleh auditor dalam mendapatkan
pemahaman tentang sistem pengendalian internal (SPI), sedangkan prosedur keempat
yaitu pengerjaan ulang (reperformance) tidak digunakan pada saat itu. Dalam melakukan
pengujian, auditor memilih prosedur-prosedur yang akan menghasilkan bukti yang paling
dapat dipercaya tentang efektivitas kebijakan dan dapat diterapkan dan sama efektifnya
dalam memperoleh bukti.
Pengujian tersebut meliputi pemilihan suatu sampel dan inspeksi atas dokumen-
dokumen yang bersangkutan, pengujian pertanyaan pada personil perusahaan,
mengobservasi personil perusahaan dalam melaksanakan prosedur pengendalian, dan
melakukan ulang pengendalian tertentu. Hasil dari setiap pengujian pengendalian harus
memberikan bukti tentang efektivitas rancangan dan/atau pengoperasian pengendalian
yang diperlukan. Sebagai contoh, dengan membandingkan tanda tangan otorisasi dalam
suatu dokumen dengan contoh tanda tangan yang dimiliki auditor dari perusahaan, dapat
diperoleh bukti mengenai efektivitas pengendalian berupa pemberian otorisasi secara
tepat yang bertujuan agar pemberian otorisasi hanya dapat dilakukan oleh personil yang
ditetapkan perusahaan.

C. TATA CARA PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN

1. Langkah-Langkah Penetapan Risiko Pengendalian Audit


Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu
melakukan hal-hal berikut :

7
a. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk
mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan
asersi telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan.
b. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan.
c. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu
untuk mencegah dan mendeteksi salah saji.
d. Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk
menetapkan efektivitas rancangan dan pengoperasiannya.
e. Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko.
Auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang
diperkirakan dapat mencegah atau mendeteksi salah saji pontesial tertentu,baik
dengan menggunakan perangkat lunak computer ataupun secara manual,yaitu
dengan menggunakan daftar pengecekan ,misalnya seperti contoh berikut ini :

Asersi Pengendalian yang Pengujian


diperlukan pengendalian
Penilaian atau klasifikasi Semua transaksi Tanyakan tentang
Transaksi pengeluaran kas mungkin pembayaran dilakukan metode untuk
tidak dicatat(kelengkapan) atau dengan menggunakan cek melakukan
dapat juga dicatat dengan jumlah pengeluaran kas,
yang salah. dan periksa buku
cek.
Semua cek harus bernomor, Periksa buku cek untuk
tercetak dan memastikan bahwa semua
dipertanggungjawabkan cek telah bernomor
tercetak dan periksa
urutan pemakaiannya pada
register cek atau jurnal
pengeluaran kas.
Cek yang belum digunakan harus Observasi penanganan dan
disimpan pada tempat yang aman penyimpanan cek.
Pengecekan secara independen Observasi pelaksanaan
antara ikhtisar harian cek yang pengecekan independen

8
diterbitkan dengan penjurnalan ke dan/atau lakukan
pengeluaran kas. pengecekan independen.
Rekonsiliasi bank periodik secara Obsevasi pembuatan
independen. rekonsiliasi dan/atau
P periksa rekonsiliasi bank.
e
netapan pengendalian yang diperlukan harus dilakukan dengan memperhatikan
keadaan dan pertimbangan-pertimbangan lain. Sebagi contoh, apabila volume
transaksi pengeluaran kas cukup tinggi, maka pengecekan independen mengenai
kecocokan antara ikhtisar cek yang dikeluarkan harian dengan jurnal pengeluaran kas
yang memungkinkan terdeteksinya kesalahan dengan segera menjadi cukup
penting.Namun apabila volume transaksi pengeluaran kas tidak begitu banyak dan
deteksi kesalahan segera tidak begitu penting, maka rekonsiliasi bank independen
secara periodik sudah dipandang cukup.Dalam situasi seperti ini, rekonsiliasi bank
disebut sebagai pengendalian pengganti.

2. Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian


Waktu pelaksanaan pengujian pengendalian berkaitan dengan kapan prosedur
tersebut dilaksanakan dan bagian periode akuntansi dimana prosedur tersebut
berhubungan. Pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan dalam pekerjaan
interim, yang dapat dalam jangka waktu beberapa bulan sebelum akhir tahun yang
diaudit.

9
3. Lingkup Pengujian pengendalian
Semakin luas lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor, akan
dapat dikumpulkan bukti lebih banyak mengenai efektifitas pengendalian intern.
Semakin banyak orang yang dimintai keterangan tentang pengendalian intern atas
asersi tertentu, semakin banyak bukti yang dapat dikumpulkan oleh auditor untuk
menilai efektifitas pengendalian intern atas asersi tersebut.

4. Program Audit Untuk Pengujian Pengendalian


Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan dengan jenis, lingkup, dan saat
pengujian pengendalian harus didokumentasikan dalam suatu program audit dan
kertas kerja yang bersangkutan.

5. Kerja Sama Dengan Auditor Intern Dalam Pengujian Pengendalia


Ketika auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang
memiliki fungsi audit intern, auditor independen dapat
(1) melakukan koordinasi pekerjaan auditnya dengan auditor intern, dan/atau
(2) menggunakan auditor intern untuk menyediakan bantuan langsung dalam audit.

6. Pengujian dengan tujuan ganda ( dual-purpose tests )


Jenis pengujian semacam ini diebut dengan istilah “pengujian dengan tujuan
ganda”. Ketika jenis pengujian ini dilaksanakan, auditor harus mendesain
pengujiannya sedemikian rupa sehingga ia dapat mengumpulkan bukti tentang
efektifitas pengendalian intern sekaligus mendapatkan bukti tentang kekeliruan
moneter dalam akun.

D. CARA MENYIKAPI JIKA TERJADI SALAH SAJI POTENSIAL

Auditor, dalam menjalankan tugasya, sering dihadapkan pada persoalan salah-


saji, terutama salah-saji yang dibiarkan begitu saja oleh penyusun laporan keuangan, yang
dari perspektif auditor eksternal dikenal dengan istilah “salah saji tak terkoreksi”
(uncorrected misstatement).
Bagaimana Auditor Menyikapi Salah-Saji?

10
Untuk “salah-saji telah diketahui”, auditor diwajibkan—oleh tuntutan profesinya—untuk
meminta manajemen perusahaan (auditee) untuk melakukan koreksi terhadap masing-
masing item salah-saji. Dalam banyak kasus, perusahaan (auditee) biasanya keberatan
untuk memenuhi permintaan tersebut. Jika itu yang terjadi biasanya auditor perlu
menjelaskan alasannya—secara terperinci. Jika masih tetap tidak mau, auditor biasanya
menyertakan “sangkalan” (disclaimer) dalam opininya.
Sedangkan untuk “kemungkinan salah-saji”, diperlakukan sebagai berikut:
1. Jika berasal dari ekstrapolasi (proyeksi terhadap populasi dari uji secara sampling),
maka auditor meminta manajemen untuk meneliti keseluruhan populasi dari mana sample
diambil. Populasi ini bisa jadi berupa kelompok transaksi, saldo akun, atau informasi
tambahan yang tercatum dalam disklosur laporan keuangan. Tujuan dari permintaan ini
agar pihak menajemen perusahaan (auditee) menemukan semua salah-saji yang ada di
dalam populasi, tanpa terkecuali—sehingga bisa melakukan koreksi yang diperlukan.
2. Jika berasal dari perbedaan estimasi—antara auditor dengan estimasi perusahaan—
maka auditor meminta pihak manajemen untuk meninjau kembali metode dan asumsi yang
digunakan untuk melakukan estimasi, termasuk perhitungannya.
Auditor diharapkan dapat berkomunikasi dengan pihak manajemen perusahaan setelah
salah-saji ditemukan, yang manapun typenya. Makin cepat komunikasi dilakukan makin
bagus, karena sangat mungkin manajemen membutuhkan waktu yang cukup panjang
untuk memenuhi permintaan auditor. Selanjutnya auditor meminta pihak manajemen
melakukan koreksi atau meminta bukti transaksi/data/informasi tambahan. Perusahaan di
sisi lainnya, diharapkan mampu (terutama sekali “mau”) menggunakan pertimbangan
kualitatif dalam menilai suatu salah-saji—disamping kuantitatif.

E. PENGERTIAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan


pemeriksaan. Pengujian substantif meliputi prosedur-prosedur audit yang diracang untuk
mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap
kewajaran saldo.

F. JENIS PENGUJIAN SUBSTANTIF

1. Pengujian atas transaksi


Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-
prosedur audit ntuk pengujian kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya
pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien
telah terotorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar
dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dangan benar.

11
Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk
transaksi:
- Esixtence
- Completeness
- Accuracy
- Classification
- Timing
- Posting and summarizing
Jika auditor percaya bahwa transaksi di catat dengan benar dalam jurnal dan
diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah
benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan :
a. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku
pembantu.
Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian atas Transaksi.
Program audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup :
a. Bagaimana penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh
mengenai struktur pengendalian intern.
b. Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur
pengendalian intern
c. Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
Baik prosedur yang di jalankan maupu risiko pengendalian yang direncanakan
akan mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi.
Metodologi untuk merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi:
a. Melaksanaka prosedur untuk memehami srtuktur pengendalian intern
b. Menetapkan risiko pengendalian
c. Mengevaluasi biaya dan manfaaat dari pengujian atas pengendalian
d. Merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk memenuhi tujuan audit berkaitan transaksi

12
- Prosedur audit
- besar sempel
- pos / unsure yang dipilh
- saat pelaksanaan
Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantif atas transaksi dan bervariasi tergantung
kepada rencana risiko pengendalian yang di tetapkan.
Jika pengendalian efektif dan risiko pengendalian yang direncanakan rendah,
penekanaan akan banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa
pengujian substantif atas transaksi juga akan ditekankan.
Jika risiko pengendalian ditetapkan, maka hanya pengujian substantif atas
transaksi yang akan digunakan. Prosedur yang dilakukan dalam memperoleh
pemahaman pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi.
Prosedur Audit yang dilakukan dalam Pengujian Detai Transaksi:
a. Tracing : pilih satu sempel sales invoice dan telusur ke sales journal
b. Vouching: pilih satu sempel transaksi yang di catat dalam sales journaldan telusur
ke sales invoices.
c. Reperforming :periksa kercermatan perkaliandan penjumlahan pada sales invoice.
d. Inquiring : tanyakan pada klien apakah ada transaksi- transaksi related parties.
Pada pegujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujianya untuk
memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor
tidak mengarahkan pengujian detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang
penyimpangan kebijakan dan prosedurpengendalian.
Pengujian ini umunya leihanyak menyita waktu dibandingkan prosedur
analitis, oleh karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya dari pada
prosedur anatilis.

2.. Prosedur Analitis


Prosedur analitis yang sering dilakukan auditor adalah perhitungan rasio untuk
membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. tujuan
penggunaan prosedur analitis adalah:
a. Memahami bidang usaha klien

13
b. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup entitas
c. Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
d. Menggurangi pengujian audit yang lebih rinci
Efektifitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan
terjadi salah saji material, tergantung pada faktor:
1. Sifat asersi
2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
3. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangakan harapan
4. Ketepatan harapan
Prosedur analaitias dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda, yaitu :
a. Tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang di
perlukan untuk memenuhi resiko audit yang di inginkan (disyaratkan)
b. Selama pelaksanaan audit bersama- sama dengan pengujian atas transaksi dan
pengujian terinci atas saldo (bebas pilih)
c. Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir
(disyaratkan)

3. Pengujian Terinci Atas Saldo


Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik
untuk akun neraca maupun labarugi, tetapi penekanan utama adalah pada neraca.
Pengujian detail saldo akun yang direncaakan harus cukup memadai untuk
memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan
pengujian detail saldo meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Menetapkan materialitas dan resiko audit yang dapat di terima dan resiko bawaan
suatu akun. Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara
keseluruhan dan mengalokasikan totalnyake saldo akun telah di putuskan auditor,
salah saji yang dapat di toleransi di tentukan untuk masing-masng saldo yang
signifikan. Salah saji yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan
pengujian terinci atas saldo makin besar.
b. Resiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara
keseluruhan, daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor
yakin bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh
negatif terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dari perkiraan lain.
Resiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek historis,

14
linkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi
salah saji dalam tahun berjalan.
c. Menetapkan resiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
d. Pengendalian yang efektif akan mengurangi resiko pengendalian dan dengan
demikian mengurangi barang bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif
atas transaksi dan pengujian terinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai
meningkatkan bahan bukti substantif yang dibutuhkan.
e. Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosuder analisis untuk suatu
siklus akuntansi. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu
akan diperoleh hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan
pengujian terinci atas saldo.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metodologi untuk penetapan risiko pengendalian untuk kelompok-kelompok


transaksitertentu dan asersi'asersi saldo rekening merupakan bagian yang sangat penting
dalam suatu audit laporan keuangan.Metodologi tersebut meliputi
pengidentifikasian salah saji potensialdan pengendalian yang diperlukan
danpenilaian bukti dan prosedur
untuk mendapatkan pemahaman atas kebijakan dan prosedur pengendalian yang relevan
serta dari pengujian pengendalian,
penetapan, dan pembandingan tingkat risiko pengendalian ditetapkansesungguhnya deng
an tingkat risiko direncanakan untuk menentukan apakah
tingkat pengujian substantif direncanakan harus diisi sebelum merancang pengujiansubst
antif untuk asersitertentudan posesnya bisa agak sedikit berbeda,tergantung apakah
auditor akan menerapkan pendekatan tingkat risiko pengedalianditetapkan maksimum
atau pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah. penetapan risiko
pengendalian yang tepat sangat pengaruhnya terhadap efektiitas dan efisiensi audit.
Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan
pemeriksaan. Pengujian substantif meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang
untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh
terhadap kewajaran saldo-saldo laporan keuangn.
Dari pengerian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa Pengujian Substantif
sangat penting bagi seorang auditor untuk memeriksa suatu laporan keuangan
perusahaan.

B. SARAN

Pengujian audit sangat diperlukan, meskipun audit harus dilakukan dengan cepat,
proses pengauditan tetap harus memperhatikan pengujian audit untuk mengurangi
kemungkinan adanya risiko audit.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.jtanzilco.com/blog/detail/416/slug/penetapan-risiko-pengendalian-dan-pengujian-
pengendalian

https://id.scribd.com/document/362524418/Bab-10-Penetapan-Risiko-Pengendalian-Dan-
Pengujian-Pengendalian
https://www.academia.edu/30152448/PENETAPAN_RISIKO_PENGENDALIAN_DAN_PE
NGUJIAN_PENGENDALIAN.docx
https://www.academia.edu/30516714/PENGUJIAN_PENGENDALIAN_DAN_PENGUJIA
N_SUBSTANTIF.docx
https://www.e-akuntansi.com/2015/09/berbagai-macam-pengujian-audit.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/dokumen.tips/amp/documents/penetapan-risiko-
pengendalian-dan-pengujian-pengendalian.html
https://www.kompasiana.com/muh_roni/563ab386ee96734805e29fc3/pengujian-substantif-
audit

17

Anda mungkin juga menyukai