PEMERIKSAAN AKUNTANSI II
Tentang
Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 4
1445 H/2024 M
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakaatuh.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat hidayah, taufik dan
amanah-nya serta sholawat serta salam kepada nabiullah Muhammad Saw, Nabi
sekaligus rosul yang menjadi panutan kita semua. Penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul " Pengujian Terhadap Piutang" ini sebagai salah satu syarat untuk
meyelesaikan tugas perkuliahan pada mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II dari Bapak
Tony Iswadi, SE., MM., Ak
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
melengkapi segala kekurangan dan keterbatasan penyusunan tulisan ini, akhirnya
semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan kewirausahaan
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakaatuh.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
BAB III.............................................................................................................. 31
PENUTUP ......................................................................................................... 31
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengujian terhadap piutang merupakan bagian integral dari proses audit
keuangan suatu perusahaan. Audit piutang dilakukan untuk memastikan
keberlanjutan bisnis dan akurasi laporan keuangan. Pada dasarnya, piutang
mencakup tagihan yang belum dibayar oleh pelanggan atau pihak lain, dan
pengujian ini membantu menilai apakah jumlah piutang yang tercatat di neraca
sesuai dengan kondisi riilnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Metodologi Desain Pada Pengujian Perincian Saldo?
2. Bagaimana Cara Mendesain Pengujian Perincian Saldo?
3. Apa itu Konfirmasi Piutang Dagang?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo
2. Untuk Mengetahui Cara Mendesain Pengujian Perincian Saldo
3. Untuk Mengetahui Konfirmasi Piutang Dagang
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODOLOGI DESAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO
Figur 14-1 menunjukkan metodologi yang digunakan para auditor dalam
mendesain pengujian yang tepat untük saldo piutang dagang. Metodologi tersebut
dibahas dalam Bab 11 dan sekarang diaplikasikan dalan audit piutang dagang.
Búkti memadai yang akan dipakai dalam pengujian perincian saldo harus
diputuskan berbasis tujuan dengan tujuan (objective-by-objective). Pengambilan
keputusan ini bisa menjadi kompleks karena adanya beberapa interaksi yang
memengaruhi kebutuhan atas bukti tersebut. Contohnya, auditor harus
mengevaluasi potensi pelanggaran dan mempertimbangkan risiko bawaan (inherent
risk). Potensi dan risiko ini dapat bervariasi sesuai dengan tujuannya, seperti halnya
hasil pengujian pengendalian dan identifikasi risiko, yang juga bervariasi sesuai
tujuan. Auditor harus pula mempertimbangkan hasil pengujian substantif dari
penjualan dan penerimaan kas.
4
disebut tujuan audit-terkait saldo piutang dagang (accounts receivable balance-
related audit objectives). Kedelapan tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas
utama, dan jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku
besar (Kecocokan perincian).
2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (Keberadaan).
3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (Kelengkapan).
4. Jumlah piutang dagang yang tepat (Akurasi).
5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi).
6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (Pisah batas).
7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (Nilai
terealisasikan).
8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (Hak).
5
Kolom dalam kertas kerja perencanaan bukti pada Figur 14-7 termasuk
tujuan andit-terkait saldo. Auditor menggunakan faktor-faktor yang ada untuk
membantu mengetahui risiko deteksi piutang dagang yang terencana, sesuai
tujuannya.
6
2. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengevaluasi Risiko
Bawaan (Tahap I)
Seperti yang telah dipelajari di Bab 7 (Jilid 1), auditor terlebih dahulu
memberikan penilaian awal mengenai materialitas untuk keseluruhan laporan
keuangan, lalu mengalokasikan jumlah yang dianggap material untuk setiap akun
neraca, termasuk piutang dagang. Alokasi ini disebut penentuan salah saji yang
dapat diterima (tolerable misstatement). Piutang dagang biasanya merupakan salah
satu bagian terpenting dari pelaporan keuangan bagi perusahaan dengan penjualan
kredit. Meskipun saldo piutang dagang tersebut kecil, transaksi dalam siklus
penjualan dan penagihan yang memengaruhi saldo tersebut biasanya berjumlah
besar.
7
c. Pengendalian yang berhubungan dengan cadangan piutang tidak tertagih.
Kedua aspek yang berhubungan dalam Figur 14-2 disebutkan di bawah ini yaitu:
8
tujuan audit-terkait kelengkapan saldo karena piutang dagang yang masih
belum dibayar tidak termasuk dalam pencatatan tersebut.
b. Nilai realisasi dan tujuan audit-terkait saldo piutang dagang, seperti halnya
tujuan audit-terkait penyajian dan pengungkapan, tidak dipengaruhi oleh
evaluasi risiko pengendalian transaksi. Dalam mengevaluasi risiko
pengendalian di luar tujuan- tujuan audit diatas, auditor harus mengidentifikasi
dan melakukan pengujian terpisah.
9
hanya berkaitan dengan piutang dagang atau untuk tujuan penyajian dan
pengungkapan.
Seperti dibahas dalam Bab 6 (Jilid 1), prosedur analitis biasanya dilakukan
dalam tiga tahap audit: selama perencanaan, saat pelaksanaan pengujian terperinci,
dan saat menyelesaikan audit. Bab ini membahas prosedur analitis perencanaan dan
prosedur analitis substantif saat menjalankan pengujian terhadap akun-akun pada
siklus penjualan dan penagihan.
10
barang dagangan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang dagang
kemungkinan besar akan menutupi kesalahan tersebut.
Sebagai tambahan untuk prosedur analitis pada Tabel 14-1, auditor perlu
menelaah piutang dagang yang jumlahnya besar atau tidak lazim, seperti saldo yang
11
besar. rekening yang tidak tertagih dalam waktu lama, piutang dari perusahaan
terafiliasi. karyawan, direktur atau pihak-pihak lain, dan saldo kredit. Untuk
mengidentifikasi Jumlah ini, auditor perlu menelaah daftar rekening (neraca saldo)
pada tanggal neraca untuk menentukan akun mana yang perlu diselidiki lebih lanjut.
12
Kesimpulan auditor mengenai prosedur analitis substantif untuk siklus penjualan
dan penagihan terhubungkan dengan kertas kerja perencanaan bukti yang terdapat
pada Figur 14-7 baris ketiga dari bawah. Oleh karena prosedur analitis merupakan
pengujian substantif, maka prosedur ini mengurangi tugas auditor dalam melakukan
pengujian perincian saldo, jika hasil dari prosedur tersebut memuaskan.
13
Tugas menggabungkan faktor-faktor penentu risiko deteksi terencana cukup
kompleks karena pengukuran untuk setiap faktor bisa saja salah dan penentuan
bobot untuk setiap faktor sifatnya sangat subjektif. Sebaliknya, hubungan antar
faktor dan risiko deteksi terencana biasanya mudah dilakukan. Sebagai contoh,
auditor tahu bahwa risiko tinggi yang tak terhindarkan atau risiko pengendalian
menurunkan risiko deteksi terencana dan meningkatkan pengujian substantif
terencana, sedangkan hasil yang baik untuk pengujian substantif atas transaksi
meningkatkan risiko deteksi terencana dan menurunkan pengujian substantif
terencana lainnya.
Baris terbawah pada Figur 14-7 menunjukkan bukti audit untuk pengujian
perincian saldo piutang dagang. Pembahasan sebelumnya menyebutkan bahwa
bukti audit terencana merupakan kebalikan dari risiko audit terencana. Setelah
memutuskan apakah bukti audit terencana untuk suatu tujuan adalah tinggi,
medium, atau rendah, auditor perlu memutuskan prosedur, jumlah sampel, pilihan
sampel, dan penetapan waktu audit yang tepat.
Sebagai akhir dari bab ini, kita akan membahas bagaimana auditor
memutuskan prosedur audit tertentu dan waktu yang ditetapkan untuk mengaudit
piutang dagang Pada Bab 15, kita akan membahas jumlah sampel dan menentukan
pilihan dari populasi pengujian.
14
Konfirmasi atas piutang dagang merupakan pengujian terpenting terhadap
perincian yguntuk piutang dagang. Kita akan mendiskusikan konfirmasi secara
singkat sambil mempelajari pengujian yang memadai untuk setiap tujuan audit-
terkait saldo. Kita akan membahasnya lebih terperinci dalam bab ini. Dalam
membahas pengujian perincian saldo piutang dagang, kita berfokus pada tujuan
audit-terkait saldo. Kita akan mengasumsikan dua hal, yaitu:
Prosedur audit yang dipilih dan jumlah sampel sangat bergantung pada
apakah bukti terencana untuk tujuan tersebut tergolong rendah, medium, atau
tinggi.
15
pelanggan disertai perincian saldo untuk kurun waktu antara tanggal penjualan dan
tanggal neraca. Figur 14-3 mengilustrasikan contoh neraca saldo berdasarkan
contoh PT Perkakas Prima. Perhatikan bahwa jumlah totalnya adalah sama dengan
piutang dagang yang terdapat pada neraca saldo di Figur 4-4, Bab 4 (Jilid 1),
16
(subsequent) untuk mengetahui apakah pembayaran sudah dilakukan. Biasanya,
auditor tidak menguji dokumen pengiriman atau bukti penerimaan kas dalam
sampel yang dikonfirmasi, melainkan memperluas penggunaan dokumen tersebut
sebagai alternatif bukti bagi konfirmasi yang tidak ditanggapi.
Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening di luar neraca
saldo, kecuali bergantung pada perimbangan data piutang dagang di berkas utama
Contohnya, jika klien tanpa sengaja tidak memasukkan piutang dagang pada neraca
saldo, kemungkinan hal ini akan dapat dideteksi ketika auditor melakukan
penjumlahan ke bawah terhadap piutang dagang di neraca saldo, kemudian
melakukan rekonsiliasi saldo melalui akun pengontrol di buku besar.
17
yang tidak tercatat kepada pelanggan baru akan sulit diidentifikasi dalam
konfirmasi karena nama pelanggan tersebut tidak masuk dalam berkas utama.
Kurang saji atas penjualan dan piutang dagang lebih baik dideteksi dari prosedur
analitis dan pengujian substantif atas transaksi pengiriman yang dilakukan, tetapi
tidak dicatat (tujuan kelengkapan atas pengujian transaksi penjualan).
Salah saji akibat pisah batas (cutoff misstatement) terjadi ketika transaksi
dalam waktu berjalan dicatat selama jeda waktu antara pembuatan pelaporan dan
waktu audit, atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan
jenis transaksi, adalah untuk melihat apakah transaksi yang terjadi di akhir periode
akuntansi dicatat pada periode yang tepat. Hal ini adalah salah satu tujuan
terpenting dari siklus karena salah saji dalam pisah batas memengaruhi laba periode
berjalan. Sebagai contoh, kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja dalam
18
menetapkan penjualan yang terjadi setelah tanggal neraca sebagai penjualan
periode berjalan, atau kesalahan tidak memasukkan pengembalian barang dagangan
pada periode berjalan, akan menyebabkan lebih saji laba bersih secara material.
Salah saji akibat penetapan pisah batas dapat terjadi pada penjualan, retur
dan cadangan barang dagangan, serta penerimaan kas. Untuk masing-masing hal
tersebut, auditor perlu melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran
pisah batas, yaitu:
19
maka auditor akan sulit memastikan bahwa pisah batas yang ditetapkan adalah
akurat.
Jika auditor yakin bahwa klien mencatat seluruh retur penjualan tepat pada
waktunya, maka pengujian pisah batas bisa dilakukan dengan mudah dan langsung.
Auditor dapat menguji dokumen pendukung sebagai sampel untuk retur dan
cadangan penjualan yang dicatat selama periode jeda sampai tanggal penutupan
untuk menentukan tanggal penjualan. Jika auditor melihat bahwa jumlah yang
20
dicatat selama periode jeda secara signifikan berbeda dari retur dan cadangan
penjualan di awal periode audit, maka mereka perlu melakukan penyesuaian.
Sebagai contoh, suatu perusahaan bisa mengalami kenaikan retur penjualan sat
melakukan penjualan melalui Internet. Hal ini disebabkan karena pembeli tidak bisa
memeriksa produk sebelum dibeli. Sebagai tambahan, jika evaluasi pengendalian
internal atas pencatatan retur dan cadangan penjualan hasilnya tidak efektif, maka
lebih banyak sampel dibutuhkan untuk melakukan verifikasi terhadap pisah batas.
Dalam audit, biasanya penentuan pisah batas penerimaan kas dianggap tidak
terlalu penting dibandingkan pisah batas untuk penjualan, retur, dan cadangan
penjualan. Hal ini disebabkan karena penentuan pisah batas penerimaan kas yang
kurang tepat hanya akan memengaruhi saldo kas dan piutang dagang, bukan laba.
Jika salah saji tersebut material, maka hal tersebut dapat memengaruhi penyajian
wajar atas akun-akun ini, terutama ketika jumlah kas kecil atau bersaldo negatif.
Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas (biasanya disebut
holding the cash receipts book open) cukup mudah dilakukan, yaitu dengan
menelusuri pencatatan penerimaan kas ke setoran bank pada periode jeda yang
terdapat di laporan bank. Jika beberapa hari tertunda, maka terdapat indikasi salah
saji dalam penentuan pisah batas.
21
Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam mengevaluasi
cadangan dengan memeriksa saldo jangka panjang secara individu pada neraca
saldo. Pertama, mereka mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun
jangka pendek, meskipun beberapa akun ini jelas-jelas tidak tertagih. Kedua, sulit
untuk membandingkan hasil tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dalam
basis yang tidak terstruktur. Jika akun-akun ini secara progresif tidak tertagih
selama beberapa tahun, maka akun ini telah diabaikan. Untuk menghindari dua
kesalahan tersebut, klien dapat menyusun sejarah penghapusan piutang tak tertagih
(bad debt write-offs) selama kurun waktu tertentu sebagai referensi dalam
mengevaluasi cadangan tahun berjalan.
Piutang Tak Tertagih, Setelah auditor puas dengan akun cadangan, mudah
baginya untuk memeriksa piutang tak tertagih. Diasumsikan bahwa:
Piutang tak tertagih merupakan saldo sisa yang diverifikasi dari perhitungan
kembali.
Hak klien atas piutang dagang biasanya tidak menyebabkan masalah audit
karena piutang umumnya memang milik klien. Dalam beberapa kasus, ada bagian
dari piutang dagang yang dijadikan jaminan, ditujukan untuk pihak lain, atau dijual
dengan nilai lebih rendah. Umumnya, pelanggan tidak tahu-menahu tentang hal
tersebut, sehingga konfirmasi piutang pun tidak dapat memberikan kejelasan.
Untuk mendapatkan informasi mengenai keterbatasan hak klien atas piutangnya,
auditor perlu mendiskusikan dengan klien, melakukan konfirmasi ke bank, atau
memeriksa kontrak utang sebagai bukti bahwa piutang dagang dipakai sebagai
jaminan, dan memeriksa berkas korespondensi.
22
8. Penyajian dan Pengungkapan Piutang Dagang
a. Piutang dagang jumlahnya tidak material. Hal ini biasa terjadi pada
perusahaan tertentu, misalnya toko diskon dengan penjualan tunai dan kartu
kredit.
b. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak
efektif karena tingkat respons yang rendah atau tidak dapat diandalkan.
Dalam industri tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respons untuk
konfirmasi ini sangat rendah.
c. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah
rendah dan bukti substantif lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang
cukup. Jika klien memiliki pengendalian internal efektif dan risiko bawaan
23
yang cukup rendah terhadap siklus penjualan dan penagihannya, maka
auditor perlu memenuhi persyaratan dengan melakukan pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis.
2. Jenis-jenis Konfirmasi
24
b. Konfirmasi Negatif (Negative Confirmation)
25
ketepatan waktu, biasanya diperlukan konfirmasi akun-akun selama tanggal
interim.
26
yang lebih banyak dan yang jangka waktunya lebih lama perlu lebih ditekankan
karena biasanya dalam kondisi tersebut piutang dagang bisa mengalami salah saji
yang signifikan. Akan tetapi, penting juga untuk mengambil sampel dari setiap
segmen yang material dalam populasi.
6. Menjalankan Pengendalian
Bukti penerimaan kas pada masa tenggat sampai dengan tanggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan bukti pengiriman, jurnal penerimaan kas, atau bahkan
mungkin kredit yang terjadi selama masa tenggat pada berkas utama piutang
dagang.
27
c. Dokumen Pengiriman
8. Analisis Perbedaan
28
c. Pengembalian Barang
Kesalahan Klien dalam mencatat memo kredit dapat terjadi karena beda waktu atau
kesalahan pencatatan retur dan cadangan penjualan. Sama halnya dengan perbedaan
lain, hal ini perlu diselidiki.
Perbedaan yang terjadi dalam laporan pencatatan klien biasanya terjadi ketika
pelanggan menyatakan terjadinya kesalahan atas harga barang, kerusakan barang,
jumlah barang yang tidak diterima, dan lain-lain. Perbedaan ini perlu diselidiki
untuk menentukan apakah klien melakukan kesalahan dan berapa jumlah kesalahan
yang terjadi.
9. Pengambilan Kesimpulan
Selain itu, perlu dipastikan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili
populasi dengan benar. Meskipun jumlah salah saji dalam sampel tidak signifikan
dalam memengaruhi laporan keuangan, auditor perlu mempertimbangkan jika salah
saji itu menjadi material dalam populasi.
29
pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas,
konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk menguatkan pengambilan
keputusan mengenai kebenaran saldo yang disajikan.
30
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan
pengujian dalam siklus penjualan dan penagihan atas piutang usaha untuk memilih
bukti yang tepat guna untuk memverifikasi saldo akun dalam siklus penjualan dan
penagihan, setelah mempertimbangkan materialitas kinerja, melaksanakan
prosedur penilaian risiko untuk menilai risiko inheren dan pengendalian, serta
melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, serta
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha formulir konfirmasi. Dalam
merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus
memenuhi masing- masing dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo,
kedelapan tujuan tersebut meliputi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan
program audit piutang usaha dalam aged trial balance sama dengan jumlah yang
terkait dengan totalnya telah ditambahkan dengan benar dan sama dengan baku
besar umum, dan proses auditnya. dalam memperoleh aged trial balance piutang
usaha dan menelusuri saldo ke buku kas umum, dan 10 akun dari neraca saldo ke
akun file induk. Kemudian piutang usaha telah dimasukkan dalam kelengkapan dan
saldo telah akurat, lalu di klasifikasikan. dengan benar berdasarkan transaksi siklus
penjualan dan penagihan dan menyatakan nilai realisasinya kemudian klien
memiliki hak atas piutang usaha dan neraca saldo,
31
DAFTAR PUSTAKA
Elder, Randal J., Beasley, Mark S., Arens, Alvin A., Jusuf, Amir Abadi, 2018, Jasa
Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia), Jakarta:
Salemba Empat
32