Anda di halaman 1dari 24

Kelompok : Kelompok 3 – AC302A

Nama Anggota : 1. Bryant Martin Andre Silitonga (232020032)


2. Yumna Oktaviana (232020035)
3. Natasya Parahita (232020037)
4. Wina Adriana (232020039)
5. Elizabeth Vania Putri Prasetia (232020040)

CHAPTER 16
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN
DAN PENAGIHAN: PIUTANG USAHA

(Bryant Martin Andre Silitonga (232020032))


LO 16-1 MENGURAIKAN METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN ATAS
RINCIAN SALDO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RISIKO AUDIT

Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo


Pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi masing-masing
dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kedelapan tujuan umum tersebut sama bagi
semua akun. jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal itu disebut sebagai tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo piutang usaha:
1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya telah
ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum. (Detail tie-in)
2. Piutang usaha yang dicatat ada. (Existence)
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. (Completeness)
4. Piutang usaha sudah akurat. (Accuracy)
5. Usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (Classification)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar. (Cutoff)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. (Realizable value)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha. (Rights)
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian risiko auditor yang
memberikan pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. Sebagai bagian dari pemahaman ini,
auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen
dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Sebagai bagian dari perolehan
pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang dapat
menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan untuk piutang usaha,
auditor akan mempertimbangkan risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha. Sebagai
contoh, sebagai akibat dari perubahan yang buruk pada lingkungan ekonomi industri, auditor dapat
meningkatkan risiko inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.
Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap 1)
Pertama auditor akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah
pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi
ini disebut
sebagai penetapan materialitas kinerja.
Ketika menilai risiko inheren bagi setiap tujuan untuk akun-akun seperti piutang usaha,
auditor mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat klien serta industrinya. Standar auditing
mengindikasikan bahwa auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu
menyangkut pengakuan pendapatan. Hal ini mungkin akan mempengaruhi penilaian risiko inheren
oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta
pisah batas retur dan pengurangan penjualan. Jadi sudah biasa bagi klien untuk menyalah sajikan
pisah batas baik karena kesalahan maupun melalui kecurangan.

Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)


Auditor harus mempertimbangkan 3 aspek pengendalian internal :
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
2. Pengendalian terhadap pisah batas
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko
deteksi yang direncanakan clan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo.
Dua aspek dari gambar tersebut perlu disinggung secara khusus :
1. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian mempengaruhi
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi atau keberadaan. Akan tetapi, untuk
penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian mempengaruhi
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan.
2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak, serta tujuan
yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh penilaian
risiko pengendalian untuk kelas transaksi.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian
untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi.
Auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh
mana risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha.

(Yumna Oktaviana (232020035))


LO 16-2 MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS UNTUK
AKUN-AKUN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN

Merancang Dan Melaksanakan Prosedur Analitis Substantif (Tahap III)


Prosedur analitis dilakukan pada 3 tahap audit yakni tahap perencanaan, pengujian
terperinci, dan penyelesaian audit. Pelaksanaan prosedur analitis terkait pengujian substantif atau
biasa disebut dengan prosedur analitis substantif. Prosedur analitis substantif ini masuk dalam fase
pengujian terperinci. Hal ini dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum terjadi pengujian atas
rincian saldo. Jadi sebelum rincian saldo dilakukan auditor akan melakukan analitis prosedur
terlebih dahulu sehingga berdasarkan analitis prosedur ini auditor dapat menyaring akun apa saja
yang diperlukan untuk pengujian lebih lanjut.
Dan kenapa dilakukan setelah tanggal neraca hal ini karena setelah tanggal neraca laporan
keuangan suatu perusahaan sudah mencakup kinerja perusahaan selama satu tahun. Dan dari
analitis prosedur ini akan terlihat selama satu periode apakah ada akun-akun yang mengalami
fluktuasi yang tidak biasa sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terkait pengujian saldo
akun. Tidak hanya piutang usaha saja, auditor akan melakukan prosedur analitis untuk siklus
penjualan dan penagihan juga secara keseluruhan. Hal ini didasarkan dari hubungan antara akun-
akun laporan laba rugi dan neraca. Misalkan jika auditor mengidentifikasi adanya kesalahan
penyajian dalam sebuah penjualan atau pengembalian barang dagang, auditor menggunakan
prosedur analitis kemungkinan besar piutang dagang tersebut akan menutupi kesalahan dari
penyajian tersebut.
Contoh Prosedur Analitis Untuk Siklus Penjualan dan Penagihan

Tabel tersebut menunjukan prosedur analitis yang digunakan auditor dalam melakukan
analitis prosedur khususnya untuk siklus penjualan dan penagihan. Dalam tabel tersebut dapat
dilihat pula adanya potensi salah saji yang bisa diidentifikasi oleh auditor dengan melakukan
analitis prosedur. Bisa kita lihat di dalam table 16-1 auditor perlu mengerti dan memperhatikan
piutang dagang yang memiliki jumlah yang cukup besar seperti saldo yang besar. Rekening yang
tidak tertagih dalam waktu lama, piutang dari perusahaan yang terafiliasi, karyawan, direktur atau
pihak-pihak lain, dan saldo kredit. Untuk mengidentifikasi jumlah ini, auditor perlu menelaah
daftar rekening pada tanggal neraca untuk menentukan akun mana yang perlu diselidiki lebih
lanjut.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi
yang tidak biasa, auditor harus mengajukan pertanyaan tambahan kepada pihak manajemen.
Respon manajemen pun harus dievaluasi secara kritis untuk menentukan apakah respons itu
menjelaskan secara memadai fluktuasi yang tidak biasa dan apakah didukung oleh bukti yang
lengkap. Sebagai tambahan pada siklus penjualan ada beberapa kelas transaksi yang terkait,
sehingga jika terjadi kesalahan perhitungan nantinya akan berdampak pada salah saji yang
material. Beberapa kelas transaksi yang terkait adalah penjualan (tunai / kredit ), penerimaan kas,
serta retur dan pengurangan penjualan.
Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Atas Rincian Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Untuk pembahasan tentang pengujian rincian saldo untuk piutang usaha, hanya akan
berfokus pada tujuan audit yang berhubungan dengan saldo. Pengujian atas rincian saldo yang
tepat tergantung pada faktor-faktor yang tercantum dalam kertas kerja perencanaan bukti pada
tabel 16-7. Hal ini dimaksudkan bahwa auditor telah menyelesaikan lembar kerja perencanaan
bukti dan auditor telah memutuskan risiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian detail pada
setiap tujuan audit terkait saldo. Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat
bergantung pada apakah bukti yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah, sedang, atau
tinggi.

LO 16-3 MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PENGUJIAN ATAS RINCIAN


SALDO UNTUK PIUTANG USAHA
Pembahasan berikut ini merupakan prosedur audit khusus yang dilakukan auditor untuk mencapai
tujuan audit yang terkait dengan saldo.

1. Piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta buku besar
umum
Auditor memastikan piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file
induk serta buku. Pengujian tentang piutang usaha dan penyisihan piutang usaha didasarkan pada
aged trial balance. Aged trial balance menyajikan daftar saldo piutang usaha, tanggal neraca,
rincian saldo pelanggan, tanggal faktur.
Prosedur yang dilakukan auditor adalah menguji informasi aged trial balance untuk memverifikasi
saldo piutang usaha sesuai dengan buku besar umum dan file induk sebelum melakukan pengujian
lainnya. Selain itu, auditor juga melakukan foot dan crossfoot terkait aged trial balance dan
membandingkan dengan buku besar umum. Kemudian langkah yang terakhir adalah menelusuri
salinan faktur penjualan untuk memverifikasi nama pelanggan, saldo, dan umur piutang.

2. Piutang usaha yang dicatat memang ada


Dilakukan untuk memastikan bahwa piutang usaha yang dicatat oleh klien memang
benar-benar ada. Kemudian prosedur yang dilakukan auditor adalah dengan cara konfirmasi saldo
pelanggan. Kemudian jika pelanggan tidak merespon konfirmasi, auditor akan memeriksa
dokumen pengiriman barang dan bukti penerimaan kas untuk menentukan apakah saldo piutang
telah ditagih atau belum.

3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan


Tujuan auditor menguji adalah untuk memastikan piutang usaha yang ada telah
dicantumkan klien di pembukuannya. Sebagai contoh jika kondisi klien atau perusahaan tidak
sengaja menghapus piutang usaha dari daftar neraca saldo, maka satu-satunya cara yang dilakukan
yaitu memfooting (mengecek daftar kebawah) dan merekonsiliasi saldonya dengan akun di buku
besar.
4. Piutang usaha sudah akurat
Tujuan auditor menguji adalah untuk memastikan piutang usaha yang dicatat klien sudah
akurat. Prosedur audit yang dilakukan auditor adalah hampir sama dengan prosedur pengujian atas
asersi keberadaan yakni dengan konfirmasi saldo pelanggan. Kemudian jika pelanggan tidak
merespon konfirmasi, auditor akan memeriksa dokumen pengiriman barang dan bukti penerimaan
kas dengan melakukan pengujian terhadap debit dan kredit saldo setiap pelanggan.

(Natasya Parahita (232020037))


5. Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar
Tujuan auditor adalah untuk memastikan piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan
benar oleh klien. Prosedur audit yang dapat dilakukan auditor adalah memverifikasi bahwa wesel
tagih atau piutang usaha yang diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dipisahkan dari akun
regular. Dan memastikan klasifikasi telah disajikan dengan layak dengan menentukan apakah
transaksi dengan pihak afiliasi diperlihatkan dengan benar dalam laporan keuangan.

6. Pisah Batas Piutang Usaha Sudah Benar


Salah saji pisah batas (Cutoff Misstatements) terjadi apabila transaksi periode berjalan
dicatat pada periode selanjutnya atau sebaliknya. Tujuan dari pengujian pisah batas, tanpa
memandang adanya jenis transaksinya adalah untuk memverifikasi apakah transaksi yang
mendekati akhir periode akuntansi dicatat dalam periode yang tepat. Tujuan tersebut sangat
penting dalam siklus karena salah saji dalam pisah batas dapat secara signifikan mempengaruhi
pendapatan periode berjalan.
Salah saji pisah batas dapat terjadi pada penjualan, retur dan pengurangan penjualan, dan
penerimaan kas. Pada masing-masing pos tersebut, auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga
untuk menentukan kelayakan pisah batas, antara lain :
a. Menentukan kriteria pisah batas yang tepat
b. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk
memastikan kelayakan pisah batas
c. Menguji apakah pisah batas sudah benar
Salah saji pisah batas terdiri dari 3 jenis, yaitu :
a. Pisah Batas Penjualan (Sales Cutoff)
Sebagian besar klien perusahaan dagang dan manufaktur mencatat penjualan berdasarkan
kriteria pengiriman barang. Namun, ada beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat hak
atas barang beralih, yang dapat terjadi sebelum pengiriman, pada saat pengiriman, atau setelah
pengiriman. Bagian terpenting dalam mengevaluasi metode klien untuk memperoleh pisah
batas yang dapat diandalkan adalah menentukan prosedur yang digunakan. Jika klien
mengeluarkan dokumen pengiriman yang telah dipranomori secara berurutan, biasanya akan
mudah untuk mengevaluasi dan menguji pisah batas.
Melakukan pemisahan tugas antara pengiriman dan fungsi penagihan, bertujuan untuk
meningkatkan kemungkinan pencatatan transaksi pada periode yang tepat. Jika pengiriman
dilakukan dengan truk perusahaan, jika catatan pengiriman tidak diberi nomor, dan jika
personel departemen pengiriman dan penagihan tidak independen satu sama lain, maka akan
sulit untuk memastikan pisah batas yang akurat.
Jika pengendalian internal klien sudah memadai, biasanya auditor dapat memverifikasi
pisah batas dengan memperoleh nomor dokumen pengiriman untuk pengiriman terakhir yang
dilakukan pada akhir periode dan membandingkan nomor tersebut dengan penjualan yang
dicatat pada periode berjalan atau periode berikutnya.

b. Pisah Batas Retur dan Pengurangan Penjualan (Sales Returns and Allowances Cutoff)
Standar akuntansi mengharuskan retur dan potongan penjualan dicocokkan dengan
penjualan terkait jika jumlahnya material. Ketika auditor yakin bahwa klien telah mencatat
semua retur dan pengurangan penjualan dengan benar, maka pengujian pisah batas akan
menjadi sederhana dan bersifat langsung. Auditor dapat memeriksa dokumentasi pendukung
menyangkut sampel retur dan pengurangan penjualan yang dicatat selama beberapa minggu
setelah tanggal penutupan untuk menentukan tanggal penjualan sebenarnya. Jika auditor
menemukan bahwa jumlah yang dicatat pada periode berikutnya secara signifikan berbeda
dengan retur dan pengurangan penjualan yang tidak dicatat pada awal periode setelah diaudit,
maka mereka harus mempertimbangkan penyesuaian.
c. Pisah Batas Penerimaan Kas (Cash receipts Cutoff )
Sebagian besar audit, pisah batas penerimaan kas yang benar kurang begitu penting
dibandingkan pisah batas penjualan atau retur penjualan dan pengurangan penjualan karena
pisah batas kas yang tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha, bukan
pendapatan. Namun, jika salah sajinya material, hal itu dapat mempengaruhi kewajaran
penyajian akun-akun tersebut, terutama jika kasnya memiliki saldo kecil atau negatif.
Untuk menguji salah saji pisah batas penerimaan kas (seringkali disebut sebagai
penyelenggaraan pembukuan penerimaan kas terbuka) dengan menelusuri penerimaan kas
yang dicatat ke setoran bank periode berikutnya pada laporan bank. Jika terjadi penundaan
selama beberapa hari, hal tersebut dapat menunjukkan salah saji pisah batas. Hingga tingkat
tertentu, auditor juga dapat bergantung pada konfirmasi piutang usaha untuk mengungkap
salah saji pisah batas untuk penjualan, retur dan pengurangan penjualan, dan penerimaan kas.
Akan tetapi, seringkali sulit untuk membedakan salah saji pisah batas dengan perbedaan waktu
(timing difference) yang normal akibat pengiriman dan pembayaran masih dalam perjalanan
pada akhir tahun.

7. Piutang Usaha Dinyatakan pada Nilai Direalisasi


Nilai realisasi piutang usaha (realizable value of accounts receivable) sama dengan
piutang usaha kotor dikurangi penyisihan piutang tak tertagih. Untuk menghitung penyisihan, klien
mengestimasi total jumlah piutang usaha yang diperkirakan tidak dapat tertagih. Pada
kenyataannya, klien tidak dapat memprediksi piutang di masa depan dengan tepat, tetapi penting
bagi auditor untuk mengevaluasi apakah penyisihan klien itu masuk akal dengan
mempertimbangkan semua fakta yang tersedia. Untuk membantu melakukan evaluasi ini, auditor
seringkali menyiapkan jadwal audit yang menganalisis penyisihan piutang tak tertagih.
Untuk memulai evaluasi penyisihan piutang tak tertagih, auditor mereview hasil
pengujian pengendalian yang berkaitan dengan kebijakan kredit klien. Jika kebijakan kredit klien
tetap tidak berubah dan hasil pengujian kebijakan kredit serta persetujuan kredit konsisten dengan
hasil tahun sebelumnya, maka perubahan saldo penyisihan piutang tak tertagih seharusnya hanya
merefleksikan perubahan kondisi perekonomian dan volume penjualan. Jika kebijakan kredit klien
atau tingkat dimana kebijakan tersebut berfungsi dengan benar telah berubah secara signifikan,
auditor harus mempertimbangkan dengan cermat pengaruh dari perubahan tersebut.
Auditor sering mengevaluasi kecukupan penyisihan dengan memeriksa secara cermat
piutang tidak lancar pada aged trial balance untuk menentukan mana yang belum dibayar setelah
tanggal neraca. Jumlah dan umur saldo yang belum dibayar kemudian dapat dibandingkan dengan
informasi serupa dari tahun-tahun sebelumnya untuk mengevaluasi apakah jumlah piutang tidak
lancar meningkat atau menurun dari waktu ke waktu. Auditor menghadapi dua kekurangan dalam
mengevaluasi penyisihan dengan mereview setiap saldo tidak lancar pada aged trial balance ,
diantaranya :
1. Piutang lancar diabaikan ketika menetapkan kecukupan penyisihan, meskipun beberapa
dari jumlah ini pasti akan menjadi tidak tertagih.
2. Sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya atas
dasar yang tidak terstruktur semacam itu.
Untuk menghindari dua kekurangan ini, klien dapat menetapkan sejarah penghapusan piutang tak
tertagih selama periode waktu tertentu sebagai kerangka acuan untuk mengevaluasi penyisihan
tahun berjalan.

Beban Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Expense)


Setelah auditor puas dengan penyisihan piutang tak tertagih, maka akan lebih mudah
untuk memverifikasi beban piutang tak tertagih. Apabila diasumsikan bahwa:
a. Saldo awal dalam akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya.
b. Penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagai bagian dari pengujian substantif
atas transaksi.
c. Saldo akhir dalam akun penyisihan telah diverifikasi dengan berbagai cara.
Beban piutang tak tertagih kemudian hanya saldo residu yang dapat diverifikasi dengan
perhitungan ulang.

8. Klien Memiliki Hak atas Piutang Usaha


Hak klien atas piutang usaha tidak menimbulkan masalah audit karena piutang biasanya
milik klien. Namun, dalam beberapa kasus, dimana sebagian dari piutang telah digadaikan sebagai
jaminan, dibebankan kepada orang lain, diperhitungkan, atau dijual dengan harga diskon.
Biasanya, pelanggan klien tidak mengetahui adanya hal tersebut, sehingga konfirmasi piutang
tidak akan memberikan informasi apapun. Untuk mengungkap kasus dimana klien memiliki hak
terbatas atas piutang, auditor dapat mereview notulen rapat, berdiskusi dengan klien,
mengkonfirmasi dengan bank, memeriksa kontrak utang menyangkut bukti piutang usaha yang
dijaminkan, dan memeriksa file korespondensi.

9. Penyajian dan Pengungkapan Piutang Usaha


Pengujian terhadap empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan umumnya
dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Namun, beberapa pengujian atas penyajian
dan pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit terkait dengan
saldo. Untuk mengevaluasi kememadaian penyajian dan pengungkapan, auditor harus memahami
standar akuntansi serta persyaratan penyajian dan pengungkapan. Auditor harus mengevaluasi
apakah klien memiliki jumlah terpisah yang material, yang memerlukan pengungkapan terpisah
dalam laporan.

LO 16-4 MEMPEROLEH DAN MENGEVALUASI KONFIRMASI


PIUTANG USAHA
(Wina Adriana (232020039))
Konfirmasi adalah tanggapan tertulis langsung dari pihak ketiga dalam bentuk kertas atau
elektronik, tetapi juga dapat mencakup informasi yang dapat diperoleh auditor langsung.
Konfirmasi dianggap sebagai bukti yang sangat andal karena diterima langsung dari pihak
ketiga. Karena konfirmasi berasal dari sumber pihak ketiga dan bukan dari klien, jenis bukti ini
sangat dipercaya dan merupakan jenis bukti yang sering digunakan.
Tujuan utama konfirmasi piutang adalah untuk memenuhi tujuan existence, accuracy, dan
cut-off.

Persyaratan Standar Auditing


Standar audit AS menunjukkan bahwa auditor harus menggunakan konfirmasi eksternal
untuk piutang. Konfirmasi mungkin tidak tepat dalam situasi berikut:
1. Keseluruhan saldo piutang tidak material
Beberapa klien, seperti makanan cepat saji restoran, dapat menghasilkan penjualan
sebagian besar secara tunai, sehingga dapat mengabaikan saldo piutang. Atau memisahkan
dari piutang usaha.
2. Auditor menganggap konfirmasi sebagai bukti yang tidak efektif,
karena tingkat respons kemungkinan besar tidak memadai atau tidak dapat diandalkan. Di
industri tertentu. Seperti rumah sakit, tingkat respons terhadap konfirmasi sangat rendah.
3. Tingkat risiko salah saji material yang dinilai auditor (diwakili oleh tingkat gabungan risiko
bawaan dan risiko pengendalian)
adalah rendah dan bukti substantif lainnya dapat diakumulasikan untuk memberikan bukti
yang cukup. Jika klien memiliki pengendalian internal yang efektif dan risiko bawaan yang
rendah untuk siklus penjualan dan penagihan, auditor harus sering dapat memenuhi
persyaratan bukti dengan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan
prosedur analitis substantif.

Jenis Konfirmasi
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, auditor harus terlebih dahulu memutuskan jenis
konfirmasi yang akan digunakan. Terdapat 2 jenis yaitu:
1. Konfirmasi positif adalah komunikasi yang ditujukan kepada debitur yang meminta kepada
penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang tercantum pada
permintaan konfirmasi benar atau salah.
Terdapat 2 jenis konfirmasi positif:
1. Blank confirmation form (formulir konfirmasi kosong)
→ jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi
meminta penerimanya untuk mengisi saldo/melengkapi informasi lainnya.
2. Invoice confirmation (konfirmasi faktur)
→ jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan dikonfirmasi dan
bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan
2. Konfirmasi negatif juga ditujukan kepada debitur tetapi meminta tanggapan hanya jika
debitur tidak setuju dengan jumlah yang disebutkan.

Standar audit menyatakan bahwa konfirmasi negatif juga bisa digunakan untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima jika:
- Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran adalah rendah
- Sebagian besar akun bersaldo kecil
- Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan mempertimbangkan
permintaan tersebut

Keputusan Pengambilan Sampel


Terdapat beberapa kategori faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk
konfirmasi piutang sebagai berikut :
- Materialitas kinerja : besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi,
yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
- Risiko bawaan (ukuran relatif dari total piutang, jumlah akun atau hasil tahun sebelumnya
dan salah saji yang diharapkan)
- Pengendalian risiko : adalah upaya penerapan pengendalian yang sesuai untuk
mendapatkan keseimbangan dalam hal keamanan, kegunaan, dan pembiayaan dari suatu
perusahaan.
- Risiko deteksi yang diperoleh dari tes substantif lainnya
- Jenis konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya memerlukan ukuran sampel yang lebih
besar)
Verifikasi alamat dan Mempertahankan Kontrol
Auditor harus melakukan prosedur untuk memverifikasi alamat atau alamat email yang
digunakan untuk konfirmasi. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan untuk melakukan
prosedur tambahan ketika alamatnya adalah kotak pos atau ketika alamat email tidak sesuai dengan
alamat situs Web pelanggan.

(Elizabeth Vania Putri Prasetia (232020040))


Menindaklanjuti Nonrespons
Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh dianggap
sebagai bukti audit yang signifikan. Sebagai contoh, tidak adanya tanggapan terhadap konfirmasi
positif, tidak menyediakan menyediakan bukti audit. Demikian juga, untuk konfirmasi negatif,
auditor tidak boleh menyimpulkan bahwa penerima menerima permintaan konfirmasi dan
memverifikasi informasi yang diminta. Akan tetapi, konfirmasi negatif menyediakan sejumlah
bukti untuk asersi eksistensi atau keberadaan
Ketika konfirmasi positif digunakan, standar auditing mensyaratkan prosedur tindak
lanjut untuk konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan. Jadi, sudah umum mengirimkan
permintaan konfirmasi kedua dan terkadang bahkan ketiga. Bahkan dengan upaya tersebut,
beberapa pelanggan tidak mengembalikan konfirmasi, sehingga perlu ditindaklanjuti dengan
prosedur alternatif. Tujuan prosedur alternatif adalah untuk menentukan dengan cara selain
konfirmasi, apakah piutang yang tidak dikonfirmasi tersebut memang ada dan telah dinyatakan
dengan benar pada tanggal konfirmasi.
Untuk konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumentasi
berikut untuk memverifikasi eksistensi dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang membentuk
saldo akhir piutang usaha:
● Penerimaan Kas Selanjutnya
Bukti penerimaan kas setelah tanggal konfirmasi mencakup pemeriksaan remittance
advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau mungkin kredit selanjutnya dalam
file induk piutang usaha. Pada satu sisi, pemeriksaan bukti penerimaan kas selanjutnya
adalah prosedur alternatif yang sangat berguna karena masuk akal untuk mengasumsikan
bahwa pelanggan tidak akan melakukan pembayaran kecuali piutang tersebut memang ada.
Di sisi lain, pembayaran tidak selalu menetapkan apakah kewajiban memang ada pada
tanggal konfirmasi. Selain itu, auditor harus berhati-hati untuk mencocokkan setiap
transaksi penjualan yang belum dibayar dengan bukti pembayaran berikutnya sebagai
pengujian atas perbedaan atau ketidaksesuaian setiap faktur yang beredar.
● Salinan Faktur Penjualan
Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan yang sebenarnya dan
tanggal penagihan yang sebenarnya.
● Dokumen Pengiriman
Hal ini penting dalam menetapkan apakah pengiriman benar-benar dilakukan dan sebagai
pengujian pisah batas.
● Korespondensi dengan Klien
Biasanya, auditor tidak perlu meninjau korespondensi sebagai bagian dari prosedur
alternatif, tetapi korespondensi dapat digunakan untuk menemukan piutang yang
diperselisihkan dan yang meragukan yang tidak terungkap dengan cara lain.
Luas dan sifat prosedur alternatif sangat tergantung pada materialitas nonrespons, jenis
salah saji yang ditemukan dalam respons yang dikonfirmasi, penerimaan kas selanjutnya
dari nonrespons, dan kesimpulan auditor tentang pengendalian internal.
Biasanya lebih baik untuk memperhitungkan semua saldo yang tidak dikonfirmasi dengan
prosedur alternatif bahkan jika jumlahnya kecil, sebagai cara untuk menggeneralisasi
dengan benar dari sampel ke populasi. Pendekatan lain yang dapat diterima adalah dengan
mengasumsikan bahwa nonrespons adalah 100 persen jumlah lebih saji.

Analisis Perbedaan
Jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukan
penyebab setiap perbedaan yang dilaporkan. Dalam banyak kasus, perbedaan disebabkan oleh
perbedaan waktu antara catatan klien dan pelanggan. Jadi sangatlah penting untuk membedakan
antara perbedaan waktu dan pengecualian, yang merupakan salah saji saldo piutang. Jenis
perbedaan konfirmasi yang paling sering dilaporkan meliputi:
● Pembayaran telah dilakukan
Perbedaan yang dilaporkan umumnya terjadi ketika pelanggan telah melakukan
pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran pada
waktu melakukan pencatatan sebelum tanggal konfirmasi. Kejadian seperti ini harus
diselidiki dengan cermat untuk menentukan kemungkinan salah saji pisah batas
penerimaan kas, lapping, atau pencurian kas.
● Barang belum diterima
Perbedaan ini umumnya terjadi karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman
dan pelanggan mencatat akuisisi/perolehan saat barang diterima. Waktu barang tersebut
masih dalam perjalanan sering menjadi penyebab perbedaan yang dilaporkan pada
konfirmasi. Hal tersebut harus diselidiki untuk menentukan kemungkinan pelanggan tidak
menerima barang sama sekali atau keberadaan salah saji pisah batas pada catatan klien.
● Barang telah dikembalikan
Kelalaian klien untuk mencatat memo kredit dapat diakibatkan oleh perbedaan waktu atau
pencatatan retur dan pengurangan penjualan yang tidak tepat. Seperti perbedaan lainnya,
ini harus diselidiki.
● Kesalahan klerikal dalam jumlah yang diperdebatkan
Jenis perbedaan yang paling mungkin dilaporkan dalam catatan klien adalah ketika
pelanggan menyatakan bahwa ada kesalahan dalam harga yang dikenakan untuk barang,
barang rusak, jumlah barang yang tepat belum diterima, dan sebagainya. Perbedaan
tersebut harus diselidiki untuk menentukan apakah klien telah melakukan kesalahan dan
jumlah kesalahan tersebut.
Dalam kebanyakan kasus, auditor akan meminta klien untuk merekonsiliasi perbedaan dan,
jika perlu, akan berkomunikasi dengan pelanggan untuk menyelesaikan setiap
ketidaksepakatan. Tentu, auditor harus hati-hati memverifikasi kesimpulan klien pada
setiap perbedaan yang signifikan.

Menarik Kesimpulan
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam melakukan
prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah saji klien
harus dianalisis untuk menentukan apakah itu konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat risiko
pengendalian yang dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu tidak
konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus merevisi penilaian itu dan
mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut terhadap audit. Auditor perusahaan publik juga harus
mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
Auditor juga harus menggeneralisasi dari sampel ke populasi piutang usaha secara
keseluruhan. Meskipun jumlah salah saji dalam sampel mungkin tidak secara signifikan
mempengaruhi laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan apakah populasi
kemungkinan besar mengandung salah saji material.
Auditor harus selalu mengevaluasi sifat kualitatif salah saji yang ditemukan dalam sampel,
tanpa memandang jumlah dolar salah saji populasi yang diestimasi. Meskipun salah saji yang
diestimasi lebih kecil dari materialitas kinerja untuk piutang usaha, salah saji yang ditemukan
dalam sampel dapat menjadi gejala dari masalah yang lebih serius.
Keputusan akhir mengenai piutang dan penjualan adalah apakah bukti yang cukup dan
tepat telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi,
prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lainnya untuk
membenarkan penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo yang dinyatakan.
LO 16-5 MERANCANG PROSEDUR AUDIT UNTUK MENGAUDIT PIUTANG USAHA
DENGAN MENGGUNAKAN KERTAS KERJA PERENCANAAN BUKTI SEBAGAI
PEDOMAN
Kami menggunakan Hillsburg Hardware Co. untuk mengilustrasikan pengembangan
prosedur program audit untuk pengujian detail dalam siklus penjualan dan penagihan. Penentuan
prosedur ini didasarkan pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi,
seperti yang diilustrasikan dalam Bab 14 dan 15, dan prosedur analitis yang dijelaskan sebelumnya
dalam bab ini.

Hasil yang
tidak dapat
diterima
Fran Moore, auditor senior, menyiapkan lembar kerja perencanaan bukti yang disajikan
Gambar 16-7 sebagai bantu untuk membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo
yang direncanakan. Sumber dari setiap baris adalah sebagai berikut:
● Materialitas kinerja. Penilaian awal materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan ditetapkan pada $442.000 (sekitar 6% dari laba operasi sebesar $7.370.000).
Dia mengalokasikan $265.000 sebagai materialitas kinerja untuk audit piutang usaha (lihat
Gambar 8-7).
● Risiko audit yang dapat diterima. Fran menilai risiko audit dapat diterima sebagai sedang
karena perusahaan tersebut terbuka, namun dalam kondisi keuangan yang baik, dan
memiliki integritas manajemen yang tinggi.
● Risiko Inheren. Fran menilai sedang risiko inheren untuk tujuan eksistensi/keberadaan dan
pisah batas karena kekhawatiran atas pengakuan pendapatan yang diidentifikasi dalam
standar audit. Fran juga menilai sedang risiko inheren untuk nilai realisasi. Dalam beberapa
tahun terakhir, klien melakukan penyesuaian audit atas penyisihan piutang tak tertagih
karena ditemukan mengalami kurang saji. Risiko inheren akan dinilai rendah untuk semua
tujuan lainnya.
● Risiko pengendalian. Penilaian risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit adalah sama
seperti pada Gambar 15-6. (Ingatlah bahwa hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi dalam Bab 15 konsisten dengan penilaian awal auditor atas risiko
pengendalian, kecuali untuk tujuan keakuratan dan pisah batas untuk penjualan.)
● Hasil pengujian substantif atas hasil transaksi. Hasil ini juga diambil dari Gambar 15-6.
(Ingat dari Bab 15 bahwa semua hasil dapat diterima kecuali untuk akurasi dan pisah batas
untuk penjualan.)
● Prosedur analitis substantif. Lihat Tabel 16-2 dan 16-3
● Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit yang direncanakan. Kedua baris ini
diputuskan untuk setiap tujuan berdasarkan kesimpulan di baris lainnya.
Tabel 16-4 menunjukkan program audit bagi pengujian yang terinci untuk piutang usaha,
berdasarkan tujuan, dan untuk penyisihan piutang tak tertagih. Program audit mencerminkan
kesimpulan untuk bukti audit yang direncanakan pada lembar kerja perencanaan bukti pada
Gambar 16-7.
Tabel 16-5 menunjukkan program audit dalam format kinerja. Prosedur audit identik
dengan yang ada di Tabel 16-4 kecuali untuk prosedur 4, yang merupakan prosedur analitis
substantif. Angka-angka dalam tanda kurung adalah referensi silang antara dua tabel.

Anda mungkin juga menyukai