Anda di halaman 1dari 16

MODUL PEMERIKSAAN AKUNTANSI 2

MODUL

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN :


PEMERIKSAAN ATAS PIUTANG USAHA

DISUSUN OLEH
ICKHSANTO WAHYUDI, S.E, M. Ak

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2021

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0/
16
Audit Siklus Penjualan dan Penagihan : Pemeriksaan atas Piutang Usaha

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami Siklus Penjualan dan Penagihan
2. Memahami Pemeriksaan atas Piutang Usaha

B. Uraian

Bab ini merupakan bagian terakhir dari audit pada siklus penjualan dan penagihan dengan
dua akun neraca utama yaitu piutang usaha dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Pemilihan bukti yang tepat untuk melakukan verifikasi saldo akun dalam siklus penjualan
dan penagihan merupakan hal yang penting bagi auditor. Bab ini akan mengulas seberapa
penting pemilihan bukti tersebut. Selain memilih bukti yang tepat, auditor juga
mempertimbangkan beberapa hal lain seperti materialitas kinerja, pelaksanaan prosedur
penilaian resiko, serta pelaksanaan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi.

A. Metodologi Pengujian Rincian Saldo


Pemahaman terhadap metodologi secara keseluruhan perlu dilakukan untuk dapat
menyusun rancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha dan juga akun lain.
Berikut disajikan bagan metodologi dan penjelasannya :

Bagan I : Metodologi untuk Perancangan Pengujian atas Rincian Saldo bagi


Piutang Usaha
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1/
16
1. Identifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Dasar pengujian piutang usaha terletak pada prosedur penilaian risiko
auditor setelah mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta
evaluasi terhadap tujuan manajemen dan proses bisnis perusahaan. Selain itu,
untuk mendapat pemahaman menyeluruh, auditor juga melakukan prosedur
analitis pendahuluan supaya terlihat adanya kenaikan salah saji piutang usaha.
Resiko bisnis klien yang memiliki pengaruh terhadap piutang usaha juga
dipertimbangkan saat auditor melakukan evaluasi atas risiko inheren dan bukti
yang direncanakan untuk piutang usaha.
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Setelah memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas
laporan keuangan keseluruhan, auditor melakukan alokasi jumlah pertimbangan
pendahuluan pada setiap akun neraca yang signifikan (alokasi penetapan
materialitas kinerja). Piutang usaha merupakan salah satu akun yang material
dalam laporan keuangan perusahaan yang memiliki transaksi penjualan secara
kredit. Walaupun saldo piutang usaha bernilai kecil, dalam siklus penjualan dan
penagihan, transaksi yang berpengaruh terhadap saldo piutang usaha hampir
bisa dipastikan signifikan.
Auditor hendaknya mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan
tertentu yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan sesuai standar auditing.
Risiko tersebut kemungkinan berpengaruh terhadap penilaian risiko inheren
untuk tujuan audit keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah
batas return dan pengurangan penjualan.
3. Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Berikut ini tiga aspek pengendalian internal yang harus diperhatikan oleh
auditor terkait penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha :
i. Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi penggelapan.
ii. Pengendalian terhadap pisah batas.
iii. Pengendalian yang berkaitan dengan penyisihan piutang tak tertagih.
Auditor ketika hendak mengambil keputusan mengenai risiko deteksi yang
direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo,
harus mampu melakukan analisis hubungan (keterhubungan) risiko
pengendalian untuk tujuan audit yang memiliki keterkaitan dengan transaksi
diperbandingkan dengan tujuan audit yang memiliki keterkaitan dengan saldo.
Keterhubungan ini Sebagian besar bersifat langsung. Berikut disajikan tabel :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2/
16
Tabel I : Hubungan Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan serta Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo Piutang
Usaha
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)
Dua aspek hubungan dalam Tabel I yang perlu diperhatikan secara khusus :
i. Pada kelas transaksi penjualan, tujuan audit yang terkait transaksi keterjadian
memiliki pengaruh terhadap tujuan audit yang terkait dengan saldo keberadaan
atau eksistensi. Pada kelas transaksi penerimaan kas, tyjuan audit terkait
transaksi keterjadian memiliki pengaruh terhadap tujuan audit terkait saldo
kelengkapan. Hubungan semacam itu juga terjadi pada tujuan audit terkait
transaksi kelengkapan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan penjualan
meningkatkan piutang usaha, akan tetapi sebaliknya bahwa penerimaan kas
menurunkan piutang usaha.
ii. Tujuan audit terkait saldo piutang usaha nilai realisasi dan hak, serta tujuan
terkait penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh penilaian risiko
pengendalian untuk kelas transaksi. Identifikasi dan pengujian pengendalian
secara terpisah harus dilakukan oleh auditor dalam rangka memperoleh
penilaian risiko pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut sehingga tetap
dipastikan berada di bawah maksimum.
4. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Setelah memperoleh hasil pengujian pengendalian, hasil tersebut akan
menentukan mengenai penilaian risiko pengendalian untuk penjualan dan
penerimaan kas apakah harus direvisi. Auditor akan menentukan sejauh mana
risiko deteksi yang direncanakan akan terpenuhi bagi setiap tujuan audit yang
terkait saldo piutang usaha dengan menggunakan hasil pengujian substantif atas
transaksi.
5. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan dilaksanakan oleh
auditor secara keseluruhan, bukan hanya pada akun piutang usaha. Hal ini
karena akun-akun laporan laba rugi dan neraca memiliki hubungan antar akun
yang erat. Berikut ini disajikan tabel contoh rasio dan perbandingan untuk
siklus penjualan dan penagihan serta salah saji potensial yang dapat diungkap
melalui prosedur analitis.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3/
16
Tabel II : Prosedur Analitis untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)
6. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Piutang Usaha
(Tahap III)
Faktor-faktor yang tercantum pada kertas kerja perencanaan bukti (Tabel
V) berpengaruh secara langsung terhadap pengujian atas rincian saldo yang
tepat. Setiap faktor dan risiko deteksi yang direncanakan memiliki hubungan
yang telah terbentuk dengan baik. Meski demikian, melakukan penggabungan
faktor-faktor yang menentukan risiko deteksi yang direncanakan merupakan
tugas yang kompleks karena pengukuran setiap faktor bersifat tidak jelas dan
pembobotan pada setiap faktor sangat subjektif.

B. Rancangan Pengujian Rincian Saldo


Pembahasan mengenai pengujian atas rincian saldo piutang usaha akan selalu
berfokus pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Selain itu juga digunakan
asumsi atas dua hal berikut :
1. Kertas kerja perencanaan bukti sebagaimana disajikan pada Tabel V telah
diselesaikan oleh auditor.
2. Risiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian atas rincian saldo bagi setiap
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo telah diputuskan oleh auditor.
Auditor menerapkan delapan tujuan audit dalam rancangan pengujian atas rincian
saldo untuk piutang usaha dengan tambahan mengenai penyajian dan pengungkapan
piutang usaha. Secara khusus delapan tujuan audit yang diterapkan pada piutang usaha
disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha (accounts
receivable balance-related audit objectives), yaitu :
1. Pada neraca saldo, saldo piutang usaha sama dengan jumlah file induk terkait,
totalnya telah ditambahkan dengan benar dan sama dengan buku besar umum.
(Detail tie in)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4/
16
2. Piutang usaha yang telah dicatat, benar-benar ada. (Keberadaan)
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan. (Kelengkapan)
4. Piutang usaha sudah akurat. (Keakuratan)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (Klasifikasi)
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar. (Pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi. (Nilai realisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha. (Hak)
9. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha.
Kolom tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sebagaimana dicantumkan pada
Tabel V sebagai kertas kerja perencanaan bukti. Adapun faktor-faktor dalam baris
berguna bagi auditor untuk membantu melakukan penilaian risiko deteksi yang
direncanakan pada akun piutang usaha sesuai dengan tujuannya.

C. Konfirmasi Piutang Usaha


Konfirmasi piutang usaha dilakukan untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan,
dan pisah batas. Konfirmasi merupakan tanggapan yang diberikan secara tertulis
langsung oleh pihak ketiga dalam bentuk surat ataupun surat elektronik (email) serta
diakui sebagai bukti andal terpercaya karena diperoleh langsung dari pihak ketiga. Hal
ini perlu dibedakan dari tanggapan lisan yang meskipun dapat dianggap sebagai bukti
audit, tanggapan lisan tidak diakui sebagai konfirmasi. Ketentuan ini sesuai
sebagaimana telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yaitu
Standar Audit 505 tentang konfirmasi eksternal.
Pada prosedur konfirmasi eksternal, auditor harus tetap menjaga pengendalian atas
permintaan konfirmasi eksternal, yang meliputi (paragraf 7 SA 505) :
a. Menentukan informasi yang dikonfirmasi atau yang diminta.
b. Memilih pihak yang tepat untuk dikonfirmasi.
c. Mendesain permintaan konfirmasi, termasuk menentukan apakah permintaan
telah dialamatkan dengan tepat dan berisi informasi jawaban untuk dikirimkan
secara langsung kepada auditor.
d. Mengirimkan permintaan, termasuk permintaan tindak lanjut, jika berlaku,
kepada pihak yang dikonfirmasi.
Apabila manajemen menolak untuk memberi izin kepada auditor dalam
melakukan konfirmasi kepada pihak eksternal, auditor harus melakukan (paragraf 8 SA
505) :
a. Meminta keterangan tentang alasan manajemen untuk menolak, dan mencari
bukti audit tentang validitas dan memadainya alasan yang dikemukakan.
b. Mengevaluasi implikasi penolakan manajemen atas penilaian auditor terhadap
risiko kesalahan penyajian material yang relevan, termasuk risiko kecurangan,
dan sifat, saat dan luas prosedur audit lain lanjutan.
c. Melakukan prosedur audit alternatif yang didesain untuk memperoleh bukti
audit yang relevan dan andal.
Pada paragraf 9 SA 505 dijelaskan bahwa apabila menurut auditor bahwa
penolakan manajemen untuk memberikan izin untuk mengirimkan permintaan
konfirmasi adalah tidak masuk akal, atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit
yang andal dan relevan dari prosedur alternatif, auditor harus mengkomunikasikan hal
ini dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola sesuai Standar Audit 260
paragraf 16. Selain itu, auditor juga harus mempertimbangkan adanya dampak terhadap

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5/
16
audit dan opini auditor sesuai Standar Audit 705 tentang Modifikasi Terhadap Opini
dalam Laporan Aauditor Independen.
Terdapat dua jenis konfirmasi yang dapat dilakukan auditor :
1. Konfirmasi Positif merupakan komunikasi kepada debitur dengan meminta
pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang
dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah.
2. Konfirmasi Negatif hanya akan meminta respons (tanggapan) jika debitur tidak
setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Standar Audit 505 paragraf 15
menyatakan bahwa konfirmasi negatif merupakan bukti audit yang kurang
meyakinkan dibandingkan konfirmasi positif. Auditor tidak diperkenankan
menggunakan konfirmasi negatif sebagai prosedur audit substantif tunggal yang
ditujukan untuk suatu risiko yang ditentukan kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi kecuali jika terdapat keempat hal berikut :
a. Risiko kesalahan penyajian material telah ditentukan rendah oleh auditor dan
telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang efektifitas
operasi pengendalian yang relevan dengan asersi.
b. Populasi unsur-unsur yang diterapi prosedur konfirmasi negatif terdiri dari
sejumlah besar saldo akun, transaksi, atau kondisi yang kecil dan homogen.
c. Suatu tingkat penyimpangan diharapkan sangat rendah.
d. Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan menyebabkan
penerima permintaan konfirmasi negatif mengabaikan permintaan
konfirmasi.
Dalam kasus tanpa respons, auditor harus melakukan prosedur audit alternatif
untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal. Prosedur alternatif misalnya
memeriksa penerimaan kas khusus setelah tanggal neraca, dokumen pengiriman, dan
penjualan mendekati akhir periode (paragraf A18 SA 505). Keterandalan bukti
konfirmasi akan diperoleh jika konfirmasi dikirim sedekat mungkin dengan tanggal
neraca.

D. Pengembangan Program Audit Pengujian Terinci


Kertas kerja perencanaan bukti sebagaimana disajikan pada Tabel III merupakan
alat bantu yang bermanfaat bagi auditor dalam memutuskan luas pengujian atas rincian
saldo yang direncanakan. Penjelasan setiap baris ialah :
a. Materialitas kinerja. Materialitas dalam pertimbangan pendahuluan ditetapkan
sebesar $442.000 (sekitar 6% dari laba operasi sebesar $7.370.000). Perusahaan
mengalokasikan $265.000 sebagai materialitas kinerja pada audit piutang usaha.
b. Risiko audit yang dapat diterima. Pada perusahaan Hillsburg, auditor
menetapkan risiko audit yang dapat diterima dalam kategori sedang karena
perusahaan ini merupakan perusahaan terbuka dengan keadaan keuangan yang
baik, integritas manajemen yang tinggi, serta sahamnya tidak dimiliki secara
luas dan diamati secara ekstensif oleh analis keuangan.
c. Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun
sebelumnya, dan salah saji yang diharapkan). Auditor menilai perusahaan
Hillsburg berada dalam posisi sedang risiko inheren untuk tujuan eksistensi dan
pisah batas karena kekhawatiran terhadap pengakuan pendapatan yang
diidentifikasi dalam standar auditing. Nilai realisasi juga dinilai dalam kategori
sedang oleh auditor. Klien melakukan penyesuaian audi atas penyisihan piutang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6/
16
tak tertagih pada tahun sebelumnya karena ditemukan mengalami kurang saji.
Risiko inheren untuk tujuan lainnya dinilai dalam kategori rendah.
d. Risiko pengendalian. Hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi konsisten dengan penilaian awal auditor atas risiko kecuali untuk
tujuan keakuratan dan nilai realisasi penjualan.
e. Hasil pengujian susbtantif atas transaksi. Hasil pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi konsisten dengan penilaian awal auditor atas
risiko kecuali untuk tujuan keakuratan dan pisah batas untuk penjualan.
f. Prosedur analitis. Tabel III dan Tabel IV disajikan sebagai ilustrasi penggunaan
prosedur analitis selama tahap pengujian terinci. Kedua tabel tersebut
menunjukkan satu-satunya salah saji potensial yaitu pada bagian penyisihan
piutang tak tertagih. Hal tersebut ditunjukkan melalui rasio penyisihan piutang
tak tertagih sebagaimana dijelaskan pada bagian bawah Tabel IV.

Tabel III : Informasi Komparatif untuk Hillsburg Hardware Co. –Siklus Penjualan dan
Penagihan
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7/
16
Tabel IV : Prosedur Analitis untuk Hillsburg Hardware Co. –Siklus Penjualan dan
Penagihan
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)
g. Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit yang direncanakan.
Keputusan untuk setiap tujuan pada kedua hal tersebut didasarkan pada
kesimpulan pada baris lainnya.
Program audit atas pengujian terinci untuk piutang usaha didasarkan sesuai
dengan tujuan serta untuk penyisihan piutang tak tertagih disajikan pada Tabel VI.
Program audit memberikan gambaran mengenai kesimpulan terkait bukti audit
yang direncanakan pada kertas kerja perencanaan bukti pada Tabel V. Adapun
program audit dalam format kinerja disajikan pada Tabel VII. Prosedur audit pada
Tabel VII identik dengan yang tercantum pada Tabel VI kecuali pada prosedur 4
yang merupakan prosedur analitis. Angka dalam tanda kurung merupakan referensi
silang antara Tabel VI dan Tabel VII.

Tabel V : Kertas Kerja Perencanaan Bukti untuk Memutuskan Pengujian atas


Rincian Saldo
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8/
16
Tujuan Audit yang Berkaitan dengan
No. Saldo Prosedur Audit
1 Piutang usaha dalam aged trial Memperoleh aged trial balance piutang usaha dan menelusuri
balance sama dengan jumlah file saldonya ke buku besar umum (1).
induk terkait, dan totalnya telah Menggunakan perangkat lunak audit untuk memfoot dan
ditambahkan dengan benar dan sama mengcross-foot aged trial balance (2).
dengan buku besar umum (detail tie-
in). Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke akun pada file induk (8).
2 Piutang usaha pada aged trial balance Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi
memang ada (eksistensi). positif. Mengkonfirmasi semua jumlah di atas $100.000 dan
sampel statistik sisanya (10).

Melaksanakan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang


tidak dikembalikan pada permintaan pertama atau kedua (11).
Mereview neraca saldo piutang usaha menyangkut jumlah
piutang usaha yang besar dan tidak biasa (3)
3 Piutang usaha yang ada telah
dimasukkan dalam aged trial balance Menelusuri lima akun dari file induk piutang usaha ke aged trial
(kelengkapan) balance
4 Piutang usaha dalam neraca saldo Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi
sudah akurat (keakuratan) positif. Mengkonfirmasi semua jumlah di atas $100.000 dan
sampel statistik sisanya (10).
Melaksanakan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang
tidak dikembalikan pada permintaan pertama atau kedua (11).
Mereview neraca saldo piutang usaha menyangkut jumlah
piutang usaha yang besar dan tidak biasa (3)
5 Piutang usaha pada aged trial balance Mereview piutang yang tercantum pada aged trial balance untuk
telah diklasifikasikan dengan benar wesel dan piutang pihak terkait (5)
(klasifikasi)
Menanyai manajemen apakah ada wesel dari pihak terkait atau
piutang jangka panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo (6)
6 Transaksi dalam siklus penjualan dan Memilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan
penagihan telah dicatat pada periode tahun berjalan dan 20 transaksi pertama dari tahun selanjutnya
yang tepat (pisah batas) serta menelusuri masing-masing ke dokumen pengiriman terkait,
dengan memeriksa tanggal pengiriman aktual dan mengoreksi
pencatatan (14)
Mereview return dan pengurangan penjualan yang besar
sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menentukan apakah
telah dicatat pada periode yang benar (15)
7 Piutang usaha dinyatakan pada nilai Menelusuri 10 akun dari aged trial balance ke file induk piutang
realisasi (nilai realisasi) usaha untuk menguji umur yang tepat pada neraca saldo (8)
Menggunakan perangkat lunak audit untuk memfoot dan
mengcross-foot aged trial balance (2).
Membahas dengan manajer kredit kemungkinan penagihan
piutang yang sudah lama. Memeriksa penerimaan kas
selanjutnya dan file kredit atas semua piutang selama 90 hari
serta mengevaluasi apakah piutang dapat ditagih (12)
Mengevaluasi apakah penyisihan sudah memadai setelah
melakukan prosedur audit lainnya menyangkut ketertagihan
piutang (13)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9/
16
8 Klien memiliki hak atas piutang usaha Mereview notulen rapat dewan direksi menyangkut adanya
pada neraca saldo (hak) indikasi piutang usaha yang digadaikan atau difaktorkan (7)
Menanyai manajemen apakah ada piutang yang digadaikan atau
difaktorkan (7)

Tabel VI : Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo dan Program Audit untuk
Hillsburg Hardware Co. --Siklus Penjualan dan Penagihan (Format Rancangan)
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)

Program Audit Pengujian atas Rincian Saldo untuk Hillsburg Co. --Siklus Penjualan dan Penagihan (Format
Kinerja)

1 Memperoleh aged trial balance piutang usaha dan menelusuri saldonya ke buku besar umum.
2 Menggunakan perangkat lunak audit untuk memfoot dan mengcross-foot aged trial balance.
3 Mereview aged trial balance untuk piutang yang berjumlah besar dan tidak biasa.
4 Menghitung prosedur analitis yang ditunjukkan dalam skedul audit yang dikompensasi ke depan (tidak
dimasukkan) dan tindak lanjut terhadap setiap perubahan yang signifikan dari tahun sebelumnya.
5 Mereview piutang yang tercantum pada aged trial balance menyangkut wesel tagih dan piutang dengan pihak
terkait.
6 Menanyai manajemen apakah ada pihak terkait wesel, atau piutang jangka panjang yang dimasukkan dalam
neraca saldo.
7 Mereview notulen rapat dewan direksi dan menanyai manajemen untuk menentukan apakah ada piutang
yang digadaikan atau difaktorkan.
8 Menelusuri 10 akun dari aged trial balance ke file induk piutang usaha untuk menguji kebenaran umur piutang
dan saldonya.
9 Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial balance.
10 Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi positif. Mengkonfirmasi semua jumlah di
atas $100,000 dan memilih sampel statistik dengan menggunakan perangkat lunak audit untuk sisanya.
11 Melakukan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak dikembalikan pada permintaan pertama
atau kedua.
12 Membahas dengan manajer kredit tentang kemungkinan penagihan piutang yang sudah lama. Memeriksa
penerimaan kas selanjutnya dan file kredit atas semua piutang yang berjumlah lebih besar selama 90 hari dan
mengevaluasi apakah piutang tersebut dapat ditagih.
13 Mengevaluasi apakah penyisihan sudah memadai setelah melakukan prosedur audit lainnya menyangkut
kolektabilitas atau ketertagihan piutang.
14 Memilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun berjalan dan 20 transaksi pertama dari
tahun selanjutnya serta menelusuri masing-masing ke dokumen pengiriman terkait, dengan memeriksa
tanggal pengiriman aktual dan mengkoreksi pencatatan.
15 Mereview return dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan setelah tanggal neraca untuk
menentukan apakah telah dicatat dalam periode yang benar.

Tabel VII : Program Audit Pengujian atas Rincian Saldo untuk Hillsburg Hardware
Co. –Siklus Penjualan dan Penagihan (Format Kinerja)
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 /
16
E. Metode Sampling Audit untuk Pengujian Rincian Saldo
Pada pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian
atas rincian saldo, perbedaan utamanya terletak pada hal-hal apa yang hendak diukur
oleh auditor. Berikut disajikan tabel :

Tabel VIII : Jenis Pengendalian dan Apa yang Diukur


Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)
Pada sampling untuk pengujian atas rincian saldo, auditor akan menentukan apakah
sejumlah moneter dalam suatu saldo akun disalahsajikan secara material. Terdapat
empat belas langkah dalam sampling nonstatistik yang dilakukan untuk pengujian atas
rincian saldo sebagaimana disajikan pada Tabel IX. Meskipun dilakukan untuk tujuan
yang berbeda, sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo memiliki langkah-
langkah yang serupa dengan sampling audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi. Pada penerapan sampling audit untuk pengujian
atas rincian saldo, perbedaan yang utama ditunjukkan dalam cetak miring pada Tabel
IX.
Langkah Sampling Audit untuk Pengujian atas Langkah sampling Audit untuk Pengujian Pengendalian
Rincian Saldo dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Merencanakan Sampel Merencanakan Sampel
1 Menyatakan tujuan pengujian audit. 1 Menyatakan tujuan penggunaan audit.
2 Memutuskan apakah sampling audit dapat 2
diterapkan. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
3 Mendefinisikan salah saji. 3 Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian.
4 Mendefinisikan populasi. 4 Mendefinisikan populasi.
5 Mendefinisikan unit sampling. 5 Mendefinisikan unit sampling.
6 Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi. 6 Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat
ditoleransi.
7 Menetapkan risiko yang dapat diterima atas 7 Menetapkan risiko yang dapat diterima akibat
penerimaan yang salah. ketergantungan yang berlebihan.
8 Mengestimasi salah saji dalam populasi. 8 Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
9 Menentukan ukuran sampel awal. 9 Menentukan ukuran sampel awal.
Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit

10 Memilih sampel. 10 Memilih sampel.


11 Melaksanakan prosedur audit. 11 Melaksanakan prosedur audit.
Mengevaluasi Hasil Mengevaluasi Hasil
12 Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. 12 Menggeneralisasi dari sampel ke populasi.
13 Menganalisis salah saji. 13 Menganalisis pengecualian.
14 Memutuskan akseptabilitas populasi. 14 Memutuskan akseptabilitas populasi.

Tabel IX: Langkah Sampling Audit

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 /
16
Sumber : Auditing dan Jasa Assurance (Arens, Elder, & Beasley, 2014)
Guna menentukan apakah sampel dapat diterima, auditor menggunakan
pertimbangan untuk menggeneralisasi dari sampel ke populasi dengan melakukan :
1. Melakukan proyeksi salah saji dari hasil sampel ke populasi.
2. Mempertimbangkan kesalahan sampling serta risiko sampling. Pada pengujian
rincian saldo, risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah
(acceptable risk of incorrect acceptance = ARIA) merupakan risiko sampel
yang dipilih dan mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang tercatat tidak
mengandung salah saji yang material ketika dinyatakan salah saji secara
material. Apabila diterapkan pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi, ARIA adalah istilah yang ekuivalen dengan ARO
(acceptable risk of overreliance).
Metode statistik yang paling umum digunakan pada pengujian atas rincian saldo
ialah metode sampling unit moneter (monetary sampling unit = MUS). Pada metode
ini, unit sampling didefinisikan sebagai setiap moneter (rupiah atau dolar) dalam saldo
akun yang tercatat, sebagai akibatnya, akun yang lebih besar memiliki kemungkinan
yang lebih untuk disertakan dalam sampel. Terdapat setidaknya empat manfaat
sampling unit moneter (MUS) yaitu :
1. Secara otomatis sampling unit moneter (MUS) akan meningkatkan
kemungkinan dipilihnya item moneter (rupiah atau dolar) yang tinggi dari
seluruh populasi yang diaudit. Item moneter yang tinggi biasanya memiliki
risiko salah saji material yang paling besar sehingga memudahkan auditor
dalam memusatkan perhatiannya.
2. Pada sampling unit moneter (MUS), beberapa item sampel akan diuji
sekaligus sehingga meminimalisir biaya pelaksanaan pengujian audit.
3. Sampel unit moneter (MUS) merupakan metode yang mudah diterapkan
serta dapat dievaluasi dengan menggunakan tabel sederhana.
4. Kesimpulan yang dihasilkan oleh metode sampling unit moneter (MUS)
adalah kesimpulan statistik dan bukan kesimpulan nonstatistik. Auditor
seringkali berkeyakinan bahwa sampling statistik membantu membuat
kesimpulan yang lebih baik dan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Meski demikian, sampling unit moneter (MUS) memiliki dua kelemahan utama
:
1. Diperlukan sampel yang besar untuk mengatasi penemuan hasil batas salah
saji yang jauh melampaui materialitas. Sampling unit moneter (MUS)
menghasilkan total batas salah saji yang terlalu tinggi untuk digunakan
oleh auditor.
2. Tanpa bantuan komputer, auditor akan sulit memilih sampel PPS
(probability proportional to size) yang besar.
Metode statistik lain yang dapat digunakan oleh auditor ialah sampling
variabel. Cakupan metode sampling statistik variabel terdiri dari :
1. Estimasi Perbedaan (Difference Estimation)
Metode ini digunakan untuk mengukur estimasi jumlah salah saji total
dalam populasi jika terdapat nilai tercatat maupun nilai yang diaudit bagi
setiap item sampel, yang seringkali terjadi dalam audit. Metode estimasi
perbedaan merupakan metode variabel yang paling disukai karena
menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil dibandingkan metode lain
sehingga lebih mudah digunakan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 /
16
2. Estimasi Rasio (Ratio Estimation)
Metode ini hampir mirip dengan metode estimasi perbedaan. Akan tetapi,
pada metode estimasi rasio, auditor melakukan penghitungan rasio antara
salah saji dan nilai tercatatnya serta melakukan proyeksi hal tersebut
dengan populasi untuk menghasilkan estimasi total salah saji populasi.
3. Estimasi Rata-rata Per Unit (Mean per Unit Estimation)
Pada metode ini, auditor tidak berfokus pada jumlah salah saji setiap item
dalam sampel melainkan memberikan perhatian lebih pada nilai yang
diaudit. Selain pada definisi tentang apa yang diukur, metode estimasi rata-
rata per unit dihitung menggunakan cara yang sama persis seperti pada
metode estimasi perbedaan.
Risiko sampling pada sampling variabel, selain menggunakan ARIA (acceptable
risk of incorrect acceptance, auditor juga menggunakan risiko yang dapat diterima
atas penolakan yang salah (acceptable risk of incorrect rejection = ARIR). Auditor
hendaknya berusaha meminimalkan ARIA dan ARIR dengan meningkatkan ukuran
sampel untuk meminimalkan risiko. Tetapi mengingat bertambahnya sambel
berbanding lurus dengan pertambahan biaya, nilai ARIA dan ARIR yang cukup dan
masuk akal menjadi pilihan yang rasional.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 /
16
C. Latihan

1. Untuk sebagian besar audit, risiko inheren untuk piutang dagang adalah sedang atau
rendah kecuali untuk tujuan audit terkait keseimbangan mana?
A. Waktu dan nilai yang dapat direalisasikan.
B. Kelengkapan dan keberadaan.
C. Eksistensi dan akurasi.
D. Nilai dan batas yang dapat direalisasikan.

2. Manakah dari jenis piutang berikut yang tidak perlu mendapat perhatian khusus dari
auditor?
A. Piutang dengan saldo kredit.
B. Akun yang sudah lama beredar.
C. Piutang dari perusahaan afiliasi.
D. Masing-masing hal di atas akan mendapat perhatian khusus.

3. Daftar saldo dalam file induk piutang pada tanggal neraca, dengan total saldo terutang
dan berapa lama bagian komponen telah beredar, adalah:
A.. Daftar pelanggan.
B. Neraca saldo usia.
C. Buku besar piutang dagang.
D. Jadwal piutang.

4. Menguji informasi pada neraca saldo berusia untuk detail keterikatan adalah prosedur
audit yang diperlukan, yang biasanya mencakup:
Uji pondasi total kolom dan kolom Membandingkan total saldo percobaan
yang menggambarkan penuaan dengan akun piutang dagang buku besar

A. Ya Ya
B Tidak Tidak
C Ya Tidak
D Tidak Yya

5. Auditor sering kali memperhatikan tiga aspek pengendalian internal yang berkaitan
dengan siklus penjualan dan pengumpulan. Manakah dari berikut ini yang bukan salah
satu dari kontrol tersebut?
A. Kontrol yang mendeteksi atau mencegah penggelapan.
B. Kontrol atas cutoff.
C. Kontrol atas akuisisi.
D. Pengendalian terkait penyisihan piutang ragu-ragu.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 /
16
D. Jawaban
1. D
2. D
3. B
4. A
5. C

E. Referensi

1. Auditing an Integrated approach, Aren, Elder dan Beasley, Prentice Hall Inc.
2. SPAP (Standard Profesi Akuntan Publik), IAPI, revisi 2013

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 /
16

Anda mungkin juga menyukai