Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENGUMPULAN PIUTANG: PIUTANG USAHA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan

Dosen Pengampu : Jarwadi, M.MT.,AK.

Disusun oleh:

1. Devi Rahayu (63030190015)


2. Lulu’atul Fauziah (63030190016)
3. Elina Dwi Kusumaningtyas (63030190017)
4. Indah Nurullatifah (63030190018)
5. Elit Eriyanti (63030190019)
6. Rofika Kholifatul Kasanah (63030190020)
7. Rika Ayu Afrinda (63030190021)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2021

1
DAFTAR ISI

Table of Contents
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. i
BAB I .........................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN ..........................................................................................................................................1
A. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGGUJIAN RINCI SALDO ...........................................1
B. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO ..................................................................................6
C. KONFIRMASI PIUTANG USAHA ..................................................................................................12
BAB II ......................................................................................................................................................23
PENUTUP ................................................................................................................................................23
KESIMPULAN ......................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................24

i
BAB I

PEMBAHASAN
A. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGGUJIAN RINCI SALDO
Bukti yang tepat harus diperoleh dari pengujian rinci saldo diputuskan atas
dasar tujuan demi tujuan. Berhubung adanya sejumlah interaksi yang
mempengaruhi kebutuhan akan bukti dari pengujian rinci saldo, maka
keputusan audit bisa menjadi kompleks. Dalam perancangan pegujian rinci
saldo untuk piutang usaha, audit harus mendapatkan hasil yang memuaskan
atas 8 tujuan audit. Tujuan audit saldo piutang usaha antara lain:
1. Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah dalam
master file yang bersangkutan, dan penjumlahannya sudah benar dan
cocok dengan saldo di buku besar (kecocokan saldo)
2. Piutang yangtercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada
(keberadaan)
3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (kelengkapan)
4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian)
5. Piutang usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan)
6. Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (pisah-batas)
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa direalisasi (nilai bisa
direalisasi)
8. Klien memiliki hak terhadap piutang usaha

1
Tahapan metodologi untuk merancang pengujian rinci saldo-piutang usaha

Tahap I Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang berhubungan dengan


piutang usaha

Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh


auditor yang memberi pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Sebagai
bagian dari proses mendapatkan pemahaman tersebut, auditor mempelajari
bidang usaha klien dan lingkungan eksternal dan mengavaluasi tujuan manajemen
serta proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang
dapat mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Sebagai bagian
dari proses mendapatkan pemahaman manajemen juga melakukan prosedur
analitis pendhuluan yang mungkin memberi petunjuk meningkatnya risiko

2
kesalahan penyajian dalam piutang usaha. Risisko bisnis klien yang
mempengaruhi piutang usaha dipertimbangkan dalam evaluasi auditor tentang
risiko bawaan dan rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha.

Menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan risiko bawaan

Auditor pertama-tama menetapkan pertimbangan materialisitis pendahuluan


untuk keseluruhan laporan keuangan, dan kemudian mengalokasikan jumlah
pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan. Pengalokasian
ini disebut dengan menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Piutang
usaha biasanya adalah salah satu akun paling material dalam laporan keuangan
pada perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Walaupun saldo akhir
piutang berjumlah kecil, namun transaksi dalam siklus penjualan dan
pengumpulan piutang yang mempengaruhi saldo piutang usaha bisa sangat
signifikan.

Hal ini bisa mempengaruhi penetapan risiko bawaan oleh auditor untuk tujuan-
tujuan berikut ini:

a. Keberadaan
b. Pisah batas penjualan
c. Pisah batas retur penjualan

Klien sering salah dalam menetapkan cadangan kerugian piutang (nilai bersih
bisa direalisasi), baik secara tidak disengaja maupun karena kecurangan, karena
kesulitan membuat pertimbangan dalam menentukan saldo yang benar.

Menetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan pengumpulan


piutang

Auditor biasanya menekankan tiga aspek pengendalian internal antara lain:

1. Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan


2. Pengendalian terhadap pisah batas (cutoff)
3. Pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang

Auditor harus meghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi


dengantujuan audit saldo dalam menetapkan risiko deteksi direncanakan dan bukti
yang direncanakan untuk pengujian detail saldo.

3
Dua aspek hubungan antara tujuan audit transaksi untuk penjualan dan
pengumpulan piutang dengan tujuan audit saldo untuk piutang usaha (pada gambar
13-2 halaman 606) yang perlu mendapat perhatian khusus:

1. Untuk penjualan, tujuan audit transaksi – keterjadian mempengaruhi


tujuan audit saldo – keberadaan. Namun untuk penerimaan kas, tujuam
audit transaksi – keterjadian mempengaruhi tujuan audit saldo –
kelengkapan. Hubungan serupa terjadi untuk tujuan audit transaksi –
kelengkapan. Alasan terjadinya kesimpulan yang mengejutkan ini
karena kenaikan dalam penjualan otomatis akan menyebabkan
kenaikan piutang usaha; tetapi kenaikan dalam penerimaan kas akan
mengurangi piutang usaha.
2. Tujuan audit saldo – nilai bersih bisa direalisasi dan hak, demikian pula
tujuan audit penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh
penetapan risiko pengendalian untuk golongan transaksi.

Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan risiko
pengendalian untuk penjualan dan pengumpulan piutang harus direvisi atau tidak.
Auditor menggunakan hasil pengujian substantif transaksi untuk menentukan
seberapa besar risiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit saldo piutang
usaha.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)


Kebanyakan prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian detil
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian detil saldo. Auditor
melakukan prosedur analitis untuk keseluruhan siklus penjualan dan pengumpulan
piutang, tidak hanya piutang usaha, karena adanya hubungan yang erat antara akun-
akun laba-rugi dengan akun-akun neraca.

4
Tabel prosedur Analitis untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang

Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III)

Jika prosedur analisis dalam siklus penjualan dan oengumpulan piutang


mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus mengajukan
pertanyaan tambahan kepada manajemen. Pengujian detil saldo yang tepat
tergantung pada factor – factor yang tercantum dalam kertas kerja perencanaan bukti.
Resiko deteksi direncanakan untuk setiap tujuan audit saldo piutang usaha Nampak
pada baris ke dua dari bawah.

Tugas untuk memadukan factor – factor yang menentukan risiko deteksi


direncanakan cukup kompleks karena pengukur setiap factor tidak bisa dipresisi dan
bobot yang diberikan pada setiap factor sangat subyektif. Begitu juga sebaliknya,
hubungan antara setiap factor dan risiko diteksi direncanakan ditetapkan dengan baik.
Contohnya, auditor mengetahui bahwa risiko bawaan atau risiko pengendalian yang

5
tinggi menurunkan risiko deteksi direncanakan dan menaikkan pengujian substantive
direncanakan lainnya.

Bukti audit direncanakan untuk pengujian rinci saldo piutang usaha per tujuan.
Jumlah bukti audit direncanakan berkebalikan dengan risiko deteksi direncanakan.
Setelah bukti audit direncanakan ditentukan apakah tinggi, medium, atau rendah,
kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang
dipilih, dan saat yang tepat.

B. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO


Meskupun pada pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun –
akun neraca, namun itu tidak berarti jika auditor mengabaikan akun – akun nominal
(akun – akun laba rugi) karena akun – akun laba rugi diuji sebagai hasil sampingan
dari pengujian atas akun – akun neraca. Contohnya, jika auditor mengonfirmasi saldo
piutang usaha dan menemukan lebih saji yang disebabkan oleh kesalaham dalam
pembuatan faktur umum konsumen, maka baik piutang usaha maupun penjualan
akan kebih saji.

Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling
penting.

Kecocokan Saldo Dalam Catatan

Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang akan didasarkan pada daftar umum piutang. Daftar umum piutang
adalah suatu daftar yang berisi saldo – saldo setiap akun yang terdapat dalam master
file piutang usaha pertanggal neraca.

Contoh daftar umur piutang yang disusun oleh PT ABC.

PT ABC Daftar dibuat oleh klien Tanggal


05/01/20
Daftar Umur Panjang Disetujui oleh : 14
31/12/2013
Nomo Nama Umur - berdasarkan tanggal faktor
Saldo
r Pelangg 0-30 31-60 61-90 91-120 Lebih
31/12/2013
Akun an Hari Hari Hari Hari dari

6
120
Hari
0101 Amir
1 Husada Rp146.589 90.220 56.369
0104 Andi
4 Badrudin 30.842 30.842
0110 Ahmad
0 & Co 210.389 210.389
0119
1 Basri 83.526 73.526 10.000
0127 Bamban
0 g 60.000 60.000
0130 Chepie 15.78
1 Hakim 15.789 9

0973 Trunojoy
3 o, CV 59.576 59.576
0974 Unggul,
2 PT 179.263 179.253
0981 Usman
0 Sudin 102.211 34.911 34.700 32.600
0999 Zulkarna
07 en 266.300 186.000 100.300
Rp20.196. 14.217.1 2.869.3 1.408.6 1.038.92 662.7
800 56 66 42 6 10

Biasanya auditor menguji kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum


melakukan pengujian lain untuk memastikan bahwa populasi yang akan di uji cocok
dengan buku besar dan master file piutang usaha. Kolom total dan kolom – kolom
yang dibagi menurut umur piutang harus diuji kebenaran penjumlahan vertikalnya
(footing) dan total pada daftar ini dibandingkan dengan saldo di buku besar. Selain itu,

7
auditor harus menelusur suatu sampel dari saldo individual ke dokumen pendukung
seperti misalnya duplikat faktur penjualan untuk memastikan kebenaran nama
pembeli, jumlah saldo, dan kebenaran penentuan umurnya. Luas pengujian untuk
memeriksa kecocokan ini tergantung pada jumlah akun debitur, seberapa banyak
master file telah diuji dalam rangka pelaksanaan pengujian pengendalian dan
pengujian substantive transaksi, dan seberapa jauh daftar umur piutang telah
diverifikasi oleh auditor internal atau pegawai independent lainnya sebelum daftar
tersebut diserahkan kepada auditor. Auditor juga sering menggunakan perangkan
lunak audit untuk memeriksa penjumlahan vertical dalam daftar umur piutang dan
menghitung ulang umur piutang.

Keberadaan – Piutang Usaha

Konfirmasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo terpenting untuk


menentukan keberadaan piutang usaha sebagaimana tercantum dalam pembukuan.
Jika pelanggan tidak memberi jawaban atas konfirmasi, auditor juga memeriksa
dokumen pendukung untuk memastikan bahwa barang sungguh – sungguh telah
dikirimkan dan bukti adanya penerimaan kas untuk menentukan bahwa piutang telah
diterima pembayarannya setelah tanggal neraca. Biasanya auditor tidak memeriksa
bukti pengiriman barang atau bukti penerimaan kas setelah tanggal neraca untuk
setiap akun yang dikonfirmasi.

Kelengkapan – Piutang Usaha

Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akan piutang yang dengan sengaja
dihilangkan (tidak dicantumkan) dari daftar umur piutang dan hanya mengandalkan
pada sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang. Misalnya, apabila klien
pada suatu ketika menghilangkan suatu piutang dari daftar umur piutang, satu -
satunya cara bagi auditor untuk menemukan hal itu adalah dengan mentotal.

Apabila semua penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal


melalui pengujian rinci saldo. Selain itu, penjualan kepada pelanggan baru yang tidak
dicatat, sulit diidentifikasi untuk dikonfirmasi karena nama pelanggan baru tersebut
tidak tercantum dalam master file. Cara terbaik untuk menemukan kurang saji
penjualan dan piutang usaha adalah dengan pengujian substantif transaksi atas
pengiriman barang yang tidak di catat (tujuan kelengkapan untuk pengujian transaksi
penjualan) dan dengan prosedur analitis.

8
Ketelitian – Piutang Usaha

Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa pendebetan dan


pengkreditan pada masing-masing akun pelanggan individu dengan
membandingkannya pada dikumen pendukung pengiriman barang dan penerimaan
kas.

Penggolongan – Piutang Usaha

Auditor dapat mengevaluasi penggolongan piutang dengan mudah. Dengan


cara mereview daftar umur piutang dapat diketahui ada tidaknya piutang kepada
perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat dan staf perusahaan, atau piutang
kepada pihak-pihak berelasi yang material. Auditor harus memeriksa apakah piutang
wesel atau akun yang harus digolongkan sebagai aset tidak lancar telah dipisahkan
dari akun piutang usaha yang reguler, demikian pula piutang bersaldo kredit yang
signifikan telah dikelompokkan sebagai utang usaha.

Pisah Batas – Piutang Usaha

Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada
tahun berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas (cutoff test) apapun
jenis transaksinya adalah untuk memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun
buku telah dicatat pada periode yang tepat.

Kesalahan penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan
penerimaan kas. Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor melakukan
pendekatan sebagai berikut :

1. Tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas

2. Evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah
batas yang sewajarnya

3. Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar

Pisah Batas- Piutang Usaha

1. Pisah Batas Penjualan

Auditor dapat menguji dengan mudah dengan cara membandingkan


cacatatan penjualan dengan dokumen pengiriman barang untuk masa

9
beberapa hari sebelum akhir buku tahun ini dengan beberapa hari memasuki
tahun berikutnya.

2. Pisah Batas Retur Penjualan

Apabila auditor percaya bahwa klien mencatat semua penjualan retur


dengan benar, pisah batas dapat dilakukan dengan auditor dapat memeriksa
suatu sempel bukti pendukung retur penjualan yang terjadi beberapa minggu
setelah berakhirnya tahun buku untuk menentukan tanggal penjualan yang
berkaitan dengan retur tersebut.

3. Pisah Batas – Piutang Usaha

4. Pisah Batas Penerimaan Kas

Dalam audit pada umumnya, pisah batas yang tepat untuk penerimaan
kas biasanya dipandang kurang penting dibandingkan dengan pisah batas
untuk penjualan dan retur penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat
hanya akan berpengaruh terhadap saldo kas dan piutang usaha, bukan pada
laba perusahaan. Namun demikian, apabila kesalahan penyajian material, hal
itu akan berpengaruh pada kewajaran kedua akun tersebut dalam neraca,
terutama apabila saldo kas berjumlah kecil atau bahkan bersaldo negatif.

5. Nilai Bersih yang Bisa Direalisasi – Piutang Usaha

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan


menyatakan piutang usaha sebesar jumlah yang akhirnya akan bisa diterima
pembayarannya. Nilai piutang yang bisa direalisasikan sama dengan piutang
bruto dikurangi dengan cadangan kerugian piutang.

Untuk mulai mereview cadangan kerugian piutang, auditor mereview


hasil pengujian pengendalian yang berkaitan dengan kebijakan pemberian
kredit pada perusahaan klien.

10
Auditor memiliki dua kelemahan dalam mengevaluasi cadangan dengan cara
mereview saldo berjangka panjang individual dalam daftar umur piutang.

• Pertama, akun-akun yang belum jatuh tempo diabaikan dalam penetapan


kecukupan cadangan walaupun sebagian dari piutang ini tidak diragukan lagi
tidak akan dapat diterima.
• Kedua, sulit untuk membandingkan hasil dari tahun ini dengan tahun
sebelumnya untuk sesuatu yang tidak terstruktur semacam itu.

Untuk mengatasi dua kelemahan ini, klien bisa menunjukkan sejarah


penghapusan piutang selama suatu jangka waktu tertentu yang bisa digunakan
sebagai pedoman dalam mengevaluasi cadangan tahun ini.

Beban Kerugian Piutang

Setelah auditor merasa puas dengan cadangan kerugian piutang, selanjutnya


akan muda untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa:

• Saldo awal dalam akun cadangan dalam telah diperiksa sebagai bagian dari
audit tahun lalu.
• Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari
pengujian substantif transaksi.
11
• Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara.

Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat ditentukan dari selisihnya yang dapat
diperiksa dengan rekalkulasi.

HAK KLIEN ATAS PIUTANG USAHA

Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit, karena
piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu, sebagian
dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual kepada
seseorang, atau dijual dengan discount. Pada umumnya para debitur klien tidak
mengetahui adanya hal tersebut, sehingga konfirmasi tidak akan menunjukkkan hal
demikian. Untuk mengungkapkan situasi di mana klien telah dibatasi haknya atas
piutang, auditor bisa mereview notulen rapat, membicarkannya dengan klien,
mengirim konfirmasi ke bank, memeriksa perjanjian pinjaman untuk mencari informasi
tentang penggadaian atau penjaminan piutang serta memeriksa arsip korespondensi.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN PIUTSNG USAHA

Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya


dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Nanmun demikian, sejumlah
penyajian dan pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi
tujuan audit saldo. Auditor juga harus memastikan apakah klien telah menggabungkan
dengan tepat dan mengungkapkan informasi tentang transaksi dengan pihak berelasi
dalam laporan keuangan. Untuk menilai kecakupan penyajian dan pengungkapan
auditor harus nmemiliki pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang
ditetapkan dalam standar akuntansi keuangan tentang penyajian dan pengungkapan.

Bagian yang penting dalam penilaian menyangkut tentang keputusan apakah


klien telah memisahkan sejumlah piutang yang berjumlah material yang
membutuhkan pengungkapan dalam laporan.

C. KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan,
ketelitian dan pisah batas.

KETENTUAN DALAM STANDAR AUDIT

12
Standar audit (SA) 505 berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi
eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan ketentuan SA 330
(Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai) dan SA 500 (Bukti Audit).

SA 500 mengindiksikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber


dan sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit
tersebut diperoleh. SA juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap
bukti audit:

• Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen di luar entitas.
• Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal daripada
bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui penarikan
kesimpulan
• Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk
kertas, elektronik, atau media lainnya.

Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk
konfirmasi eksternal yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang
konfirmasi dapat lebih andal dibandingkan dengan bukti audit dari pihak internal
entitas. SA 505 bertujuan untuk membantu auditor dalam mendesain dan
melakukan prosedur konfirmasi eksternal untuk memperoleh bukti audit yang
relevan dan andal.

JENIS-JENIS KONFIRMASI

Konfirmasi Positif

Konfirmasi positif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga


untuk merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah
pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat
dalam permintaan konfirmasi, atau apakah menyediakan informasi yang diminta
(SA 505.6b)

• Konfirmasi bentuk kosong (blank) adalah jenis konfirmasi positif tetapi


konfitmasi tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta di
penerima untuk menyebutkan jumlah saldo yang menyampaikan informasi
lainnya. Konfirmasi ini jarang digunakan dalam praktik karena sering
menghasilkan tingkat jawaban yang rendah.

13
• Konfirmasi faktur adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya
meminta konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang
secara keseluruhan. Penggunaan konfirmasi faktur seringkali mendorong
tingkat jawaban atas konfirmasi tersebut. Selain ity konfirmasi faktur juga
mengurangi akibat faktor waktu (timing differences) dan unsur-unsur yang
direkonsiliasi daripada konfirmasi saldo. Namun demikian, konfirmasi faktur
mempunyai kelemahan karena tidak secara langsung mengonfirmasi saldo
akhir.

14
Konfirmasi Negatif

Konfirmasi negatif adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk


merespon secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi
tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.

Dibandingkan dengan konfirmasi negatif, konfirmasi positif lebih bisa dipercaya


karena auditor bisa melakukan prosedur tidak lanjut apabila jawaban dari
debitur tidak diterima.

Standar Auditing menyatakan bahwa konfirmasi negative bisa digunakan untuk


mengurangi resiko audit ke tingkat yang dapat diterima jika :

1. Gabungan tingkat risiko bawaan dari risiko pengendalian taksiran adalah


rendah
2. Sebagian besar akun bersaldo kecil
3. Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan
mempertimbangkan permintaan tersebut.

SAAT PENGIRIMAN KONFIRMASI

Apabila auditor memutuskan untuk mengirim konfirmasi sebelum akhir tahun


buku, auditor harus membuat rekonsilasi untuk transaksi yang terjadi antara tanggal
konfirmasi dengan tanggal neraca. Selain melaksanakan prosedur analitis atas
aktivitas dalam kurun waktu tersebut, perlu juga dilakukan pengujian atas transaksi
yang terjadi antara tanggal konfirmasi dengan tanggal neraca. Auditor bisa mencapai
tujuan ini dengan memeriksa dokumen – dokumen internal seperti duplikat faktur
penjualan, bukti pengiriman barang, dan bukti penerimaan kas.

UKURAN SAMPEL UNTUK KONFIRMASI

Faktor – faktor yang mempengaruhi ukuran sampel piutang meliputi:

a. Kesalahan penyajian bisa ditoleransi


b. Risiko bawaan (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu, dan
kesalahan penyajian yang diperkirakan)
c. Risiko pengendalian
d. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lain

15
e. Jenis konfirmasi

Pemilihan Unsur-Unsur Untuk Diuji

Dalam pendekatan yang biasa dilakukan untuk melakukan stratifikasi untuk


memilih saldo yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik besarnya
jumlah rupiah saldo, maupun jangka waktu atau umur piutang. Pada kebanyakan
audit, tekanan biasanya diberikan pada akun berjumlah rupiah besar dan telah lama
lewat waktu karena akun yang demikian berpotensi termasuk dalam kesalahan
penyajian. Selain itu perlu juga dipertimbangkan untuk diikutsertakan dalam sampel
dari setiap segmen material dari populasi.

PEMERIKSAAN ALAMAT DAN PENGAWASAN ATAS KONFIRMASI

Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-


mail yang digunakan dalam konfirmasi. Sebagai contoh auditor harus
mempertimbangkan untuk melakukan prosedur tambahan apabila alamat hanya
berupa kotak pos, atau apabila alamat e-mail tidak sama dengan alamat Website
pelanggan. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos, auditor harus melaksanakan
pengawasan atas konfirmasi sampai jawaban diterima dari debitur.

TINDAK LANJUT ATAS KONFIRMASI TAK BERJAWAB

Apabila digunakan konfirmasi positif, standar auditing mengharuskan


dilakukannya prosedur tindak lanjut atas konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh
konsumen. Dalam situasi demikian, auditor sering mengirim ulang konfirmasi kedua
atau bahkan sampai tiga kali. Jika sudah diupayakan hal – hal tersebut debitur tetap
tidak memberi jawaban, maka auditor perlu melakukan tindak lanjut dengan
melaksanakan prosedur alternatif. Tujuan prosedur alternatif untuk menentukan,
dengan cara tertentu yang bukan berupa pengiriman konfirmasi, apakah akun tidak
terjawab benar – benar ada dan dinyatakan dengan benar pada tanggal neraca.

Penerimaan Kas Kemudian

Penerimaan kas kemudian merupakan prosedur alternative yang sangat


berguna karena ssangat masuk akal untuk berasumsi bahwa seorang pelanggan tidak
akan mau melakukan pembayaran apabila ia tidak merasa memiliki kewajiban untuk
membayar pada klien.

16
Duplikat Faktur Penjualan

Berguna dalam pemeriksaan faktur penjualan yang sesungguhnya diterbitkan


dengan tanggal sesungguhnya dilakukan penagihan.

Dokumen Pengiriman Barang

Berguna dalam menetapkan apakah pengiriman sungguh – sungguh telah dilakukan


dan untuk pengujian pisah batas.

Korespondensi Dengan Klien

Auditor tidak merasa perlu untuk mereview korespondensi dengan klien


sebagai bagian dari prosedur alternative, tetapi korespondensi bisa digunakan untuk
mengungkapkan ketidakjelasan dan diutang yang dipertanyakan yang tidak terungkap
oleh cara lain.

ANALISIS SELISIH

Dalam banyak hal, perbedaan sering disebabkan karen aperbedaan waktu


pencatatan klien dengan debiturnya. Jenis – jenis penyebab perbedaan dalam
konfirmasi yang sering dijumpai adalah:

Pembayaran telah Dilakukan Debitur

Selisih atau perbedaan antara catatan klien dengan catatan debitur sering kali
timbul apabila debitur telah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi,
tetapi klien belum menerima pembayaran tersebut sampai tanggal konfirmasi.

Barang Belum Diterima Debitur

Waktu ketika barang masih dalam perjalanan sering menjadi penyebab


terjadinya seelisih. Hal ini harus diselidiki untuk menetukan kemungkinan pembeli
sama sekali tidak menerima barang atau adanya kesalahan penyajian pisah batas
dalam catatan klien.

Barang Telah Dikembalikan (Return)

Apabila klien lupa mencatat suatu kredit memo (yang dibuat sebagai dasar
pengembalian barang / return penjualan) bisa menjadi salah satu penyebab
perbedaan.

17
Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Runcian Saldo

Untuk menggunakan prosedur pengembangan program audit kita menggukana


PT ABC untuk menguji detail siklus penjualan dan pengumpulan piutang. Penentuan
prosedur-prosedur ini didasarkan pada penngujian subtanif transaksi sebagaimana
telah dijelaskan pada Bab 11 dan Bab 12 serta prosedur analitis yang telah dijelaskan
pada Bab ini.

Auditor yang bertugas dalam pengauditan pada PT ABC telah menyusun


kertas kerja perencanaan bukti seperti terlihat pada gambar 13-7 sebagai alat untuk
membantunya dalam menentukan luasnya pengujian rinci saldo yang direncanakan.
Sumber dari setiap baris dalam kertas kerja ini adalah sebagai berikut :

1. Kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Pertimbangan materialitas pendahuluan


ditetapkan Rp. 442.000,- (kira-kira 6% dari laba operasi sebesar Rp.
7.370.000,-). Auditor mengalokasikan sebesar Rp. 265.000,- utuk audit atas
piutang usaha.
2. Risiko audit bisa diterima. Auditor menetapkan risiko audit bisa diterima pada
tingkat medium karena perusahaan adalah perusahaan publik, tetapi dalam
kondisi keuangan baik, dengan integritas manajemen yang tinggi.
3. Risiko bawaan. Auditor menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk
keberadaan dan pisah batas karena khawatir dengan pengakuan pendapatan
sebagaimana yang ditetapkan dalam standar auditing. Auditor juga
menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk nilai bisa direalisasikan.
Di masa lalu, klien membuat penyesuaian audit untuk akun cadangan kerugian
piutang karena ternyata kurang saji. Risiko bawaan ditetapkan rendah untuk
tujuan-tujuan lainnya.
4. Risiko pengendalian. Penetapan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit
sama dengan yang tercantum pada gambar 11-6. (hasil pengujia pengendalian
dan pengujian subtantif transaksi pada Bbab 11 konsisten dengan penetaan
awal risiko pengendalian yang ditetapkan auditor, kecuali untuk tujuan
ketelitian dan nilai bisa direalisasikan untuk penjualan)
5. Hasil pengujian subtantif transaksi. Hasil ini juga diambil dari gambar 11-6 (Bab
11 bahwa semua hasil bisa diterima kecuali untuk tujuan ketelitian dan pisah
batas untuk penjualan).

18
6. Prosedur analitis. Tabel 13-2 dan 13-3
7. Risiko deteksi direncanakan dan bukti audi direncanakan. Kedua baris ini
ditetapkan untuk tiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainna.

Gambar 13-7 kerta kerja perencanaa bukti untuk memutuskan pengujian rinci
saldo piutang usaha pada PT ABC

Tabel 13-4 melukiskan program audit untuk pengujian rinci saldo untuk piutang
usaha per tujuan, termasuk untuk cadangan kerugian piutang. Program audit ini

19
mencerminkan kesimpulan untuk perencanaan pengumpulan bukti sebagaimana
tertuang dalam kertas kerja perencanaan bukti dalam gambar 13-7di atas.

Tabel 13-4 tuju audit saldo dan program audit untuk siklus penjualan dan
pengumpulan piutang pada PT ABC (format rancangan)

20
Tabel 13-5 menunjukkan program audit dalam format untuk dilaksankan.
Prosedur-prosedur audit sama dengan yang tercantum dalam tabel 13-4 kecuali untuk
prosedur 4 yaitu prosedur analis.

21
22
BAB II

PENUTUP
KESIMPULAN
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh
auditor yang memberi pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Sebagai
bagian dari proses mendapatkan pemahaman tersebut, auditor mempelajari bidang
usaha klien dan lingkungan eksternal dan mengavaluasi tujuan manajemen serta
proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Hasil pengujian
pengendalian menentukan apakah penetapan risiko pengendalian untuk penjualan
dan pengumpulan piutang harus direvisi atau tidak. Auditor menggunakan hasil
pengujian substantif transaksi untuk menentukan seberapa besar risiko deteksi untuk
memenuhi setiap tujuan audit saldo piutang usaha. Meskupun pada pengujian rinci
saldo, auditor lebih menekankan pada akun – akun neraca, namun itu tidak berarti jika
auditor mengabaikan akun – akun nominal (akun – akun laba rugi) karena akun – akun
laba rugi diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas akun – akun neraca.
Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit,
karena piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu,
sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual
kepada seseorang, atau dijual dengan discount. Pada umumnya para debitur klien
tidak mengetahui adanya hal tersebut, sehingga konfirmasi tidak akan menunjukkkan
hal demikian.
Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan
keberadaan, ketelitian dan pisah batas. Konfirmasi positif adalah suatu permintaan
konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor
yang menunjukkan apakah pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan
informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi, atau apakah menyediakan
informasi yang diminta. Konfirmasi negatif adalah permintaan konfirmasi kepada pihak
ketiga untuk merespon secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang
dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan
konfirmasi.

23
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Al Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasi ISA). Edisi II. Cetakan ke-1.
Yogyakarta:Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

24

Anda mungkin juga menyukai