AUDIT INVESTIGASI
Disusun oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
1
KATA PENGANTAR
Segalah puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit Investigasi” ini dengan baik tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu pada mata kuliah
Audit Forensik yang di bina oleh bapak Danri Toni Siboro,SE,M.Si.Akt selaku dosen
pengampu mata kuliah Audit Forensik Program Studi S1 Ekonomi di Universitas HKBP
Nomensen Medan
Segalah upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalh ini. Namun, penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat beberapa kecurangan dan
kesalahan. Oleh karana itu penulis sangat mengahargai apabila terdapat saran maupun kritik
yang membangun dari semua pihak. Penilis berharap makalah inidapat memberikan manfaat
dan wawasan bagi para pembacanya untukmempeluas ilmupengetahuan dan teknologi yang
terus berkmbang mengikuti kemajuan zaman, khususnya untuk matakuliah Audit Forensik,
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 14 April
penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................6
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
berdasarkan pertimbangan pengambil keputusan atas informasi yang ia lihat, ia dengar, ia
rasakan, ia baca dan analisis. Informasi tersebut yang disajikan dalam bentuk apapun
merupakan bukti. Namun menurut standar auditing seksi 326 tentang bukti audit, bukti audit
(audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas
oleh peraturan yang ketat.
Bukti bukti hukum baik alat bukti surat atau barang bukti dokumen memungkinkan
pernyataan pernyataan tertentu yang dinyatakan sebagai fakta fakta yang tertera pada
instrument tertulis antara pihak pihak yang berkepentingan adalah benar. Artinya tidak ada
bukti lain seberapapun kuatnya yang dapat menentang kebenaran dari data fakta tertulis
tersebut kecuali fakta tertulis itu diperlukan. Meskipun bukti tertulis memiliki kekuatan
pembuktian yang baik, auditor semestinya tidak membatasi dirinya pada anggapan atau
pernyataan pada dokumen tetulis itu, apalagi bukti tidak tertulis lainnya. Oleh karena itu
auditor harus mempertanyakan atau menguji setiap bukti hingga mereka sendiri puas
dengan kebenaran atau kesalahannya. Dengan kata lain harus mampu meyakinkan bahwa
tidak ada reserve proof pada aksioma fraud dan bukti tersebut mendukung pembuktan dan
berbicara fakta yang sesungguhnya.
Kemudian pada Bab 15 kami juga membahas tentang Digital Forensik pada Investigasi
Fraud, yang dimana perkembangan pesat di dunia teknologi telekomunikasi dan komputer
menghasilkan era informasi yang di tandai dengan aksesibilitas informasi yang amat tinggi
namun memunculkan jenis kejahatan baru yang semakin kompleks. Teknologi komputer
dapat digunakan sebagai alat bagi para pelaku kejahatan komputer atau kejahatan dunia
maya (cyber crime) seperti pencurian data pada sebuah site, pencurian informasi, penipuan
keuangan dengan internet, cybersquating, carding, hacking, cracking, phising, virus.
Kejahatan dengan komputer memunculkan jenis barang bukti baru yaitu bukti digital.
Barang bukti yang berasal dari komputer telah muncul dalam persidangan. Awalnya hakim
menerima bukti tersebut tanpa membedakan dengan bukti lainnya. Namun seiring dengan
kemajuan teknologi komputer, perlakuan tersebut menjadi membingungkan karena bukti
elektronik sangat sulit dibedakan antara yang asli dan yang palsu berdasarkan sifat
alaminya dan data yang ada dalam komputer sangat mudah dimodifikasi sehingga
dibutuhkan komputer/digital forensik untuk mendapatkan alat bukti yang sah dari alat
elektronik.
Profesional yang spesialis dibidang komputer forensik dan investigasi cyber crime
adalah orang yang diminta untuk membantu investigasi fraud. Komputer forensik adalah
komponen kritis pada investigasi fraud di internal perusahaan pada penegakan hukum.
5
Komputer forensik adalah cara cerdas untuk mengungkap informasi kritikal dan tersembunyi
serta menelusuri arus/aliran informasi.
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam
pembuatan kesimpulan (opini) dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1).
catatan akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya
yang berhubungan/terkait dengan catatan akuntansi dan pendukung alasan logis dari
auditor tentang laporan keuangan yang layak. Untuk itu, auditor harus memperoleh
bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat auditor.
Alat bukti Hukum adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai
bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu
tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa serta alat-alat yang ada hubungannya
dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya
suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa (Darwan Prinst,1998:135).
7
(audit ekstern) sebaliknya sangat mengandalkan bukti bukti dokumen atau bukti
tertulis.
Bukti hukum baik alat bukti surat atau barang bukti dokumen memungkinkan
pernyataan pernyataan tertentu yang dinyatakan sebagai fakta fakta yang tertera pada
instrument tertulis antara pihak pihak yang berkepentingan adalah benar. Artinya tidak
ada bukti lain seberapapun kuatnya yang dapat menentang kebenaran dari data fakta
tertulis tersebut kecuali fakta tertulis itu diperlukan. Meskipun bukti tertulis memiliki
kekuatan pembuktian yang baik, auditor semestinya tidak membatasi dirinya pada
anggapan atau pernyataan pada dokumen tetulis itu, apalagi bukti tidak tertulis
lainnya. Oleh karena itu auditor harus mempertanyakan atau menguji setiap bukti
hingga mereka sendiri puas dengan kebenaran atau kesalahannya. Dengan kata lain
harus mampu meyakinkan bahwa tidak ada reserve proof pada aksioma fraud dan
bukti tersebut mendukung pembuktan dan berbicara fakta yang sesungguhnya.
Berikut ini beberapa pengertian istilah atau jenis bukti dan gradasi tingkatan
kekuatan pembuktiannya pada proses audit investigative :
1. Bukti terbaik (best evidence) sering disebut bukti primer (primary evidence),
merupakan bukti yang paling Alami, bukti yang paling memuaskan mengenai
fakta fakta yang sedang diselidiki. Bukti tersebut memiliki hubungan yang kuat
dengan kriteria kendalaan suatu bukti.
2. Bukti sekunder (secondary evidence) berada dibawah bukti primer dan tidak
disamakan keandalannya. Bukti sekunder bisa mencakup Salinan bukti tertulis
atau lisan. Sebuah lisan tertuis umumnya dapat diterima , jika :
Dokumen asli hilang atau telah dimusnahkan tanpa niat melakukan
kecurangan terhadap dokumen tersebut
Bukti tertulis tersebut sulit diperoleh oleh Salinan tersebut, missal bukti tertulis
asli berada di Negara lain
Bukti tertulis dikendalikan oleh entitas publik, harus ditunjukkan bahwa
Salinan tersebut merupakan representasi yang layak dari dokumen asli.
Pengakuan lisan atau risalah tertulis umumnya dianggap berada di bawah
Salinan dokumen tertulis.
8
3. Bukti langsung (direct evidence) membuktikan fakta tanpa harus menggunakan
pernyataan atau rujukan menetapkan suatu bukti. Pengakuan dari seorang saksi
atas sebuah fakta merupakan bukti langsung tidak diperlukan rujukan.
5. Bukti yang meyakinkan, buki yang meyakinkan merupakan bukti yang tak
terbantahkan apa pun bentuknya. Bukti ini sangat kuat sehingga mengalahkan
semua bukti lainya m dan merupakan sumber diambilnya kesimpulan. Bukti ini
tidak bisa dipertentangkan dan tidak membutuhkan bukti bukti yang menguatkan.
6. Bukti opini, berdasarkan aturan opini, saksi saksi harus memberikan kesaksian
hanya terhadap fakta yang ada pada apa yang benar benar mereka lihat atau
dengar. Sebaliknya auditor harus menyaring opini dan mengumpulkan serta
mengevaluasi fakta fakta semata hal hal yang cenderung membuktikan
kebenaran atau kesalahannya.
Sedangkan kualitas bukti menurut hukum acara pidana juga sudah sangat
jelas. Perhatikan pasal 184 KUHAP yang memerinci jenis alat bukti sesuai urutan
kekuatan dalam pembuktian (kualitas bukti0 sebagai berikut:
9
Keterangan ahli( laporan mengingat sumpah jabatan, keterangan lisan di siding )
Surat ( akta notaris, KTP, visum dokter, agenda surat voucher, jurnal, buku
besar)
Petunjuk ( ada persesuaian)
Keterangan terdakwa
Relevan: bukti dianggap relevan jika bukti tersebut merupakan salah satu bagian
dari rangkaian bukti yang menggambarkan suatu proses kejadian atau jika bukti
tersebut secara tidak langsung menunjukkan kenyataan dilakukan atau tidak
dilakukannya suatu perbuatan.
Competent: bukti dianggap jika proses pembuatan bukti dilakukan oleh orang yang
kompeten dan proses perolehan bukti dengan cara kompeten
Material: bukti adalah material apabila bukti tersebut esensial terhadap pokok
permasalahan yang diperkarakan dan mempengaruhi hasil dari litigasi bersalah atau
tidaknya terdakwa dlam proses persindangan
Kualitas bukti diatas adalah menyerupai konsep umum bukti audit yang harus
memenuhi kriteria :
10
Pada hukum acara pidana dan aturan akuntansi telah diatur secara tegas
bukti yaitu alat bukti dan barang bukti, demikian pula hukum acara perdata telah
mengatur bukti. Menurut Albrecht, bukti dapat diklasifikasi menjadi empat jenis bukti
yaitu :
1. Bukti fisik (physical evidence). Bukti ini diperoleh dengan mengamati orang,
property, dan kejadian. Bukti ini dapat berbentuk observasi oleh pengamat, atau
oleh foto, bagan, peta, grafik, atau gambar-gambar lainnya. Bukti grafik bersifat
persuasif. Gambar sebuah kondisi yang berantakan jauh lebih andal
dibandingkan laporan tertulis. Untuk menjaga keandalan, pengamatan, jika
mungkin, di dukung oleh contoh-contoh dokumen. Jika pengamatan merupakan
satu-satunya bukti, maka lebih disukai bila ada dua atau lebih auditor yang
melakukan pengamatan fisik yang penting. Jika dimungkinkan, wakil dari klien
harus menemani auditor dalam pemeriksaan tersebut.
2. Bukti Pengakuan (testimonial evidence). Bukti ini berbentuk surat atau
pernyataan sebagai jawaban atas pertanyaan. Bukti ini sendiri tidak bersifat
menyimpulkan dan sangat dianjurkan jika memungkinkan harus didukung oleh
bukti dokumentasi atau bukti fisik. Pernyataan klien bisa menjadi penuntun
penting yang tidak selalu bisa diperoleh dalam pengujian audit yang independen.
3. Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang
paling lazim atau dikenal oleh auditor. Dokumen bisa berasal dari eksternal
maupun internal. Bukti dokumen eksternal mencakup surat atau memorandum
yang diterima oleh klien, faktur-faktur pemasok, dan lembar pengemasan, bukti
dokumen internal dibuat dalam organisasi klien, mencakup catatan akuntansi,
Salinan korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui email, dan lain-
lain. Sumber bukti dokumen akan mempengaruhi keandalannya. Sebuah
dokumen eksternal yang diperoleh langsung dari sumbernya (sebuah konfirmasi,
misalnya) lebih andal dibandingkan dokumen yang didapat dari klien. Prosedur
internal memiliki dampak yang penting.
Bukti Dokumen, Dalam melaksanakan investigasi fraud atau korupsi, fraud
examiner, auditor investigatif atau investigator biasanya akan mendapatkan
banyak sekali fakta dalam bentuk dokumen. Terkait dengan bukti dokumen yang
sangat penting bagi pemeriksa memahami hubungan dari fakta ini dan
bagaimana dokumen seharusnya dijaga dan disajikan. Harus selalu diingat
bahwa dokumen dapat membantu atau merugikan penanganan kasus,
tergantung pada apa yang disajikan dan bagaimana dimana disajikan.
11
Dokumen yang berhubungan tidak dapat ditentukan dengan mudah pada
saat ditemukan. Jika fraud examiner tidak membutuhkan, mereka dapat
mengembalikan dokumen ke pemiliknya.berikut ini adalah peraturan umum
mengenai bukti dokumen :
12
4. Dokumen asli terlalu banyak untuk diperlihatkan sehingga diperbolehkan
pemeriksaan dengan teliti terhadap foto copy atau terhadap ringkasan
dokumen.
13
A. 5. 2 Making evidence atau menandai barang bukti
Semua fakta atau bukti yang diterima harus ditandai secara khusus
sehingga dapat diidentifikasi diwaktu yang akan datang. Seluruh bukti yang
didapat lebih baik diberi inisial atau kode dan tanggal; dan jika hal ini tidak
mungkin dilakukan, pemberian tanda tick (v) atau tanda lainnya juga dapat
digunakan pada daftar barang bukti, berita acara perolehan barang bukti dan
berita acara serah terima barang bukti. Dokumen atau bukti asli tidak
memungkinkan atau dilarang keras untuk ditandai. Oleh karena itu bukti asli
dimasukkan dalam amplop barang bukti yang transparan bersegel yang
kemudian diberi inisial, diparaf dan tanggal.
Bila bukti yang harus disimpan dan dikelola sudah menjadi banyak
sehingga menyulitkan penelusuran, pencarian dan administrasinya maka untuk
menangani volume informasi yang besar dibutuhkan suatu sistem informasi
untuk bukti-bukti yang sudah didapat dan dimpan. Sistem itu bertumpu pada
database bukti. Database paling minim harus memuat informasi tentang :
1. Tanggal dokumen
2. Siapa sumber bukti atau dari siapa dokumen atau bukti tersebut diperoleh.
3. Tanggal dokumen atau bukti diperoleh.
4. Gambaran (deskripsi) singkat mengenai isi bukti atau dokumen.
5. Subjek dokumen atau bukti (dokumen atau bukti tersebut mengenai siapa).
Ahli pemeriksaan forensic sebagai bagian dari investigasi fraud dapat membantu
keberhasilan investigasi karena:
14
Hasil pemeriksaan ahli forensic dapat membantu dalam mengembangkan dan
meningkatkan teori fraud: siapa, apa, bagaimana, dan pelaku melakukan
fraud.
Hasil pemeriksaan dapat menguatkan atau menyangkal pernyataan yang
diberikan saksi alibi atau tersangka.
Hasil pemeriksaan ahli forensik pemberian pengaruh signifikan kepada fraud
examiner untuk melakukan wawancara dengan tersangka untuk mendapatkan
pengakuan yang bersalah ketika dihadapkan dengan fakta hasil forensik.
Pada saat investigasi didapat bukti-bukti dokumen. Bukti-bukti ini harus apa
adanya sehingga dapat dijaga keotentikan untuk keperluan pemeriksaan di
15
pengadilan. Sehingga pada pemeriksaan di pengadilan bukti dokumen yang
harus ditunjukkan adalah:
Genuine atau asli atau benar-benar asli. Bukti dokumen ini merupakan bukti
primer, namun belum tentu bukti yang kelihatan asli adalah benar-benar asli.
Oleh karena itu terdapat bukti dokumen selain yang asli sebagaimana
dibawah ini.
Altered-Tempered With atau bukti dokumen yang mengalami perubahan atau
dirusak walaupun dari tampak luar terlihat asli (bukan foto copy).
Counterfeit-of spurious origin atau bukti dokumen yang palsu atau buktin hasil
tiruan aslinya atau bukti yang ditiru (dipalsukan).
Fraudulent-intetionally perverted or misleading atau bukti dokumen yang
sengaja dibuat untuk menyesatkan atau mengelabui pembacaannya atau
penggunanya.
Forged-fabricate atau bukti dokumen yang dibuat-buat atau diada-adakan
Terkait dengan bukti dokumen atau barang bukti lainnya investigator, fraud
examiner, auditor investigative harus memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
Goresan, lecet atau terhapus oleh pena atau pensil atau penghapus
16
Terjadinya perubahan atau penggantian
Tulisan yang samar atau tidak jelas atau tulisan tidak lazim
Menggunakan tinta dengan warna yang berbeda
Bekas pensil atau karbon sepanjang tulisan
Ada garis-garis foto copy
17
forensik atau digital forensik. Istilah bukti digital digunakan untuk menghindari
keterbatasan yang ada pada istlah bukti elektronik. Yang hanya dianggap berasal
dari notebook, server, komputer dekstop. Sumber bukti digital tersebut termasuk
handphone, audio digital, video digital, mesin faks, alat GPS, kamera digital atau alat
teknologi apapun yang mempunyai media penyimpanan yang bisa dianalisa. Dengan
demikian komputer forensik mencakup berbagai sumber daya komputer: sistem
komputer, jaringan komputer, jalur komunikasi, dan berbagai media penyimpangan
yang layak untuk diajukan dalam sidang pengadilan.
Komputer forensik diterapkan pada penanganan kejahatan yang berkaitan
dengan teknologi informasi. Komputer forensik dapat dipergunakan untuk
menganalisa dan mengamankan bukti digital dan merupakan tata cara yang benar
untuk menangani bukti digital. Kesulitan dalam bukti forensik adalah dalam
menghadirkan bukti digital yang dapat digunakan dalam persidangan dan besarnya
dokumentasi yang diperlukan. Meskipun tujuan utama komputer forensik adalah
membantu pembuktian disidang pengadilan, tetapi komputer forensik bukan hanya
untuk menangani beberapa kasus krimimal yang melibatkan hukum. Komputer
forensik dapat membantu masalah operasional seperti rekonstruksi perkara insiden
keamanan komputer, upaya pemulihan kerusakan sistem dan data, upaya pemulihan
data yang terhapus, pemecahan masalah yang melibatkan hardware atupun
software, dan dalam memahami sistem ataupun berbagai perangkat digital agar
mudah dimengerti.
18
peralatan komputer forensik yang sesuai dengan dinamika kejahatan komputer
juga dibutuhkan investasi ini juga dibutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan
organisasi.
3. Aturan (protocol). Pada komputer forensik jelas diperlukan protokol dalam
menggali, mendapatkan, menganalisis, dan akhirnya mengajikan dalam bentuk
laporan yang akurat. Didalam komponen aturan diperlukan pemahaman yang
baik dari segi hukum dan etika. Aturan ini harus dijabarkan dalam standar
prosedur operasional yang baku dan standar. Prosedur tersebut harus mengacu
paada prinsip atau protokol yang berlaku umum didunia.
Barang bukti digital adalah “semua barang bukti informasi atau data baik
yang tersimpan maupun yang melintas pada sistem jaringan digital, yang dapat
dipertanggung jawabkan di depan pengadilan”. Menurut Scientific Working Group on
Digital Evidence, barang bukti adalah “Informasi yang disimpan atau dikirimkan
dalam bentuk digital”. Barang bukti digital ada yang bersifat dapat dilihat, maksudnya
dilihat dengan bantuan perangkat lunak atau sistem operasi yang umum seperti:
Windows, MS-Office, OpenOffice. Contoh barang bukti digital yang dapat dilihat
alamat e-mail, file word, file spreadsheet, folder, source code dari perangkat lunak,
file image (JPEG,PNG,dll), web browser bookmarks, cookies serta log files. Disisi
lain terdapat barang bukti digital yang tidak nampak sehingga harus dilakukan digital
forensik seperti file yang dihapus, riwayat internet, artifak file sistem, sistem log file.
Bukti digital akan semakin rumit bila pelakunya sudah lama dihapus atau di-overwrite
berkali kali, disembunyikan dan dikamuflase serta dienkripsi.
Dalam UU ITE diatur bahwa informasi elektronik/dokumen elektronik dan/atau hasil
cetaknya (bukti digital) merupakan alat bukti hukum yang sah, sesuai dengan hukum
acara yang berlaku diIndonesia. Undang Undang pemberantasan tindak pidana
korupsi memperlakukan informasiatau dokumen elektronik sebagai bukti. Tetapi,
tidak sembarang informasi elektronik / dokumen elektronik dapat dijadikan alat buti
yang sah . menurut UU ITE suatu informasi elektronik/dokumen eletronik dinyatakan
sah untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai
ketentuan yang telah diatur dalam UU ITE, yaitu sistem elektronik yang handal dan
aman, serta memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
19
1. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan /atau dokumen elektronik
secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan
perundang undangan
2. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keontetikan, kerahasiaan, dan
keteraksesan informasi elektronik dalam penyelenggaran sistem elektronik
tersebut
3. Dapat beroperasi dengan prosedur petunjuk dalam penyelenggaraan sistem
elektronik, dilengkapi dengan prosedurcatau petunjuk yang diumumkan dengan
bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang
bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem elektronik
4. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,
kebertanggung jawaban prosedur atau petunjuk.
20
Tahap – tahap yang dilakukan dalam melakukan komputer forensik adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan (preparation)
2. Pencarian, pengumpulan dan pengmbilan data (collection)
3. Pmeriksaan (examination) dan analisa (Analysis)
4. Pelaporan (reporting)
Tahap perencanaan
Dengan adanya pemeriksaan komputer forensik, maka ada dua hal yang menjadi
target investigasi yaitu target investigasi atas sistem komputer yaitu sistem yang
akan diinvestigasi atau dilakukan analisis forensik dan investigasi atas analisis
sistem, yaitu sistem yang akan digunakan untuk menganalisis sistem komputer yang
dijadikan target. Sistem tersebut terkait dengan metodologi dan software yang
digunakan dalam komputer forensik.
21
sangat sering digunakan untuk menjelaskan standar pengelolaan material bukti
potensial seperti komputer tersangka, hard drives, dan segala backup copies.
Pendekatan “5W 1H” digunakan pada positif kontrol yaitu
22
lain. Raw data file berisi segala sesuatu yang aslinya disimpan oleh tersangka
termasuk logical file structure dan unallocated space.
1. Melakuan ekstrak atas file yang sudah dihapus dari unallocated space dan
selanjutnya menjalankan review untuk ketepatannya
2. Melakukan pencarian jejak (string) melalui unallocated space dan file slack
sebagai usaha untuk melokasikan data yang diinvestigasi.
Dalam melakukan analisa, spesialis komputer forensik mencari “kata kunci, tanggal
kunci, istilah berkonotasi fraud “untuk dilakukan penelusuran, mencari informasi
privilage,membuat riwayat atau history aktivitas atau akses, mencari file yang tidak
biasa baik berupa nama file atau jenis file (misalnya : seseorang yang pekerjaan nya
tidak terkait dengan pembelian namun menerima atau memiliki data pembelian).
Tahap Pelaporan
23
Proses pengumpulan bukti digital dari file sistem biasanya adalah seputar
recovery data yang telah terhapus dan pemeriksaan data – data yang dimodifikasi.
Recovery file yang telah terhapus menjadi sangat penting dalam penyidikan karena
dapat mengorek kembali informasi –informasi lama yang sudah lama maupun tidak
sengaja dihapus. Biasanya proses ini mengandalkan progra recovery seperti
misalnya Ontrack, Easy – Recovery Pro, DataLifter. Cukup banyak jenis – jenis data
yang dapat dikembalikan dengan menggunakan aplikasi ini. Dengan demikian data
sulit untuk dibunuh dan dimatikan.
Pada kebanyakan sistem operasi, file yang dihapus sebenarnya tidaklah
terhapus dengan aman karena masih dapat di recovery (dipulihkan). Mengapa
sistem komputer tidak menghapus file ketika pengguna menginstruksikan file
dihapus ? seperti telah dijelaskan pada suatu harddrive tedapat indeks atau indeks
file atau file sistem, misal FAT. FAT akan memberitahu sistem operasi dibagian
mana dari Hard Drive file berada (penanda atau date time stamp). Ketika membuka
file penanda diakses sesuai tempatnya di indeks.
24
tersisa, penumpukan dengan data sampah secara berulang - ulang lebih menjamin
seluruh “Bekas” tersebut tertumpuk data baru.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari Makalah diatas dapat kami simpulkan 2 yaitu yang Pertama , bahwa Bukti audit
adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan (opini)
25
dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan akuntansi yang menghasilkan
laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang berhubungan/terkait dengan catatan
akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor tentang laporan keuangan yang layak.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat auditor.
Alat bukti Hukum adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu
perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan
pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak
pidana yang telah dilakukan terdakwa serta alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu
tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian,
guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang
telah dilakukan oleh terdakwa (Darwan Prinst,1998:135).
Bukti bukti hukum (legal evidence) sangat mengandalkan pengakuan lisan. Bukti
yang menjelaskan alat bukti yang digunakan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan
adalah sebagian besar berupa bukti keterangan atau bukti lisan. Saksi saksi , ahli , dan
terdakwa diminta memberikan keterangan di depan hakim atau juri. Bukti audit ( audit
evidence) sebaik audit intern ataupun auit atas laporan keuangan (audit ekstern) sebaliknya
sangat mengandalkan bukti bukti dokumen atau bukti tertulis.
Jenis bukti sesuai tingkat kekuatan pembuktiannya terdiri atas : Bukti Terbaik (Bukti
Primer), Bukti Sekunder, Bukti Lansung dan Tidak Lansung, dan Bukti Opini. Lalu Kuantitas
dan Kualitas Audit hendaknya harus Relevan, Competent, dan Material, kemudian Jenis
Bukti dan sifatnya adalah Bukti Fisik, Bukti Pengakuan, Bukti Dokumen, yang terakhir
Pengelolaan Bukti yang telah diperoleh yang wajib dilakukan oleh seorang auditor ialah
Pengorganisasian Barang Bukti, Menandai barang bukti, Database barang bukti.
26
diproses secara elektronik dan disimpan dimedia penyimpan elektroik). Dalam tata cara
yang diterima secara hukum untuk keperluan pembuktian disidang pengadilan.Isi dari
Permodelan Forensik ialah Manusia, Peralatan, dan Aturan, Lalu Barang Bukti Digital
sebagai Alat Bukti yang sah adalah menurut UU ITE suatu informasi elektronik/dokumen
eletronik dinyatakan sah untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik
yang sesuai ketentuan yang telah diatur dalam UU ITE, yaitu sistem elektronik yang handal
dan aman, serta memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan /atau dokumen elektronik secara
utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan perundang
undangan
Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keontetikan, kerahasiaan, dan keteraksesan
informasi elektronik dalam penyelenggaran sistem elektronik tersebut.
Dapat beroperasi dengan prosedur petunjuk dalam penyelenggaraan sistem elektronik,
dilengkapi dengan prosedurcatau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi,
atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan
penyelenggaraan sistem elektronik.
Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kebertanggung
jawaban prosedur atau petunjuk.
3.2 SARAN
Saran kami yang pertama semoga materi yang kami angkat pada makalah ini
semoga dapat dilakukan penelitian- penelitian yang lebih pada materi ini, kemudian
yang kedua kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun pada makalah
kami, kami sangat meminta maaf jika terjadi salah – salah pengucapan kata dalam
makalah ini, semoga makalah kami dapat membantu proses pembelajaran bagi
27
DAFTAR PUSTAKA
Retno Ratu Wiharti, Novita Novita. Jurnal iimiah dan Humanika 10 (2),115-125,2020
28
Rozmita Dewi Yuniarti Rozali, Citra Ferninda Darliana. Jurnal riset akuntansi dan
keuangan(JKAK)2015
29