Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

AUDIT INVESTIGASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Forensik

yang Dibina oleh bapak Danri Toni Siboro, SE,M.Si.Akt

Disusun oleh:

Hotmauli Lumban Siantar (18510192)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HKBP Nomensen Medan

1
KATA PENGANTAR

Segalah puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit Investigasi” ini dengan baik tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu pada mata kuliah
Audit Forensik yang di bina oleh bapak Danri Toni Siboro,SE,M.Si.Akt selaku dosen
pengampu mata kuliah Audit Forensik Program Studi S1 Ekonomi di Universitas HKBP
Nomensen Medan
Segalah upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalh ini. Namun, penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat beberapa kecurangan dan
kesalahan. Oleh karana itu penulis sangat mengahargai apabila terdapat saran maupun kritik
yang membangun dari semua pihak. Penilis berharap makalah inidapat memberikan manfaat
dan wawasan bagi para pembacanya untukmempeluas ilmupengetahuan dan teknologi yang
terus berkmbang mengikuti kemajuan zaman, khususnya untuk matakuliah Audit Forensik,
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 14 April

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN


2.1 Bukti Dan Pengelolaan Bukti......................................................................7
2.1.1 pengertian bukti audit dan bukti hukum........................................7
2.1.2 jenis bukti sesuai tingkat kekuatan pembuktian............................8
2.1.3 kuantitas dan kualitas bukti...........................................................9
2.1.4 jenis bukti dan sifatnya................................................................10
2.1.5 pengelolaan barang bukti yang sudah diperoleh........................13
2.1.6 eksaminasi (pemeriksaan seksama) atas bukti dokumen...........14

2.2 Digital Forensik Pada Investigasi Fraud...................................................17


2.2.1 pengertian digital forensik...........................................................17
2.2.2 permodelan forensik (komputer forensik)...................................18
2.2.3 barang bukti digital/elektronik sebagai allat bukti sah.................18
2.2.4 penanganan barang bukti digital.................................................19
2.2.5 tahapan prosedur komputer forensik atau digital forensik..........20
2.2.6 file sistem....................................................................................23
2.2.7 keterbatasan digital forensik dan anti-forensik............................24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................25
3.2 Saran........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada Bab 14 yang menjadi salah satu dari materi yang kami angkat dalam makalah
ini berjudul Bukti dan Pegelolaan Bukti menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas
audit, setiap auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup dan kompeten untuk
mendukung opini auditor, kesimpulan hasil audit dan/atau temuan audit. Bukti audit tersebut
diperoleh melalui berbagai tehnik dan prosedur, sedemikian rupa sehingga auditor
memperoleh kepuasan atas kualitas pengujian yang dilakukannya. Yang dimaksud dengan
bukti yang cukup adalah yang jumlahnya, intensitasnya dan derajat keterwakilannya
mencukupi untuk dijadikan dasar pengambilan kesimpulan. Sementara itu, yang dimaksud
dengan bukti yang kompeten adalah bukti yang sah, valid serta relevan dengan sasaran
pembuktian terkait. Dalam audit lapoaran keuangan, audit kinerja atau bahkan audit
operasional yang tidak dimaksudkan untuk menyelidiki ada tidaknya suatu kecurangan,
kadang-kadang auditor menemukan adanya tindak kecurangan yang dilakukan oleh
pegawai atau manajemen entitas yang diperiksa. Adanya kecurangan tersebut akan
mengharuskan auditor mengungkapkan temuannya kepada pihak yang berwenang untuk
ditindaklanjuti. Permasalahannya adalah bahwa kriteria bukti audit menurut standar audit
tidak sama dengan menurut standar hukum pidana. Dengan demikian apabila auditor tidak
memperhatikan aspek pembuktian menurut hukum pidana, maka terdapat peluang bahwa
bukti audit yang diajukan oleh auditor tidak segera dapat dianggap sebagai bukti yang
“matang” untuk tujuan penyidikan/penyelidikan/penuntutan berdasarkan hukum acara.
Berdasarkan uraian di atas, maka setiap auditor harus memahami aspek pembuktian,
setidak-tidaknya dari dua disiplin imu, yaitu dari disiplin auditing (akuntansi) dan disiplin
hukum pidana.
Bukti hukum (bukti yuridis) dan bukti audit memiliki banyak kesamaan. Keduanya
memilki tujuan yang sama yaitu untuk mendorong keyakinan orang terhadap suatu objek
yang sedang dianalisis dan dievaluasi , diaudit, atau diinvestigasi. Keyakinan dibangun

4
berdasarkan pertimbangan pengambil keputusan atas informasi yang ia lihat, ia dengar, ia
rasakan, ia baca dan analisis. Informasi tersebut yang disajikan dalam bentuk apapun
merupakan bukti. Namun menurut standar auditing seksi 326 tentang bukti audit, bukti audit
(audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas
oleh peraturan yang ketat.

Bukti bukti hukum baik alat bukti surat atau barang bukti dokumen memungkinkan
pernyataan pernyataan tertentu yang dinyatakan sebagai fakta fakta yang tertera pada
instrument tertulis antara pihak pihak yang berkepentingan adalah benar. Artinya tidak ada
bukti lain seberapapun kuatnya yang dapat menentang kebenaran dari data fakta tertulis
tersebut kecuali fakta tertulis itu diperlukan. Meskipun bukti tertulis memiliki kekuatan
pembuktian yang baik, auditor semestinya tidak membatasi dirinya pada anggapan atau
pernyataan pada dokumen tetulis itu, apalagi bukti tidak tertulis lainnya. Oleh karena itu
auditor harus mempertanyakan atau menguji setiap bukti hingga mereka sendiri puas
dengan kebenaran atau kesalahannya. Dengan kata lain harus mampu meyakinkan bahwa
tidak ada reserve proof pada aksioma fraud dan bukti tersebut mendukung pembuktan dan
berbicara fakta yang sesungguhnya.

Kemudian pada Bab 15 kami juga membahas tentang Digital Forensik pada Investigasi
Fraud, yang dimana perkembangan pesat di dunia teknologi telekomunikasi dan komputer
menghasilkan era informasi yang di tandai dengan aksesibilitas informasi yang amat tinggi
namun memunculkan jenis kejahatan baru yang semakin kompleks. Teknologi komputer
dapat digunakan sebagai alat bagi para pelaku kejahatan komputer atau kejahatan dunia
maya (cyber crime) seperti pencurian data pada sebuah site, pencurian informasi, penipuan
keuangan dengan internet, cybersquating, carding, hacking, cracking, phising, virus.

Kejahatan dengan komputer memunculkan jenis barang bukti baru yaitu bukti digital.
Barang bukti yang berasal dari komputer telah muncul dalam persidangan. Awalnya hakim
menerima bukti tersebut tanpa membedakan dengan bukti lainnya. Namun seiring dengan
kemajuan teknologi komputer, perlakuan tersebut menjadi membingungkan karena bukti
elektronik sangat sulit dibedakan antara yang asli dan yang palsu berdasarkan sifat
alaminya dan data yang ada dalam komputer sangat mudah dimodifikasi sehingga
dibutuhkan komputer/digital forensik untuk mendapatkan alat bukti yang sah dari alat
elektronik.

Profesional yang spesialis dibidang komputer forensik dan investigasi cyber crime
adalah orang yang diminta untuk membantu investigasi fraud. Komputer forensik adalah
komponen kritis pada investigasi fraud di internal perusahaan pada penegakan hukum.

5
Komputer forensik adalah cara cerdas untuk mengungkap informasi kritikal dan tersembunyi
serta menelusuri arus/aliran informasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2. Apa yang dimaksud Bukti Audit dan Bukti Hukum, jenis – jenis Bukti sesuai tingkat
pembuktiannya dan jenis – jenis bukti dan sifatnya ? ,kemudian Bagaimana kedudukan
Bukti itu sendiri, kuantitas dan kualitas bukti, serta bagaimana pula pengelolaan barang
bukti yang sdah diperoleh ?

3. Apa yang dimaksud Digital Forensik, Permodelan Forensik, Barang Bukti


Digital/Elektronik Sebagai Alat Bukti Sah ? Bagaimana pula Penanganan barang bukti,
Tahapan prosedur Digital Forensik, File Sistem Serta apa saja Keterbatasan Digital
Forensik ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


2. Membantu mahasiswa mempelajari penjelasan tentang Bukti Audit dan Bukti Hukum,
jenis – jenis Bukti sesuai tingkat pembuktiannya dan jenis – jenis bukti dan sifatnya serta
kedudukan Bukti itu sendiri, kuantitas dan kualitas bukti, serta bagaimana pula
pengelolaan barang bukti yang sudah diperoleh.

3. Membantu mahasiswa memahami Digital Forensik, Permodelan Forensik, Barang Bukti


Digital/Elektronik Sebagai Alat Bukti Sah dan Penanganan barang bukti, Tahapan
prosedur Digital Forensik, File Sistem Serta apa saja Keterbatasan Digital Forensik.

6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1. BUKTI DAN PENGELOLAAN BUKTI


2.1.1 Pegertian Bukti Audit dan Bukti Hukum

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam
pembuatan kesimpulan (opini) dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1).
catatan akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya
yang berhubungan/terkait dengan catatan akuntansi dan pendukung alasan logis dari
auditor tentang laporan keuangan yang layak. Untuk itu, auditor harus memperoleh
bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat auditor.
Alat bukti Hukum adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai
bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu
tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa serta alat-alat yang ada hubungannya
dengan suatu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya
suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa (Darwan Prinst,1998:135).

Bukti bukti hukum (legal evidence) sangat mengandalkan pengakuan lisan.


Bukti yang menjelaskan alat bukti yang digunakan dalam pemeriksaan di sidang
pengadilan adalah sebagian besar berupa bukti keterangan atau bukti lisan. Saksi
saksi , ahli , dan terdakwa diminta memberikan keterangan di depan hakim atau juri.
Bukti audit ( audit evidence) sebaik audit intern ataupun auit atas laporan keuangan

7
(audit ekstern) sebaliknya sangat mengandalkan bukti bukti dokumen atau bukti
tertulis.

Bukti hukum baik alat bukti surat atau barang bukti dokumen memungkinkan
pernyataan pernyataan tertentu yang dinyatakan sebagai fakta fakta yang tertera pada
instrument tertulis antara pihak pihak yang berkepentingan adalah benar. Artinya tidak
ada bukti lain seberapapun kuatnya yang dapat menentang kebenaran dari data fakta
tertulis tersebut kecuali fakta tertulis itu diperlukan. Meskipun bukti tertulis memiliki
kekuatan pembuktian yang baik, auditor semestinya tidak membatasi dirinya pada
anggapan atau pernyataan pada dokumen tetulis itu, apalagi bukti tidak tertulis
lainnya. Oleh karena itu auditor harus mempertanyakan atau menguji setiap bukti
hingga mereka sendiri puas dengan kebenaran atau kesalahannya. Dengan kata lain
harus mampu meyakinkan bahwa tidak ada reserve proof pada aksioma fraud dan
bukti tersebut mendukung pembuktan dan berbicara fakta yang sesungguhnya.

2.1.2 Jenis Bukti Sesuai Tingkat Kekuatan Pembuktian

Berikut ini beberapa pengertian istilah atau jenis bukti dan gradasi tingkatan
kekuatan pembuktiannya pada proses audit investigative :

1. Bukti terbaik (best evidence) sering disebut bukti primer (primary evidence),
merupakan bukti yang paling Alami, bukti yang paling memuaskan mengenai
fakta fakta yang sedang diselidiki. Bukti tersebut memiliki hubungan yang kuat
dengan kriteria kendalaan suatu bukti.
2. Bukti sekunder (secondary evidence) berada dibawah bukti primer dan tidak
disamakan keandalannya. Bukti sekunder bisa mencakup Salinan bukti tertulis
atau lisan. Sebuah lisan tertuis umumnya dapat diterima , jika :
 Dokumen asli hilang atau telah dimusnahkan tanpa niat melakukan
kecurangan terhadap dokumen tersebut
 Bukti tertulis tersebut sulit diperoleh oleh Salinan tersebut, missal bukti tertulis
asli berada di Negara lain
 Bukti tertulis dikendalikan oleh entitas publik, harus ditunjukkan bahwa
Salinan tersebut merupakan representasi yang layak dari dokumen asli.
Pengakuan lisan atau risalah tertulis umumnya dianggap berada di bawah
Salinan dokumen tertulis.

8
3. Bukti langsung (direct evidence) membuktikan fakta tanpa harus menggunakan
pernyataan atau rujukan menetapkan suatu bukti. Pengakuan dari seorang saksi
atas sebuah fakta merupakan bukti langsung tidak diperlukan rujukan.

4. Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) membuktikan fakta sementara,


atau sekumpulan fakta, yang dapat dirujuk seseorang untuk mengetahui
keberadaan beberaa fakta primer yang signifikan atas masalah yang sedang
dipertimbangkan. Bukti ini tidak langsung membuktikan keberadaan fakta fakta
primer, tetapi hanya meningkatkan penggunaan pemikiran logis yang ada.

5. Bukti yang meyakinkan, buki yang meyakinkan merupakan bukti yang tak
terbantahkan apa pun bentuknya. Bukti ini sangat kuat sehingga mengalahkan
semua bukti lainya m dan merupakan sumber diambilnya kesimpulan. Bukti ini
tidak bisa dipertentangkan dan tidak membutuhkan bukti bukti yang menguatkan.

6. Bukti opini, berdasarkan aturan opini, saksi saksi harus memberikan kesaksian
hanya terhadap fakta yang ada pada apa yang benar benar mereka lihat atau
dengar. Sebaliknya auditor harus menyaring opini dan mengumpulkan serta
mengevaluasi fakta fakta semata hal hal yang cenderung membuktikan
kebenaran atau kesalahannya.

2.1.3 Kuantitas dan Kualitas Bukti

Untuk keperluan tindak pidana bukti yang digunakan dalam pemeriksaan di


persidangan disebut alat bukti. Perhatikan definisi alat bukti menurut KUHP. Alat
bukti adalah yang sudah ditentukan didalam hukum formal, yang dapat digunakan
sebagai pembuktian didalam acara persidangan. Alat bukti sering disalahartikan
sebgai barang bukti padahal definisi barang bukti adalah barang yang digunakan
untuk melakukan suatu kejahatan. Barang bukti akan diperagakan dalam
pemeriksaan di persidangan untuk menguatkan alat bukti. Tidak ada ketentuan
minimal atau maksimal untuk barang bukti

Sedangkan kualitas bukti menurut hukum acara pidana juga sudah sangat
jelas. Perhatikan pasal 184 KUHAP yang memerinci jenis alat bukti sesuai urutan
kekuatan dalam pembuktian (kualitas bukti0 sebagai berikut:

 Keterangan saksi (melihat, mendengar, mengalami sendiri)

9
 Keterangan ahli( laporan mengingat sumpah jabatan, keterangan lisan di siding )
 Surat ( akta notaris, KTP, visum dokter, agenda surat voucher, jurnal, buku
besar)
 Petunjuk ( ada persesuaian)
 Keterangan terdakwa

Adapun kualitas bukti yang dikumpulkan pada audit investigative atau


investigasi internal hendaknya mengikuti kaidah sebagai berikut:

Relevan: bukti dianggap relevan jika bukti tersebut merupakan salah satu bagian
dari rangkaian bukti yang menggambarkan suatu proses kejadian atau jika bukti
tersebut secara tidak langsung menunjukkan kenyataan dilakukan atau tidak
dilakukannya suatu perbuatan.

Competent: bukti dianggap jika proses pembuatan bukti dilakukan oleh orang yang
kompeten dan proses perolehan bukti dengan cara kompeten

Material: bukti adalah material apabila bukti tersebut esensial terhadap pokok
permasalahan yang diperkarakan dan mempengaruhi hasil dari litigasi bersalah atau
tidaknya terdakwa dlam proses persindangan

Kualitas bukti diatas adalah menyerupai konsep umum bukti audit yang harus
memenuhi kriteria :

 Relevan: berhubugan dengan aktivitas yang sedang di audit. Relevansi mengacu


pada hubungan antara informasi dengan penggunaannya atau harus memiiki
hubungan logis dan masuk akal dengan tujuan audit
 Material: cukup berarti dalam mempengaruhi kesimpulan yang dibuat
 Kompeten: diperoleh dari sumber indpenden dan dapat dipercaya. Ukti yang
kopeten adalah bukti yang anda;. Bukti tersebut haruslah yang terbaik yang
dapat diperoleh. Dokumen asli lebih kompeten dibangdingkan salinnya. Bukti
langsung lebih andal dibandingkan bukti kabar angin.
 Cukup: memadai sebagai dasar pembuatan kesimpulan. Bukti dianggap
memadai jika bersifat factual, memadai dan meyakinkan shingga bisa menuntun
orang yang meimiliki sifat hat hati untuk mengambil kesimpulan yang sama
dengan auditor.

2.1. 4 Jenis Bukti dan Sifatnya

10
Pada hukum acara pidana dan aturan akuntansi telah diatur secara tegas
bukti yaitu alat bukti dan barang bukti, demikian pula hukum acara perdata telah
mengatur bukti. Menurut Albrecht, bukti dapat diklasifikasi menjadi empat jenis bukti
yaitu :

1. Bukti fisik (physical evidence). Bukti ini diperoleh dengan mengamati orang,
property, dan kejadian. Bukti ini dapat berbentuk observasi oleh pengamat, atau
oleh foto, bagan, peta, grafik, atau gambar-gambar lainnya. Bukti grafik bersifat
persuasif. Gambar sebuah kondisi yang berantakan jauh lebih andal
dibandingkan laporan tertulis. Untuk menjaga keandalan, pengamatan, jika
mungkin, di dukung oleh contoh-contoh dokumen. Jika pengamatan merupakan
satu-satunya bukti, maka lebih disukai bila ada dua atau lebih auditor yang
melakukan pengamatan fisik yang penting. Jika dimungkinkan, wakil dari klien
harus menemani auditor dalam pemeriksaan tersebut.
2. Bukti Pengakuan (testimonial evidence). Bukti ini berbentuk surat atau
pernyataan sebagai jawaban atas pertanyaan. Bukti ini sendiri tidak bersifat
menyimpulkan dan sangat dianjurkan jika memungkinkan harus didukung oleh
bukti dokumentasi atau bukti fisik. Pernyataan klien bisa menjadi penuntun
penting yang tidak selalu bisa diperoleh dalam pengujian audit yang independen.
3. Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang
paling lazim atau dikenal oleh auditor. Dokumen bisa berasal dari eksternal
maupun internal. Bukti dokumen eksternal mencakup surat atau memorandum
yang diterima oleh klien, faktur-faktur pemasok, dan lembar pengemasan, bukti
dokumen internal dibuat dalam organisasi klien, mencakup catatan akuntansi,
Salinan korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui email, dan lain-
lain. Sumber bukti dokumen akan mempengaruhi keandalannya. Sebuah
dokumen eksternal yang diperoleh langsung dari sumbernya (sebuah konfirmasi,
misalnya) lebih andal dibandingkan dokumen yang didapat dari klien. Prosedur
internal memiliki dampak yang penting.
Bukti Dokumen, Dalam melaksanakan investigasi fraud atau korupsi, fraud
examiner, auditor investigatif atau investigator biasanya akan mendapatkan
banyak sekali fakta dalam bentuk dokumen. Terkait dengan bukti dokumen yang
sangat penting bagi pemeriksa memahami hubungan dari fakta ini dan
bagaimana dokumen seharusnya dijaga dan disajikan. Harus selalu diingat
bahwa dokumen dapat membantu atau merugikan penanganan kasus,
tergantung pada apa yang disajikan dan bagaimana dimana disajikan.

11
Dokumen yang berhubungan tidak dapat ditentukan dengan mudah pada
saat ditemukan. Jika fraud examiner tidak membutuhkan, mereka dapat
mengembalikan dokumen ke pemiliknya.berikut ini adalah peraturan umum
mengenai bukti dokumen :

1. Upayakan memperoleh dokumen asli bila memungkinkan.


2. Membuat copy untuk kertas kerja dan tidak perlu menyentuh dokumen asli
lagi
3. Menyimpan dokumen asli secara terpisah
4. Jika ada hal yang penting terkait keaslian dokumen perlu menjalani analisis
forensik.
5. Membangun dan memelihara sistem penjagaan dan penyimpanan dokumen
yang baik. Hal ini penting dimana banyak sekali jumlah dokumen yang di
peroleh. Kehilangan dokumen kunci tidak dapat diampuni dan dapat merusak
pembuktian.

Berdasarkan originalitasnya, bukti dokumen dibagi menjadi bukti yang


utama dan terbaik (the best and primary evidence) adalah dokumen asli, bukti
yang kedua adalah fotocopy dari dokumen asli. Adapun bukti berupa Salinan
atau tindasan atau tembusan atau lembar kedua dan seterusnya dari dokumen
yang carbonized (dibuat dengan Salinan karbon) dapat diperlakukan sebagai
dokumen asli sepanjang wujudnya bukan foto copy. Saat ini terdapat mesin foto
copy atau mesin cetak (printer) yang mampu menghasilkan dokumen yang mirip
dengan dokumen asli. Terdapat empat kondisi yang diizinkan agar foto copy
dapat diperkenankan sebagai bukti kedua yang dapat diterima dalam pengadilan,
yaitu ketika :

1. Dokumen yang asli telah rusak atau hilang tanpa disengaja.


2. Dokumen asli dimiliki oleh pihak lawan yang telah diberikan pemberitahuan
tertulis untuk mengajukan bukti sekunder, atau pihak yang memiliki dokumen
ersebut berada diluar jurudiksi kekuatan permintaan bukti yang dibuat oleh
hakim pengadilan di Indonesia. Missal bukti dokumen tersebut berada di
Vietnam.
3. Catatan atau dokumen berada, disimpan, atau dijaga oleh instansi publik dan
auditor investigative atau fraud examiner atau investigator sulit
memperolehnya.

12
4. Dokumen asli terlalu banyak untuk diperlihatkan sehingga diperbolehkan
pemeriksaan dengan teliti terhadap foto copy atau terhadap ringkasan
dokumen.

Perolehan bukti-bukti dokumen

Bukti dokumen dapat diperoleh dengan berbagai cara yaitu :

1. Melalui pemberian atau penyerahan sukarela (Voluntary Consent) oleh


pemegang atau pemilik dokumen. Dokumen-dokumen dapat diperoleh dari
persetujuan sukarela dan persetujuan ini dapat dilakukan baik secara lisan
atau tulisan. Jika dokumen diperoleh dari saksi atau target investigasi
direkomendasikan untuk mendapatkan izin secara tertulis.
2. Melalui surat izin penggeledahan dan penyitaan (Search Warrant) yang
dikeluarkan oleh hakim. Warrant atau surat izin digunakan untuk menyokong
surat perintah penggeledahan dan penyitaan. Surat perintah penggeledahan
dan penyitaan tidak pernah digunakan dalan kasus-kasus perdata.
3. Melalui surat panggilan tertulis untuk menghadap di siding pengadilan
(Subpoena) yang dikeluarkan oleh pengadilan atau juri. Surat panggilan
dikeluarkan oleh pengadilan atau dewan juri. Pembuatan dokumen dan
rekamannya disebut subpoena duces tecum.
2.1.5 Pengelolaan Barang Bukti yang sudah diperoleh (chain of custody)
A. 5. 1 Pengorganisasian Barang Bukti
1. Segregation atau pemisahan : Dokumen-dokumen dapat dipisahkan dan disusun
atau diurut dengan tertib. Pengaturan bukti secara kronologis adalah metode
yang baik. Kronologi dari suatu kejadian seharusnya dimulai sejak awal kasus
terjadi. Tujuan kronologis kejadian adalah untuk membentuk rantai kejadian
untuk pembuktian. Kronologis paling tidak berisi tanggal kejadian, kejadian atau
peristiwa, saksi-saksi, dan dokumen atau bukti. Kronologis harus berupa laporan
singkat dan hanya berisi informasi yang dibutuhkan untuk membuktikan kasus
tersebut.
2. Key Document atau arsip kunci : Harus ada data arsip kunci untuk memudahkan
pencarian atau penelusuran arsip bukti. Arsip-arsip dokumen kunci harus
dipelihara untuk kemudahan akses ke dokumen yang paling relevan. Arsip-arsip
dokumen kunci harus diperbaharui secara berkala. Biasanya semacam indeks
atau ikhtisar. Data arsip kunci dapat diperbaharui secara terus menerus.

13
A. 5. 2 Making evidence atau menandai barang bukti
Semua fakta atau bukti yang diterima harus ditandai secara khusus
sehingga dapat diidentifikasi diwaktu yang akan datang. Seluruh bukti yang
didapat lebih baik diberi inisial atau kode dan tanggal; dan jika hal ini tidak
mungkin dilakukan, pemberian tanda tick (v) atau tanda lainnya juga dapat
digunakan pada daftar barang bukti, berita acara perolehan barang bukti dan
berita acara serah terima barang bukti. Dokumen atau bukti asli tidak
memungkinkan atau dilarang keras untuk ditandai. Oleh karena itu bukti asli
dimasukkan dalam amplop barang bukti yang transparan bersegel yang
kemudian diberi inisial, diparaf dan tanggal.

A. 5. 3 Database Barang Bukti

Bila bukti yang harus disimpan dan dikelola sudah menjadi banyak
sehingga menyulitkan penelusuran, pencarian dan administrasinya maka untuk
menangani volume informasi yang besar dibutuhkan suatu sistem informasi
untuk bukti-bukti yang sudah didapat dan dimpan. Sistem itu bertumpu pada
database bukti. Database paling minim harus memuat informasi tentang :

1. Tanggal dokumen
2. Siapa sumber bukti atau dari siapa dokumen atau bukti tersebut diperoleh.
3. Tanggal dokumen atau bukti diperoleh.
4. Gambaran (deskripsi) singkat mengenai isi bukti atau dokumen.
5. Subjek dokumen atau bukti (dokumen atau bukti tersebut mengenai siapa).

2.1.6 Eksaminasi (pemeriksaan seksama) atas bukti dokumen


A. 6. 1 Pemeriksa (ahli forensic) dokumen.

Ahli pemeriksaan forensic sebagai bagian dari investigasi fraud dapat membantu
keberhasilan investigasi karena:

14
 Hasil pemeriksaan ahli forensic dapat membantu dalam mengembangkan dan
meningkatkan teori fraud: siapa, apa, bagaimana, dan pelaku melakukan
fraud.
 Hasil pemeriksaan dapat menguatkan atau menyangkal pernyataan yang
diberikan saksi alibi atau tersangka.
 Hasil pemeriksaan ahli forensik pemberian pengaruh signifikan kepada fraud
examiner untuk melakukan wawancara dengan tersangka untuk mendapatkan
pengakuan yang bersalah ketika dihadapkan dengan fakta hasil forensik.

A. 6. 2 Objek pemeriksaan bukti dokumen

Pemeriksaan yang cermat (eksaminasi) atas dokumen dapat dilakukan dengan


memeriksa:

 Handwriting Comparisons atau pembandingan tulisan tangan.


 Ink Analysis atau analisa tinta.
 Paper Analysis atau analisa kertas.
 Alteration atau perubahan pada isi, bentuk, warna dokumen.
 Folds atau lipatan atau dilipat atau terlipat, staples atau distaples
 Date of document atau tanggal dokumen
 Indented writing atau penulisan yang tidak teratur atau lekukan tulisan.
 Damaged document analysis atau analisa kerusakan dokumen
 Typing defects atau kerusakan ketikan
 Typewriter Ribbon Analysis atau analisa pita mesin ketik.

Pemeriksaan forensik dokumen dapat menghasilkan antara lain:

1. Mendeteksi adanya penghilangan tanda tangan/tulisan


2. Mengidentifikasi penulisan tanda tangan, penulis tulisan tangan dan hasil
print-out.
3. Mendeteksi pemalsuan dokumen
4. Mendeteksi adanya perbaikan, perubahan, penghapusan tulisan.

A. 6. 3 Tipe bukti dokumentasi

Pada saat investigasi didapat bukti-bukti dokumen. Bukti-bukti ini harus apa
adanya sehingga dapat dijaga keotentikan untuk keperluan pemeriksaan di

15
pengadilan. Sehingga pada pemeriksaan di pengadilan bukti dokumen yang
harus ditunjukkan adalah:

 Genuine atau asli atau benar-benar asli. Bukti dokumen ini merupakan bukti
primer, namun belum tentu bukti yang kelihatan asli adalah benar-benar asli.
Oleh karena itu terdapat bukti dokumen selain yang asli sebagaimana
dibawah ini.
 Altered-Tempered With atau bukti dokumen yang mengalami perubahan atau
dirusak walaupun dari tampak luar terlihat asli (bukan foto copy).
 Counterfeit-of spurious origin atau bukti dokumen yang palsu atau buktin hasil
tiruan aslinya atau bukti yang ditiru (dipalsukan).
 Fraudulent-intetionally perverted or misleading atau bukti dokumen yang
sengaja dibuat untuk menyesatkan atau mengelabui pembacaannya atau
penggunanya.
 Forged-fabricate atau bukti dokumen yang dibuat-buat atau diada-adakan

A. 6. 4 Tanggung jawab terhadap barang bukti

Terkait dengan bukti dokumen atau barang bukti lainnya investigator, fraud
examiner, auditor investigative harus memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

 Mengumpulkan, mengidentifikasi, memelihara dan menjaga kondisi barang


bukti agar tetap seperti semula pada saat barang bukti di dapat.
 Mengumpulkan dan mampu membuktikan keasliannya pada pemeriksa
dokumen atau laboratorium forensic badan pada pemeriksaan di pengadilan.
 Menyerahkan bukti dokumen yang dipertanyakan atau mengandung
pertanyaan kejanggalan dan pembandingnya kepada pemeriksa
dokumen/laboratorium forensic.

A. 6. 5 Kapan bukti dokumen harus diperiksa

Tanda-tanda berikut ini mengindikasikan alasan suatu dokumen harus


diserahkan untuk diperiksa:

 Goresan, lecet atau terhapus oleh pena atau pensil atau penghapus

16
 Terjadinya perubahan atau penggantian
 Tulisan yang samar atau tidak jelas atau tulisan tidak lazim
 Menggunakan tinta dengan warna yang berbeda
 Bekas pensil atau karbon sepanjang tulisan
 Ada garis-garis foto copy

2.2 DIGITAL FORENSIK PADA INVESTIGASI FRAUD

2.2.1 Pengertian Digital Forensik

Komputer forensik merupakan metodologi untuk mengidentifikasi, mencari,


medapatkan kembali, dan menganalisis barang bukti elekronik yang disimpan dalam
media komputer, media penyimpanan komputer dan perangkat elektronik lainnya
serta mempresentasekan hasil penemuan tersebut sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh hukum. Digital forensik juga mncakup penggunaan metode
ilmiah untuk menjaga (preservation) dan memvalidasi bukti digital yang berasal dari
sumber-sumber digital guna memfasilitas atau melanjutkan rekonstruksi kejadian
tindak pidana sehingga dapat dipertanggungjawabkan dipengadilan.
Sesuai definisinya, komputer forensik sebagai ilmu forensik proses untuk
mengidentifikasi, menjaga, menganalisa, dan mengajikan bukti digital (data yang
telah diproses secara elektronik dan disimpan dimedia penyimpan elektroik). Dalam
tata cara yang diterima secara hukum untuk keperluan pembuktian disidang
pengadilan. Definisi ini berperioritas recovery (pngambilan dan penyelamatan data,
tanpa merusaknya ) dan analisa data. Bukti digital sangat berkaitan dengan omputer

17
forensik atau digital forensik. Istilah bukti digital digunakan untuk menghindari
keterbatasan yang ada pada istlah bukti elektronik. Yang hanya dianggap berasal
dari notebook, server, komputer dekstop. Sumber bukti digital tersebut termasuk
handphone, audio digital, video digital, mesin faks, alat GPS, kamera digital atau alat
teknologi apapun yang mempunyai media penyimpanan yang bisa dianalisa. Dengan
demikian komputer forensik mencakup berbagai sumber daya komputer: sistem
komputer, jaringan komputer, jalur komunikasi, dan berbagai media penyimpangan
yang layak untuk diajukan dalam sidang pengadilan.
Komputer forensik diterapkan pada penanganan kejahatan yang berkaitan
dengan teknologi informasi. Komputer forensik dapat dipergunakan untuk
menganalisa dan mengamankan bukti digital dan merupakan tata cara yang benar
untuk menangani bukti digital. Kesulitan dalam bukti forensik adalah dalam
menghadirkan bukti digital yang dapat digunakan dalam persidangan dan besarnya
dokumentasi yang diperlukan. Meskipun tujuan utama komputer forensik adalah
membantu pembuktian disidang pengadilan, tetapi komputer forensik bukan hanya
untuk menangani beberapa kasus krimimal yang melibatkan hukum. Komputer
forensik dapat membantu masalah operasional seperti rekonstruksi perkara insiden
keamanan komputer, upaya pemulihan kerusakan sistem dan data, upaya pemulihan
data yang terhapus, pemecahan masalah yang melibatkan hardware atupun
software, dan dalam memahami sistem ataupun berbagai perangkat digital agar
mudah dimengerti.

2.2.2 Permodelan Forensik (Komputer Forensik)

Komputer forensik melibatkan tiga komponen yang saling terangkai sehingga


mencapai suatu tujuan yaitu mendapatkan bukti digital yang berkualitas dan sesuai
ketentuan. Ketiga komponen tersebut adalah:
1. Manusia (people). Menjadi spesialis komputer forensik dibutuhkan lebih dari
sekedar pengetahuan tentang teknologi informasi tetapi juga dibutuhkan
pengalaman menghadapi berbagai tantangan perolehan data ( bukti ) dalam
investigasi. Untuk mendapatkan manusia atau spesialis komputer forensik
dibutuhkan investasi pengetahuan dan pengalaman, sehingga investasi ini
membutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan organisasi.
2. Peralatan (equipment). Dalam investigasi terhadap lingkungan teknologi
informasi dan data digital diperlukan sejumlah perangkat atau alat yang tepat
untuk mendapatkan sejumlah bukti yang dapat dipercaya. Untuk mendapatkan

18
peralatan komputer forensik yang sesuai dengan dinamika kejahatan komputer
juga dibutuhkan investasi ini juga dibutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan
organisasi.
3. Aturan (protocol). Pada komputer forensik jelas diperlukan protokol dalam
menggali, mendapatkan, menganalisis, dan akhirnya mengajikan dalam bentuk
laporan yang akurat. Didalam komponen aturan diperlukan pemahaman yang
baik dari segi hukum dan etika. Aturan ini harus dijabarkan dalam standar
prosedur operasional yang baku dan standar. Prosedur tersebut harus mengacu
paada prinsip atau protokol yang berlaku umum didunia.

2.2.3 Barang Bukti Digital/Elektronik Sebagai Alat Bukti Sah

Barang bukti digital adalah “semua barang bukti informasi atau data baik
yang tersimpan maupun yang melintas pada sistem jaringan digital, yang dapat
dipertanggung jawabkan di depan pengadilan”. Menurut Scientific Working Group on
Digital Evidence, barang bukti adalah “Informasi yang disimpan atau dikirimkan
dalam bentuk digital”. Barang bukti digital ada yang bersifat dapat dilihat, maksudnya
dilihat dengan bantuan perangkat lunak atau sistem operasi yang umum seperti:
Windows, MS-Office, OpenOffice. Contoh barang bukti digital yang dapat dilihat
alamat e-mail, file word, file spreadsheet, folder, source code dari perangkat lunak,
file image (JPEG,PNG,dll), web browser bookmarks, cookies serta log files. Disisi
lain terdapat barang bukti digital yang tidak nampak sehingga harus dilakukan digital
forensik seperti file yang dihapus, riwayat internet, artifak file sistem, sistem log file.
Bukti digital akan semakin rumit bila pelakunya sudah lama dihapus atau di-overwrite
berkali kali, disembunyikan dan dikamuflase serta dienkripsi.
Dalam UU ITE diatur bahwa informasi elektronik/dokumen elektronik dan/atau hasil
cetaknya (bukti digital) merupakan alat bukti hukum yang sah, sesuai dengan hukum
acara yang berlaku diIndonesia. Undang Undang pemberantasan tindak pidana
korupsi memperlakukan informasiatau dokumen elektronik sebagai bukti. Tetapi,
tidak sembarang informasi elektronik / dokumen elektronik dapat dijadikan alat buti
yang sah . menurut UU ITE suatu informasi elektronik/dokumen eletronik dinyatakan
sah untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai
ketentuan yang telah diatur dalam UU ITE, yaitu sistem elektronik yang handal dan
aman, serta memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:

19
1. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan /atau dokumen elektronik
secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan
perundang undangan
2. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keontetikan, kerahasiaan, dan
keteraksesan informasi elektronik dalam penyelenggaran sistem elektronik
tersebut
3. Dapat beroperasi dengan prosedur petunjuk dalam penyelenggaraan sistem
elektronik, dilengkapi dengan prosedurcatau petunjuk yang diumumkan dengan
bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang
bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem elektronik
4. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,
kebertanggung jawaban prosedur atau petunjuk.

2.2.4 Penangan Barang Bukti Digital

Pengelolaan yang tepat atas barang bukti (mengikuti aturan chains of


custoday) akan membuat perbedaan apakah suatu tuduhan terbukti ataukah
tertuduh diputus bebas.
“jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan disidang ke salahan
terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyankinkan maka terdakwa diputus bebas”.
Empat aturan utama mengenai bukti (4 Cardinal Rules of Evidence)
1. NEVER mishandle evidence. Jangan pernah salah dalam mengelola bukti ketika
fraud examiner, auditor investigatif, investigator atau spesialis komputer forensik
menerima atau mendapatkan data maka data atau bukti wajib dikelola dan
diproses dengan cara dapat dipertahankan integritasnya (keontetikannya).
Lakukan chain of custody !
2. NEVER trust the subject operating system or machine. Jangan pernah percaya
kepada mesin atau sistem operasi yang menjadi target investigasi.
3. NEVER work on the original evidence. Jangan pernah bekerja dengan bukti asli
4. DOCUMENT EVERYTHING ! Tertib dokumentasi adalah keharusan pelanggaran
salah satu aturan tersebut diatas menyebabkan bukti yang anda dapat menjadi
tidak valid. Proses dan prosedur yang spesifik dapat disesuaikan penerapannya
pada situasi situsi yan unik sepanjang aturan ini dijaga.

2.2.5 Tahapan Prosedur Komputer Forensik atau Digital Forensik

20
Tahap – tahap yang dilakukan dalam melakukan komputer forensik adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan (preparation)
2. Pencarian, pengumpulan dan pengmbilan data (collection)
3. Pmeriksaan (examination) dan analisa (Analysis)
4. Pelaporan (reporting)

Tahap perencanaan

Kunci keberhasilan dan pelaksanaan komputer forensik adalah tahap


perencanaan. Persiapan diperlukan agar pelaksanan komputer foresnik dapat
berjalan dengan efektif. Tidak hanya untuk pelaksanaan, perencanaan diperlukan
dalam penyimpanan setiap bukti yang potensia untuk digunakan pada persidangan
karena sekali saja bukti diketahui terdistorsi maka dapat membuat otensitas dari
bukti tersebut dapat gugur sebagai alat bukti. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
tahap perencanaan komputer forensik pada suatu objek pemeriksaan (perusahaan)
adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas dari hard drive


2. Tipe dari masing-masing hard drive, sebagai contoh Integrated Drive Electronics
(IDE), Small Computer System Interface (SCSI)
3. Sistem operasi sebagai contoh Windows, Linux
4. Wadah penyimpanan data seperti CD, Extrenal Hard Disk, Kaset dan lain-lain.
5. Jumlah pemakai sistem komputer dan namanya serta daftar addressnya.

Dengan adanya pemeriksaan komputer forensik, maka ada dua hal yang menjadi
target investigasi yaitu target investigasi atas sistem komputer yaitu sistem yang
akan diinvestigasi atau dilakukan analisis forensik dan investigasi atas analisis
sistem, yaitu sistem yang akan digunakan untuk menganalisis sistem komputer yang
dijadikan target. Sistem tersebut terkait dengan metodologi dan software yang
digunakan dalam komputer forensik.

Tahap Pencarian dan Pengumpulan Bukti

Bagian kritikal dalam setiap investigasi dengan komputer forensik adalah


kewajiban menjamin pengumpulan bukti dengan tepat dan pemeliharaan serta
penjagaan bukti yang diperoleh (chains of custody) . positif kontrol adalah frase yag

21
sangat sering digunakan untuk menjelaskan standar pengelolaan material bukti
potensial seperti komputer tersangka, hard drives, dan segala backup copies.
Pendekatan “5W 1H” digunakan pada positif kontrol yaitu

1. Who. Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap bukti .


2. What. Apa prosedur yang dilakukan atas bukti.
3. When. Kapan bukti dikumpulkan atau ditrasnfer kepihak lain?
4. Where. Dimana bukti dikumpulkan dan disimpan .
5. Why. Apa tujuan bukti dikumpulkan.
6. How. Bagaimana bukti dikumpulkan dan disimpan.

Mengamankan lokasi dengan cara menghentikan atau mencegah setiap aktivitas


yang dapat dirusak atau menghilangkan barang bukti adalah wujud freezing the
crime scene, terlebih lagi bukti yang dihadapi bersifat tidak berwujud, tidak dapat
dilihat dan media penyimpanan yang kecil namun dapat memuat jutaan informasi.
Dalam pelaksanaan perncarian dan pengumpulan bukti, hal yang perlu dilakukan
adalah dilakukannya proses yang cepat dan mendadak pada setiap pemakai sistem,
untuk mencegah adanya resiko penghapusan data atau informasi yang akan dicari
atau dikumpulkan sebagai bukti. Untuk itu perlu dibentuk tim yang jumlahnya
seimbang dengan jumlah pemakai sistem .

Tahap Pemeriksaan dan Analisa

Pada tahap ini pemeriksaan komputer forensik terlebih dahulu akan


melakukan drive imaging. Sehingga drive imaging merupakan tahap kritis dalam
investigasi komputer forensik. Pada tahap ini umumnya para pemakai sistem tidak
diperbolehkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas apapun pada sistem kompuetr
yang merusak keontetikan data. Seringkali investigator menganggap copy data atau
copy keseluruh drive adalah melakukan drive imaging atau seringkali investigator
menghidupkan mesin komputer atau mesin apapun yang memiliki media penyimpan
data digitaldari keadaan mesin sedang mati untuk melakukan copy data. Praktek ini
salah besar. Oleh karena itu, dalam keadaan mesin komputer mati justru biarkan
mesin mati tetapi melakukan drive imaging dalam keadaan komputer mati. Dalam
melakukan drive imaging untuk menjamin integritas hard drive yang di imaging dan
dianalisa dengan software digital forensik. Software digital forensik membuat copy
bit-for-bit dari hard drive milik tersangka (raw data file) dan menyalinnya kemedia

22
lain. Raw data file berisi segala sesuatu yang aslinya disimpan oleh tersangka
termasuk logical file structure dan unallocated space.

Dengan menggunakan software digital forensik pemeriksaan dapat melakukan dua


hal penting yaitu:

1. Melakuan ekstrak atas file yang sudah dihapus dari unallocated space dan
selanjutnya menjalankan review untuk ketepatannya
2. Melakukan pencarian jejak (string) melalui unallocated space dan file slack
sebagai usaha untuk melokasikan data yang diinvestigasi.

Dalam melakukan analisa, spesialis komputer forensik mencari “kata kunci, tanggal
kunci, istilah berkonotasi fraud “untuk dilakukan penelusuran, mencari informasi
privilage,membuat riwayat atau history aktivitas atau akses, mencari file yang tidak
biasa baik berupa nama file atau jenis file (misalnya : seseorang yang pekerjaan nya
tidak terkait dengan pembelian namun menerima atau memiliki data pembelian).

Spesialis komputer forensik bekerja sama dengan akuntan forensik dalam


menganalisis data atau spesial komputer forensik memberikan informasi yang
mencurigakan kepada akuntan forensik untuk dianalisa. Demikian pula sebaliknya,
akuntan forensik memberikan petunjuk atau clues untuk ditelusuri oleh spesialis
komputer forensik. Tahap ini adalah penentuan apakah pelaku kejahatan bisa
tertangkap atau jeratan hukum.

Tahap Pelaporan

Setelah seluruh tahap – tahap diatas, maka pemeriksaan harus membuat


laporan komputer forensik yang sudah dilakukannya. Laporan tersebut sebaiknya
juga disimpan pada rangkap untuk menghindari resiko pencurian atau juga untuk
diberikan kepada berbagai pihak yang membutuhkan. Selain melaporkan
pelaksanaan investigasi, laporan juga dapat memberikan informasi mengenai kondisi
pengendalian internal pada sistem komputer dan juga potensi kelemahan yang
mungkin ada pada sistem komputer perusahaan sehingga tingkat pengamanan
dapat lebih ditingkatkan.

2.2.6 File Sistem

23
Proses pengumpulan bukti digital dari file sistem biasanya adalah seputar
recovery data yang telah terhapus dan pemeriksaan data – data yang dimodifikasi.
Recovery file yang telah terhapus menjadi sangat penting dalam penyidikan karena
dapat mengorek kembali informasi –informasi lama yang sudah lama maupun tidak
sengaja dihapus. Biasanya proses ini mengandalkan progra recovery seperti
misalnya Ontrack, Easy – Recovery Pro, DataLifter. Cukup banyak jenis – jenis data
yang dapat dikembalikan dengan menggunakan aplikasi ini. Dengan demikian data
sulit untuk dibunuh dan dimatikan.
Pada kebanyakan sistem operasi, file yang dihapus sebenarnya tidaklah
terhapus dengan aman karena masih dapat di recovery (dipulihkan). Mengapa
sistem komputer tidak menghapus file ketika pengguna menginstruksikan file
dihapus ? seperti telah dijelaskan pada suatu harddrive tedapat indeks atau indeks
file atau file sistem, misal FAT. FAT akan memberitahu sistem operasi dibagian
mana dari Hard Drive file berada (penanda atau date time stamp). Ketika membuka
file penanda diakses sesuai tempatnya di indeks.

2.2.7 Keterbatasan Digital Forensik dan Anti-Forensik

Meskipun digital forensik memiliki kemampuan untuk memulihkan data yang


dihapus, diganti nama, diformat, sisa akses atau jejak – jejak lainnya, namun digital
forensik memiliki keterbatasan yaitu media digital secara fisik dan keseluruhan
dirusak atau dihancurkan, diremukkan, dipanaskan dan sejenisnya, media digital
secara meyakinkan ditulis ulang (securely overwritten), atau pelaku fraud memahami
penggunaan teknologi canggih dan teknik anti forensik yang cerdik.
Perusakan data baik secara fisik dapat juga dilakukaan dengan sucerely
overwritten seperti multiple overwritting (menulis ulang berulang- ulang) untuk
menghapus data. Remnant atau bekas dari isi Hard Drive sebelumnya masih sedikit

24
tersisa, penumpukan dengan data sampah secara berulang - ulang lebih menjamin
seluruh “Bekas” tersebut tertumpuk data baru.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari Makalah diatas dapat kami simpulkan 2 yaitu yang Pertama , bahwa Bukti audit
adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan (opini)

25
dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan akuntansi yang menghasilkan
laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang berhubungan/terkait dengan catatan
akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor tentang laporan keuangan yang layak.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat auditor.
Alat bukti Hukum adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu
perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan
pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak
pidana yang telah dilakukan terdakwa serta alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu
tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian,
guna menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang
telah dilakukan oleh terdakwa (Darwan Prinst,1998:135).

Bukti bukti hukum (legal evidence) sangat mengandalkan pengakuan lisan. Bukti
yang menjelaskan alat bukti yang digunakan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan
adalah sebagian besar berupa bukti keterangan atau bukti lisan. Saksi saksi , ahli , dan
terdakwa diminta memberikan keterangan di depan hakim atau juri. Bukti audit ( audit
evidence) sebaik audit intern ataupun auit atas laporan keuangan (audit ekstern) sebaliknya
sangat mengandalkan bukti bukti dokumen atau bukti tertulis.

Jenis bukti sesuai tingkat kekuatan pembuktiannya terdiri atas : Bukti Terbaik (Bukti
Primer), Bukti Sekunder, Bukti Lansung dan Tidak Lansung, dan Bukti Opini. Lalu Kuantitas
dan Kualitas Audit hendaknya harus Relevan, Competent, dan Material, kemudian Jenis
Bukti dan sifatnya adalah Bukti Fisik, Bukti Pengakuan, Bukti Dokumen, yang terakhir
Pengelolaan Bukti yang telah diperoleh yang wajib dilakukan oleh seorang auditor ialah
Pengorganisasian Barang Bukti, Menandai barang bukti, Database barang bukti.

Yang Kedua adalah Komputer forensik merupakan metodologi untuk


mengidentifikasi, mencari, medapatkan kembali, dan menganalisis barang bukti elekronik
yang disimpan dalam media komputer, media penyimpanan komputer dan perangkat
elektronik lainnya serta mempresentasekan hasil penemuan tersebut sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan oleh hukum. Digital forensik juga mncakup penggunaan metode ilmiah
untuk menjaga (preservation) dan memvalidasi bukti digital yang berasal dari sumber-
sumber digital guna memfasilitas atau melanjutkan rekonstruksi kejadian tindak pidana
sehingga dapat dipertanggungjawabkan dipengadilan.

Sesuai definisinya, komputer forensik sebagai ilmu forensik proses untuk


mengidentifikasi, menjaga, menganalisa, dan mengajikan bukti digital (data yang telah

26
diproses secara elektronik dan disimpan dimedia penyimpan elektroik). Dalam tata cara
yang diterima secara hukum untuk keperluan pembuktian disidang pengadilan.Isi dari
Permodelan Forensik ialah Manusia, Peralatan, dan Aturan, Lalu Barang Bukti Digital
sebagai Alat Bukti yang sah adalah menurut UU ITE suatu informasi elektronik/dokumen
eletronik dinyatakan sah untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik
yang sesuai ketentuan yang telah diatur dalam UU ITE, yaitu sistem elektronik yang handal
dan aman, serta memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:

 Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan /atau dokumen elektronik secara
utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan perundang
undangan
 Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keontetikan, kerahasiaan, dan keteraksesan
informasi elektronik dalam penyelenggaran sistem elektronik tersebut.
 Dapat beroperasi dengan prosedur petunjuk dalam penyelenggaraan sistem elektronik,
dilengkapi dengan prosedurcatau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi,
atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan
penyelenggaraan sistem elektronik.
 Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kebertanggung
jawaban prosedur atau petunjuk.

3.2 SARAN

Saran kami yang pertama semoga materi yang kami angkat pada makalah ini

dapat lebih dikembangkan demi peningkatan mutu pembelajaran mahasiswa dan

semoga dapat dilakukan penelitian- penelitian yang lebih pada materi ini, kemudian

yang kedua kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun pada makalah

kami, kami sangat meminta maaf jika terjadi salah – salah pengucapan kata dalam

makalah ini, semoga makalah kami dapat membantu proses pembelajaran bagi

mahasiswa demi mendalami audit investigasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Retno Ratu Wiharti, Novita Novita. Jurnal iimiah dan Humanika 10 (2),115-125,2020

Amril Arifin. Jurnal Ekonomika 3(1),38-48,2013

Michell Suharli, Nurlaelah Nurlaelah. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia


12(2)2008

Narendra aryo bramastyo.universitas Brawijaya,2014

28
Rozmita Dewi Yuniarti Rozali, Citra Ferninda Darliana. Jurnal riset akuntansi dan
keuangan(JKAK)2015

Muhammad Faisal AR Pelu, Muslim Muslim,Nurfadila Nurfadila.jurnal Ekonomika


4(1),36-45,2020

29

Anda mungkin juga menyukai