Anda di halaman 1dari 12

KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

A. Lingkungan Hukum
Kewajiban hukum dapat terjadi ketika seorang auditor memberikan
jasa profesional dalam bentuk apapun. Sepanjang perspektif sejarah, dapat
dicatat bahwa profesi akuntan memiliki persentase yang sangat rendah dalam
hal perbandingan antara dugaan kesalahan audit dengan jumlah audit yang
dilaksanakan. Namun demikian, kegagalan audit berdampak sangat buruk
bagi setiap kantor akuntan.
1. Kecenderungan Litigasi di Amerika Serikat
Kecenderungan penting dimulai pada tahun 1980-an, berlanjut
dalam tahun 1990-an, sampai lahirnya Private Securities Litigation
Reform Act pada tahun 1995. Jumlah dan biaya litigasi yang berkaitan
dengan dugaan kekurangan audit mencapai tingkat yang
membahayakan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya
laporan kegagalan bisnis yang berakibat pada kerugian signifikan
yang diderita oleh para investor dan pembayar pajak. Namun tidak
semua kegagalan itu dapat dianggap sebagai kegagalan audit.
Tumbuhnya kesadaran akan adanya masalah pada sistem peradilan,
mendorong terciptanya Coalition to Eliminate Abusive Securities Suits
(CEASS). Koalisi ini terdiri dari AICPA, kantor akuntan Enam Besar,
para penjamin asuransi, lebih dari 300 perusahaan manufaktur,
pengecer, dan asosiasi niaga. Yang dimana koalisi ini berusaha
memenangkan perubahan undang-undang yang dapat mengendalikan
litigasi yang tidak terjamin. Untuk meloloskan Private Securities
Litigation Act tahun 1995, diperlukan campur tangan berupa veto
seorang presiden.
B. Kewajiban Menurut Common Law
Common law sering diartikan sebagai hukum yang tidak tertulis.
Hukum ini berdasarkan atas keputusan pengandilan dan bukan atas hukum
yang dibuat dan disahkan oleh pihak legislatif. Common law berasal dari
prinsip-prinsip yang berdasarkan keadilan, alasan, dan hal-hal yang masuk
akal, dan bukannya hukum yang absolut, tetap dan kaku. Prinsip-prinsip
common law ditentukan oleh kebutuhan sosial masyarakat. Oleh karenanya
perubahan pada common law merupakan tanggapan atas kebutuhan
masyarakat. Dalam kasus common law, hakim memiliki fleksibilitas untuk
mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik maupun
yurisprudensi yang pernah ada. Menurut common law, kewajiban hukum para
CPA berkaitan luas dengan dua pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
1. Kewajiban kepada Klien
Seorang CPA berada dalam hubungan konrtaktual langsung
dengan klien. Dengan menyetujui untuk melaksanakan jasa bagi klien,
CPA berperan sebagai kontraktor independen. Istilah hubungan
pribadi dalam kontrak (privity of contract) merujuk pada hubungan
kontrkatual yang ada antara dua orang atau lebih pihak yang terlibat
dalam kontrak. Ciri Khas suatu perikatan audit adalah anggapan
bahwa audit akan dilakukan sesuai dengan standar profesional yaitu,
standar auditing yang berlaku umum (GAAS), kecuali dalam kontrak
menyebutkan kalimat lain yang berarti sebaliknya. Seorang akuntan
bertanggung jawab kepada klien sesuai dengan hukum kontrak atau
hukum kerugian.
1) Hukum Kontrak (Contract Law)
Seorang auditor bertanggung jawab kepada klien atas
pelanggaran kontrak, apabila ia :
a) Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan
audit sesuai GAAS.
b) Tidak mengirimkan laporan audit sesuai batas waktu
yang telah disepakati.
c) Melanggar hubungan kerahasiaan klien.
Apabila terjadi pelanggaran kontrak, biasanya
penggugat akan mencari satu atau lebih jalan keluar sebagai
berikut :
a) Kewajiban spesifik tergugat dalam kontrak.
b) Kerugian keuangan langsung yang terjadi akibat
pelanggaran tersebut.
c) Kerugian terkait dan kerugian sebagai konsekuensi
yang merupakan akibat tidak langsung atas pelanggaran
tersebut.
2) Hukum Kerugian (Tort Law)
Seorang CPA bertanggung jawab kepada klien menurut
hukum kerugian. Tindakan merugikan (tort action) adalah
tindakan salah yang merugikan milik, badan, atau reputasi
seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan
salah satu penyebab berikut ini:
a) Kelalaian yang biasa (Ordinary negligence), yaitu
kelalaian yang menerapkan tingkat kecermatan yang
biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam
kondisi yang sama.
b) Kelalaian kotor (gross negligence), yaitu kelalaian
untuk menerapkan tingkat kecermatan yang paling
ringan pada suatu kondisi tertentu.
c) Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan,
misalnya salah saji, menyembunyikan, atau tidak
mengungkapkan fakta yang material, sehingga dapat
merugikan pihak lain.
2. Kewajiban kepada Pihak Ketiga
Ada dua kelompok pihak ketiga, yaitu: pemegang hak utama,
dan pemegang hak lainnya. Pemegang hak utama (primary
beneficiary) ialah seseorang yang namanya telah diketahui oleh
auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai penerima utama laporan
auditor. Pemegang hak lainnya (other beneficiaries) ialah pihak ketiga
yang namanya tidak disebutkan, seperti para kreditor, pemegang
saham, dan investor potensial.
Menurut hukum kerugian (tort law), tanggung jawab auditor
adalah kepada semua pihak ketiga terhadap semua kelalaian kotor dan
kecurangan, sehingga auditor berkewajiban atas kelalaian biasa pada
umumnya berbeda antara kedua kelompok pihak ketiga tersebut.
1) Kewajiban kepada Pemegang Hak Utama
Pada awalnya di tahun 1931, terdapat suatu kasus yang
mendukung doktrin hubungan pribadi dalam kontrak, dimana
pihak ketiga tidak dapat menggugat auditor untuk kelalaian
biasa. Namun pada saat itu hakim yang menangani kasus
memberikan hak kepada para pemegang hak utama sebagai
yang mengetahui tentang kontrak, sehingga pihak ketiga dapat
menggugat dan menerima ganti rugi akibat kelalaian biasa
seorang auditor.
2) Kewajiban kepada Pemegang Hak Lainnya
Sejak tahun 1968, keputusan pengadilan telah
memperluas kewajiban auditor atas kelalaian biasa sampai
melampaui hubungan pribadi dalam kontrak. Yang dimana
keputusan pengadilan tersebut mengakui adanya dua kategori
pihak ketiga lain sebagai pemegang hak sebagai berikut:
Golongan yang telah diketahui sebelumnya
(foreseen class)
Konsepnya dijelaskan dalam Restatement
(Second) of Torts. Konsep ini tidak meliputi semua
investor, pemegang saham, kreditor yang ada sekarang
maupun yang akan datang. Putusan pengadilan tidak
meminta pihak-pihak dirugikan harus diidentifikasi
secara spesifik, namun kelompok orang-orang yang
menjadi bagian para pihak yang harus dibatasi dan
diketahui pada saat auditor memberikan informasi.
Pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya
(foreseeable parties)
Perorangan atau entitas yang diketahui ataupun
yang akan diketahui auditor akan mengandalkan
laporan audit dalam membuat keputusan bisnis dan
investasi. Yang dimana pihak-pihak ini meliputi para
kreditor, pemegang saham, dan investor yang ada
sekarang maupun yang akan datang. Adanya konsep ini
memperluas tugas auditor dalam menerapkan
kecermatan pada setiap pihak yang dapat diketahui
sebelumnya akan menderita kerugian keuangan karena
mengandalkan penyajian auditor.
C. Kewajiban Menurut Undang-undang Sekuritas
Undang-undang sekuritas tergolong sebagai atau hukum negara
(statutory law) yang ditetapkan oleh lembaga legislatif pada tingkat Negara
bagian atau tingkat federal. Sebagian besar negara memiliki undang-undang
pengaman surat berharga (blue sky laws) yang dimaksudkan untuk mengatur
penerbitan dan perdagangan sekuritas dalam suatu negara bagian. Biasanya
undang-undang ini mewajibkan pengarsipan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh suatu badan pengaturan yang ditunjuk.
Dua faktor yang memberikan kontribusi pada pengungkapan yang
lebih luas dalam kewajiban hukum menurut undang-undang sekuritas
dibandingkan dengan common law adalah (1) undang-undang tahun 1933
memberikan hak pada pihak ketiga tertentu yang namanya tidak disebutkan
untuk menggugat auditor atas kelalaian biasa, dan (2) tuduhan kejahatan dapat
dikanakan pada auditor menurut undang-undang tahun 1933 maupun tahun
1934. Dalam pargraf berikut ini akan disajikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang kewajiban hukum auditor menurut undang-undang
sekuritas federal.
1. Securities Act Tahun 1933
Undang-undang tahun 1933 ini dikenal sebagai kebenaran
dalam Undang-Undang Sekuritas (Truth in Securities Act ). Undang-
undang ini dirancang untuk mengatur penawaran sekuritas kepada
public melalui pos atau melalui interstate commerce. Gugatan
melawan auditor menurut undang-undang ini biasanya didasarkan
pada pasal 11 tentang kewajiban perdata atas akun pada laporan
pendaftaran yang tidak benar (Civil Liabilities On Account of False
registration Statement).
Mengajukan Gugatan Menurut Undang-undang Tahun
1933
Pengaruh utama undang-undang ini atas pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu gugatan dapat diringkas sebagai
berikut :
Penggugat
I. Setiap orang yang membeli atau mengakuisisi
sekuritas seperti yang diuraikan dalam laporan
pendaftaran, tanpa memandang apakah ia
merupakan klien auditor atau tidak.
II. Harus mendasarkan gugatannya pada dugaan
pemalsuan yang material atau laporan keuangan
yang menyesatkan yang ada dalam laporan
pendaftaran.
III. Apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelum
penerbitan laporan laba-rugi yang meliputi
periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal
efektif laporan pendaftaran, penggugat tidak
harus membuktikan adanya ketergantungan
pada keandalan laporan yang tidak benar atau
yang menyesatkan atau bahwa kerugian yang
diderita diperkirakan sebagai akibat laporan
keuangan tersebut.
IV. Tidak harus membuktikan bahwa auditor telah
melakukan kelalaian atau kecurangan dalam
mengesahkan laporan keuangan terkait.
Tergugat
I. Memiliki beban untuk menegakkan kebebasan
dari kelalaian dengan cara membuktikan bahwa
ia telah melakukan investigasi yang memadai
dan sesuai dengan itu memiliki dasar yang
memadai untuk percaya, dan memang percaya
bahwa laporan keuangna yang disahkan adalah
benar pada tanggal laporan tersebut serta pada
saat laporan pendaftaran menjadi efektif, atau
II. Melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa
kerugian penggugat secara keseluruhan atau
sebagian disebabkan oleh hal lain di luar
laporan yang dianggap tidak benar atau
menyesatkan tersebut.
2. Securities Exchange Act Tahun 1934
Undang-undang ini disahkan oleh Kongres A.S. untuk mengatur
perdagangan sekuritas di masyaraka. Undang-Undang tahun 1934 ini
mewajibkan perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam lingkup
undang-undang ini untuk :
Mengarsipkan laporan pendaftaran apabila sekuritas tersebut
diperdagangkan secara terbuka kepada masyarakat melalui
pasar bursa efek atau pasar diluar pasar diluar bursa efek (over
the counter).
Menjaga agar arsip laporan pendaftaran tersebut tetap mutakhir
dengan cara mengarsipkan laporan tahunan, laporan kuartalan,
dan informasi lain terkait SEC. Informasi keuangan tertentu,
termasuk laporan keuangan, harus diaudit oleh akuntan publik
independen. Karena adanya persyaratan pelaporan yang
berulang dengan SEC, maka undang-undang ini sering disebut
sebagai Continuous Disclosure Act (Undang-undang
pengungkapan berkelanjutan). Ketentuan tentang kewajiban
utama dalam undang-undang tahun 1934 ini disajikan dalam
pasal 18, 10, dan 32.
Mengajukan Gugatan Menurut Undang-undang Tahun
1934
Terdapat kesamaan dan perbedaan dalam pengaruh dari
pasal 10 dan 18 pada pihak-pihak yang terlibat. Menurut kedua
pasal tersebut, penggugat :
Penggugat
I. Dapat terdiri dari setiap orang yang membeli
atau menjual sekuritas.
II. Harus membuktikan adanya pernyataan yang
secara material tidak benar atau menyesatkan.
III. Harus membuktikan ketergantungan untuk
mengandalkan laporan terebut serta kerugian
yang timbul karena mengandalkan laporan
tersebut.
Tergugat
I. Telah bertindak dengan jujur.
II. Tidak mengetahui tentang pernyataan yang
tidak benar atau menyesatkan.
3. Perbedaan Antara Undang-undang Tahun 1933 dan Tahun 1934
Undang-undang Sekuritas dapat diterapkan pada situasi yang
berbeda. Undang-undang tahun 1933 diterapkan pada penjualan
perdana sekuritas yang dapat terdiri dari modal saham dan obligasi
kepada publik oleh korporasi penerbit, dimana undang-undang tahun
1934 diterapkanpada penjualan perdana dan perdagangan sekuritas di
bursa sekuritas nasional.
Perbedaan antara pasal 11 dari undang-undang tahun 1933
dengan pasal 10 dan 18 undang-undang tahun 1934, terletak pada :
1) Penggugat.
2) Bukti ketergantungan untuk mengandalkan laporan keuangan
yang tidak benar atau menyesatkan.
3) Kewajiban auditor atas kelalaian biasa.
4. Private Securities Litigation Reform Act Tahun 1995
Undang-undang ini disahkan Kongres pada tahun 1995
dimaksudkan untuk mengurangi risiko litigasi yang ceroboh bagi
auditor, perusahaan yang menjual sekuritasnya pada publik, dan para
pihak yang berafiliasi dengan penerbit sekuritas seperti pejabat
perusahaan, direktur, serta penasehat profesional (penjamin emisi dan
penasehat hukum). Ketentuan spesifik dalam undang-undang ini
adalah sebagai berikut.
1) Kewajiban Proposional (Proportionate Liability)
Reform Act memperkenalkan dan memulai suatu sistem
kewajiban proporsional dimana seorang tergugat yang tidak
mengetahui tindakan pelanggaran atas hukum sekuritas tetap
bertanggung jawab berdasarkan suatu presentase tanggung
jawab. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan paksa
bagi pihak yang tidak bersalah untuk menyelesaikan gugatan
yang tidak terlampau berat diluar pengadilan daripada
mempertaruhkan risiko bagi diri sendiri dengan kewajiban
yang tidak proporsional atas kerugian dalam kasus tersebut.
2) Menutup Kerugian Aktual
Reform act juga menutup kerugian yang timbul
menurut undang-undan sekuritas berdasarkan harga pembelian
investor atas sebuah sekuritas dan harga perdagangan rata-rata
selama periode 90 hari setelah tanggal informasi diterbitkan
yang mengoreksi adanya salah saji dan pengabaian dalam
laporan keuangan.
3) Tanggung Jawab untuk Melaporkan Tindakan Melanggar
Hukum
Reform act menerapkan persyaratan pelaporan baru
kepada auditor yang mendeteksi atau menyadari adanya
tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh pihak yang
menerbitkan sekuritas. Apabila seorang auditor menyimpulkan
bahwa suatu tindakan melanggar hukum memiliki pengaruh
yang material atas laporan keuangan, sementara manajemen
senior belum mengambil langkah yang tepat, dan kegagalan
tersebut menjadi alasan penerbitan laporan yang menyimpang
dari laporan standar atau bahkan pengunduran diri auditor dari
perikatan, maka auditor harus segera melaporkan kesimpulan
ini langsung kepada dewan direksi. Selanjutnya dewan direksi
akan melaporkan pada SEC dalam waktu 1 hari, apabila dewan
direksi tidak melaporkannya tepat waktu maka auditor harus
membuat laporan sendiri pada SEC.
4) Perubahan Lain yang Diberikan oleh
Reform act juga memberikan kelonggaran lain bagi
profesi akuntan, undang-undang ini :
a) Mewajibkan penggugat membayar imbalan dan
pengeluaran yang layak bagi penasehat hukum yang
digunakan oleh tergugat yang secara langsung terkait
dengan litigasi yang diputuskan oleh pengadilan
sebagai ceroboh dan tidak benar.
b) Memberikan tenggang waktu untuk berusaha
menyelesaikan masalah yang ada, sehingga dapat
mengurangi biaya yang seringkali mendorong pihak
yang tidak bersalah untuk mengajukan gugatan class
action.
c) Membatasi kerugian akibat tindakan hukum dengan
cara mengahapus kecurangan sekuritas sebagai dasar
mengambil tindakan menurut Rackeeer Influenced and
Corrupt Organization Act, yang menjatuhkan hukuman
tiga kali lipat.
d) Membatasi hak pihak ketiga untuk menggugat dengan
cara membatasi jumlah berapa kali seseorang dapat
menjadi wakil penggugat sebanyak tidak lebih dari lima
class action selama periode tiga tahun dan dengan
mewajibkan adanya alasan standar yang lebih ketat
yang harus dipenuhi oleh penggugat.
e) Perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk
wakil penggugat dalam suatu class action untuk
kepentingan para investor institusional yang pada
umumnya memeliki kepentingan keuangan terbesar
dalam ganti rugi.

Anda mungkin juga menyukai