Anda di halaman 1dari 17

Kewajiban Legal Auditor

Kewajiban Legal Auditor

Kewajiban legal bagi seorang


Auditor adalah bertanggungjawab
atas setiap aspek tugasnya sehingga
jika memang terjadi kesalahan yang
diakibatkan oleh kelalaian pihak
Auditor, maka akuntan publik dapat
dimintai pertanggungjawaban
secara hukum sebagai bentuk
kewajiban hukum Auditor.
Kewajiban Menurut Hukum Kebiasaan
(Common Law)
Kewajiban Menurut Hukum Kebiasaan
(Common Law)
Common law sering kali diartikan sebagai hukum
yang tidak tertulis. Hukum ini berdasarkan atas
keputusan pengadilan dan bukan atas hukum
yang dibuat dan disahkan oleh pihak legislative.
Common law berasal dari prinsip-prinsip yang
berdasarkan keadilan, alasan, dan hal-hal yang
masuk akal, dan bukanya hukum yang absolute,
tetap dan baku. Prinsip-prinsip common law
ditentukan oleh kebutuhan sosial masyarakat.
Oleh karena itu perubahan pada common law
merupakan tanggapan atas kebutuhan
masyarakat.

Menurut common law, kewajiban hukum para


CPA berkaitan dengan dua pihak, yaitu para klien
dan pihak ketiga.
Kewajiban Kepada Klien

Seorang CPA berada dalam hubungan kontraktual


langsung dengan klien. Dengan menyetujui untuk
melaksanakan jasa bagi klien, CPA berperan
sebagai kontraktor independen.
Cirri khas suatu perikatan audit adalah anggapan
bahwa audit akan dilakukan sesuai dengan standar
profesional yaitu, standar auditing yang berlaku
umum(GAAS).Seorang akuntan bertanggung jawab
kepada klien sesuai dengan hukum kontrak atau tor
law (hukum yang mengatur tentang tuntutan ganti
rugi).
Kewajiban Kepada Klien
Hukum Kontrak (Contract Law)
Seorang auditor bertanggung jawab kepada
klien atas pelanggaran kontrak (breach of
contract), apabila ia :
1. Menerbitkan laporan audit standar tanpa
melakukan audit sesuai dengan GAAS
2. Tidak mengirimkan laporan audit sesuai
dengan batas waktu yang telah disepakati
3. Melanggar hubungan kerahasiaan klien
Kewajiban Kepada Klien
Hukum Kerugian (Tort Law)
Seorang CPA juga bertanggung jawab kepada klien menurut
hukum kerugian. Tindakan merugikan (tort action) adalah
tindakan salah yang merugikan milik, badan, atau reputasi
seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan
salah satu penyebab berikut :
 Kelalaian yang biasa (ordinary negligence), yaitu kelalaian untuk
menerapakn tingkat yang biasa dilakukan secara wajar oleh
orang lain dalam kondisi yang sama.
 Kelalaian kotor (gross negligence), kelalaian untuk menerapkan
tingkat kecermatan yang paling ringan pada suatu kondisi
tertentu.
 Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya
salah saji, menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta
yang material, sehingga dapat merugikan pihak lain.
Kewajiban Kepada Pihak
Ketiga
Pihak ketiga (third party) dapat didefinisikan sebagai seorang yang
tidak mengetahui tentang pihak-pihak yang ada di dalam kontrak.
Menurut sudut pandang hukum, terdapat dua kelompok pihak
ketiga, yaitu :
1. Pemegang hak utama (primary beneficiary) adalah seorang yang
namanya telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit
dilaksanakan sebagai penerima utama laporan auditor. Sebagai
contoh, pada saat surat perikatan ditandatangani, klien
memberitahu auditor bahwa laporan akan digunakan untuk
mendapatkan pinjaman dari City National Bank, maka bank
terebut akan menjadi pemegang hak utama.

2. Pemegang  hak lainnya (other beneficiary) adalah pihak ketiga yang


namanya tidak disebutkan seperti para kreditor, pemegang saham,
dan investor potensial.

Auditor bertanggung jawab kepada semua pihak ketiga atas semua


kelalaian kotor dan kecurangan menurut menurut hukum kerugian
(tort law), sebaliknya kewajiban auditor atas kelalaian biasa pada
umumnya berbeda antara kedua kelompok pihak ketiga tersebut.
Pembelaan Dalam Common
Law
Pada umumnya auditor harus menggunakan kecermatan
sebagai pembelaan dalam gugatan pelanggaran kontrak
termasuk tuntutan ganti rugi atas kelalaian. Dalam hal
tuntutan ganti rugi, pembelaan utama adalah bukti
kecermatan atas kelalaian kontributif.

Apabila mengunakan pembelaan berdasarkan kecermatan


(due care defence), auditor harus berusaha membuktikan
bahwa audit tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
GAAS. Kertas kerja auditor merupakan alat yang penting
dalam pembelaan. Selain itu, auditor harus dapat
meyakinkan siding pengadilan bahwa pada dasarnya dalam
proses udit terdapat batasan-batasan yang bersifat melekat.
Dengan demikian, karena digunakan teknik pengujian
efektif, maka terdapat resiko bahwa kesalahan yang material
atau penyimpanan yang ada, dapat saja tidak terdeteksi.
Kewajiban Menurut Undang-undang
Sekuritas
Kewajiban Menurut Undang-undang
Sekuritas
Undang-undang sekuritas tergolong sebagai atau hukum Negara (statutory law)
yang ditetapkan oleh lembaga legislative pada tingkat Negara bagian atau tingkat
federal. Sebagian besar Negara bagian memiliki Undang-undang pengamanan
surat berharga (blue sky laws) yang dimaksudkan untuk mengatur penerbitan dan
perdagangan sekuritas dalam suatu Negara bagian. Biasanya Undang-undang ini
mewajibkan pengarsipan laporan keuangan yang telah diaudit oleh suatu badan
pengtur yang ditunjuk.

Dua fakotr yang memberikan kontribusi pada pengungkapan yang lebih luas pada
kewajiban hukum menurut Undang-undang sekuritas dibandingkan dengan
common law adalah
1)      Undang-undang tahun 1933 memberikan hak kepada pihak ketiga tertentu
yang namanya tidak disebutkan untuk menguugat auditor atas kelalaian biasa.
2)      Tuduhan kejahatan dapat dikenakan pada auditor menurut Undang-
undang tahun 1933 maupun tahun 1934.
Bukti Audit
Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi
yang mendukung angka-angka atau
informasi lain yang disajikan dalam
laporan keuangan, yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar
yang layak untuk meyatakan
pendapat.
Bukti Audit
Bukti audit yang mendukung laporan
Keuangan terdiri dari :
1. Data akuntansi
2. Semua informasi penguat (corrobating
information) yang tersedia bagi auditor.
Pertimbangan Auditor Tentang
Kelayakan Bukti Audit
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor berikut:
1. Pertimbangan professional
Yaitu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan
dalam audit.

2. Integritas manajemen
Manajemen juga bertanggung jawab atas asersi yang tercantum
dalam laporan keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi
untuk mengendalikan sebagian besar bukti dan data akuntansi yang
mendukung laporan keuangan.
Pertimbangan Auditor Tentang
Kelayakan Bukti Audit
3. Kepemilikan publik versus terbatas
Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam
audit atas laporan keungan perusahaan publik (misalnya PT yang go Public)
dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki
oleh kalangan terbatas.

4. Kondisi keuangan
Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses
kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan
meletakan kesalahan dipundak auditor, karena kegagalan auditor untuk
memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi
keuangan perusahaan.
Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan
keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai