PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada Bab 14 yang menjadi salah satu dari materi yang kami angkat dalam makalah
ini berjudul Bukti dan Pegelolaan Bukti menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas audit,
setiap auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung opini
auditor, kesimpulan hasil audit dan/atau temuan audit. Bukti audit tersebut diperoleh melalui
berbagai tehnik dan prosedur, sedemikian rupa sehingga auditor memperoleh kepuasan atas
kualitas pengujian yang dilakukannya. Yang dimaksud dengan bukti yang cukup adalah yang
jumlahnya, intensitasnya dan derajat keterwakilannya mencukupi untuk dijadikan dasar
pengambilan kesimpulan. Sementara itu, yang dimaksud dengan bukti yang kompeten adalah
bukti yang sah, valid serta relevan dengan sasaran pembuktian terkait. Dalam audit lapoaran
keuangan, audit kinerja atau bahkan audit operasional yang tidak dimaksudkan untuk
menyelidiki ada tidaknya suatu kecurangan, kadang-kadang auditor menemukan adanya
tindak kecurangan yang dilakukan oleh pegawai atau manajemen entitas yang diperiksa.
Adanya kecurangan tersebut akan mengharuskan auditor mengungkapkan temuannya
kepada pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti. Permasalahannya adalah bahwa kriteria
bukti audit menurut standar audit tidak sama dengan menurut standar hukum pidana. Dengan
demikian apabila auditor tidak memperhatikan aspek pembuktian menurut hukum pidana,
maka terdapat peluang bahwa bukti audit yang diajukan oleh auditor tidak segera dapat
dianggap sebagai bukti yang “matang” untuk tujuan penyidikan/penyelidikan/penuntutan
berdasarkan hukum acara. Berdasarkan uraian di atas, maka setiap auditor harus memahami
aspek pembuktian, setidak-tidaknya dari dua disiplin imu, yaitu dari disiplin auditing
(akuntansi) dan disiplin hukum pidana.
Bukti hukum (bukti yuridis) dan bukti audit memiliki banyak kesamaan. Keduanya
memilki tujuan yang sama yaitu untuk mendorong keyakinan orang terhadap suatu objek yang
sedang dianalisis dan dievaluasi , diaudit, atau diinvestigasi. Keyakinan dibangun
berdasarkan pertimbangan pengambil keputusan atas informasi yang ia lihat, ia dengar, ia
rasakan, ia baca dan analisis. Informasi tersebut yang disajikan dalam bentuk apapun
merupakan bukti. Namun menurut standar auditing seksi 326 tentang bukti audit, bukti audit
(audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh
peraturan yang ketat.
1
Bukti bukti hukum baik alat bukti surat atau barang bukti dokumen memungkinkan
pernyataan pernyataan tertentu yang dinyatakan sebagai fakta fakta yang tertera pada
instrument tertulis antara pihak pihak yang berkepentingan adalah benar. Artinya tidak ada
bukti lain seberapapun kuatnya yang dapat menentang kebenaran dari data fakta tertulis
tersebut kecuali fakta tertulis itu diperlukan. Meskipun bukti tertulis memiliki kekuatan
pembuktian yang baik, auditor semestinya tidak membatasi dirinya pada anggapan atau
pernyataan pada dokumen tetulis itu, apalagi bukti tidak tertulis lainnya. Oleh karena itu
auditor harus mempertanyakan atau menguji setiap bukti hingga mereka sendiri puas dengan
kebenaran atau kesalahannya. Dengan kata lain harus mampu meyakinkan bahwa tidak ada
reserve proof pada aksioma fraud dan bukti tersebut mendukung pembuktan dan berbicara
fakta yang sesungguhnya.
Kemudian pada Bab 15 kami juga membahas tentang Digital Forensik pada Investigasi
Fraud, yang dimana perkembangan pesat di dunia teknologi telekomunikasi dan komputer
menghasilkan era informasi yang di tandai dengan aksesibilitas informasi yang amat tinggi
namun memunculkan jenis kejahatan baru yang semakin kompleks. Teknologi komputer
dapat digunakan sebagai alat bagi para pelaku kejahatan komputer atau kejahatan dunia
maya (cyber crime) seperti pencurian data pada sebuah site, pencurian informasi, penipuan
keuangan dengan internet, cybersquating, carding, hacking, cracking, phising, virus.
Kejahatan dengan komputer memunculkan jenis barang bukti baru yaitu bukti digital.
Barang bukti yang berasal dari komputer telah muncul dalam persidangan. Awalnya hakim
menerima bukti tersebut tanpa membedakan dengan bukti lainnya. Namun seiring dengan
kemajuan teknologi komputer, perlakuan tersebut menjadi membingungkan karena bukti
elektronik sangat sulit dibedakan antara yang asli dan yang palsu berdasarkan sifat alaminya
dan data yang ada dalam komputer sangat mudah dimodifikasi sehingga dibutuhkan
komputer/digital forensik untuk mendapatkan alat bukti yang sah dari alat elektronik.
Profesional yang spesialis dibidang komputer forensik dan investigasi cyber crime adalah
orang yang diminta untuk membantu investigasi fraud. Komputer forensik adalah komponen
kritis pada investigasi fraud di internal perusahaan pada penegakan hukum. Komputer
forensik adalah cara cerdas untuk mengungkap informasi kritikal dan tersembunyi serta
menelusuri arus/aliran informasi.
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Bukti Audit dan Bukti Hukum, jenis – jenis Bukti sesuai tingkat
pembuktiannya dan jenis – jenis bukti dan sifatnya ? ,kemudian Bagaimana kedudukan
Bukti itu sendiri, kuantitas dan kualitas bukti, serta bagaimana pula pengelolaan barang
bukti yang sdah diperoleh ?
2. Apa yang dimaksud Digital Forensik, Permodelan Forensik, Barang Bukti Digital/Elektronik
Sebagai Alat Bukti Sah ? Bagaimana pula Penanganan barang bukti, Tahapan prosedur
Digital Forensik, File Sistem Serta apa saja Keterbatasan Digital Forensik ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Membantu mahasiswa mempelajari penjelasan tentang Bukti Audit dan Bukti Hukum, jenis
– jenis Bukti sesuai tingkat pembuktiannya dan jenis – jenis bukti dan sifatnya serta
kedudukan Bukti itu sendiri, kuantitas dan kualitas bukti, serta bagaimana pula pengelolaan
barang bukti yang sudah diperoleh.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bukti hukum baik alat bukti surat atau barang bukti dokumen memungkinkan
pernyataan pernyataan tertentu yang dinyatakan sebagai fakta fakta yang tertera pada
instrument tertulis antara pihak pihak yang berkepentingan adalah benar. Artinya tidak
ada bukti lain seberapapun kuatnya yang dapat menentang kebenaran dari data fakta
tertulis tersebut kecuali fakta tertulis itu diperlukan. Meskipun bukti tertulis memiliki
kekuatan pembuktian yang baik, auditor semestinya tidak membatasi dirinya pada
anggapan atau pernyataan pada dokumen tetulis itu, apalagi bukti tidak tertulis lainnya.
Oleh karena itu auditor harus mempertanyakan atau menguji setiap bukti hingga mereka
sendiri puas dengan kebenaran atau kesalahannya. Dengan kata lain harus mampu
4
meyakinkan bahwa tidak ada reserve proof pada aksioma fraud dan bukti tersebut
mendukung pembuktan dan berbicara fakta yang sesungguhnya.
Berikut ini beberapa pengertian istilah atau jenis bukti dan gradasi tingkatan
kekuatan pembuktiannya pada proses audit investigative :
1. Bukti terbaik (best evidence) sering disebut bukti primer (primary evidence),
merupakan bukti yang paling Alami, bukti yang paling memuaskan mengenai fakta
fakta yang sedang diselidiki. Bukti tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan
kriteria kendalaan suatu bukti.
2. Bukti sekunder (secondary evidence) berada dibawah bukti primer dan tidak
disamakan keandalannya. Bukti sekunder bisa mencakup Salinan bukti tertulis
atau lisan. Sebuah lisan tertuis umumnya dapat diterima , jika :
Dokumen asli hilang atau telah dimusnahkan tanpa niat melakukan
kecurangan terhadap dokumen tersebut
Bukti tertulis tersebut sulit diperoleh oleh Salinan tersebut, missal bukti tertulis
asli berada di Negara lain
Bukti tertulis dikendalikan oleh entitas publik, harus ditunjukkan bahwa Salinan
tersebut merupakan representasi yang layak dari dokumen asli. Pengakuan
lisan atau risalah tertulis umumnya dianggap berada di bawah Salinan
dokumen tertulis.
5. Bukti yang meyakinkan, buki yang meyakinkan merupakan bukti yang tak
terbantahkan apa pun bentuknya. Bukti ini sangat kuat sehingga mengalahkan
5
semua bukti lainya m dan merupakan sumber diambilnya kesimpulan. Bukti ini
tidak bisa dipertentangkan dan tidak membutuhkan bukti bukti yang menguatkan.
6. Bukti opini, berdasarkan aturan opini, saksi saksi harus memberikan kesaksian
hanya terhadap fakta yang ada pada apa yang benar benar mereka lihat atau
dengar. Sebaliknya auditor harus menyaring opini dan mengumpulkan serta
mengevaluasi fakta fakta semata hal hal yang cenderung membuktikan kebenaran
atau kesalahannya.
Sedangkan kualitas bukti menurut hukum acara pidana juga sudah sangat
jelas. Perhatikan pasal 184 KUHAP yang memerinci jenis alat bukti sesuai urutan
kekuatan dalam pembuktian (kualitas bukti0 sebagai berikut:
Relevan: bukti dianggap relevan jika bukti tersebut merupakan salah satu bagian dari
rangkaian bukti yang menggambarkan suatu proses kejadian atau jika bukti tersebut
secara tidak langsung menunjukkan kenyataan dilakukan atau tidak dilakukannya
suatu perbuatan.
6
Competent: bukti dianggap jika proses pembuatan bukti dilakukan oleh orang yang
kompeten dan proses perolehan bukti dengan cara kompeten
Material: bukti adalah material apabila bukti tersebut esensial terhadap pokok
permasalahan yang diperkarakan dan mempengaruhi hasil dari litigasi bersalah atau
tidaknya terdakwa dlam proses persindangan
Kualitas bukti diatas adalah menyerupai konsep umum bukti audit yang harus
memenuhi kriteria :
Pada hukum acara pidana dan aturan akuntansi telah diatur secara tegas bukti
yaitu alat bukti dan barang bukti, demikian pula hukum acara perdata telah mengatur
bukti. Menurut Albrecht, bukti dapat diklasifikasi menjadi empat jenis bukti yaitu :
1. Bukti fisik (physical evidence). Bukti ini diperoleh dengan mengamati orang,
property, dan kejadian. Bukti ini dapat berbentuk observasi oleh pengamat, atau
oleh foto, bagan, peta, grafik, atau gambar-gambar lainnya. Bukti grafik bersifat
persuasif. Gambar sebuah kondisi yang berantakan jauh lebih andal dibandingkan
laporan tertulis. Untuk menjaga keandalan, pengamatan, jika mungkin, di dukung
oleh contoh-contoh dokumen. Jika pengamatan merupakan satu-satunya bukti,
maka lebih disukai bila ada dua atau lebih auditor yang melakukan pengamatan
fisik yang penting. Jika dimungkinkan, wakil dari klien harus menemani auditor
dalam pemeriksaan tersebut.
7
2. Bukti Pengakuan (testimonial evidence). Bukti ini berbentuk surat atau
pernyataan sebagai jawaban atas pertanyaan. Bukti ini sendiri tidak bersifat
menyimpulkan dan sangat dianjurkan jika memungkinkan harus didukung oleh
bukti dokumentasi atau bukti fisik. Pernyataan klien bisa menjadi penuntun penting
yang tidak selalu bisa diperoleh dalam pengujian audit yang independen.
3. Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang
paling lazim atau dikenal oleh auditor. Dokumen bisa berasal dari eksternal
maupun internal. Bukti dokumen eksternal mencakup surat atau memorandum
yang diterima oleh klien, faktur-faktur pemasok, dan lembar pengemasan, bukti
dokumen internal dibuat dalam organisasi klien, mencakup catatan akuntansi,
Salinan korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui email, dan lain-
lain. Sumber bukti dokumen akan mempengaruhi keandalannya. Sebuah
dokumen eksternal yang diperoleh langsung dari sumbernya (sebuah konfirmasi,
misalnya) lebih andal dibandingkan dokumen yang didapat dari klien. Prosedur
internal memiliki dampak yang penting.
Bukti Dokumen, Dalam melaksanakan investigasi fraud atau korupsi, fraud
examiner, auditor investigatif atau investigator biasanya akan mendapatkan
banyak sekali fakta dalam bentuk dokumen. Terkait dengan bukti dokumen yang
sangat penting bagi pemeriksa memahami hubungan dari fakta ini dan bagaimana
dokumen seharusnya dijaga dan disajikan. Harus selalu diingat bahwa dokumen
dapat membantu atau merugikan penanganan kasus, tergantung pada apa yang
disajikan dan bagaimana dimana disajikan.
8
Berdasarkan originalitasnya, bukti dokumen dibagi menjadi bukti yang
utama dan terbaik (the best and primary evidence) adalah dokumen asli, bukti yang
kedua adalah fotocopy dari dokumen asli. Adapun bukti berupa Salinan atau
tindasan atau tembusan atau lembar kedua dan seterusnya dari dokumen yang
carbonized (dibuat dengan Salinan karbon) dapat diperlakukan sebagai dokumen
asli sepanjang wujudnya bukan foto copy. Saat ini terdapat mesin foto copy atau
mesin cetak (printer) yang mampu menghasilkan dokumen yang mirip dengan
dokumen asli. Terdapat empat kondisi yang diizinkan agar foto copy dapat
diperkenankan sebagai bukti kedua yang dapat diterima dalam pengadilan, yaitu
ketika :
9
3. Melalui surat panggilan tertulis untuk menghadap di siding pengadilan
(Subpoena) yang dikeluarkan oleh pengadilan atau juri. Surat panggilan
dikeluarkan oleh pengadilan atau dewan juri. Pembuatan dokumen dan
rekamannya disebut subpoena duces tecum.
A. 5 Pengelolaan Barang Bukti yang sudah diperoleh (chain of custody)
A. 5. 1 Pengorganisasian Barang Bukti
1. Segregation atau pemisahan : Dokumen-dokumen dapat dipisahkan dan disusun
atau diurut dengan tertib. Pengaturan bukti secara kronologis adalah metode yang
baik. Kronologi dari suatu kejadian seharusnya dimulai sejak awal kasus terjadi.
Tujuan kronologis kejadian adalah untuk membentuk rantai kejadian untuk
pembuktian. Kronologis paling tidak berisi tanggal kejadian, kejadian atau
peristiwa, saksi-saksi, dan dokumen atau bukti. Kronologis harus berupa laporan
singkat dan hanya berisi informasi yang dibutuhkan untuk membuktikan kasus
tersebut.
2. Key Document atau arsip kunci : Harus ada data arsip kunci untuk memudahkan
pencarian atau penelusuran arsip bukti. Arsip-arsip dokumen kunci harus
dipelihara untuk kemudahan akses ke dokumen yang paling relevan. Arsip-arsip
dokumen kunci harus diperbaharui secara berkala. Biasanya semacam indeks
atau ikhtisar. Data arsip kunci dapat diperbaharui secara terus menerus.
10
A. 5. 3 Database Barang Bukti
Bila bukti yang harus disimpan dan dikelola sudah menjadi banyak
sehingga menyulitkan penelusuran, pencarian dan administrasinya maka untuk
menangani volume informasi yang besar dibutuhkan suatu sistem informasi
untuk bukti-bukti yang sudah didapat dan dimpan. Sistem itu bertumpu pada
database bukti. Database paling minim harus memuat informasi tentang :
1. Tanggal dokumen
2. Siapa sumber bukti atau dari siapa dokumen atau bukti tersebut diperoleh.
3. Tanggal dokumen atau bukti diperoleh.
4. Gambaran (deskripsi) singkat mengenai isi bukti atau dokumen.
5. Subjek dokumen atau bukti (dokumen atau bukti tersebut mengenai siapa).
Ahli pemeriksaan forensic sebagai bagian dari investigasi fraud dapat membantu
keberhasilan investigasi karena:
11
Date of document atau tanggal dokumen
Indented writing atau penulisan yang tidak teratur atau lekukan tulisan.
Damaged document analysis atau analisa kerusakan dokumen
Typing defects atau kerusakan ketikan
Typewriter Ribbon Analysis atau analisa pita mesin ketik.
Pada saat investigasi didapat bukti-bukti dokumen. Bukti-bukti ini harus apa
adanya sehingga dapat dijaga keotentikan untuk keperluan pemeriksaan di
pengadilan. Sehingga pada pemeriksaan di pengadilan bukti dokumen yang harus
ditunjukkan adalah:
Genuine atau asli atau benar-benar asli. Bukti dokumen ini merupakan bukti
primer, namun belum tentu bukti yang kelihatan asli adalah benar-benar asli.
Oleh karena itu terdapat bukti dokumen selain yang asli sebagaimana
dibawah ini.
Altered-Tempered With atau bukti dokumen yang mengalami perubahan atau
dirusak walaupun dari tampak luar terlihat asli (bukan foto copy).
Counterfeit-of spurious origin atau bukti dokumen yang palsu atau buktin hasil
tiruan aslinya atau bukti yang ditiru (dipalsukan).
Fraudulent-intetionally perverted or misleading atau bukti dokumen yang
sengaja dibuat untuk menyesatkan atau mengelabui pembacaannya atau
penggunanya.
Forged-fabricate atau bukti dokumen yang dibuat-buat atau diada-adakan
12
A. 6. 4 Tanggung jawab terhadap barang bukti
Terkait dengan bukti dokumen atau barang bukti lainnya investigator, fraud
examiner, auditor investigative harus memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
Goresan, lecet atau terhapus oleh pena atau pensil atau penghapus
Terjadinya perubahan atau penggantian
Tulisan yang samar atau tidak jelas atau tulisan tidak lazim
Menggunakan tinta dengan warna yang berbeda
Bekas pensil atau karbon sepanjang tulisan
Ada garis-garis foto copy
13
B. DIGITAL FORENSIK PADA INVESTIGASI FRAUD
14
dan dalam memahami sistem ataupun berbagai perangkat digital agar mudah
dimengerti.
Barang bukti digital adalah “semua barang bukti informasi atau data baik yang
tersimpan maupun yang melintas pada sistem jaringan digital, yang dapat
dipertanggung jawabkan di depan pengadilan”. Menurut Scientific Working Group on
Digital Evidence, barang bukti adalah “Informasi yang disimpan atau dikirimkan dalam
bentuk digital”. Barang bukti digital ada yang bersifat dapat dilihat, maksudnya dilihat
dengan bantuan perangkat lunak atau sistem operasi yang umum seperti: Windows,
15
MS-Office, OpenOffice. Contoh barang bukti digital yang dapat dilihat alamat e-mail,
file word, file spreadsheet, folder, source code dari perangkat lunak, file image
(JPEG,PNG,dll), web browser bookmarks, cookies serta log files. Disisi lain terdapat
barang bukti digital yang tidak nampak sehingga harus dilakukan digital forensik
seperti file yang dihapus, riwayat internet, artifak file sistem, sistem log file. Bukti digital
akan semakin rumit bila pelakunya sudah lama dihapus atau di-overwrite berkali kali,
disembunyikan dan dikamuflase serta dienkripsi.
Dalam UU ITE diatur bahwa informasi elektronik/dokumen elektronik dan/atau hasil
cetaknya (bukti digital) merupakan alat bukti hukum yang sah, sesuai dengan hukum
acara yang berlaku diIndonesia. Undang Undang pemberantasan tindak pidana
korupsi memperlakukan informasiatau dokumen elektronik sebagai bukti. Tetapi, tidak
sembarang informasi elektronik / dokumen elektronik dapat dijadikan alat buti yang
sah . menurut UU ITE suatu informasi elektronik/dokumen eletronik dinyatakan sah
untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai
ketentuan yang telah diatur dalam UU ITE, yaitu sistem elektronik yang handal dan
aman, serta memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
1. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan /atau dokumen elektronik
secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan
perundang undangan
2. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keontetikan, kerahasiaan, dan
keteraksesan informasi elektronik dalam penyelenggaran sistem elektronik
tersebut
3. Dapat beroperasi dengan prosedur petunjuk dalam penyelenggaraan sistem
elektronik, dilengkapi dengan prosedurcatau petunjuk yang diumumkan dengan
bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan
dengan penyelenggaraan sistem elektronik
4. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kebertanggung
jawaban prosedur atau petunjuk.
16
Empat aturan utama mengenai bukti (4 Cardinal Rules of Evidence)
1. NEVER mishandle evidence. Jangan pernah salah dalam mengelola bukti ketika
fraud examiner, auditor investigatif, investigator atau spesialis komputer forensik
menerima atau mendapatkan data maka data atau bukti wajib dikelola dan
diproses dengan cara dapat dipertahankan integritasnya (keontetikannya).
Lakukan chain of custody !
2. NEVER trust the subject operating system or machine. Jangan pernah percaya
kepada mesin atau sistem operasi yang menjadi target investigasi.
3. NEVER work on the original evidence. Jangan pernah bekerja dengan bukti asli
4. DOCUMENT EVERYTHING ! Tertib dokumentasi adalah keharusan pelanggaran
salah satu aturan tersebut diatas menyebabkan bukti yang anda dapat menjadi
tidak valid. Proses dan prosedur yang spesifik dapat disesuaikan penerapannya
pada situasi situsi yan unik sepanjang aturan ini dijaga.
Tahap perencanaan
17
3. Sistem operasi sebagai contoh Windows, Linux
4. Wadah penyimpanan data seperti CD, Extrenal Hard Disk, Kaset dan lain-lain.
5. Jumlah pemakai sistem komputer dan namanya serta daftar addressnya.
Dengan adanya pemeriksaan komputer forensik, maka ada dua hal yang menjadi
target investigasi yaitu target investigasi atas sistem komputer yaitu sistem yang akan
diinvestigasi atau dilakukan analisis forensik dan investigasi atas analisis sistem, yaitu
sistem yang akan digunakan untuk menganalisis sistem komputer yang dijadikan
target. Sistem tersebut terkait dengan metodologi dan software yang digunakan dalam
komputer forensik.
Mengamankan lokasi dengan cara menghentikan atau mencegah setiap aktivitas yang
dapat dirusak atau menghilangkan barang bukti adalah wujud freezing the crime
scene, terlebih lagi bukti yang dihadapi bersifat tidak berwujud, tidak dapat dilihat dan
media penyimpanan yang kecil namun dapat memuat jutaan informasi. Dalam
pelaksanaan perncarian dan pengumpulan bukti, hal yang perlu dilakukan adalah
dilakukannya proses yang cepat dan mendadak pada setiap pemakai sistem, untuk
mencegah adanya resiko penghapusan data atau informasi yang akan dicari atau
dikumpulkan sebagai bukti. Untuk itu perlu dibentuk tim yang jumlahnya seimbang
dengan jumlah pemakai sistem .
18
Tahap Pemeriksaan dan Analisa
Pada tahap ini pemeriksaan komputer forensik terlebih dahulu akan melakukan
drive imaging. Sehingga drive imaging merupakan tahap kritis dalam investigasi
komputer forensik. Pada tahap ini umumnya para pemakai sistem tidak diperbolehkan
untuk melakukan aktivitas-aktivitas apapun pada sistem kompuetr yang merusak
keontetikan data. Seringkali investigator menganggap copy data atau copy keseluruh
drive adalah melakukan drive imaging atau seringkali investigator menghidupkan
mesin komputer atau mesin apapun yang memiliki media penyimpan data digitaldari
keadaan mesin sedang mati untuk melakukan copy data. Praktek ini salah besar. Oleh
karena itu, dalam keadaan mesin komputer mati justru biarkan mesin mati tetapi
melakukan drive imaging dalam keadaan komputer mati. Dalam melakukan drive
imaging untuk menjamin integritas hard drive yang di imaging dan dianalisa dengan
software digital forensik. Software digital forensik membuat copy bit-for-bit dari hard
drive milik tersangka (raw data file) dan menyalinnya kemedia lain. Raw data file berisi
segala sesuatu yang aslinya disimpan oleh tersangka termasuk logical file structure
dan unallocated space.
Dengan menggunakan software digital forensik pemeriksaan dapat melakukan dua hal
penting yaitu:
1. Melakuan ekstrak atas file yang sudah dihapus dari unallocated space dan
selanjutnya menjalankan review untuk ketepatannya
2. Melakukan pencarian jejak (string) melalui unallocated space dan file slack
sebagai usaha untuk melokasikan data yang diinvestigasi.
Dalam melakukan analisa, spesialis komputer forensik mencari “kata kunci, tanggal
kunci, istilah berkonotasi fraud “untuk dilakukan penelusuran, mencari informasi
privilage,membuat riwayat atau history aktivitas atau akses, mencari file yang tidak
biasa baik berupa nama file atau jenis file (misalnya : seseorang yang pekerjaan nya
tidak terkait dengan pembelian namun menerima atau memiliki data pembelian).
19
Tahap Pelaporan
B. 6 File Sistem
Proses pengumpulan bukti digital dari file sistem biasanya adalah seputar
recovery data yang telah terhapus dan pemeriksaan data – data yang dimodifikasi.
Recovery file yang telah terhapus menjadi sangat penting dalam penyidikan karena
dapat mengorek kembali informasi –informasi lama yang sudah lama maupun tidak
sengaja dihapus. Biasanya proses ini mengandalkan progra recovery seperti misalnya
Ontrack, Easy – Recovery Pro, DataLifter. Cukup banyak jenis – jenis data yang dapat
dikembalikan dengan menggunakan aplikasi ini. Dengan demikian data sulit untuk
dibunuh dan dimatikan.
Pada kebanyakan sistem operasi, file yang dihapus sebenarnya tidaklah
terhapus dengan aman karena masih dapat di recovery (dipulihkan). Mengapa sistem
komputer tidak menghapus file ketika pengguna menginstruksikan file dihapus ?
seperti telah dijelaskan pada suatu harddrive tedapat indeks atau indeks file atau file
sistem, misal FAT. FAT akan memberitahu sistem operasi dibagian mana dari Hard
Drive file berada (penanda atau date time stamp). Ketika membuka file penanda
diakses sesuai tempatnya di indeks.
20
B. 7 Keterbatasan Digital Forensik dan Anti-Forensik
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Makalah diatas dapat kami simpulkan 2 yaitu yang Pertama , bahwa Bukti audit
adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan (opini)
dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan akuntansi yang menghasilkan
laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang berhubungan/terkait dengan catatan
akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor tentang laporan keuangan yang layak.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat auditor.
Alat bukti Hukum adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu
perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan
pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana
yang telah dilakukan terdakwa serta alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu tindak
pidana, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna
menimbulkan keyakinan bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah
dilakukan oleh terdakwa (Darwan Prinst,1998:135).
Bukti bukti hukum (legal evidence) sangat mengandalkan pengakuan lisan. Bukti yang
menjelaskan alat bukti yang digunakan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan adalah
sebagian besar berupa bukti keterangan atau bukti lisan. Saksi saksi , ahli , dan terdakwa
diminta memberikan keterangan di depan hakim atau juri. Bukti audit ( audit evidence) sebaik
audit intern ataupun auit atas laporan keuangan (audit ekstern) sebaliknya sangat
mengandalkan bukti bukti dokumen atau bukti tertulis.
Jenis bukti sesuai tingkat kekuatan pembuktiannya terdiri atas : Bukti Terbaik (Bukti
Primer), Bukti Sekunder, Bukti Lansung dan Tidak Lansung, dan Bukti Opini. Lalu Kuantitas
dan Kualitas Audit hendaknya harus Relevan, Competent, dan Material, kemudian Jenis Bukti
dan sifatnya adalah Bukti Fisik, Bukti Pengakuan, Bukti Dokumen, yang terakhir Pengelolaan
Bukti yang telah diperoleh yang wajib dilakukan oleh seorang auditor ialah Pengorganisasian
Barang Bukti, Menandai barang bukti, Database barang bukti.
22
Yang Kedua adalah Komputer forensik merupakan metodologi untuk
mengidentifikasi, mencari, medapatkan kembali, dan menganalisis barang bukti elekronik
yang disimpan dalam media komputer, media penyimpanan komputer dan perangkat
elektronik lainnya serta mempresentasekan hasil penemuan tersebut sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan oleh hukum. Digital forensik juga mncakup penggunaan metode ilmiah
untuk menjaga (preservation) dan memvalidasi bukti digital yang berasal dari sumber-sumber
digital guna memfasilitas atau melanjutkan rekonstruksi kejadian tindak pidana sehingga
dapat dipertanggungjawabkan dipengadilan.
23
Isi dari Permodelan Forensik ialah Manusia, Peralatan, dan Aturan, Lalu Barang Bukti Digital
sebagai Alat Bukti yang sah adalah menurut UU ITE suatu informasi elektronik/dokumen
eletronik dinyatakan sah untuk dijadikan alat bukti apabila menggunakan sistem elektronik
yang sesuai ketentuan yang telah diatur dalam UU ITE, yaitu sistem elektronik yang handal
dan aman, serta memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan /atau dokumen elektronik secara utuh
sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan peraturan perundang undangan
Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keontetikan, kerahasiaan, dan keteraksesan
informasi elektronik dalam penyelenggaran sistem elektronik tersebut.
Dapat beroperasi dengan prosedur petunjuk dalam penyelenggaraan sistem elektronik,
dilengkapi dengan prosedurcatau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi,
atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan penyelenggaraan
sistem elektronik.
Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kebertanggung jawaban
prosedur atau petunjuk.
B. SARAN
Saran kami yang pertama semoga materi yang kami angkat pada makalah ini
semoga dapat dilakukan penelitian- penelitian yang lebih pada materi ini, kemudian
yang kedua kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun pada makalah
kami, kami sangat meminta maaf jika terjadi salah – salah pengucapan kata dalam
makalah ini, semoga makalah kami dapat membantu proses pembelajaran bagi
24
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20652/5/Chapter%20I.pdf
http://zetzu.blogspot.co.id/2012/06/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html
Dede Arif Hidayat, Makalah alat bukti-bukti pada hukum acara, http://i-
skripsi.blogspot.com/2012/12/makalah-alat-bukti-pada-hukum-acara.html, diakses
Jumat, 27 September 2013.
Marcella, Albert J., and Robert S. Greenfiled, “Cyber Forensics a field manual for
collecting, examining, and preserving evidence of computer crimes”, by CRC Press
LLC, United States of America
25