Anda di halaman 1dari 36

Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

AUDIT INVESTIGATIF

Deputi Investigasi BPKP


A. Konsepsi Bukti

Daftar Isi B. Pengumpulan Bukti

C. Evaluasi Bukti
A. Konsepsi Bukti

1 • Pengertian Bukti

• Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan Pengumpulan dan Evaluasi


2 Bukti

3 • Prinsip Dasar Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

4 • Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (PEBDE)


A. Konsepsi Bukti
1. Pengertian Bukti

“In a broad sense, evidence is anything perceptible by the five senses and any species of proof—
such as testimony of witnesses, records, documents, facts, data, or concrete objects—legally
presented at a trial to prove a contention and induce a belief in the minds of the court or jury. In
weighing evidence, the court or jury may consider such things as the demeanor of witnesses, their
bias for or against an accused, and any relationship to the accused. Thus, evidence can be
testimonial, circumstantial, demonstrative, inferential, and even theoretical when given by a
qualified expert. Evidence is simply anything that proves or disproves any matter in question.”
Pengertian Bukti Menurut:
Tommy W. Singleton dan Aaron J. Singleton Dalam arti luas, bukti adalah segala sesuatu yang dapat dipersepsikan dengan menggunakan panca
dalam bukunya Fraud Auditing and Forensic indera dan berdasarkan bukti, seperti keterangan saksi, catatan, dokumen, fakta, data, atau objek
Accounting nyata yang secara legal disampaikan di depan persidangan untuk meyakinkan hakim. Dalam
menentukan kekuatan dan kelemahan suatu bukti, hakim dapat mempertimbangkan beberapa
faktor seperti sikap/perilaku seorang saksi, subjektivitas pribadi hakim baik yang positif maupun
negatif terhadap terdakwa, dan adanya hubungan tertentu antara hakim dengan terdakwa. Jadi,
bukti dapat berupa keterangan, bukti tidak langsung, peragaan, pendapat pribadi, bahkan pendapat
teoretis yang diberikan oleh seorang ahli yang diakui kepakarannya dalam bidangnya. Secara
singkat, bukti diartikan sebagai sesuatu yang dapat membuktikan atau menyangkal sesuatu
permasalahan yang belum jelas.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
1. Pengertian Bukti

“Evidence is all means by which an alleged matter of fact is established or


disproved.”
Pengertian Bukti Menurut:
George A. Manning, CFE, E.A. dalam
bukunya Financial Accounting and Forensic Bukti adalah segala sesuatu yang menurut peraturan perundang-undangan yang
Accounting berlaku dapat digunakan untuk membuktikan apakah suatu fakta menjadi
terungkap atau tidak terungkap.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
1. Pengertian Bukti

Terdapat dua pengertian bukti, yaitu:

Pengertian Bukti Menurut:


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 1. Sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa
2. Hal yang menjadi tanda perbuatan jahat.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
1. Pengertian Bukti

Barang bukti adalah benda baik bergerak atau tidak bergerak, Alat bukti dapat dimaknai sebagai alat yang dapat
berwujud maupun tidak berwujud, yang mempunyai hubungan diarahkan menjadi alat bukti hukum menurut ketentuan
dengan tindak pidana yang terjadi. Agar dapat dijadikan bukti,
maka benda tersebut harus terlebih dahulu disita oleh penyidik. hukum pidana. Pasal 183 KUHAP menyatakan, ”Hakim
Benda yang dapat disita adalah: tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang
• seluruh atau sebagian yang diduga diperoleh dari hasil dari kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat
tindak pidana; bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
• dipergunakan secara langsung untuk melakukan atau tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
mempersiapkan tindak pidana; yang bersalah melakukannya.” Pasal 183 tersebut
• dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak diantaranya menyebutkan mengenai alat bukti. Menurut
pidana; pasal 184 KUHAP, terdapat lima jenis alat bukti yang sah
• khusus dibuat atau diperuntukkan untuk melakukan tindak yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk,
pidana.
dan keterangan terdakwa.
Contoh barang bukti berkaitan dengan tindak pidana yang
diperkarakan sebagai objek tindak pidana adalah: alat untuk
melakukan perbuatan (seperti: cap, mesin hitung uang, dan
komputer); hasil dari perbuatan (seperti: rumah, kendaraan, dan
pabrik); serta barang lainnya yang mempunyai hubungan langsung
dengan perbuatan tersebut (seperti: tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki
arti).
Deputi Bidang Investigasi
A. Konsepsi Bukti
2. Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

SAIPI - Paragraf 3300 – Pelaksanaan SAIPI - Paragraf 3310 – Mengidentifikasi


Penugasan Audit Intern: Informasi:
“Auditor harus mengidentifikasi, menganalisis, “Auditor harus mengidentifikasi informasi
mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi audit intern yang cukup, kompeten, dan
yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan relevan.”
audit intern.”

Pelaksanaan pengumpulan dan evaluasi bukti harus


difokuskan pada upaya pengujian hipotesis untuk mengungkapkan:
1. Fakta-fakta dan proses kejadian (modus operandi);
2. Sebab dan dampak penyimpangan;
3. Pihak-pihak yang diduga terlibat/bertanggung jawab atas kerugian keuangan
negara/ daerah

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
2. Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

Standar audit berkaitan dengan pengumpulan dan pengujian (evaluasi) bukti dapat dijelaskan sebagai berikut:

1 Mengumpulkan
Informasi
Auditor harus mengidentifikasi
informasi audit intern yang cukup,
2 Menganalisis dan
Mengevaluasi Informasi
Auditor harus mendasarkan
kesimpulan dan hasil penugasan
3 Mendokumentasikan
Informasi
Auditor harus menyiapkan dan
menatausahakan pendokumentasian
kompeten, dan relevan. audit intern pada analisis dan informasi audit intern dalam bentuk
evaluasi informasi yang tepat. kertas kerja audit intern. Informasi
harus didokumentasikan dan disimpan
secara tertib dan sistematis agar dapat
secara efektif diambil kembali, dirujuk,
dan dianalisis.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
2. Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

a. Informasi yang dikumpulkan oleh auditor akan digunakan untuk mendukung kesimpulan,
fakta, serta rekomendasi yang terkait.
b. Informasi yang cukup berkaitan dengan jumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar
untuk penarikan suatu kesimpulan. Untuk menentukan kecukupan informasi, auditor harus
menerapkan pertimbangan keahliannya secara profesional dan objektif.
c. Informasi disebut kompeten jika Informasi tersebut sah dan dapat diandalkan untuk menjamin
kesesuaian dengan faktanya. Informasi yang sah adalah Informasi yang memenuhi persyaratan
hukum dan peraturan perundangundangan. Informasi yang dapat diandalkan berkaitan dengan
sumber dan cara perolehan Informasi itu sendiri.
d. Informasi disebut relevan jika Informasi tersebut secara logis mendukung atau menguatkan
pendapat atau argumen yang berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan.
e. Auditor dapat menggunakan tenaga ahli apabila pengetahuan dan pengalamannya tidak
memadai untuk mendapatkan Informasi yang cukup, kompeten, dan relevan. Untuk
memahami apakah hasil kerja tenaga ahli dapat mendukung kesimpulan, auditor harus
mempelajari metode atau asumsi yang digunakan oleh tenaga ahli tersebut.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
2. Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

a. Selain untuk mendukung simpulan auditor dan hasil penugasan audit intern, informasi yang
diidentifikasi, dianalisis, dan dievaluasi meliputi pula informasi yang mendukung adanya
kelemahan dalam sistem pengendalian intern serta informasi yang mendukung adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan
(abuse).
b. Pengujian (pengevaluasian) bukti terdiri atas analisis dan evaluasi bukti, dimaksudkan untuk
menilai tiga hal yaitu relevansi, kompetensi dan kecukupan bukti dalam mendukung hipotesis
yang telah ditetap pada tahapan pra-perencanaan.
c. Bukti diuji (dievaluasi) dengan memperhatikan urutan proses kejadian (sequences) dan
kerangka waktu kejadian (time frame) yang dijabarkan dalam bentuk bagan arus kejadian
(flow chart) atau narasi.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
2. Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

1. Informasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan audit


investigatif harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan auditor yang
berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan audit tersebut dapat
memastikan bahwa informasi tersebut dapat menjadi informasi yang mendukung
kesimpulan, fakta, dan rekomendasi auditor.
2. Bentuk dan isi informasi harus dirancang secara tepat sehingga sesuai dengan
kondisi masing-masing penugasan atau jenis audit investigatif. Informasi harus
menggambarkan catatan penting mengenai penugasan audit investigatif yang
dilaksanakan oleh auditor sesuai dengan Standar Audit dan kesimpulan auditor.
Kuantitas, jenis, dan isi informasi audit investigatif didasarkan atas pertimbangan
profesional auditor.
3. Informasi harus berisi:
a. sasaran, lingkup, dan metodologi audit investigatif, termasuk kriteria
pengambilan uji petik (sampling) yang digunakan;
b. dokumentasi penugasan yang dilakukan digunakan untuk mendukung
pertimbangan profesional dan fakta yang ditemukan;
c. informasi tentang reviu dan supervisi terhadap penugasan yang dilakukan;
d. penjelasan auditor mengenai Standar Audit yang tidak diterapkan, apabila ada,
alasan, dan akibatnya.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
2. Standar Audit Investigatif Berkaitan dengan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

4. Penyusunan dokumentasi informasi harus cukup rinci untuk memberikan pengertian


yang jelas tentang sasaran, sumber, dan kesimpulan yang dibuat oleh auditor, dan
harus diatur secara jelas sehingga ada hubungan antara fakta dengan kesimpulan
yang ada dalam laporan hasil audit investigatif.
5. Setiap kertas kerja audit investigatif harus dilakukan reviu secara berjenjang untuk
memastikan bahwa kertas kerja audit investigatif telah disusun dan memuat semua
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan program kerja penugasan.
6. Pimpinan APIP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang wajar mengenai
pengamanan dan penyimpanan informasi audit investigatif selama waktu tertentu
7. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dokumentasi informasi
memungkinkan dilakukannya reviu terhadap kualitas pelaksanaan audit investigatif,
yaitu dengan memberikan informasi tersebut kepada pereviu, baik dalam bentuk
dokumen tertulis maupun dalam format elektronik. Apabila informasi audit
investigatif hanya disimpan secara elektronik, pimpinan APIP harus yakin bahwa
informasi elektronik tersebut dapat diakses sepanjang periode penyimpanan yang
ditetapkan dan akses terhadap informasi elektronik tersebut dijaga secara memadai.
8. Pimpinan APIP harus mengembangkan kebijakan yang mengatur pengamanan dan
retensi catatan penugasan consulting, serta pendistribusiannya kepada pihak intern
dan ekstern. Kebijakan ini harus konsisten dengan pedoman APIP dan persyaratan
peraturan atau lainnya yang bersangkutan.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
3. Prinsip Dasar Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

Relevan
Informasi dikatakan relevan jika memiliki kecenderungan untuk membuktikan atau menyangkal fakta
dalam suatu permasalahan. Dalam proses audit investigatif, hal ini berarti bahwa sepotong bukti mungkin
dianggap atau menjadi relevan jika cenderung dapat digunakan untuk menguatkan atau menyangkal
tentang unsur-unsur pembuktian atas suatu pelanggaran, termasuk didalamnya mengenai pembuktian atas
pengetahuan dan niat pelakunya.

International Anti-Corruption Resources Center (IACRC) Berdasarkan uraian di atas, auditor investigatif dituntut untuk memiliki pemahaman yang tepat mengenai:
Guide to Combating Corruption and Fraud in Development Unsur-unsur pembuktian atas suatu penyimpangan.
Projects dalam salah satu publikasinya, The Basic of Evidence Jenis bukti, baik langsung maupun tidak langsung, yang relevan untuk membuktikan adanya
for Fraud and Corruption Investigators, menyatakan bahwa penyimpangan.
terdapat dua prinsip mendasar dalam tahap pengumpulan dan
evaluasi bukti oleh auditor investigative, yaitu: Berbobot
Beberapa faktor yang memengaruhi bobot suatu bukti adalah keandalan dan kekuatan persuasif suatu
1. Relevan bukti. Bukti yang berbobot dipengaruhi oleh:
a. Sumber bukti
2. Berbobot
b. Bukti langsung dan tidak langsung
c. Kredibilitas terwawancara (sumber informasi)
Di samping ketiga hal tersebut di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan bobot suatu bukti
audit, yaitu:
a. Pengakuan
b. Bantahan
c. Bukti-bukti tidak langsung dari unsur "pengetahuan dan niat"

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
3. Prinsip Dasar Pengumpulan dan Evaluasi Bukti

Sesuai dengan aksioma audit investigatif, hasil akhir proses audit investigatif diharapkan berlanjut dan diselesaikan pada
proses pengadilan. Dengan demikian, auditor harus mampu menyajikan bukti audit yang meyakinkan dan dapat diterima
di pengadilan. Beberapa persyaratan agar bukti audit memenuhi unsur meyakinkan dan dapat diterima di
pengadilan adalah sebagai berikut:

1. Relevan, yaitu memiliki kekuatan


untuk membuktikan atau menyangkal
3. Terorganisasi dan disajikan dengan jelas. Dalam audit
investigatif, banyak kasus yang tidak terungkap bukan
karena bukti auditnya lemah, tetapi karena bukti-bukti
5. Terkait dengan sumber dan cara
perolehan bukti, bukti harus
fakta dalam suatu permasalahan. memenuhi syarat formil dan materiil
disajikan dengan cara yang tidak teratur dan
yang dipersyaratkan dalam hukum
membingungkan pihak-pihak yang akan mengambil
dan peraturan perundang-undangan.
keputusan.

2. 4.
Kumulatif, yaitu tidak terbatas pada sepotong bukti, tetapi dari beberapa bagian yang Untuk dapat diterima di pengadilan, bukti-bukti tidak
saling terkait. Sebagai contoh, untuk menyimpulkan bahwa seorang pejabat telah langsung harus dapat meminimalisasi semua
melakukan penyimpangan berupa gratifikasi dari pihak yang terkait, diperlukan penjelasan yang membuka peluang bahwa seseorang
sekumpulan bukti yang saling terkait dan kumulatif. Bukti-bukti tersebut antara lain terbukti tidak bersalah.
adalah pejabat tersebut sering bepergian ke luar kota sambil bermain golf dengan
partner bisnisnya, menggunakan fasilitas berupa kendaraan mewah, gaya hidupnya
terkesan royal dan suka berfoya-foya, memiliki properti dan rumah di berbagai lokasi
yang elite, dan saldo rekening tabungan/deposito di bank meningkat pesat dalam waktu
singkat.

Deputi Bidang Investigasi


A. Konsepsi Bukti
4. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (PEBDE)

Pengumpulan dan pengevaluasian bukti dokumen elektronik adalah proses untuk memperoleh dan menganalisis dokumen
elektronik dalam rangka memperoleh petunjuk atau bukti digital untuk kepentingan penanganan kasus yang berindikasi tindak
pidana.

Dalam proses mendapatkan informasi/dokumen elektronik yang akan digunakan sebagai alat bukti hukum, diperlukan keahlian di
bidang forensik komputer, dengan memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:

1. Auditor tidak boleh melakukan kegiatan apapun yang menyebabkan terjadinya perubahan data baik pada komputer atau media
penyimpanan.

2. Ketika seseorang merasa perlu untuk melakukan akses ke data asli, harus dipastikan bahwa hal itu dilakukan oleh orang yang
ahli dan kompeten serta dapat memberikan penjelasan yang cukup terhadap tindakan yang dilakukannya serta penjelasan
mengapa hal tersebut dilakukan.

3. Harus dilakukan audit trail yang bisa menggambarkan bahwa proses kesinambungan penugasan (chain of custody) dapat
dipertanggungjawabkan bahkan jika menggunakan alat bantu lain.

4. Auditor harus memastikan bahwa tidak ada pelanggaran hukum/peraturan yang berlaku.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti

1 • Jenis Bukti

2 • Sumber Bukti

3 • Metode Pengumpulan Bukti

4 • Hubungan Bukti dengan Alat Bukti Menurut Hukum


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Selama proses audit investigatif, auditor harus menetapkan dan mengumpulkan


jenis-jenis bukti yang dibutuhkan. Selanjutnya, dari bukti yang dikumpulkan
tersebut, auditor menilai keterkaitan antara satu bukti dengan bukti yang lain
untuk mendukung simpulan hasil audit.

Jenis bukti dapat dibedakan berdasarkan sifat/kualitas, bentuk, dan menurut


peraturan perundang-undangan yang berlaku:
1. Sifat/Kualitas Bukti
2. Bentuk Bukti
3. Bukti Menurut Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

UTAMA

TAMBAHAN

SIFAT DAN
LANGSUNG
KUALITAS

TIDAK TIDAK
LANGSUNG

PERBANDINGAN

FISIK

DOKUMEN
BENTUK
KESAKSIAN

JENIS BUKTI ANALISIS

KETERANGAN
SAKSI

KETERANGAN
AHLI AHLI

KUHAP
UU NO. 8/1991 SURAT

PETUNJUK

KETERANGAN
TERDAKWA

TPK PERLUASAN
PERATURAN TPK
PER AN ALAT BUKTI
PER-UU-AN UU NO.31/1999 PETUNJUK

ALAT BUKTI
UU TPPU SESUAI KUHAP
UU NO. 8/2010
ALAT BUKTI
ELEKTRONIK

INFORMASI DAN
ITE
DOKUMEN
UU NO. 11/2008
ELEKTRONIK

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Berdasarkan sifat/kualitasnya, bukti dapat diklasifikasikan menjadi bukti utama, bukti Tambahan, bukti langsung, bukti tidak langsung, bukti
perbandingan, dan bukti statistic.

a. Bukti utama (primary evidence) adalah bukti asli yang mewakili secara langsung suatu transaksi/kejadian. Bukti utama menghasilkan
kepastian yang paling kuat atas fakta. Contoh bukti utama adalah kontrak/SPK asli, kuitansi, faktur, dan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D).

b. Bukti tambahan (secondary evidence) lebih rendah mutunya jika dibandingkan dengan bukti utama. Bukti tambahan tidak dapat
digunakan dengan tingkat keandalan yang sama dengan bukti utama. Bukti tambahan dapat berupa fotokopi kontrak dan keterangan
lisan. Bukti ini dapat diterima jika bukti utama rusak atau hilang dan mencerminkan kesesuaian dengan bukti utama.

c. Bukti langsung (direct evidence) merupakan fakta tanpa kesimpulan atau pun anggapan. Bukti ini menjelaskan suatu fakta atau materi
yang dipersoalkan. Suatu bukti dapat dikatakan langsung jika didukung oleh pihak yang mempunyai pengetahuan nyata mengenai
persoalan yang bersangkutan dengan menyaksikannya sendiri. Dalam pengungkapan transaksi pemberian uang suap (kickbacks),

Sifat dan Kualitas Bukti d.


bukti langsung yang diperlukan adalah bukti transfer, uang tunai, dan cek yang berkaitan langsung dengan tindak pidana.

Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) mengungkapkan secara tidak langsung suatu tindakan penyimpangan atau fakta dari
seseorang yang mungkin mempunyai niat atau motif untuk melakukan pelanggaran. Dalam kasus pemberian uang suap, penyimpanan
uang dari sumber yang tidak dikenal ke rekening seseorang pada waktu yang berdekatan dengan perbuatan suap tersebut, dapat
merupakan bukti tidak langsung. Bukti tidak langsung digunakan untuk menetapkan suatu fakta dengan didukung oleh bukti lainnya
yang setingkat dengan fakta yang diperiksa. Meskipun bukti ini mungkin benar, tetapi bukti tidak langsung tidak dapat menetapkan
suatu fakta secara meyakinkan.

e. Bukti perbandingan (comparative evidence) seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dalam surat
perjanjian. Misalnya, membandingkan produk/jasa antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, baik yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif.

f. Bukti statistik (statistical evidence) merupakan jenis bukti yang bermanfaat bagi auditor walaupun tidak dapat digunakan untuk
membuktikan suatu tuntutan kepada seseorang. Bukti statistik dapat membantu untuk membuktikan suatu kasus karena bukti statistik
dapat menjadi bukti tidak langsung untuk menetapkan adanya motif lain dari pihak yang diduga bertanggung jawab.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Dalam standar audit investigatif dinyatakan bahwa bukti dapat digolongkan menjadi bukti
fisik, bukti dokumen, bukti kesaksian, dan bukti analisis.
Bukti fisik yaitu bukti yang diperoleh dari pengukuran dan perhitungan fisik secara langsung
terhadap orang, properti, atau kejadian. Bukti fisik dapat berupa berita acara pemeriksaan
fisik, foto, gambar, bagan, peta, atau contoh fisik.

Bentuk Bukti Bukti dokumen merupakan bukti yang berisi informasi tertulis, seperti surat, dokumen
elektronik, kontrak, catatan akuntansi, faktur, dan informasi tertulis lainnya.
Bukti kesaksian merupakan bukti yang diperoleh melalui wawancara, kuesioner, atau dengan
meminta pernyataan tertulis.
Bukti analisis merupakan bukti yang dikembangkan oleh auditor dari bukti audit lainnya.
Bukti analisis ini dapat berupa perbandingan, nisbah, perhitungan, dan argumen logis
lainnya.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Dalam rangka memperoleh pembuktian bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan,
setidaknya ada empat ketentuan hukum positif di Indonesia yang mengatur masalah
bukti yaitu:
a. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Bukti Menurut Peraturan (KUHAP).
Perundang-undangan yang b. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK).
Berlaku
c. UU No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (PPTPPU).
d. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa, ”hakim tidak boleh menjatuhkan pidana pada seseorang
kecuali apabila sekurang–kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Jenis-jenis alat bukti diatur pada ayat 1 Pasal 184 KUHAP, yaitu:

Bukti Menurut KUHAP a. keterangan saksi


b. keterangan ahli
c. surat
d. petunjuk, dan
e. keterangan terdakwa.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Pasal 26 A UU No. 20 Tahun 2001 menyatakan bahwa alat bukti yang sah dalam
bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud pasal 188 ayat 2 KUHAP, khusus untuk
Bukti Menurut UU Nomor tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh dari:
31 Tahun 1999 jo. UU alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu;
Nomor 20 Tahun 2001
dokumen yaitu setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan
tentang Pemberantasan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,
Tidak Pidana Korupsi baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang
terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Dalam pasal 73 UU Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dinyatakan bahwa alat bukti yang sah
dalam pembuktian tindak pidana pencucian uang ialah:
a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana; dan/atau
b. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara
elektronik dengan alat optik atau alat yang serupa optik dan dokumen.
Bukti Menurut UU Nomor
8/2010 tentang Selanjutnya, dalam pasal 1 angka 16 dinyatakan bahwa dokumen adalah data, rekaman, atau
Pencegahan dan informasi yangdapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa
bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apapun selain kertas
Pemberantasan Tindak maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

Pidana Pencucian Uang c. tulisan, suara, atau gambar;


d. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;
e. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu membaca atau memahaminya.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
1. Jenis Bukti

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah
memasukkan informasi dan/atau dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah dan bisa
digunakan dalam hukum acara yang berlaku di Indonesia. Secara lengkap hal tersebut diatur dalam
pasal 5 UU Nomor 11 Tahun 2008, yaitu:
a. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat
Bukti Menurut UU Nomor bukti hukum yang sah;

11 Tahun 2008 b. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
dimaksud pada ayat 1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
Acara yang berlaku di Indonesia;
Tentang Informasi dan c. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan
Transaksi Elektronik sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini;
d. ketentuan mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat 1) tidak berlaku untuk:
- surat yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis;
- surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaris
atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
2. Sumber Bukti

a. Saksi merupakan sumber informasi yang paling utama bagi auditor. Seorang auditor seringkali memperoleh dokumen
dan bukti lain dari hasil wawancara dengan saksi yang dapat mendukung dan mengungkap fakta/ kejadian.

b. Departemen/instansi/unit kerja yang menjadi subjek audit investigatif dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang
penting bagi auditor.

Dalam tahap pengumpulan c. Instansi pemerintah terkait mungkin memiliki catatan dan informasi yang relevan dengan audit investigatif yang
dilakukan.

bukti, auditor investigatif d. Badan usaha atau perusahaan swasta yang memiliki informasi.

menggunakan berbagai e. Instansi yang menguasai data yang tersimpan secara elektronik. Penyedia jasa media elektronik seperti penyedia jasa
internet dapat digunakan sebagai alat untuk penelitian dan pengumpulan bukti. Data yang diperoleh dari media
semacam ini bermanfaat bagi auditor sebagai sumber informasi.
teknik audit untuk f. Pihak yang diduga terlibat pada umumnya memiliki informasi relevan yang secara langsung berkaitan dengan

memperoleh bukti dari permasalahan yang sedang diinvestigasi. Dalam keadaan tertentu, pihak yang diduga terlibat tersebut mungkin akan
memberikan informasi kepada auditor selama pelaksanaan wawancara.

berbagai sumber, sebagai g. Instansi penegak hukum, berupa data intelijen baik secara individu maupun secara kelompok. Sebagai contoh,
kepolisian memiliki informasi catatan sejarah dari orang-orang yang pernah melakukan pelanggaran.
berikut: h. Laporan pengaduan masyarakat kepada instansi pemerintah atas kasus yang berindikasi tindak pidana korupsi.

i. PPATK, untuk memperoleh informasi mengenai adanya dugaan penyalahgunaan wewenang dan/atau perbuatan
melawan hukum yang berindikasi tindak pidana pencucian uang. Data intelijen seperti ini tentunya amat bermanfaat
bagi auditor dalam menentukan profil para pelaku.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
3. Metode Pengumpulan Bukti

a. Pemeriksaan fisik (Physical examination)


b. Konfirmasi (Confirmation)
c. Inspeksi dokumen (Inspection)
d. Observasi (Observation)

Pengumpulan bukti harus e. Tanya jawab dengan auditan (Inquires of the clients )

dilakukan dengan teknik- f. Pelaksanaan ulang (Reperformance)


g. Prosedur analitis (Analytical procedures)
teknik tertentu, antara lain: h. Menghitung Kembali (Recalculation/Recomputation)

Informasi dan bukti yang diperoleh selama audit investigatif harus diverifikasi ke berbagai macam
sumber untuk menentukan validitas informasi tersebut.

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
4. Hubungan Bukti dengan Alat Bukti Menurut Hukum

 Bukti audit dapat pula menjadi bukti hukum.


 Namun, secara umum bukti audit tidak serta merta dapat dijadikan sebagai bukti hukum.
Pengumpulan bukti harus  Tim audit investigatif harus mengembangkan lebih lanjut bukti yang diperolehnya sehingga

dilakukan dengan teknik- dapat digunakan sebagai bukti hukum.


 Salah satu kendala yang menghambat diperolehnya bukti hukum oleh auditor adalah masalah
teknik tertentu, antara lain: kewenangan.
 Sebagai contoh, permintaan keterangan yang dilakukan auditor pada instansi yang diaudit
tidak serta merta dapat menjadi bukti keterangan saksi (atau mungkin terdakwa).

Deputi Bidang Investigasi


B. Pengumpulan Bukti
4. Hubungan Bukti dengan Alat Bukti Menurut Hukum

1. Pengujian Fisik
Alat bukti hukum yang dapat dikembangkan dari pengujian fisik adalah:
a. Keterangan saksi
b. Surat
c. Keterangan ahli
d. Petunjuk
2. Konfirmasi
Bukti konfirmasi tertulis yang diperoleh saat audit merupakan bukti surat sepanjang didukung dengan bukti
lain yang sah (pasal 187 huruf d KUHAP)
3. Dokumentasi
a. Dokumen dapat menjadi bukti surat jika sesuai dengan pengertian bukti surat menurut huruf a, b, c, atau
Pengumpulan bukti harus d dari pasal 187 KUHAP.
b. Dalam hal syarat-syarat sebagai bukti surat tidak terpenuhi, maka dokumen tersebut dapat dijadikan

dilakukan dengan teknik- 4.


bukti petunjuk bagi hakim (untuk kasus tindak pidana korupsi atau pencucian uang).
Observasi

teknik tertentu, antara lain: a. Dalam pengungkapan kasus dugaan tindak pidana korupsi atau pencucian uang, hasil observasi yang
dituangkan dalam kertas kerja audit dapat digunakan oleh hakim sebagai bukti petunjuk.
b. Observasi juga dapat dikembangkan menjadi alat bukti keterangan saksi, yaitu auditor diminta untuk
menjadi saksi atas apa yang dilihat, didengar, atau dialami sendiri.
5. Tanya jawab dengan instansi yang diaudit
a. Tanya jawab yang dituangkan dalam kertas kerja audit dapat menjadi alat bukti petunjuk bagi hakim
dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi dan pencucian uang.
b. Tanya jawab dapat menjadi alat bukti keterangan saksi jika tanya jawab dilakukan oleh aparat penyidik
yang dituangkan dalam berita acara permintaan keterangan dalam tahap penyidikan.
6. Prosedur analitis
Dalam pengungkapan dugaan tindak pidana korupsi atau pencucian uang, hasil prosedur analitis yang
dituangkan dalam kertas kerja audit dapat digunakan oleh hakim sebagai bukti petunjuk.

Deputi Bidang Investigasi


C. Evaluasi Bukti

1 • Tujuan Evaluasi Bukti

2 • Tahapan Evaluasi Bukti

3 • Teknik Evaluasi Bukti

4 • Penggunaan Worksheet Audit Investigatif


C. Evaluasi Bukti
1. Tujuan Evaluasi Bukti

 William T. Thornhill dalam bukunya Forensic Accounting – How to Investigate


Financial Fraud, menyatakan bahwa tahapan yang paling kritis dalam proses
audit investigatif adalah evaluasi bukti.
 Alasannya, pada tahap evaluasi bukti inilah auditor menentukan perlu atau
tidaknya memperluas pengembangan bukti untuk mendukung
simpulan/laporan yang akan dibuat.
 Di samping itu, dalam melakukan evaluasi bukti, auditor dapat menggunakan
value judgement (pendapat pribadi) apabila bukti atau informasi yang
tersedia tidak mencukupi. Jika dari bukti yang diperoleh sudah dapat dibuat
simpulan secara jelas tanpa interpretasi, auditor tidak boleh menggunakan
pendapat pribadinya.
 Akan tetapi, pada umumnya bukti yang tidak memerlukan interpretasi
auditor sulit diperoleh bahkan cenderung tidak ada.
 Pelaksanaan pengumpulan dan evaluasi bukti harus difokuskan pada upaya
pengujian hipotesis untuk mengungkapkan fakta-fakta dan proses kejadian
(modus operandi), sebab dan dampak penyimpangan, dan pihak-pihak yang
diduga terlibat/bertanggung jawab atas kerugian keuangan negara/daerah.

Deputi Bidang Investigasi


C. Evaluasi Bukti
2. Tahapan Evaluasi Bukti

1 Find (temukan)
Dapatkan atau temukan bukti-bukti yang relevan dengan kasus yang sedang ditangani.

Read and interpret document (pelajari dan interpretasikan dokumen)

2 Pelajari dan interprestasikan bukti yang telah diperoleh auditor. Tahapan ini sangat menentukan dalam proses audit
investigatif karena jika auditor gagal menginterpretasikan suatu bukti dapat menjadikan suatu penyimpangan tidak
Tahapan Evaluasi Bukti diketahui.

Determine relevance (menentukan relevansi bukti)


Berdasarkan Investigation Procedures
Manual for the Investigation and Resolution 3 Tahap ini dilakukan untuk memisahkan bukti yang relevan dengan permasalahan yang sedang ditangani dan bukti
yang tidak relevan.
of Complaints, Department of Justice Civil Verify the evidence (verifikasi bukti)
Rights Division, USA, terdapat beberapa
tahapan dalam evaluasi bukti, yaitu: 4 Verifikasi adalah menilai validitas/kebenaran dari bukti itu sendiri. Auditor dapat meminta dokumen pendukung atas
dokumen yang sudah diterima. Misalnya, untuk menilai kebenaran suatu kontrak, auditor dapat meminta bukti
pendukung kontrak tersebut.

5 Assemble the evidence (merangkai bukti)


Merangkai bukti adalah memasukkan bukti tersebut dalam rangkaian bukti yang dapat menggambarkan kenyataan
yang ditemui.

Draw Conclusions (membuat simpulan)

6 Hasil akhir dari proses analisis bukti adalah menyusun simpulan atas setiap bukti yang diterima sehingga auditor
tidak perlu membaca kembali setiap dokumen tetapi cukup melihat simpulan masing-masing bukti yang
bersangkutan.

Deputi Bidang Investigasi


C. Evaluasi Bukti
3. Teknik Evaluasi Bukti

 Evaluasi terhadap bukti dilakukan secara berkala ataupun setiap saat


didapatkan bukti audit yang baru.
 Evaluasi dilakukan untuk menilai relevansi, kecukupan dan validitas
bukti-bukti yang telah diperoleh dalam rangka menilai apakah suatu
penyimpangan atau TPK terbukti atau tidak terbukti kebenarannya.
 Menurut Investigation Procedures Manual for the Investigation and
Resolution of Complaints, Department of Justice Civil Rights Division,
USA, terdapat dua hal yang perlu diantisipasi dalam melakukan evaluasi
bukti, yaitu
1. Urutan proses kejadian (sequence)
2. Kerangka waktu kejadian (time frame).
 Kedua hal tersebut dalam audit umumnya dijabarkan dalam bentuk
1. Bagan arus kejadian (flowchart modus operandi), atau
2. Naratif yang menggambarkan kronologi fakta kejadian.

Deputi Bidang Investigasi


C. Evaluasi Bukti
4. Penggunaan Worksheet Audit Investigatif

Peraturan BPKP Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan


Kegiatan Bidang Investigasi, menggunakan Worksheet Audit
Investigatif (WAI) dalam proses analisis dan evaluasi bukti. WAI
disajikan dalam bentuk tabel yang memuat beberapa kolom, yaitu:
1. Tanggal
2. Uraian kronologi fakta
3. Referensi bukti
4. Kriteria (peraturan perundang-undangan) yang relevan
5. Analisis penyimpangan
6. Evaluasi bukti
7. Langkah tindak lanjut
8. Pembuktian (dokumen/bukti).

Deputi Bidang Investigasi


C. Evaluasi Bukti
4. Penggunaan Worksheet Audit Investigatif

Hipotesis :

Pembuktian
Kronologis Kriteria ANEV Langkah-
Fakta atas Ref. (Peraturan langkah Dokume
No. Tanggal Analisis Keterang Bukti
Proses Bukti Perundang- (Tindak n/Bukti
Penyimp Evaluasi an Lain
Kegiatan undangan) Lanjut) Lainnya
angan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. Kolom tanggal, memuat identifikasi waktu terjadinya peristiwa/ 5. Pada bagian evaluasi, auditor melakukan penilaian kesesuaian hubungan antar bukti
kejadian yang didukung dengan referensi bukti. serta daya dukungnya terhadap dugaan penyimpangan.
2. Kemudian melakukan identifikasi atas peraturan perundang- 6. Jika berdasar pertimbangan profesional auditor kronologi fakta belum menunjukkan
undangan yang relevan dengan fakta yang terjadi. proses kejadian yang berurutan/ logis, sehingga memerlukan informasi tambahan,
3. Selanjutnya, auditor melakukan analisis dan evaluasi (Anev). maka auditor menuliskan langkah-langkah yang masih harus diambil.

4. Pada bagian analisis, auditor melakukan penilaian terhadap 7. Bukti dari langkah-langkah yang diambil tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
informasi yang tersaji pada setiap bukti yang berhasil dikumpulkan dokumen, keterangan atau bukti lainnya.
dan menilai kesesuaiannya dengan hipotesis penyimpangannya. 8. Mengingat perolehan bukti memerlukan rentang waktu tertentu (tidak sekaligus) dan
perkembangan informasi tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, WAI harus
dilakukan pemutakhiran secara periodik setiap saat bukti atau informasi diperoleh.

Deputi Bidang Investigasi

Anda mungkin juga menyukai