Anda di halaman 1dari 65

BAHAN TAYANG

PENGUMPULAN DAN EVALUASI BUKTI

DIKLAT DAN

UJI KOMPETENSI AUDITOR FORENSIK


INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TANGGAL 9 JULI 2019

Muhammad Fuat

1
Muhammad Fuat
Contact Address : m_fuat0820@yahoo.com - 0811196794

Tempat, Tgl Lahir : Boyolali, 1 Agustus 1950


Rumah : Jl.Terong No.12 Depok Utara, Kota Depok
Status: K/3

2
SKKNI AF
• PENGUMPULAN BUKTI

3
SKKNI Bidang Audit Forensik

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia bidang Audit


Forensik SKKNI AF ditetapkan melalui Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor: Kep.46/Men/II/2009 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang
Audit Forensik

4
Kemampuan Berdasar Standar

Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seseorang, maka yang


bersangkutan akan mampu:

1. Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan

2. Mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan

3. Apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang


berbeda dengan rencana semula

4. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan


masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda

5
Unit Kompetensi Pengumpulan Bukti

Unit kompetensi Pengumpulan Bukti dan Evaluasi Bukti :

1. Melakukan Pengumpulan Bukti:


• Persiapan pengumpulan bukti
• Teknik pengumpulan bukti
• Pengorganisasian bukti
2. Melakukan Evaluasi Bukti:
• Mengklasifikasikan bukti-bukti yang telah dikumpulkan
• Melaksanakan teknik evaluasi bukti
• Membuat simpulan evaluasi bukti 6
Persiapan pengumpulan bukti

Melakukan persiapan pengumpulan bukti, dengan kriteria unjuk kerja:


1. Jenis-jenis bukti yang akan dikumpulkan diidentifikasikan sesuai
dengan audit program
2. Sumber-sumber informasi telah diidentifikasikan sesuai
permasalahan yang akan dibuktikan
3. Teknik pengumpulan bukti yang tepat sesuai dengan
permasalahannya telah diidentifikasikan
4. Tahapan proses pengumpulan bukti telah ditentukan

7
Teknik pengumpulan bukti
Melaksanakan teknik pengumpulan bukti, dengan kriteria unjuk kerja:
1. Reviu analitis terhadap data keuangan dan non keuangan telah
dilakukan sesuai permasalahan yang diaudit
2. Pemeriksaan fisik terhadap barang-barang atau benda-benda atau
aset yang terkait dengan permasalahannya telah dilakukan sesuai
permasalahan yang diaudit
3. Konfirmasi kepada pihak ketiga telah dilakukan untuk mendapatkan
pengukuhan bukti sesuai permasalahan yang diaudit
4. Observasi terhadap obyek-obyek yang terkait dengan
permasalahan telah dilakukan sesuai permasalahan yang diaudit
5. Wawancara kepada pihak-pihak yang terkait telah dilakukan guna
menambah dan mengklarifikasi informasi sesuai permasalahan
yang diaudit
8
Pengorganisasian bukti

Melakukan pengorganisasian bukti, dengan kriteria unjuk kerja:


1. Bukti-bukti yang dikumpulan diklasifikasikan berdasarkan
kronologis waktunya
2. Bukti-bukti yang dikumpulkan diklasifikasikan berdasarkan
kelompok permasalahan atau penyimpangan
3. Bukti-bukti yang telah dikumpulkan telah diamankan

9
Mengklasifikasikan bukti-bukti yang telah
dikumpulkan
Mengklasifikasikan bukti-bukti yang telah dikumpulkan, dengan
kriteria unjuk kerja:
1. Pedoman untuk klasifikasi bukti telah dipelajari
2. Bukti-bukti yang relevan, kompeten, material telah cukup
diidentifikasikan dan diklasifikasikan
3. Tempat kerja dipersiapkan untuk menjaga keamanan
dokumen dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan

10
Melaksanakan teknik evaluasi bukti

Melaksanakan teknik evaluasi bukti, dengan kriteria unjuk kerja:


1. Bukti yang diperoleh telah dipelajari dan diinterpretasikan
2. Bukti yang diperoleh, ditentukan relevansinya dengan
permasalahan
3. Bukti yang diperoleh telah diverifikasi kehandalannya
4. Bukti yang diperoleh telah saling dirangkaikan

11
Membuat simpulan evaluasi bukti

Membuat simpulan evaluasi bukti, dengan kriteria unjuk kerja:


1. Hasil evaluasi bukti telah disimpulkan
2. Flow chart telah dibuat sesuai hasil evaluasi bukti
3. Daftar pihak diduga terkait/bertanggungjawab dibuat
sesuai bukti-bukti yang cukup, relevan dan kompeten

12
PENDAHULUAN

13
Audit Forensik

Audit forensik adalah:


suatu metodologi dan pendekatan
khusus dalam menelisik kecurangan
(fraud), atau audit yang bertujuan untuk
membuktikan ada atau tidaknya fraud
yang dapat digunakan dalam proses
litigasi.

14
Bukti Yang Membuktikan Kasus
• George A. Manning, CFE., E.A dalam bukunya “Financial
Investigation and Forensic Accounting”, menyatakan:
“Evidence is all means by which an alleged matter of fact is
establish or disproved”.
• Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian
bahwa bukti merupakan segala sesuatu menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk
membuktikan apakah kasus itu terbukti atau tidak terbukti.

15
KONSEPSI BUKTI

• Definisi 1
• Bukti adalah segala sesuatu yang dapat dipersepsikan
dengan menggunakan lima panca indera dan
berdasarkan jenis-jenis pembuktian, seperti keterangan
saksi, catatan, dokumen, fakta, data, atau objek nyata
yang secara legal disampaikan di depan persidangan
untuk meyakinkan hakim.
(PERMENPAN/05/M.PAN/03/2008)
16
PENGERTIAN AUDITING

Definisi 2
Auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti
mengenai suatu informasi utk menetapkan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dgn kriterianya.
Auditing hendaknya dilakukan oleh seseorang yang kompeten
dan independen.

Arens, Alvin A, Auditing and Assurance Services – An


Integrated Approach, 2007
17
PENGERTIAN AUDITING
Definisi 3
Audit intern adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor intern terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah:
(1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
(2) risiko yang dihadapi perusahaan (organisasi) telah diidentifikasi dan
diminimalisasi;
(3) Peraturan ekstern serta kebijakan dan prosedur intern yang bisa diterima
telah dipenuhi;
(4) kriteria operasi (kegiatan) yang memuaskan telah dipenuhi;
(5) sumberdaya telah digunakan secara efisien dan ekonomis;
(6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif

Sawyer, Lawrence B, Sawyer's Intern Auditing, 2005 18


Kriteria Bukti
Ada 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan bukti,
yaitu:
1. Relevan
Bukti audit dikatakan relevan, apabila bukti tersebut secara logis
mempunyai hubungan dengan masalah, mendukung atau
menguatkan pendapat atau argumen yang berhubungan dengan
tujuan dan simpulan audit.
2. Kompeten
Bukti audit dikatakan kompeten, apabila bukti tersebut sah dan
dapat diandalkan untuk menjamin kesesuaiannya dengan fakta.
Bukti yang sah adalah bukti yang memenuhi persyaratan hukum
dan undang-undang. Bukti yang dapat diandalkan berkaitan
dengan sumber dan cara memperoleh bukti audit itu sendiri.
3. Cukup
Bukti audit yang cukup berkaitan dengan jumlah bukti yang dapat
dijadikan dasar untuk menarik suatu simpulan audit. 19
Bukti Dalam Hukum Positif

Dalam Hukum positif di Indonesia, setidak-tidaknya ada 3


(tiga) ketentuan yang mengatur masalah bukti, yaitu:
1. UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP)
2. UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
3. UU 8/2010 ttg PPTPPU (Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang)
perubahan dari UU 15/2002 jo UU No.23/2003 ttg Tindak
Pidana Pencucian Uang
20
Bukti Pidana

Pasal 183 KUHAP menyatakan :


“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
pada seorang kecuali apabila sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya”.
21
PENGUMPULAN BUKTI

22
JENIS-JENIS BUKTI
Tujuh teknik audit yang menghasilkan bukti-bukti audit sebagai
berikut:
1. Physical examination (pemeriksaan/pengujian fisik)
2. Confirmation (konfirmasi)
3. Documentation (pemeriksaan dokumen)
4. Analytical procedures (prosedur analitikal)
5. Inquiries of the client (wawancara)
6. Reperformance (penghitungan kembali)
7. Observation (observasi)
Alvin A. Arens Cs.
Auditing and Assurance Services, 2005

23
Pengelompokan Bukti

1. Bukti utama (primary evidence)


Bukti asli yang menunjang secara langsung suatu transaksi/kejadian..
2. Bukti tambahan (secondary evidence)
Bukti dapat berupa fotokopi kontrak dan keterangan lisan. Dapat
diterima jika ditunjukkan bahwa bukti ini merupakan pencerminan
yang layak atas bukti utama.
3. Bukti langsung (direct evidence)
Merupakan fakta tanpa kesimpulan ataupun anggapan.
4. Bukti tidak langsung (circumstantial evidence)
Bukti tidak langsung mengungkapkan secara tidak langsung atas suatu
tindak pelanggaran atau fakta-fakta dari seseorang yang mungkin
mempunyai niat atau motif melakukan pelanggaran.

24
Alat Bukti Menurut KUHAP

Alat bukti hukum menurut KUHAP:


1. Keterangan saksi,
2. Keterangan ahli,
3. Surat,
4. Petunjuk, dan
5. Keterangan terdakwa

25
Bukti Audit vs Alat Bukti Hukum

• Bukti audit yang diperoleh dengan penerapan teknik-teknik


audit umumnya tidak dapat digunakan langsung sebagai alat
bukti hukum menurut KUHAP.
• Bukti audit diperoleh dari penerapan teknik audit berdasarkan
profesi auditor, untuk mendukung simpulan mengenai suatu
keadaan atau kejadian.
• Simpulan dan bukti-bukti tersebut dapat dijelaskan
dipengadilan dalam bentuk alat bukti hukum “keterangan ahli”.
26
Hasil Audit Sebagai Alat Bukti

• Dokumen asli
• Berita acara pemeriksaan fisik
• Laporan hasil audit
• Keterangan auditor di pengadilan

27
Hubungan bukti audit dengan bukti hukum
(Biro Hukum dan Humas BPKP Tahun 2003) (1)

Bukti audit Bukti hukum


1. Pengujian Fisik 1. Keterangan saksi dan
keterangan terdakwa
2. Bukti Konfirmasi 2. keterangan saksi

3. Bukti Dokumen 3. keterangan saksi, surat


dan keterangan terdakwa
4. Bukti Observasi 4. tidak bisa dijadikan bukti
keterangan saksi.

28
Hubungan bukti audit dengan bukti hukum
(2)

Bukti audit Bukti hukum


5. Bukti Tanya Jawab 5. keterangan saksi dan
Dengan Auditan keterangan terdakwa

6. Pelaksanan Ulang 6. keterangan ahli.

7. Prosedur Analitis 7. sulit dijadikan bukti


hukum.

29
TEKNIK AUDIT
Teknik audit adalah cara yang diterapkan auditor
untuk mendapatkan bukti-bukti audit.
Serangkaian teknik audit dipilih dan disusun
dalam prosedur audit berdasarkan pertimbangan
profesional auditor untuk mencapai tujuan audit
tertentu.

30
Teknik Audit Yang Efektif

• Diperlukan ketekunan, ketelitian, kecermatan dan kretifitas


untuk mendapatkan bukti-bukti untuk menjawab hipotesis
yang telah disusun, mendukung simpulan bahwa fraud telah
terjadi atau tidak terjadi, dan pertanyaan 5 W + 1 H dapat
terjawab sepenuhnya.
• Dengan demikian diperlukan pemilihan teknik audit yang
tepat yang diterapkan dalam prosedur audit agar audit bisa
efektif dan efisien.
31
Berbagai Teknik Audit

Sesuai dengan bukti yang akan diperoleh, teknik audit adalah:

1. Physical examination (pemeriksaan/pengujian fisik)

2. Confirmation (konfirmasi)

3. Documentation (pemeriksaan dokumen)

4. Analytical procedures (prosedur analitikal)

5. Inquiries of the client (wawancara)

6. Reperformance (penghitungan kembali)

7. Observation (observasi)
32
1. Physical Examination (Pemeriksaan/Pengujian
Fisik)

• Meyakinkan keberadaan atau kondisi suatu benda berwujud


atau kertas berharga sesuai dengan yang seharusnya.
• Selalu memberikan informasi dengan tidak pernah
berbohong.
• Teknik audit ini dapat dilakukan

terhadap kas, persediaan, aset


tetap, kertas berharga dan lainnya.

33
2. Confirmation (Konfirmasi)

• Meminta penegasan dari pihak-pihak yang mengetahui atau


relevan untuk meyakinkan bahwa informasi tertentu yang
telah dimiliki auditor forensik benar dan akurat.
• Informasi yang diperoleh dari hasil konfirmasi harus diuji silang
dengan hasil pengujian lainnya.

34
3. Documentation (Pemeriksaan Dokumen)

• Documentation adalah pengujian


yang dilakukan auditor atas dokumen
dan catatan auditi. Dokumen tersebut
bisa berupa bukti-bukti transaksi
seperti kuitansi, faktur, kontrak, berita
acara, sertifikat, catatan atau
pembukuan dan bukti-bukti tertulis
lainnya. Termasuk catatan dan
rekaman komputer atau digital.
35
Vouching Dan Tracing

Teknik yang digunakan dalam documentation antara


lain:
• Vouching yaitu pengujian keberadaan data
transaksi yang ada dalam laporan atau informasi
lain atau catatan/akuntansi dengan dengan bukti-
bukti pendukungnya.
• Tracing (penelusuran) yaitu dengan menguji
apakah setiap transaksi yang ditemukan,
berdasarkan dokumen atau data lainnya, telah
dicatat, dilaporkan atau disajikan dalam bentuk
informasi lain dengan lengkap dan benar.

36
4. Analytical Procedures (Prosedur Analitikal)

Prosedur analitik digunakan untuk:


• Mencari indikasi adanya kelainan atau
penyimpangan tertentu atau
• Membuat simpulan tentang suatu
tindakan, keadaan, kejadian yang terjadi.

37
Berbagai Prosedur Analitik

• Pembandingan:
– Pembandingan beberapa data yang sama dari sumber yang
berbeda atau data yang berbeda dari sumber sama.
– Pembandingan juga dilakukan terhadap data atau fakta
tentang tindakan, keadaan atau kejadian yang ditemukan
dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
• Menerapkan rumus atau formula tertentu untuk melihat
hubungan antar fakta.
38
5. Inquiries Of The Client (Permintaan
Keterangan/Wawancara)

• Permintaan keterangan/wawancara dilakukan tertulis ataupun


lisan. Teknik ini dapat dilakukan kepada pihak ketiga atau saksi
dan bisa juga dilakukan kepada orang yang diduga terlibat atau
pelaku.

• Keterangan yang diperoleh dari teknik audit ini biasanya tidak


dapat digunakan sebagai simpulan, tapi digunakan sebagai bukti
audit untuk memperkuat bukti yang diperoleh dengan teknik
audit lainnya yang berkesesuaian.
39
Wawancara Yang Netral

• Wawancara bersifat netral, tidak menuduh.


An interview is nonaccusatory. Ini perbedaan
utama antara wawancara dengan interogasi.
• Sekalipun auditor mempunyai alasan untuk
percaya bahwa yang bersangkutan terlibat
dalam kejahatan atau ia telah berbohong,
substansi dan caranya bersifat
nonaccusatory ketika melakukan wawancara.

40
Urutan Wawancara
• Wawancara harus dimulai dengan
orang-orang yang mengetahui atau
yang diduga paling kecil menjadi pelaku
atau ikut serta dalam melakukan fraud,
• Dilanjutkan dengan orang-orang yang
karena alasan pribadi ingin menjadi
wishtleblower, dan
• Diakhiri dengan mereka yang diduga
menjadi perencana atau otak dari
tindak pidananya. 41
Pihak yang Diwawancarai dan Pendekatan Pembuktian

Subject

Co-Conspirators

Corroborative Witness

Neutral Third Party


Witness
Check
personal/company/other
records

42
PIHAK YG DIWAWANCARAI
(dan urutannya)

• Saksi Pihak Ketiga yang Netral (Neutral Third-Party Witness)

• Saksi yang Dapat Membenarkan (Corroborative Witness)

• Pihak Yang Diduga Ikut Terlibat (Co-Conspirators)

• Pihak Yang Diduga Melakukan Penyimpangan (Subject/Target)

43
Manfaat Urutan Wawancara

1. Pada tahap awal, belum banyak fakta yang terkumpul. Orang


yang tidak bersalah akan mengisi auditor forensik dengan fakta-
fakta penting secara terbuka, termasuk motive dan peluang
untuk terjadinya fraud. Sebaliknya,kalau wawancara dimulai
dengan orang yang diduga menjadi pelaku atau perencana, maka
ia cepat mengetahui fakta yang dicari auditor sehingga dia lebih
mudah dan berkesempatan untuk mengatur informasi apa yang
boleh diberikan pada auditor dan apa yang tidak boleh.

44
Manfaat Urutan Wawancara
2.Mengetahui bahwa banyak orang sudah diwawancarai
sebelumnya, pelaku tidak bisa mengendalikan apa yang bisa
dan apa yang sebaiknya tidak diungkapkan kepada auditor
forensik dalam wawancara. Lebih sulit mengatur persesuaian
atau konsistensi dalam kebohongan, sekalipun melalui
persengkongkolan. Ini memudahkan investigator
mendapatkan informasi penting yang selanjutnya
dikembangkan dalam interogasi.

45
RUANG
WAWANCARA

Pintu tertutup namun tidak terkunci,

Tidak ada halangan bagi responden untuk


meninggalkan ruang wawancara,

Ruangan bersih

46
6. Reperformance (Penghitungan Kembali)

• Penghitungan kembali dilakukan berupa pengujian akurasi


perhitungan aritmatika yang dilakukan auditi pada bukti
transaksi atau laporan dan informasi lainnya yang dibuat
auditi. Perhitungan aritmatika tersebut berupa hasil kali, bagi,
tambah, kurang, dan lain-lain.

47
7. Observation (Observasi)

• Observasi sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk


mengetahui sesuatu seperti menggunakan penglihatan,
pendengaran, perabaan dan pemciuman.
• Kalau kita melakukan kunjungan ke pabrik, kita melihat luasnya
pabrik, peralatan yang ada, kegiatan yang dilakukan, banyaknya
dan beragamnya tenaga kerja.
• Observasi biasanya dilakukan untuk memperoleh indikasi
terjadinya penyimpangan dan tidak digunakan untuk membuat
simpulan akhir tentang terjadi atau tidak terjadinya fraud.

48
Strategi Pengumpulan Bukti
Proses pembuktian yang dilakukan umumnya melalui strategi
sebagai berikut:
1. Membangun circumstantial case,
Pengumpulan bukti melalui interviu saksi yang kooperatif
dan dokumen yang tersedia di luar penguasaan pihak-pihak
yang diduga terlibat sebagai pelaku fraud.
2. Menggunakan circumstantial evidence,
Untuk mengidentifikasi dan beralih ke saksi internal yang
dapat memberikan bukti langsung tentang pihak-pihak yang
diduga terlibat.
3. Seal the case,
Melakukan pemeriksaan (examination) langsung kepada
subyek atau sasaran personal yang diduga kuat pelaku
fraud.
49
Strategi Perolehan Bukti

Seal the
case

50
Pertimbangan dalam pengumpulan bukti

1. Signifikansi dari informasi relevan;

2. Urutan pengumpulan informasi yang harus diperoleh;

3. Kelemahan (sifat sensintif) dari informasi dan bukti;

4. Apakah informasi atau bukti tersebut berisiko;

5. Informasi atau bukti berada dalam penguasaan siapa;

6. Wewenang khusus yang mungkin dibutuhkan untuk memperoleh


informasi;

7. Sumber-sumber lainnya yang mungkin berhubungan dengan kategori


informasi tertentu.
51
Evaluasi Hipotesis

Apakah informasi dalam hipotesis sesuai dengan keadaan yang


ditemukan pada tahap pengumpulan bukti?
• Sesuai, lakukan pengujian mendalam terhadap informasi
dengan mengumpulkan bukti yang relevan.
• Tidak sesuai, kaji ulang dan adakan perubahan terhadap
rencana pengumpulan bukti.

52
Ketentuan Dalam Pengumpulan Bukti

• Informasi/dokumen yang diatur perundang-undangan (UU


Kerahasiaan Bank), perolehan dokumen/informasi harus
sesuai ketentuan.
• Perolehan dokumen harus dari orang yang berhak/berwenang
memberikan.
• Perolehan dokumen (asli/foto copy) harus dengan tanda
terima.

53
Bantuan Ahli Lain

Adakalanya untuk hal teknis yang bukan


kompetensinya, auditor perlu analisa atau
pendapat ahli lain, misalnya:
• Ahli bangunan
• Laboratorium kimia
• Ahli tulisan tangan atau tanda tangan
• Dsb.

54
Kesinambungan Penanganan Bukti (Chain
Of Custody)
• Agar dokumen dapat ditelusuri dengan baik perlu dibuat
“memorandum of interview” yang mengindikasikan:
– Dokumen apa yang telah diterima;
– Kapan dokumen tersebut diterima;
– Dari siapa dokumen tersebut diterima;
– Dimana dokumen tersebut disimpan.
• Semua dokumen yang diterima harus ditandai sedemikian
rupa agar dikemudian hari dapat diidentifikasi. Cara yang
paling umum adalah dengan memberikan “initial”’ dan
tanggal. Terhadap dokumen asli, dapat dimasukkan dalam
suatu amplop tertutup dan kemudian diberi inisial dan
tanggal pada amplopnya.
55
EVALUASI BUKTI

56
Pentingnya Evaluasi Bukti

Pendapat wiliam T. Thornhill dalam forensic accounting – how to


investigate financial fraud, tahapan yang paling kritis proses audit
forensik adalah evaluasi bukti (evidence evaluation). Alasannya:
• Untuk menentukan perlu tidaknya memperluas pengembangan
bukti untuk mendukung simpulan/laporan yang akan dibuat.
• Auditor dapat menggunakan value judgement–nya apabila
tidak cukupnya bukti atau informasi yang diperoleh untuk
membuat simpulan atau rekomendasi.
57
Evaluasi Bukti Berkala
• Evaluasi bukti dilakukan berkala selama proses audit forensik
untuk menilai kesesuaian hipotesis yang disusun terhadap
fakta kenyataan yang ada.

• Evaluasi bukti dapat menunjukkan perlu atau tidaknya


pengembangan suatu bukti dilakukan auditor. Apabila dari
hasil evaluasi menunjukkan perlunya pengembangan bukti
maka langkah selanjutnya yang dilakukan auditor adalah
penerapan berbagai teknik audit untuk mengumpulan bukti
yang dibutuhkan.
58
Hubungan Antar Bukti
• Rangkaian suatu peristiwa disimpulkan menyeluruh
berdasarkan rangkaian bukti-bukti yang diperoleh.
• Bukti satu dengan lainnya harus memiliki hubungan baik
langsung maupun tidak langsung yang dapat menggambarkan
sebab akibat dari suatu tindakan.
• Pemahaman atas suatu bukti dapat membantu auditor dalam
menentukan apakah bukti yang diperoleh merupakan bukti
langsung atau bukti tidak langsung, bukti utama atau bukti
pendukung dari suatu sangkaan.
59
Kualitas Bukti
Penilaian kualitas bukti mancakup apakah bukti-bukti yang diperoleh
dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan mengenai suatu
sangkaan fraud:
1. Relevansi, bukti tersebut merupakan salah satu bagian dari rangkaian
bukti (chain of evidence) yang menggambarkan suatu proses kejadian
atau jika bukti tersebut secara tidak langsung menunjukkan
kenyataan dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perbuatan.
2. Materialitas, bukti tersebut menjadi bagian dari proses pembuktian
adanya tindak pidana korupsi, maka bukti tersebut sangat material.
setiap direct evidence dari suatu penyimpangan adalah material.
3. Kompetensi, kompetensi suatu bukti didasarkan pada proses
pembuatan bukti, proses perolehannya oleh auditor secara legal dan
kewenangan auditor untuk memperoleh bukti tersebut.

60
Kuantitas Bukti

• Kuantitas bukti yang diperoleh dianggap telah cukup apabila


auditor dapat menggambarkan apa, siapa, dimana, bilamana
dan bagaimana suatu kejadian yang ditunjukkan dari satu
bukti atau serangkaian bukti-bukti.
• Bukti sampling tidak dapat mewakili suatu simpulan
populasinya.

61
TEKNIK ANALISIS BUKTI

Dalam proses pengumpulan bukti, perlu dilakukan analisis


terhadap bukti dengan tahapan:
1. Find
2. Read and Interpret Document
3. Determined Relevance
4. Verify The Evidence
5. Assemble The Evidence
6. Draw Conclusions
62
Teknik Evaluasi Bukti

• Dua hal yang perlu diantisipasi dalam melakukan evaluasi


bukti, yaitu mengenai urutan proses kejadian (sequence) dan
kerangka waktu kejadian (time frame).
• Kedua hal tersebut dalam audit umumnya dijabarkan dalam
bentuk:
– Bagan arus kejadian (flowchart modus operandi)
– Kronologi fakta

63
SIMPULAN

• Evaluasi bukti dilakukan secara periodik untuk menilai apakah


hipotesis yang disusun telah menggambarkan fakta kejadian
sesungguhnya.
• Di akhir audit lapangan, evaluasi bukti dilakukan untuk menilai
apakah simpulan ada atau tidak adanya fraud didasarkan pada
kualitas dan kuantitas bukti-bukti yang memenuhi kaedah
hukum yang berlaku.

64
Terima kasih

65

Anda mungkin juga menyukai