Anda di halaman 1dari 27

PEMBUKTIAN KASUS MELALUI BUKTI DOKUMEN DAN ALAT

ANALISA BAGI INVESTOR DAN ANALISIS INFERENSIAL SERTA


DOKUMENTASI DAN PENGUNGKAPAN KASUS

Oleh Kelompok 5 :

1. Anggelina Merici Jelita 2019017085


2. Feri Irawa 2019017086
3. Anggun Satri Ardhani 2019017088
4. Novika Lisa Setyaningsih 2019017090
5. Meita Dwi Lestari 2019017097
6. Tri Astuti 2019017104
7. Fandi Simeon Peni 2019017115
8. Annanda Anggun Safara A R 2019017117
Pengertian Bukti Audit

Bukti audit merupakan semua alat yang digunakan untuk menyusun dugaan atas fakta atau menyangkalnya
(Manning dalam Karyono, 2013)
Bukti adalah segala sesuatu yang dapat dirasakan oleh panca indera dan setiap jenis dari pembuktian seperti
kesaksian saksi, catatan-catatan dokumen, fakta-fakta data atau obyek nyata yang disajikan secara hukum pada
sidang pengadilan untuk membuktikan perdebatan dan memberi keyakinan hakim di pengadilan (Bologna dan
Robet dalam Karyono, 2013)

Bukti terdiri dari:


• Bukti langsung (direct evidence) -> terkait langsung dengan kasus dan menunjukkan fakta yang ada secara
langsung
• Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) -> menjelaskan fakta secara tidak langsung
Jenis Bukti Audit

Jenis bukti audit investigasi menurut Karyono (2013)

1. Bukti Utama -> bukti asli yang menunjang secara langsung transaksi atau kejadian
2. Bukti Tambahan -> salinan dari bukti utama
3. Bukti Langsung -> fakta tanpa simpulan atau anggapan
4. Bukti Tak Langsung -> tidak langsung mengungkap suatu tindakan pelanggaran atau fakta
seseorang yang punya niat melakukan pelanggaran
5. Bukti Komparatif -> bukti yang mengidentifikasi adanya perbedaan
6. Bukti Statistik -> bukti yang dapat digunakan untuk membantu membuktikan adanya kecurangan.
Sumber Bukti
1. Saksi
2. Unit yang menjadi subyek audit (client agency)
3. Instansi pemerintah yang terkait
4. Badan usaha lainnya berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan oleh auditor
5. Informasi elektronik
6. Bukti forensik
7. Alat komunikasi elektronik
8. Tersangka
9. Kepolisan atau aparat penegak hukum lainnya

Kriteria Bukti :
Bukti-bukti audit yang diperoleh harus persuasive, artinya bukti tersebut dapat digunakan oleh auditor untuk menjadi dasar yang kuat dalam pembuatan kesimpulan.
Bukti yang persuasive harus memiliki 3 kriteria
a. Relevan -> berhubungan atau kaitan dengan masalah
b. Reliabel -> dapat dipertanggungjawabkan
c. Sufficient -> ketercukupan bukti
Kekuatan dan Kelemahan Bukti Audit

1. Bukti yang obyektif merupakan bukti yang kuat, sedangkan bukti yang subyektif dan berupa opini adalah bukti yang lemah.
2. Opini dari ahlinya (expert) merupakan bukti yang kuat, sedangkan opini dari orang awam adalah bukti yang lemah.
3. Bukti yang berasal dari pengendalian internal yang kuat adalah bukti yang kuat dibanding bukti yang berasal dari
pengendalian internal yang lemah.
4. Bukti yang berasal dari pihak independen merupakan bukti yang kuat dibanding bukti yang sudah disiapkan pihak
organisasi.
5. Bukti yang diperoleh dari statistical sampling lebih kuat dibanding bukti yang diperoleh dari
6. judgement sampling.
7. Bukti yang didukung dengan bukti pendukung lain adalah bukti yang kuat dibanding bukti yang tidak ada pendukungnya.
8. Bukti yang berasal dari catatan yang tepat waktu lebih kuat dibanding bukti yang berasal dari catatan yang dibuat kemudian.
Tujuan Prosedur Audit

1. Memperoleh pemahaman berkaitan dengan pihak yang diaudit (auditee)


2. Pengujian kecukupan desain dan efektivitas operasi dari pengendalian internal yang diaudit
3. Analisis hubungan logis diantara elemen data yang berbeda
4. Pengujian langsung informasi keuangan dan non keuangan terhadap fraud ataupun error

Prosedur Audit Manual :


a. Inquiry -> Memberi pertanyaan kepada personal yang diaudit
b. Observasi -> Memperhatikan orang, prosedur, proses
c. Inspeksi -> Mempelajari dokumen dan catatan, serta menguji keberadaan sumber daya (aset tetap)
d. Vouching -> Menelusuri informasi dari suatu catatan ke dokumen atau bukti sumber
e. Tracing -> Penelusuran dari satu bukti sumber ke catatan/laporan
f. Reperformance -> Menjalankan kembali aktivitas pengendalian atau prosedur lain
g. Prosedur analitis -> Memperkirakan informasi
h. Konfirmasi -> verifikasi tertulis secara langsung
Teknik Investigasi
Terdapat 3 teknik investigasi menurut Karyono (2013)
1. Pemetaan
2. Analisis dokumen
3. Wawancara

Pemetaan
Pemetaan merupakan alat bantu untuk memahami proses mulai dari awal kejadian sampai dengan akhir atau
membantu merekonstruksi kejadian dalam bentuk bagan alir (Flowchart). Flowchart dapat membantu auditor
untuk mengidentifikasi pelaksanaan pengendalian internal.
Pemetaan dapat berupa:
a. Flowchart
b. Transactional Flowchart
c. Process Interfuction Flowchart
Analisis Dokumen
Analisis dokumen dilaksanakan untuk memperjelas kasus yang diungkap dengan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen.
1. Pemeriksaan Dokumen Palsu
Auditor tidak harus menjadi ahli pemeriksaan dokumen, tetapi harus tetap mewaspadai jika terjadi dokumen palsu, sehingga
auditor harus memiliki kemampuan dalam pemeriksaan forensik.
2. Pemeriksaan Dokumen Bertanggal Palsu
Dokumen bertanggal palsu digunakan oleh pelaku untuk memperkuat alasan alibinya, sehingga dapat mengelak jika ada tuduhan
melakukan fraud.
3. Pemeriksaan Dokumen Cetakan Palsu
Pemeriksaan dokumen cetakan palsu dilakukan dengan membandingkannya dengan dokumen yang asli, pengecekan nomor seri,
dan analisis tinta atau tulisan.
Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab yang dirancang untuk memperoleh informasi dengan bentuk tersendiri, terstruktur dan
memiliki tujuan (Karyono, 2013). Auditor investigasi harus dapat menjadi investigator yang baik harus mudah berinteraksi
dengan masyarakat, mudah bergaul, dapat mencari fakta yang relevan, komitmen dan professional. Menurut Steve (1995)
pewawancara yang baik adalah bagian dari karakter yang mengandung kepastian.
Terdapat Beberapa Pihak Yang Diwawancarai Menurut
Karyono (2013)
1. Saksi
2. Pihak ketiga yang netral (neutral third-party witness)
3. Saksi yang dapat membenarkan (corroborative witness)
4. Pihak yang diduga terlibat (co. conspiration)
5. Pihak yang diduga melakukan penyimpangan (subject/target)

Hambatan Wawancara
Hambatan wawancara biasanya berasal dari responden yang tidak mau/enggan serta tidak memiliki kemampuan memberikan informasi
kepada pewawancara. Responden tidak mau/enggan memberikan informasi dapat disebabkan karena adanya ancaman terhadap diri
mereka jika memberikan informasi berhubungan dengan hal yang menjadi masalah dan trauma karena memberikan informasi tentang
hal yang menurut mereka sensitif. Hambatan tersebut sangat mempengaruhi hasil wawancara, oleh karena itu pewawancara harus
menguasai teknik dasar dalam memotivasi seseorang dalam berkomunikasi, sehingga pewawancara dapat memperoleh pegakuan yang
tulus dan mampu membuat responden merasa penting serta menunjukkan rasa simpati kepada responden (Karyono, 2013).
Faktur Penjualan
Yang Terbukti
Adanya Fraud
Faktur Penjualan Yang
Benar atau Tidak
Terbukti Adanya Fraud
ALAT ANALISIS BAGI INVESTOR DAN ANALISIS
INFERENSIAL SERTA DOKUMENTASI DAN
PENGUNGKAPAN KASUS DAN EARNINGS MANIPULATION
Audit Investigatif

Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan, dan

menganalisis serta mengevaluasi bukti-bukti secara sistematis oleh pihak yang

kompeten dan independen untuk mengungkapkan fakta atau kejadian yang

sebenarnya tentang indikasi tindak pidana korupsi dan/atau tujuan spesifik lainnya

sesuai peraturan yang berlaku.


Alat Analisis bagi Investor dan Analsisis Inferensial serta
dokumentasi dan Pengungkapan Kasus Pelaksanaan Audit

1. Pembicaraan Pendahuluan

Pelaksanaan audit investigatif didahului dengan menghubungi pimpinan auditan untuk mengadakan
pembicaraan pendahuluan, dengan maksud:
a. Menjelaskan tujuan audit.
b. Mendapatkan informasi tambahan dari auditan dalam rangka melengkapi informasi yang telah diperoleh.
c. Menciptakan suasana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan audit, terutama untuk memperoleh
dukungan dari auditan.
Dengan berpegang pada asas praduga tak bersalah, pembicaraan pendahuluan harus dilakukan walaupun
auditan diduga terlibat dalam kasus tersebut. Tim audit perlu selektif dalam menyampaikan materi pembicaraan
agar jangan sampai memberikan informasi yang justru dapat mempersulit proses audit yang akan dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Program

Kerja Berdasarkan pengalaman, pelaksanaan audit investigatif atas dugaan penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara agak sulit untuk dipolakan secara tegas. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dalam
melaksanakan program kerja audit investigatif:

a. Perolehan Bukti Dokumen


Kegiatan pengumpulan dokumen dari berbagai sumber baik internal maupun eksternal instansi, yang
berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan indikasi fraud, harus dilakukan secara
efektif dan efisien. Dalam hal ini halhal yang harus diperhatikan adalah:
• Mendapatkan dokumen asli dan segera di-copy untuk kepentingan audit selanjutnya dan pisahkan dengan
yang asli.
• Tidak menyentuh, menambah, atau merubah dokumen asli tanpa alasan yang kuat. Ada kemungkinan akan
dilakukan analisis forensik atas dokumen yang asli.
• Menyiapkan sistem penyimpanan untuk dokumen. Hal ini sangat esensial terutama apabila berkaitan
dengan jumlah dokumen yang banyak.
b. Jenis Bukti/Dokumen Dokumen-dokumen yang sudah didapatkan oleh auditor kadang-kadang ada
yang relevan dengan indikasi fraud dan ada yang tidak. Auditor investigatif harus menyeleksi
dokumen-dokumen tersebut untuk mengklasifikasikan dokumen yang dapat dijadikan bukti. Bukti
berbasis dokumen dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
• Bukti langsung (direct evidence); merupakan bukti yang terkait langsung dengan kasus dan
menunjukkan fakta yang ada secara langsung. Sebagai contoh, dalam kasus pemberian komisi,
maka direct evidence-nya adalah cek yang diserahkan oleh rekanan untuk panitia pengadaan
sebagai komisi.
• Bukti tidak langsung (circumstantial evidence); merupakan bukti atau dokumen yang turut
memperjelas fakta secara tidak langsung atau menunjukkan adanya suatu fakta kasus yang
terjadi.
Alat Analisis Bagi Investor Dan Analisis Inferensial Serta
Dokumentasi Dan Pengungkapan Kasus

Audit Investigatif
Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan, dan
menganalisis serta mengevaluasi bukti-bukti secara sistematis oleh pihak
yang kompeten dan independen untuk mengungkapkan fakta atau kejadian
yang sebenarnya tentang indikasi tindak pidana korupsi dan/atau tujuan
spesifik lainnya sesuai peraturan yang berlaku.
Alat Analisis bagi Investor dan Analisis Inferensial serta
dokumentasi dan Pengungkapan kasus Pelaksanaan Audit

1. Pembicaraan pendahuluan
Pelaksanaan audit investigatif didahului dengan menghubungi pimpinan audit untuk mengadakan pembicaraan
pendahuluan,dengan maksud :
a. Menjelaskan tujuan audit
b. Mendapatkan informasi tambahan dari auditan dalam rangka melengkapi informasi yang telah diperoleh
c. Menciptakan suasana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan audit,terutama untuk memperoleh
dukungan dari auditan.
Dengan berpegang pada asas praduga tak bersalah,pembicaraan pendahuluam harus dilakukan walaupun
auditan diduga terlibat dalam kasus tersebut. Tim audit perlu selektif dalam menyampaikan materi pembicaraan
agar jangan sampai memberikan informasi yang justru dapat mempersulit proses audit yang akan dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Program
Kerja berdasarkan pengalaman, pelaksanaan audit investigative atas dugaan penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan Negara agak sulit untuk dipolakan secara tegas. Hal-hal berikut ini
perlu diperhatikan dalam melaksanakan program kerja audit investigative :
a. Perolehan bukti dokumen
Kegiatan pengumpulan dokumen dari berbagai sumber baik internal mupun eksternal instansi,yang
berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung,dengan indikasi fraud,harus dilakukan
secara efektif dan efisien. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah :
• mendapatkan dokumen asli dan segera di copy untuk kepentingan audit selanjutnya dan pisahkan
dengan yang asli.
• Tidak menyentuh, menambah, atau merubah dokumen asli tanpa alas an yang kuat. Ada
kemungkinan akan dilakukan analisis forensic atas dokumen yang asli.
• Menyiapkan system penyimpangan untuk dokumen. Hal ini sangat esensial terutama apabila
berkaitan dengan jumlah dokumen yang banyak.
b. Jenis/bukti dokumen-dokumen yang sudah didapatkan oleh auditor kadang-kadang ada
yang relevan dengan indikasi fraud dan ada yang tidak. Auditor integratif harus
menyeleksi dokumen-dokumen tersebut untuk mengklasifikasikan dokumen yang
dapat dijadikan bukti. Bukti berbasis dokumen dapat digolongkan menjadi dua
bagian,yaitu :
• Bukti langsung (direct evidence) merupakan bukti yang terkait langsung dengan kasus
dan menunjukkan fakta yang ada secara langsung. Contoh dalam kasus pemberian
komisis,maka direct evidencenya adalah cek yang diserahkan oleh rekanan untuk panitia
pengadaan sebagai komisi.
• Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) merupakan bukti atau dokumen yang turut
memperjelas fakta secara tidak langsung atau menunjukkan adanya suatu fakta kasus
yang terjadi.
c. Cara memperoleh bukti berbasis dokumen auditor tidak meiliki kewenangan secara hukum untuk menyita
barang bukti,namun demikian barang bukti dapat diperoleh dengan beberapa cara sebagai berikut:
• Peminjaman barang bukti
• Memperoleh fotokopi dokumen
• Memperoleh dokumen
• Permintaan data tambahan dari pihak ketiga
• Upaya-upaya lainnya
Untuk memperoleh barang bukti atau dokumen, baik yang berasal dari institusi mapupun di luar institusi yang
diperiksa ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
• Permintaan atau peminjaman dokumen dilakukan secara tertulis
• Permintaan dokumen ditunjukkan kepada pihak atau orang yang mempunyai kewenangan untuk memberikannya
• Sebelum diterima hendaknya dilakukan pengecekan apakah jumlah/jenis dokumen yang diterima sama dan
sesuai dengan dokumen yang tertera dalam daftar permintaan dokumen
• Dokumen yang dipinjam sedapat mungkin yang asli kecuali untuk dokumen yang menurut sifatnya dokumen
aslinya sulit untuk dipinjamkan misalnya bilyet atau giro,buku tabungan dan lainnya.
• Pada saat pengembalian dokumen juga harus dilakukan pengecekan kembali
apakah dokumen yang dikembalikan sesuai dengan daftar
peermintaan/peminjaman bila ada yang tidak sesuai atau belum dikembalikan
sertakan alasannya.
• Untuk keperluan kertas kerja dokumen yang difotokopi hendaknya dilakukan
pengesahan dari orang atau pihak yang berhak
• Perlu dibuat”daftar monitoring permintaan dokumen” yang berisikan tanggal
permintaan dokumen disampaikan,tanggal penerimaan dokumen serta tanggal
pengembaliannya.
d. Mendokumentasikan hasil analisis dokumen pengorganisasian dokumen atau
bukti yang baik akan mengarahkan kegiatan auditor investigatif pada jalur yang
benar pengorganisasian yang baik meliputi :
• Adanya pemisahan dokumen atau bukti untuk setiap transaksi ataupun tiap
kejadian
• Ada suatu “dokumen kunci” di dalam arsip dokumen penting yang relevan.
Sistem ini secara periodic direview untuk memperbaharui dokumen sehingga
hanya dokumen yang relevan yang ada di di arsip induk sedangkan yang kurang
relevan disimpan di arsip lain.
• Adanya suatu data base terutama untuk kegiatan audit yang melibatkan banyak
bukti.
3. Penerapan Teknik Audit Investigatif
Untuk mencapai tujuan audit investigatif, auditor menggunakan berbagai teknik audit serta mengumpulkan berbagai jenis bukti audit dan bukti yang secara legal dapat
digunakan di dalam sidang pengadilan.
terdapat empat sumber bukti yaitu:
• inspeksi,
• observasi,
• pengajuan pertanyaan, dan
• konfirmasi.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Untuk mengumpulkan bukti-bukti pendukung, auditor dapat menggunakan teknik-teknik yang
biasa digunakan dalam pelaksanaan audit keuangan sebagai berikut:
• Prosedur analitis (analytical procedures)
• Menginspeksi (inspection)
• Mengonfirmasi (confirmation)
• Mengajukan pertanyaan (inquiring)
• Menghitung (counting)
• Menelusuri (tracing)
• Mencocokkan ke dokumen (vouching)
• Mengamati (observing)
• Pengujian fisik (physical examination)
• Teknik audit berbantuan komputer
4. Melakukan Observasi dan Pengujian Fisik
Teknik-teknik audit investigatif pada dasarnya sama dengan teknik-teknik audit yang biasa
dipergunakan pada audit keuangan, audit operasional maupun audit kinerja. Teknik-teknik yang
biasa digunakan dalam audit investigatif antara lain:
• Wawancara yang hasilnya didokumentasikan ke dalam suatu Berita Acara Permintaan
Keterangan (BAPK)
• Mereviu laporan-laporan yang dapat menjadi rujukan
• Berbagai jenis analisis terhadap dokumen atau data
• Pengujian teknis atas suatu obyek
• Audit fisik atas suatu obyek
• Perhitungan-perhitungan, reviu analitikal
• Observasi
• Konfirmasi.
5. Mendokumentasikan Hasil Observasi dan Pengujian Fisik
Hasil-hasil observasi dan pengujian fisik harus didokumentasikan dengan baik.
Hasil pengujian yang baik seharusnya menyajikan secara jelas apa yang telah diuji
dan sedapat mungkin dinyatakan dalam Berita Acara. Dokumentasi hasil pengujian
ini sangat penting untuk mendukung apakah suatu tindakan kecurangan telah
terjadi atau tidak. Pendokumentasian yang baik akan memberikan dukungan
kepada kegiatan investigasi, maka hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:
a. Disimpan dalam arsip tersendiri
b. Pemisahan dokumen atau bukti untuk tiap kejadian hasil observasi dan
pengujian fisik
6. Melakukan Wawancara
Wawancara adalah suatu sesi tanyajawab yang dirancang untuk memperoleh informasi. Tidak seperti pembicaraan
biasa, wawancara memiliki bentuk tersendiri, terstruktur, dan memiliki tujuan tertentu. Wawancara dapat saja berupa satu
pertanyaan atau rangkaian pertanyaan dan kualitas asset. Pelaksanaan pengujian fisik biasanya untuk kegiatankegiatan
yang sifatnya nyata (tangible).

7. Pendokumentasian dan Evaluasi Kecukupan Bukti


Pelaksanaan prosedur audit, dengan menggunakan teknik-teknik audit, akan menghasilkan berbagai macam bukti.
Setelah bukti-bukti diperoleh, pendokumentasian bukti adalah hal penting yang harus menjadi perhatian auditor
investigatif. Karena sifat bukti audit investigatif yang krusial untuk proses penuntutan kecurangan, bukti audit tersebut
harus didokumentasikan dan diadministrasikan secara cermat dan hati-hati. Dalam pendokumentasian bukti harus dapat
menjawab hal-hal berikut:
a. Gambaran kasus posisi
b. Siapa yang dirugikan
c. Siapa yang menjadi pelaku
d. Kapan, di mana, dan apa tuntutannya
e. Kegiatan apa yang diinvestigasi

Anda mungkin juga menyukai