Anda di halaman 1dari 87

Akuntansi Forensik

Investigasi
Kartasura |20 Oktober 2022
PENGUMPULAN DAN EVALUASI
BUKTI
Definisi Audit Investigatif
• Audit investigatif dapat didefinisikan sebagai kegiatan
pengumpulan fakta-fakta dan bukti-bukti yang dapat
diterima dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia
dengan tujuan untuk mengungkapkan terjadinya
kecurangan (fraud).
• Perbedaan yang paling mendasar antara audit investigatif
dengan jenis audit lainnya terletak pada tujuan audit, yaitu
untuk mengungkapkan kecurangan (fraud), bukan
memberikan opini atau pendapat tentang kecurangan yang
diduga terjadi
Apa Definisi Bukti ?

• Segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam rangka menentukan


informasi yang diaudit sesuai dengan kriteria yang ditetapkan (Arens &
Loebbeccke)

• Sesuatu yang dapat membuktikan (Lawrence B. Sawyer)


Harus dapat diuji

• Fakta-fakta berkaitan dengan kecurangan


yang diungkapkan dalam laporan hasil audit
investigatif harus dapat diuji dengan bukti-
bukti yang diperoleh selama audit
investigatif berlangsung

 Agar hasil audit investigatif dapat


ditindaklanjuti dalam proses hukum, maka
bukti-bukti tersebut harus sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku
Mengapa batasan bukti harus ketat
Antara lain adalah sebagai akibat dari:
1. Seriusnya dampak yang akan dihadapi oleh pihak-pihak yang
terlibat dan bertanggungjawab dalam kejadian kecurangan
tersebut.
2. Di samping itu auditor dapat pula menghadapi tuntutan
hukum dari pihak yang merasa dirugikan akibat kesalahan
auditor yang mengambil simpulan dari fakta-fakta yang tidak
lengkap
PENGUMPULAN BUKTI

7
Pengumpulan Bukti

• Tujuan fase pengumpulan bukti ini adalah


meyakinkan bahwa bukti-bukti yang
diperoleh selama fase identifikasi masalah
dapat diandalkan atau tidak (misleading).

• Jika dianggap misleading, maka suatu


evaluasi harus dibuat untuk menentukan
apakah rencana audit harus diselesaikan
sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya
atau mempertimbangkan kembali
kepentingan meneruskan audit.
8
Physical examination

• Pemeriksaan/inspeksi atau penghitungan


terhadap fisik aset/aktiva berwujud dari auditan.
• Tujuan untuk menguji kebenaran jumlah,
kepemilikan dan kualitas.

Dapat dikembangkan penyidik :


• Keterangan saksi
• Surat
• Keterangan Ahli
Confirmation
• Bukti Audit berupa jawaban tertulis dari pihak
ketiga yang independen dlm rangka
memverifikasi keakuratan data yang diperoleh.
• Contoh : Untuk membuktikan adanya aktiva atau
kewajiban.
• Konfirmasi tertulis = Bukti surat yg didukung bukti lain yg
sah (psl 187 huruf d KUHAP)
• Perlu dicatat bahwa dari sisi hukum acara pidana,
wawancara yang mendukung konfirmasi tersebut harus
dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan oleh
penyidik. Artinya pengembangan bukti konfirmasi menjadi
bukti hukum harus dilakukan dengan bantuan
“kewenangan” lain.
Documentation
• bukti audit yang didapat dari hasil pengujian
yang dilakukan oleh auditor terhadap dokumen
dan catatan yang mendukung informasi audit.

• Dalam praktek di sidang pengadilan, setiap


dokumen tersebut harus asli.
• Dari sisi hukum pidana, agar fotocopy tersebut
dapat diterima sebagai alat bukti yang
mendukung dakwaan, fotocopy tersebut harus
di-legalisasi oleh pejabat yang berwenang (bisa
dari auditan atau di luar auditan).
Observation

• Penggunaan indera untuk menilai aktivitas


tertentu.
• Masih memerlukan bukti lain.
• Dalam pengungkapan dugaan tindak
pidana korupsi atau tindak pidana
pencucian uang, hasil observasi yang
dituangkan dalam kertas kerja audit
dapat digunakan oleh hakim sebagai
bukti petunjuk.
Inquires of the clients

• Bukti audit berupa informasi lisan atau


tulisan yang bersumber dari auditan
sebagai jawaban atas pertanyaan yang
diajukan auditor.

• Tanya jawab yang dapat menjadi alat bukti


keterangan saksi hanya dapat dilakukan penyidik
dalam bentuk berita acara permintaan keterangan
dalam tahap penyidikan.
• Auditor (di Indonesia) tidak mempunyai
kewenangan untuk melakukan tanya jawab yang
dapat menjadi alat bukti kesaksian.
Reperformance
• jenis bukti audit yang diperoleh dengan
cara melakukan pengecekan kembali
terhadap suatu sample perhitungan dan
pemindahan informasi yang dilakukan
auditan dalam periode yang diaudit.

• Dalam pengungkapan dugaan tindak


pidana korupsi atau tindak pidana
pencucian uang, apa yang dilakukan auditor
dapat dijadikan alat bukti petunjuk bagi
hakim.
Analytical procedures

• bukti audit yang diperoleh melalui


perbandingan antara satu data/informasi
dengan data/informasi lain.

• Dari hasil perbandingan tersebut auditor dapat


menyimpulkan apakah suatu transaksi
mengandung kejanggalan atau tidak.
• Hasil dari prosedur analisis biasanya
menghasilkan suatu indikasi. Auditor perlu
membuktikan kebenaran material atas indikasi
tersebut.
Kriteria
Pengumpulan Bukti

RELEVAN KOMPETEN

CUKUP
RELEVAN
Bukti dianggap relevan jika bukti tersebut
merupakan salah satu ba-gian dari
rangkaian bukti-bukti (chain of evidence)
yang menggambarkan suatu proses
kejadian atau jika bukti tersebut secara
tidak langsung me-nunjukkan kenyataan
dilakukan atau tidak dilakukannya suatu
perbuatan.
KOMPETEN

• Bukti diproduksi oleh pihak


yang kompeten
• Bukti diperoleh dengan cara
yang sah
CUKUP

Bukti audit yang


cukup berkaitan
dengan jumlah bukti
yang dapat dijadikan
dasar untuk menarik
suatu simpulan audit.
Jenis-Jenis Bukti Audit berdasarkan
tingkatannya
• Bukti Utama (Primary evidence)
• Bukti asli yang menunjang secara langsung suatu transaksi/ kejadian
• Mempunyai kepastian yang paling kuat atas fakta
• Bukti sekunder (secondary evidence)
• Lebih rendah tingkatannya dari bukti utama dan tidak disamakan
keandalannya
• Dapat menjadi bukti bila bukti utama tidak ditemukan atau dapat
dibuktikan bahwa bukti ini merupakan cerminan dari bukti utama

• Bukti Langsung (Direct evidence)


• Membuktikan fakta tanpa kesimpulan ataupun anggapan
• Dikuatkan oleh pihak-pihak yang menyaksikan sendiri
• Misalnya bukti transfer/cek yang berhubungan langsung dengan
tindak pidana
Jenis-Jenis Bukti Audit (lanjutan…)

• Bukti tidak Langsung (Circumstantial


evidence)
• Tidak langsung mengungkapkan suatu pelanggaran
• Biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman, pengamatan yang
bertalian dengan kasus
• Misalnya panitia penerimaan barang tidak melakukan
pengecekan terlebih dahulu dapat membuktikan bahwa ada
kemungkinan barang yang diadakan tidak sesuai dengan spek

• Bukti Statistik (statistical evidence)


• Membantu analisis auditor dalam menguatkan suatu simpulan
atau pendapat
• Misalnya pengeluaran pada akhir tahun lebih besar dIbanding
bulan-bulan sebelumnya menunjukkan adanya motif tertentu
JENIS BUKTI AUDIT berdasarkan bentuk
Bukti Diperoleh melalui pengamatan orang, property dan kejadian : observasi pengamat,
foto bagan, peta
Fisik
Object : aset perusahaan
Substances: bahan materi , zat kimia
Traces (Jejak) : Cat, Noda, sidik jari
Impresions : Kesanseperti tanda luka, bekas ban mobil

Bukti Berasal dari eksternal maupun internal


Dokumen Eksternal : Surat/memorandum yang diterima klien, faktur pemasok, lembar
pengemasan
Internal : Catatan Akuntansi, salinan korespondensi, Laporan penerimaan email dll →
Internal Control ?

Bukti Berupa surat atau pernyataan sebagai jawaban atas perntanyaan.→ jika
memungkinkan didukung bukti dokumentasi atau fisik
konfirmasi
(Dari pihak ke 3 yg didapat karena diminta oleh auditor dan didokumentasikan
(konfirmasi, bukti lisan, spesialis).

Bukti Diperoleh dgn melakukan analisis atas data auditan, dgn metode yg diakui (rasio,
perhitungan)
Analisa
Sumber Bukti

• Saksi
• Departemen/Instansi/Unit Kerja auditan
• Instansi Pemerintah terkait
• Perusahaan / Badan-badan Swasta
• Informasi elektronik
• Bukti forensik
• Alat komunikasi elektronik
• Tersangka
• Kepolisian dan badan intelijen
• Sumber informasi lain (publik)
Pengujian Dokumen/bukti

• Salah satu cara pengumpulan bukti untuk mengungkapkan


usaha-usaha penyembunyian kecurangan (concealment) dengan
cara merubah atau mencatat bukti tidak sesuai dengan
seharusnya.
• Kesulitan yang pada tahap ini adalah jika seluruh transaksi yang
berkaitan dengan tindakan fraud telah diskenariokan untuk
dirubah sejak sumber dokumen hingga pelaporannya.
• Fraud auditor harus mewaspadai terjadinya, penghilangan
dokumen, catatan, perubahan bukti, kesalahan, kekeliruan, yang
seolah-olah terjadi akibat human error.
EVALUASI BUKTI

25
Evaluasi Bukti
• Mencakup; relevansi, dapat diterima dan kompetensi bukti.
• Suatu tahap dimana kegiatan pengujian bukti dinyatakan cukup atau perlu
perluasan sebagai respon terhadap adanya informasi tambahan sebelum
membuat simpulan atau penyusunan laporan.
• Pada dasarnya dilakukan apabila seluruh bukti yg terkait telah
diperoleh.
• Ditujukan untuk menilai apakah suatu kasus terbukti atau tidak
terbukti kebenarannya.
• Evaluasi dapat dilakukan secara berkala untuk menilai kesesuaian
hipotesis terhadap fakta kenyataan yg ada.
• Dapat menunjukkan perlu atau tidaknya pengembangan suatu
bukti.
Hal yang perlu diantisipasi dalam melakukan
evaluasi bukti, yaitu mengenai urutan proses
kejadian (Sequence) dan kerangka waktu
kejadian (Time Frame)

(Flowchart Modus Operandi) atau dalam bentuk


naratif yang menggambarkan kronologi fakta
kejadian
TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG /
MONEY LAUNDERING
Paradigma Baru dlm Pemberantasan Kejahatan

• Menghilangkan nafsu dan motivasi pelaku


kejahatan untuk melakukan kejahatan dapat
dilakukan dgn menghalanginya untuk menikmati
hasil atau buah dari kejahatannya
• Harta kekayaan hasil kejahatan adalah titik
terlemah dari rantai kejahatan
• Kesulitan membuktikan perbuatan pidana dan
pertanggungjawaban aktor intelektual kejahatan
diatasi dgn. menelusuri harta kekayaan hasil
kejahatan
Pencucian Uang
Upaya untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul uang yg
dihasilkan dr suatu tindakan kejahatan
sehingga tampak seolah-olah berasal
dari tindakan yg sah
PENCUCIAN UANG

“Pencucian Uang adalah


segala perbuatan yang
memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai
dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.”
(UU NO. 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG)
GAYA HIDUP
DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PARADIGMA BARU Follow the Money
 Hasil kejahatan as “Blood of the Crime”
 Harta kekayaan adalah titik terlemah dari rantai
kejahatan
 Efektivitas penegakan hukum/pencegahan tindak
pidana (menambah sanksi/penghukuman).
 Kesulitan membuktikan perbuatan pidana dan
pertanggungjawaban aktor intelektual kejahatan
diatasi dengan menelusuri harta kekayaan hasil
kejahatan (“follow the money”).
 Menghilangkan motivasi pelaku kejahatan
 Lebih adil dan lebih jauh jangkauannya.

33
PROSES PENCUCIAN UANG
BERDASARKAN TEORI
Placement
Penempatan dana yang dihasilkan dari
tindak kejahatan ke dalam sistem
keuangan

Layering
Memindahkan/mengubah bentuk dana melalui
transaksi keuangan yang kompleks dalam
rangka mempersulit pelacakan asal usul
dana
Integration
Mengembalikan dana yang telah tampak sah kepada si
pelaku sehingga dapat digunakan dengan aman
Penempatan (Placement)

Yaitu upaya menempatkan uang tunai yang


berasal dari tindak pidana kedalam sistem
keuangan (financial system) atau upaya
menempatkan uang giral kembali ke dalam sistem
keuangan, terutama sistem perbankan.
Ini merupakan tahap pertama dalam mana dana
haram dipisahkan dari sumber ilegalnya.
Penempatan melibatkan penanaman awal dari
dana haram tersebut ke dalam sistem keuangan.
Bagaimana caranya?

Si pencuci uang dapat menempatkan uang tunai


dalam suatu lembaga keuangan yang sah seperti
misalnya suatu bank atau suatu perusahaan
sekuritas. Ia dapat juga membeli aset-aset yang
mahal seperti mobil, antik ataupun perhiasan.
Pelapisan (Layering)
Yaitu upaya untuk mentransfer Harta Kekayaan yang
berasal dari tindak pidana (dirty money) yang telah
berhasil di tempatkan pada penyedia jasa keuangan
(terutama bank) sebagai hasil upaya penempatan
(placement) ke penyedia jasa keuangan yang lain. Dengan
dilakukannya layering, akan menjadi sulit bagi penegak
hukum untuk dapat mengetahui asal usul Harta Kekayaan
tersebut.
Setelah berhasil menanamkan uang haram ke dalam
sistem keuangan, pencucian dana memerlukan pelapisan
ganda dalam bentuk transaksi-transaksi yang selanjutnya
memisahkan dana tersebut dari sumber ilegalnya. Tujuan
tahapan ini adalah untuk membuat semakin sulit untuk
menelusuri dana tersebut kepada sumber ilegalnya.
Bagaimana caranya?
Si pencuci uang dapat membeli atau menjual
sekuritas, logam mulia atau aset-aset mahal
lainnya. Ia dapat juga mengirim secara telegrafis
dana tersebut ke seluruh dunia melalui pelbagai
rekening yang dibuka dan dipegang oleh bank-
bank yang berlainan, mungkin oleh beberapa
perusahaan kedok/front companies.
Integrasi (integration)
Yaitu upaya menggunakan harta kekayaan yang berasal dari
tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem
keuangan melalui penempatan atau transfer sehingga seolah-
olah menjadi harta kekayaan halal (clean money), untuk
kegiatan bisnis yang halal atau untuk membiayai kembali
kegiatan kejahatan.
Ini merupakan tahapan terakhir dari operasi pencucian uang
yang lengkap. Ini melibatkan memasukkan dana haram
kembali ke dalam ekonomi yang sah atau halal. Dengan
demikian dana sekarang terlihat sebagai bersih dan
merupakan pendapatan kena pajak. Tujuan integrasi dana
tersebut adalah untuk memungkinkan penjahat tersebut
untuk menggunakan dana tersebut tanpa menimbulkan
kecurigaan yang dapat memicu pemeriksaan dan pengejaran.
Bagaimana caranya?

Si pencuci uang dapat mengadakan suatu usaha


padat-tunai seperti misalnya suatu rumah makan
atau toko penyewaan video di mana dana haram
dapat ditanamkan ke dalam usaha tersebut sebagai
laba palsu atau pembayaran kembali pinjaman. Si
pencuci uang dapat juga mendirikan suatu
jaringan dengan kedok perusahaan-perusahaan
dengan usaha impor/ekspor fiktif dan
menggunakan tagihan palsu dan transaksi fiktif
untuk mengintegrasikan dananya sebagai
penghasilan normal dari usahanya.
41
WASPADAI PENCUCIAN
UANG PASIF...!!!!
✓ Menerima uang dalam jumlah besar,
diluar kebiasaan dan batas kewajaran
✓ Menerima perhiasaan, barang antik,
barang mewah dalam jumlah fantastis
✓ Menerima hibah yang tidak wajar
✓ Menerima transfer uang dari pihak lain
✓ Menerima sumbangan dalam jumlah diluar
batas – batas normal
✓ Menerima penitipan uang, surat
berharga, harta kekayaan lainnya
ASPEK-ASPEK PENEGAKAN HUKUM
DALAM UU RI NOMOR 25 TAHUN 2003
TENTANG PERUBAHAN ATAS UU RI NOMOR
15 TAHUN 2002 TENTANG
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
KETENTUAN PIDANA
TPPU
PASAL 3
UU TPPU

Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,


membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana pencucian uang
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun paling lama 15
(limabelas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000 paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (limabelas miliar rupiah).
TPPU Pasal 3

Mens Rea (unsur


pidana):
Diketahui,
Patut Diduga
Subyek: dari hasil tindak pidana
Orang perseorangan Obyek :
korporasi Harta Kekayaan

Mens Rea
Menyembunyikan asal usul
Menyamarkan asal usul

Actus Reus (perbuatan pidana) : Actus Reus :


• menempatkan ⚫ membawa ke luar negeri
• mentransfer ⚫ mengubah bentuk
• mengalihkan ⚫ menukarkan dengan mata uang atau
• membelanjakan surat berharga
⚫ menghibahkan
• membayarkan
⚫ perbuatan lain
• menitipkan
PASAL 3 huruf H
UU TPPU

Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,


sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan
yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana
pencucian uang dipidana karena tindak pidana pencucian uang
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun paling lama
15 (limabelas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000
paling banyak Rp15.000.000.000,00 (limabelas miliar rupiah).
TPPU Pasal 3 huruf h
Mens Rea
Diketahui,
Patut Diduga
dari hasil tindak pidana
Subyek:
Orang perseorangan Obyek :
korporasi Harta Kekayaan

Perbuatan (Actus Reus) :


-Menyembunyikan
-Menyamarkan

• asal usul, • pengalihan hak-hak,


• sumber, • kepemilikan yang
• lokasi, sebenarnya
• peruntukan,
PASAL 6
UU TPPU

Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan,


pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran,
atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun paling lama 15 (limabelas) tahun dan denda paling sedikit Rp.
100.000.000 paling banyak Rp15.000.000.000,00 (limabelas miliar
rupiah).
TPPU Pasal 6

Mens Rea
Diketahui,
Patut Diduga,
dari hasil tindak pidana

Subyek:
Obyek :
Orang perseorangan
Actus Reus (Perbuatan) Harta Kekayaan
korporasi
Menggunakan (Commision)

Menerima atau Menguasai


(Ommision)

• penempatan, ⚫ sumbangan,
• pentransferan,
⚫ penitipan,
• pembayaran,
⚫ penukaran
• hibah,
HUKUM ACARA PENANGANAN TPPU
“Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta
pelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.” (Pasal
68 UU TPPU)

“Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di


sidang pengadilan terhadap TPPU tidak wajib dibuktikan terlebih
dahulu tindak pidana asalnya.” (Pasal 69 UU TPPU)
PENUNDAAN TRANSAKSI OLEH
PENEGAK HUKUM
PASAL 70 UU NO. 8 TAHUN 2010

GAKKUM MEMERINTAHKAN PJK UNTUK SUSPEND


TRANSACTION MAX 5 HARI
PJK

Pihak Pelapor melaksanakan


Penundaan Transaksi
penundaan Transaksi sesaat
terhadap Harta Kekayaan yang diketahui
setelah surat
atau patut diduga merupakan hasil
perintah/permintaan
PENYIDIK TINDAK ASAL :
tindak pidana harus dilakukan secara
penundaan Transaksi
1. KEPOLISIAN tertulis dengan menyebutkan secara
diterima, dan wajib
2. KEJAKSAAN jelas mengenai:
menyerahkan berita acara
3. KPK a. nama dan jabatan yang meminta
4. BNN pelaksanaan penundaan
penundaan Transaksi;
5. DITJEN PAJAK Transaksi kepada penyidik,
b. identitas setiap orang yang
6. DITJEN BEA CUKAI penuntut umum, atau hakim
Transaksinya akan dilakukan
yang meminta penundaan
penundaan;
PENUNTUT UMUM Transaksi paling lama 1
c. alasan penundaan Transaksi; dan
(satu) hari kerja sejak
HAKIM
d. tempat Harta Kekayaan berada.
tanggal pelaksanaan
penundaan Transaksi.
ALAT BUKTI
Alat bukti yang sah dalam pembuktian tindak pidana pencucian uang ialah:
a. alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana; dan/atau;
b. alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima,
atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau alat yang serupa
optik dan Dokumen.
(Pasal 73 UU TPPU)

Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,
dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu
sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apa pun selain kertas
maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. tulisan, suara, atau gambar;
b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;
c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya.
(Pasal 1 Angka 16 UU TPPU)
PENYIDIKAN
“Penyidikan TPPU dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai
dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, kecuali ditentukan lain menurut UU ini.” (Pasal
74 UU TPPU)
Penjelasan Pasal 74 UU TPPU:
Penyidik Tindak Pidana Asal adalah pejabat dari instansi yang oleh undang-
undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yaitu:
-Polri, Kejaksaan ,KPK, BNN, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai

“Dalam hal penyidik menemukan bukti permulaan yang cukup terjadinya


TPPU dan tindak pidana asal, penyidik menggabungkan penyidikan tindak
pidana asal dengan penyidikan TPPU dan memberitahukannya kepada
PPATK”. (Pasal 75 UU TPPU)
PENUNTUTAN
“Penuntut umum wajib menyerahkan berkas perkara TPPU
kepada pengadilan negeri paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal diterimanya berkas perkara
yang telah dinyatakan lengkap.” (Pasal 76 ayat (1) UU
TPPU)

“Dalam hal penuntut umum telah menyerahkan berkas


perkara kepada pengadilan negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ketua pengadilan negeri wajib membentuk
majelis hakim perkara tersebut paling lama 3 (tiga) hari
kerja sejak diterimanya berkas perkara tersebut”. (Pasal 76
ayat (2) UU TPPU)
‘PEMBUKTIAN TERBALIK’
“Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan,
terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya
bukan merupakan hasil tindak pidana.“ (Pasal 77 UU TPPU)

“Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 77, hakim memerintahkan terdakwa agar membuktikan
bahwa harta kekayaan yang terkait dengan perkara bukan berasal
atau terkait dengan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1).“ (Pasal 78 ayat (1) UU TPPU)
‘PEMBUKTIAN TERBALIK’
• Adanya pembebanan pembuktian pada terdakwa
mengenai harta benda/kekayaannya
• Namun pada dasarnya beban pembuktian tetap berada
pada penuntut umum – JPU tidak dapat mengajukan
dakwaan tanpa disertai dengan pengajuan bukti-bukti
• Hanya unsur ‘Harta Benda/Kekayaan’ yang wajib
dibuktikan terdakwa
PENYITAAN TAMBAHAN

“Dalam hal diperoleh bukti yang cukup bahwa masih ada


Harta Kekayaan yang belum disita, hakim memerintahkan
jaksa penuntut umum untuk melakukan penyitaan Harta
Kekayaan tersebut.“ (Pasal 81 UU TPPU)
PELINDUNGAN BAGI PIHAK PELAPOR, PELAPOR,
DAN SAKSI

“Pejabat dan pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum,


atau hakim wajib merahasiakan Pihak Pelapor dan
pelapor.” (Pasal 39,40,41,42,43 UU TPPU)
Pasal 43 UU TPPU:
Pelapor dan/atau saksi tidak dapat dituntut baik secara
perdata atau pidana atas pelaporan dan/atau kesaksian
yang diberikan oleh yang bersangkutan.
PEMBLOKIRAN
Paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja

Dilakukan pemblokiran Harta Kekayaan yang diketahui


atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dari:
• orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada
penyidik;
• tersangka; atau
• terdakwa.

Yang berwenang memerintahkan:


• Penyidik,
• Penuntut umum, atau
• Hakim.
PERMINTAAN KETERANGAN OLEH
PENEGAK HUKUM
Penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang
meminta Pihak Pelapor untuk memberikan keterangan
secara tertulis mengenai Harta Kekayaan dari:
•orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada
penyidik;
•tersangka; atau
•terdakwa.
Tidak berlaku ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur
rahasia bank dan kerahasiaan
Transaksi Keuangan lain.
TATA CARA PERMINTAAN KETERANGAN
Permintaan keterangan harus disertai dengan:
a. laporan polisi dan surat perintah penyidikan;
b. surat penunjukan sebagai penuntut umum; atau
c. surat penetapan majelis hakim
(Pasal 72 ayat (4) UU TPPU)

Surat permintaan keterangan harus ditandatangani oleh:


a. Kapolri atau kapolda ... dst;
b. Pimpinan instansi/lembaga/komisi ... dst;
c. Jaksa Agung atau kepala kejaksaan tinggi … dst;
d. Hakim ketua majelis yang memeriksa perkara.
(Pasal 72 ayat (5) UU TPPU)
Penghindaran dan Perencanaan Pajak

• Arnold dan McIntyre (1995) – beberapa kemungkinan penghindaran


pajak dengan perencanaan/penghematan pajak adalah:
• Transfer domisili,
Karena perbedaan tarif pajak antarnegara yang berdekatan, mengakibatkan transfer domisili ke
negara yang tarif pajaknya lebih rendah. Atau dari negara yang menganut pemajakan global
ke negara pemajakan teritorial.
• Mengalihkan sumber penghasilan
• Pembentukan anak perusahaan di negara tax heaven
• Pemanfaatan keringanan dalam perjanjian penghindaran pajak berganda (treaty shopping)
Tax Heaven Countries –
Financial Center
• Terdapat beberapa negara yang tidak memungut pajak atau memungut
pajak yang minimal untuk menarik pengusaha melakukan usaha atau
kegiatan ekonomi di negaranya.
• Negara tersebut mencukupi kebutuhan pembiayaan melalui imbalan (fee)
pendirian usaha, imbalan pelaporan tahunan, lisensi industri perbankan
dan asuransi, bea meterai dan bea lainnya.
• Tax heavens merupakan negara merdeka dengan pajak minimal atau
tanpa pajak. Untuk menghindari konotasi paradise atau surga pajak,
maka negara dimaksud lebih suka disebut sebagai pusat keuangan
(financial center)
Tax Heaven Countries – Financial
Center
• Contoh negara tax heavens:
– Caymans, Bagamas, Bermuda, Panama, Nederland Antili, British Virgin Island, Channel
Islands, Mauritius, Isle of Man (Mamx), Vanuatu, Cook Islands, Gibraltar, Anguilla,
Maritius dan Barbados.
• Beberapa ciri tax heavens:
– Mempunyai ketentuan rahasia bank, finansial, korporat, atau dagang yang ketat yang
tampaknya seperti melegalisir penyembunyian subjek atau objek pajak.
– Pengawasan yang sangat longgar atas doeposito orang atau badan luar negeri dalam
valas
– Promosi sebagai pusat keuangan
– Terdapat jaringan dan fasilitas komunikasi modern
– Negara teritorial basis taxation
– Negara yang memberikan keistimewaan pajak atas beberapa kategori penghasilan atau
kelompok wajib pajak.
Tax Heaven Countries – Financial
Center
• Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisasi beban pajak melalui
tax heavens:
– Transfer pricing
– Captive insurance companies yang didirikan di tax heavens
– Captive banking (mebuka anak cabang di tax heavens)
– Pelayaran dengan bendera tax heavens
– Back to back loan dan parallel loan untuk menghindari thin capitalization
– Holding companies (mendirikan atau mendanai perusahaan di tax heavens kemudian
perusahaan holding menanam modal atau memberikan pinjaman ke negara
berkembang.
– Perusahaan lisensi (mendirikan perusahaan di tax heavens untuk meminimalisasi
pemajakan atas royalti)
TRANSFER PRICING

Transfer pricing didefinisikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran
antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli
(buying division).
Transfer pricing juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau
internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian
manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan transfer pricing
sebagai harga yang ditentukan dalam transaksi antar anggota grup dalam sebuah perusahaan
multinasional dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar
wajar sepanjang cocok bagi grupnya
• Ditinjau dari aspek perpajakan, Susan M. Lyons mendefinisikan transfer pricing sebagai
harga yang dibebankan oleh suatu perusahaan atas barang, jasa, harta tak berwujud
kepada perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (International Tax Glossary,
Amsterdam, 1996:312).
• Pengertian lain dari transfer pricing menurut Suryana (2012) adalah transaksi barang
dan jasa antara beberapa divisi pada suatu kelompok usaha dengan harga yang tidak
wajar, bisa dengan menaikkan (mark up) atau menurunkan harga (mark down),
kebanyakan dilakukan oleh perusahaan global (multinational enterprise).
• Yang dimaksud dengan perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di
lebih dari satu negara di bawah pengendalian satu pihak tertentu.
• Modus transfer pricing dapat terjadi atas harga penjualan, harga pembelian, overhead cost,
bunga shareholder-loan, pembayaran royalti, imbalan jasa, penjualan melalui pihak ketiga
yang tidak ada usaha (special purpose company).
• Model penghindaran pajak (tax avoidance) sering mungkin terjadi pada ekspor komoditas.
Para eksportir, masih banyak menggunakan kontrak penjualan lama, yang belum
direnegosiasi, untuk pelaporan omset pada SPT Tahunan. Pengusaha juga melakukan
transfer pricing (TP) dengan mendirikan perusahaan perantara di negara bertarif pajak
rendah seperti Hongkong dan Singapura, sebelum menjual ke enduser.
• Ilustrasi berikut ini adalah praktik transfer pricing. Sebuah perusahaan otomotif PT.X
memproduksi mobil dengan biaya Rp.700 dan menjualnya ke PT.Y (perusahaan afiliasi) di
luar negeri seharga Rp.725. PTY ini hanya dummy yang berada di negara berpajak rendah
(tax haven country). Dari PT.Y, mobil dijual ke PT.Z (non-afiliasi) dengan harga Rp.1.000.
Karena PT.Y tidak memiliki usaha riil, sebenarnya yang terjadi adalah penjualan mobil dari
PT.X kepada PT.Z.
Profit PT.X yang dilaporkan dalam SPT adalah Rp.725-700 atau Rp.25 per mobil. Seharusnya
profit PT.X adalah Rp.1000-700=Rp.300.
Selisih harga jual ini merupakan bentuk TP berupa mark down. Negara rugi karena seharusnya
pajak dikenakan atas profit sebesar Rp.300 per mobil. Di sisi lain, pemegang saham minoritas
juga rugi karena penjualan perusahaan menjadi lebih rendah sehingga profit lebih kecil.
THIN CAPITALIZATION
Thin capitalization dilakukan melalui pemberian pinjaman oleh perusahaan
induk kepada anak perusahaannya yang berkedudukan di negara lain,
perusahaan induk lebih suka memberikan dana kepada anak perusahaannya
dengan cara pemberian pinjaman daripada dalam bentuk setoran modal.
Alasannya, biaya bunga (biaya yang timbul atas pinjaman) dapat
dikurangkan dari penghasilan kena pajak anak perusahaan. Sedangkan
dividen (biaya yang berkaitan dengan modal) tidak dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak
Treaty shopping

• Treaty shopping dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas tax treaty suatu negara
oleh perusahaan yang tidak berhak atas fasilitas treaty tersebut,
Contoh: Penduduk suatu negara yg tidak memiliki tax treaty mendirikan anak perusahaan
di negara yang memiliki tax treaty dan melakukan kegiatan investasinya melalui anak
perusahaan tersebut serta menikmati kemudahan perpajakan dari negara tax treaty tsb.
• controlled foreign corporation dilakukan dengan cara menunda pengakuan penghasilan
modal yang bersumber di luar negeri (biasanya di negara tax haven) untuk dikenakan pajak
di dalam negeri.
Net Worth Method
• Aset- Kewajiban=Kekayaan Bersih

• Kekayaan Bersih – Kekayaan Bersih Sebelumnya = Peningkatan Kekayaan Bersih

• Peningkatan Kekayaan Bersih + Biaya Hidup = Pendapatan

• Pendapatan – Dana dari Sumber yang diketahui = Dana dari Sumber yang tidak
diketahui

72
Pengadaaan
Barang/Jasa
Pemerintah
For your information…

“Agar belanja pemerintah melalui


pengadaan makin efektif dan efisien
diperlukan upaya untuk menciptakan
keterbukaan, transparansi, akuntabilitas
serta persaingan yang sehat sehingga
diperoleh barang/jasa yang terjangkau,
berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik,
keuangan maupun manfaatnya bagi
kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan
masyarakat. ”
Kondisi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
saat ini...
I. Ekosistem pengadaan
II. Kasus Korupsi...

Data KPK menunjukkan bahwa lebih dari 70% kasus


korupsi di Indonesia berasal dari pengadaan barang dan
jasa.
III. Kekhawatiran Pengelola Pengadaan
B/J
Dengan maraknya berita mengenai kasus Korupsi
dari Pengadaan Barang/Jasa membuat Pengelola
Pengadaan khawatir terhadap pengadaan yang
akan dan/atau sedang dijalaninya.
V. Resiko tidak sebanding dengan
reward

Tidak seimbanganya antara resiko dengan insentif


(seperti honorarium, pengahargaan, dll)
VII. Paket pengadaan banyak

Terlalu banyaknya paket tidak sebanding kapasitas


Pokja UKP sehingga proses pengadaan berjalan
lambat
VIII. RUP tidak diumumkan secara
terbuka
Terlalu banyaknya paket tidak sebanding kapasitas
Pokja UKP sehingga proses pengadaan berjalan
lambat
Penyimpangan dalam pengadaan
1. Perencanaan
Pengadaan
2. Organisasi 3. Penganggaran

Siklus Anggaran Tidak Sesuai dengan Waktu


Perencanaan Tidak Ada Kajian Organisasi Pengadaan Tidak Terbentuk
Pengadaan

Penentuan Jadwal Yang Tidak Realistis ULP tidak permanen Penggelembungan Anggaran

Partisipasi Para Pihak Tidak Disiapkan Integritas Panitia Lemah Rencana Pengadaan yang daiarahkan

Organisasi Tidak Disiapkan Panitia Tidak Independen Harga Satuan terlalu kecil/Terlalu besar

Dokumen Anggaran Terlalu rinci dan kaku

Izin tahun jamak yang sulit

Anggaran tambahan tidak memperhatikan


batasan waktu
4. Pemaketan 5. HPS 6. Spesifikasi teknis

pemaketan yang tidak tepat Mengandalkan formalitas Tidak mengetahui apa yang dibutuhkan

Rencana Pengadaan yang diarahkan Bukan harga pasar Informasi yang didapat terbatas

Pengadaan tidak dikonsolidasikan Struktur tidak rinci dan lengkap Gambar teknis tidak lengkap/tidak rinci

Rincian tidak mengacu pda dokumen


Kaji ulang tidak dilakukan Persyaratan purna jual tidak diatur
anggaran
7. Rancangan 9.Pengumuman
8. Dokumen Lelang
Kontrak Lelang

Kriteria penilaian tidak terkait dengan


Langsung mengkopy dari SBD Pengumuman lelang yang tidak jelas
output kegiatan

Penggunaan jenis kontrak yang tidak jelas


Jadwal pengadaan Pengumuman tidak banyak dibaca
atau tidak tepat

Addendum dokumen lelang dengan waktu


Jangka waktu pelaksanaan yang tidak wajar
yang sempit

Persyaratan tidak substansial diskriminatif

Persyaratan tidak obyektif


11. Pemasukan &
10. Penjelasan Aanwijzing 12. Evaluasi Penawaran
Pembukaan Penawaran

Informasi dan deksripsi yang terbatas Saluran Bandwith yang padat Kriteria evaluasi cacat

Penjelasan yang kontroversial Ketidaklengkapan dokumen penawaran Penilaian diluar ketentuan

Penawaran tidak bisa dibaca Penilaian yang lama

Jumlah penawar kurang Kriteria yang tidak bisa dipenuhi

Kecurigaan Masa berlaku penawaran


13. Pengumuman Calon 14. Sanggahan Peserta
15. Penunjukan Penyedia
Pemenang Lelang

Tanggal pengumuman terlambat/ditunda Tidak seluruh sanggahan ditanggapi Surat penunjukan yang tidak lengkap

Surat penunjukan yang sengaja ditunda


Penunjukkan langsung tidak diumumkan Substansi sanggahan tidak ditanggapi
pengeluarannya

Sanggahan proforma untuk menghindari Surat penunjukan dikeluarkan dengan


Tidak sesuai prosedur
tuduhan tender diatur terburu – buru

Pengumuman tidak informatif Surat penunjukan yang tidak sah

Melewati batas waktu penawaran

Penyedia tidak mau ditunjuk

Anggaran tidak tersedia atau tidak


mencukupi

Sanggah belum diselesaikan


16. Penandatanganan
17. Pelaksanaan Kontrak
Kontrak

Penandatanganan kontrak yang ditunda –


Lokasi/Lapangan belum siap Barang sudah tidak diproduksi lagi
tunda

Penandatanganan kontrak tidak sah Pemenag lelang men-subkontrakkan lelang Pabrikan sudah mengundurkan diri

Waktu pelaksanaan kontrak tidak


Pengendali lapangan belum siap Barang tidak sesuai spesifikasi
mencukupi

Penyedia terkena blacklist Perizinan belum siap Pelaksanaan terlambat

Lingkup pekerjaan kontrak lumpsum Volume barang tidak sama dengan dengan
Dokumen pendukung tidak lengkap
berubah yang tertulis di dokumen lelang

Lokasi pekerjaan berubah Jaminan pasca jual palsu

Anda mungkin juga menyukai