Investigasi
Kartasura |20 Oktober 2022
PENGUMPULAN DAN EVALUASI
BUKTI
Definisi Audit Investigatif
• Audit investigatif dapat didefinisikan sebagai kegiatan
pengumpulan fakta-fakta dan bukti-bukti yang dapat
diterima dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia
dengan tujuan untuk mengungkapkan terjadinya
kecurangan (fraud).
• Perbedaan yang paling mendasar antara audit investigatif
dengan jenis audit lainnya terletak pada tujuan audit, yaitu
untuk mengungkapkan kecurangan (fraud), bukan
memberikan opini atau pendapat tentang kecurangan yang
diduga terjadi
Apa Definisi Bukti ?
7
Pengumpulan Bukti
RELEVAN KOMPETEN
CUKUP
RELEVAN
Bukti dianggap relevan jika bukti tersebut
merupakan salah satu ba-gian dari
rangkaian bukti-bukti (chain of evidence)
yang menggambarkan suatu proses
kejadian atau jika bukti tersebut secara
tidak langsung me-nunjukkan kenyataan
dilakukan atau tidak dilakukannya suatu
perbuatan.
KOMPETEN
Bukti Berupa surat atau pernyataan sebagai jawaban atas perntanyaan.→ jika
memungkinkan didukung bukti dokumentasi atau fisik
konfirmasi
(Dari pihak ke 3 yg didapat karena diminta oleh auditor dan didokumentasikan
(konfirmasi, bukti lisan, spesialis).
Bukti Diperoleh dgn melakukan analisis atas data auditan, dgn metode yg diakui (rasio,
perhitungan)
Analisa
Sumber Bukti
• Saksi
• Departemen/Instansi/Unit Kerja auditan
• Instansi Pemerintah terkait
• Perusahaan / Badan-badan Swasta
• Informasi elektronik
• Bukti forensik
• Alat komunikasi elektronik
• Tersangka
• Kepolisian dan badan intelijen
• Sumber informasi lain (publik)
Pengujian Dokumen/bukti
25
Evaluasi Bukti
• Mencakup; relevansi, dapat diterima dan kompetensi bukti.
• Suatu tahap dimana kegiatan pengujian bukti dinyatakan cukup atau perlu
perluasan sebagai respon terhadap adanya informasi tambahan sebelum
membuat simpulan atau penyusunan laporan.
• Pada dasarnya dilakukan apabila seluruh bukti yg terkait telah
diperoleh.
• Ditujukan untuk menilai apakah suatu kasus terbukti atau tidak
terbukti kebenarannya.
• Evaluasi dapat dilakukan secara berkala untuk menilai kesesuaian
hipotesis terhadap fakta kenyataan yg ada.
• Dapat menunjukkan perlu atau tidaknya pengembangan suatu
bukti.
Hal yang perlu diantisipasi dalam melakukan
evaluasi bukti, yaitu mengenai urutan proses
kejadian (Sequence) dan kerangka waktu
kejadian (Time Frame)
33
PROSES PENCUCIAN UANG
BERDASARKAN TEORI
Placement
Penempatan dana yang dihasilkan dari
tindak kejahatan ke dalam sistem
keuangan
Layering
Memindahkan/mengubah bentuk dana melalui
transaksi keuangan yang kompleks dalam
rangka mempersulit pelacakan asal usul
dana
Integration
Mengembalikan dana yang telah tampak sah kepada si
pelaku sehingga dapat digunakan dengan aman
Penempatan (Placement)
Mens Rea
Menyembunyikan asal usul
Menyamarkan asal usul
Mens Rea
Diketahui,
Patut Diduga,
dari hasil tindak pidana
Subyek:
Obyek :
Orang perseorangan
Actus Reus (Perbuatan) Harta Kekayaan
korporasi
Menggunakan (Commision)
• penempatan, ⚫ sumbangan,
• pentransferan,
⚫ penitipan,
• pembayaran,
⚫ penukaran
• hibah,
HUKUM ACARA PENANGANAN TPPU
“Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta
pelaksanaan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.” (Pasal
68 UU TPPU)
Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,
dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu
sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apa pun selain kertas
maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. tulisan, suara, atau gambar;
b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;
c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya.
(Pasal 1 Angka 16 UU TPPU)
PENYIDIKAN
“Penyidikan TPPU dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai
dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan
perundang-undangan, kecuali ditentukan lain menurut UU ini.” (Pasal
74 UU TPPU)
Penjelasan Pasal 74 UU TPPU:
Penyidik Tindak Pidana Asal adalah pejabat dari instansi yang oleh undang-
undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yaitu:
-Polri, Kejaksaan ,KPK, BNN, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai
Transfer pricing didefinisikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran
antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli
(buying division).
Transfer pricing juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau
internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian
manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan transfer pricing
sebagai harga yang ditentukan dalam transaksi antar anggota grup dalam sebuah perusahaan
multinasional dimana harga transfer yang ditentukan tersebut dapat menyimpang dari harga pasar
wajar sepanjang cocok bagi grupnya
• Ditinjau dari aspek perpajakan, Susan M. Lyons mendefinisikan transfer pricing sebagai
harga yang dibebankan oleh suatu perusahaan atas barang, jasa, harta tak berwujud
kepada perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (International Tax Glossary,
Amsterdam, 1996:312).
• Pengertian lain dari transfer pricing menurut Suryana (2012) adalah transaksi barang
dan jasa antara beberapa divisi pada suatu kelompok usaha dengan harga yang tidak
wajar, bisa dengan menaikkan (mark up) atau menurunkan harga (mark down),
kebanyakan dilakukan oleh perusahaan global (multinational enterprise).
• Yang dimaksud dengan perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di
lebih dari satu negara di bawah pengendalian satu pihak tertentu.
• Modus transfer pricing dapat terjadi atas harga penjualan, harga pembelian, overhead cost,
bunga shareholder-loan, pembayaran royalti, imbalan jasa, penjualan melalui pihak ketiga
yang tidak ada usaha (special purpose company).
• Model penghindaran pajak (tax avoidance) sering mungkin terjadi pada ekspor komoditas.
Para eksportir, masih banyak menggunakan kontrak penjualan lama, yang belum
direnegosiasi, untuk pelaporan omset pada SPT Tahunan. Pengusaha juga melakukan
transfer pricing (TP) dengan mendirikan perusahaan perantara di negara bertarif pajak
rendah seperti Hongkong dan Singapura, sebelum menjual ke enduser.
• Ilustrasi berikut ini adalah praktik transfer pricing. Sebuah perusahaan otomotif PT.X
memproduksi mobil dengan biaya Rp.700 dan menjualnya ke PT.Y (perusahaan afiliasi) di
luar negeri seharga Rp.725. PTY ini hanya dummy yang berada di negara berpajak rendah
(tax haven country). Dari PT.Y, mobil dijual ke PT.Z (non-afiliasi) dengan harga Rp.1.000.
Karena PT.Y tidak memiliki usaha riil, sebenarnya yang terjadi adalah penjualan mobil dari
PT.X kepada PT.Z.
Profit PT.X yang dilaporkan dalam SPT adalah Rp.725-700 atau Rp.25 per mobil. Seharusnya
profit PT.X adalah Rp.1000-700=Rp.300.
Selisih harga jual ini merupakan bentuk TP berupa mark down. Negara rugi karena seharusnya
pajak dikenakan atas profit sebesar Rp.300 per mobil. Di sisi lain, pemegang saham minoritas
juga rugi karena penjualan perusahaan menjadi lebih rendah sehingga profit lebih kecil.
THIN CAPITALIZATION
Thin capitalization dilakukan melalui pemberian pinjaman oleh perusahaan
induk kepada anak perusahaannya yang berkedudukan di negara lain,
perusahaan induk lebih suka memberikan dana kepada anak perusahaannya
dengan cara pemberian pinjaman daripada dalam bentuk setoran modal.
Alasannya, biaya bunga (biaya yang timbul atas pinjaman) dapat
dikurangkan dari penghasilan kena pajak anak perusahaan. Sedangkan
dividen (biaya yang berkaitan dengan modal) tidak dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak
Treaty shopping
• Treaty shopping dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas tax treaty suatu negara
oleh perusahaan yang tidak berhak atas fasilitas treaty tersebut,
Contoh: Penduduk suatu negara yg tidak memiliki tax treaty mendirikan anak perusahaan
di negara yang memiliki tax treaty dan melakukan kegiatan investasinya melalui anak
perusahaan tersebut serta menikmati kemudahan perpajakan dari negara tax treaty tsb.
• controlled foreign corporation dilakukan dengan cara menunda pengakuan penghasilan
modal yang bersumber di luar negeri (biasanya di negara tax haven) untuk dikenakan pajak
di dalam negeri.
Net Worth Method
• Aset- Kewajiban=Kekayaan Bersih
• Pendapatan – Dana dari Sumber yang diketahui = Dana dari Sumber yang tidak
diketahui
72
Pengadaaan
Barang/Jasa
Pemerintah
For your information…
Penentuan Jadwal Yang Tidak Realistis ULP tidak permanen Penggelembungan Anggaran
Partisipasi Para Pihak Tidak Disiapkan Integritas Panitia Lemah Rencana Pengadaan yang daiarahkan
Organisasi Tidak Disiapkan Panitia Tidak Independen Harga Satuan terlalu kecil/Terlalu besar
pemaketan yang tidak tepat Mengandalkan formalitas Tidak mengetahui apa yang dibutuhkan
Rencana Pengadaan yang diarahkan Bukan harga pasar Informasi yang didapat terbatas
Pengadaan tidak dikonsolidasikan Struktur tidak rinci dan lengkap Gambar teknis tidak lengkap/tidak rinci
Informasi dan deksripsi yang terbatas Saluran Bandwith yang padat Kriteria evaluasi cacat
Tanggal pengumuman terlambat/ditunda Tidak seluruh sanggahan ditanggapi Surat penunjukan yang tidak lengkap
Penandatanganan kontrak tidak sah Pemenag lelang men-subkontrakkan lelang Pabrikan sudah mengundurkan diri
Lingkup pekerjaan kontrak lumpsum Volume barang tidak sama dengan dengan
Dokumen pendukung tidak lengkap
berubah yang tertulis di dokumen lelang