MALAHAYATI
SESI HIDAYATI
UNIVERSITAS RIAU
2019
AUDIT EVIDENCE AND AUDIT PROGRAMS
Bukti adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Informasi ini
sangat bervariasi. Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif dan informasi yang
kurang persuasif.
Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti
audit yang tepat. 4 keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa
banyak :
1. Prosedur audit Adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang harus
diperoleh selama audit.
2. Ukuran sampel Setelah memilih prosedur audit, auditor dapat mengubah ukuran
sampel dari hanya satu hingga semua item dalam populasi yang sedang diuji.
3. Item yang dipilih Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit,
auditor harus memutuskan item-item mana dalam populasi yang akan diuji.
4. Penetapan waktu Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup suatu periode
seperti satu tahun. Pelaksanaan prosedur audit dapat bervariasi dari awal priode
kauntansi hingga akhir periode akuntansi. Penetapan waktu dipengaruhi oleh kapan
auditor merasa yakin bukti audit akan paling efektif dan kapan staf audit tersedia.
Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk mengumpulkan bukti audit
yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pendapat yang akan diterbitkan. 2 persuasivitas
bukti audit :
1. Relevansi bukti
Bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan
audit khusus, karena bukti audit mungkin relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan
untuk tujuan audit lainnya.
mengacu pada tingkat di mana bukti tersebut dianggap dapt dipercaya atau layak dipercaya. 6
karateristik bukti yang dapat diandalkan : independensi penyedia bukti, efektivitas
pengendalian internal klien, pengetahuan langsung auditor, kualifikasi individu yang
menyediakan informasi, tingkat objektivitas, ketepatan waktu.
Kecukupan
Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari
delapan kategori bukti yang luas, yang disebut tipe - tipe atau jenis - jenis bukti audit.
Menurut Fachrudin (2007 : 7), ada beberapa jenis bahan bukti yang dapat dipilih oleh auditor
dalam rangka mengevaluasi bukti audit, yaitu :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud,
seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih,
aset tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor.
Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas
dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini indera yang digunakan dapat
lebih dari satu indera dari panca indera yang kita miliki.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan
mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen (sebaiknya
tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung disampaikan kepada auditor. Proses
konfirmasi adalah sebagai berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
a)Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik
informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
b)Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika
informasi yang diterimanya tidak akurat.
c. Prosedur Analiis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan hubungan -
hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka atau data
yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang
diaudit dengan tahun sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan
yang diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang
sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi
yang diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data
non – keuangan yang ada kaitannya (relationship)
d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
:
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang dikirimkan
langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan penerimaan
jawaban tertulis dari pihak yang independen di luar klien yang berisi verifikasi
ketelitian yang diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan
dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order
pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan
terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus mempertimbangkan apakah
dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam
organisasi klien.
e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)
Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab
dilakukan kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas, boleh
ditanyakan kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai metode pencatatan, proses
produksi, proses pembayaran gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini
harus hati – hati, karena pihak perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga
kemungkinan memperoleh jawaban yang bias tetap ada. Dalam tanya jawab
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh
pihak yang ditanya, sehingga informasi yang diperoleh lebih baik. Sebagian hasil
tanya jawab ini mungkin saja dapat diperkuat atau di cek kesesuaiannya dengan bukti
lain seperti observasi atau dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau
memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15
personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk
melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15
orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar kantor.
Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in proccess),
auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di
perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya
menurut catatan dan informasi di perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan,
kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal
diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi beroperasinya mesin
tersebut.
g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu
data atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut
Rp. 5 juta. Auditor akan menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang
yang dijual dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian menguranginya jika
ada diskon dan sebagainya, sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.
h. Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara, insinyur, geologist,
ahli teknik dan lain – lain. Pada umumnya spesialis yang digunakan auditor bukan
orang yang mempunyai hubungan dengan klien. Auditor harus membuat surat
perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil – hasil
penemuan spesialis tersebut.
Kertas kerja (working papers) sebagai catatan yang disimpan oleh auditor tentang prosedur
audit yang diterapkan, pengujian yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan tentang masalah yang dicapai dalam audit. Kertas kerja memberikan :
Lengkap
Bebas dari kesalahan
Didasarkan pada fakta dan argumen yang rasional
Disajikan secara sistematis, rapi, dan mudah dipahami
Memuat hal penting dan relevan dengan pemeriksaan
Mempunyai tujuan yang jelas
Sedapat mungkin menghindari pekerjaan menyalin ulang
Dalam setiap kertas kerja harus mencantumkan kesimpulan dan komentar atau catatan
reviewer
Pembicaraan pendahuluan
Informasi umum
Ikhtisar persiapan pemeriksaan
Pengembangan temuan
Daftar temuan dan rekomendasi
1. judul,
2. nomor indeks,
3. referensi silang,
4. tanda audit,
5. tanda tangan dan tanggal.
1. arsip permanen = arsip data yang secara relatif tidak ada perubahan.
2. arsip sekarang = arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah diselesaikan.
2. Audit Program
Audit program adalah daftar prosedur audit yang akan dilakukan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemeriksa.
Audit program biasanya disusun dalam tahap perencanaan audit dan direvisi sepanjang
pekerjaan lapangan dilakukan. Program audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantive biasanya berisi bagian deskriptif dokumentasi pemahaman atas pengendalian
intern yang diperoleh selama pelaksanaan penilaian risiko. Program audit juga biasanya
menyertakan tujuan audit dan prosedur audit yang digunakan dalam pelaksanaan penugasan
audit. Auditor dalam menyusun dan memodifikasi program audit biasanya
mempertimbangkan aspek matrealitas, risiko inheren atau risiko bawaan, risiko pengendalian,
bukti audit dan risiko kecurangan, serta kebutuhan audit dari perusahaan.
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit, auditor
harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus
mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur
audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit.
Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha
menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu
program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :
Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data
non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
Prosedur Awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan
industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal
untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun
pengendali dalam buku besar.
Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.
Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item
yang membentuk saldo tersebut.
Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
ISA.
sebagai acuan pengumpulan data dan proses evaluasi pelaksanaan tugas audit
sebagai pedoman spesifik dan langkah-langkah yang harus diikuti dalam
mengumpulkan bukti audit
sebagai sarana perbandingan data yang dikumpulkan dari tahun-tahun sebelumnya
sebagai alat untuk mengontrol dan mencatat pelaksanaan yang tepat dari pekerjaan
audit untuk meninjau pekerjaan audit
sebagai bukti audit yang mendukung pendapat auditor
REFERENSI :
Arens, Alvin A., Elder, dan Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi Jilid 1. Edisi 12. Jakarta: Erlangga