Anda di halaman 1dari 13

AUDIT EVIDENCE AND WORKING PAPERS

RESUME

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Internal


Yang dibina oleh Bpk. Muhammad

Oleh :
Novi Lia Iswahyuni (160422608205)

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2019
Audit Evidence and Working Papers
(Bukti Audit dan Kertas Kerja Audit)

A. Bukti Audit
Definisi Bukti Audit
Bukti Audit merupakan suatu informasi baik mengenai angka-angka
atau data lainnya yang digunakan oleh seorang auditor dalam memberikan opini
terhadap klien atau digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi
laporan keuangan yang ia terima telah dinyatakan sesuai dengan standar yang
berlaku umum. Bukti audit ini menjadi suatu hal yang penting dalam lingkup
pengauditan baik internal maupun eksternal. Bukti audit sangat besar
pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan
kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak
pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang
berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak
pantas.
Bukti berhubungan dengan tingkat resiko (salah saji) sehingga auditor
perlu memastikan kualitas bukti audit. Hal ini berhubungan pula dengan
bagaimana auditor menentukan pemilihan bukti, bagaimana mereka
menganalisa bukti tersebut dan memastikan hubungan bukti dengan tujuan
pembuktian audit.
Bukti audit disini memiliki hakekat antara lain:
1. Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal
2. Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan
asersi manajemen
3. DIpengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen
4. Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar
5. Dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan oleh
auditor
Dalam hal ini, bukti audit yang dipilih oleh auditor haruslah tepat, dalam artian
mampu memberikan informasi yang detail atau meyakinkan. Auditor harus dapat
mengambil keputusan yang baik dalam menentukan jenis bukti apa serta jumlah bukti
audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan yang diaudit tersebut memang disajikan secara wajar.
Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah
kedalam empat
sub keputusan berikut ini:
a. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
c. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.
Adapun untuk jenis bukti audit, Menurut Fachrudin (2007 : 7), ada beberapa
jenis bahan bukti yang dapat dipilih oleh auditor dalam rangka mengevaluasi bukti
audit, yaitu :
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang
berwujud, seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti
saham, wesel tagih, aset tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin, kendaraan
dan peralatan kantor. Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa kuantitas,
deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan
fisik ini indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera dari panca indera
yang kita miliki.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis
maupun lisan mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang
independen (sebaiknya tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung
disampaikan kepada auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
a) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk
menjawab baik informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
b) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk
menjawab jika informasi yang diterimanya tidak akurat.
c. Prosedur Analiis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan
hubungan - hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data
merupakan angka atau data yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya
dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun
yang diaudit dengan tahun sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan
perusahaan yang diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk
tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau
informasi yang diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
data non – keuangan yang ada kaitannya (relationship)
d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang
dikirimkan langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan
penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang independen di luar klien yang
berisi verifikasi ketelitian yang diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang
disimpan dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari
penjual, order pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk menentukan
tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus
mempertimbangkan apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah
atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien.
e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)
Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab
dilakukan kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas,
boleh ditanyakan kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai metode
pencatatan, proses produksi, proses pembayaran gaji/upah dan sebagainya.
Tetapi dalam tanya jawab ini harus hati – hati, karena pihak perusahaan
bukanlah pihak yang independen, sehingga kemungkinan memperoleh jawaban
yang bias tetap ada. Dalam tanya jawab sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh pihak yang ditanya,
sehingga informasi yang diperoleh lebih baik. Sebagian hasil tanya jawab ini
mungkin saja dapat diperkuat atau di cek kesesuaiannya dengan bukti lain
seperti observasi atau dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk
menilai atau memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan
kepegawaian ada 15 personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung
ke bagian akuntansi untuk melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di
bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada
personil yang cuti atau sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di catatan
tidak ada barang setengah jadi (work in proccess), auditor dapat berkunjung
ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di perusahaan, untuk
memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut
catatan dan informasi di perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan,
kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk
memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi
beroperasinya mesin tersebut.
g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas
suatu data atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di
faktur tersebut Rp. 5 juta. Auditor akan menghitung kembali dengan
mengalikan kuantitas barang yang dijual dengan harga per unit dari barang
tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon dan sebagainya, sehingga
diperoleh angka Rp. 5 juta.
h. Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara,
insinyur, geologist, ahli teknik dan lain – lain. Pada umumnya spesialis yang
digunakan auditor bukan orang yang mempunyai hubungan dengan klien.
Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak
boleh menerima begitu saja hasil – hasil penemuan spesialis tersebut.

Prosedur Bukti Audit


Prosedur bukti audit merupakan suatu tahap-tahap atau langkah rinci untuk
mengumpulkan bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam
proses auditing. Beberapa prosedur bukti audit adalah sebagai berikut:
a. Inspeksi
Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik sesuatu.
b. Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan
suatu kegiatan.
c. Permintaan Keterangan (enquiry)
Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan.
d. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentukpenyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.
e. Penelusuran (tracing)
Penelusuran terutama dilakukan pada bahan bukti dokumenter. Dimana dilakukan
mulai dari data awal direkamnya dokumen, yang dilanjutkan dengan pelacakan
pengolahan data-data tersebut dalam proses akuntansi.
f. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang meliputi;
Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menetukan kewajaran dan kebenarannya. Pembandingan dokumen
tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
g. Perhitungan (counting)
Prosedur audit ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumberdaya berwujud seperti
kas atau sediaan tangan, pertangungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
h. Scanning
Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, cacatan, dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan
lebih mendalam.
i. Pelaksanaan ulang (reperforming)
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.
j. Computer-assisted audit techniques
Apabila catatan akuntansi dilaksanakan dalam media elektronik maka auditor perlu
menggunakan Computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai
prosedur audit di atas.
B. KERTAS KERJA AUDIT
Seorang auditor harus mengumpulkan berbagai jenis bukti untuk mendukung
kesimpulan hasil audit yang nantinya disajikan dalam laporan hasil audit. Bukti yang
dikumpulkan itu harus didokumentasikan dengan baik dan dokumen yang dimaksud
disebut dengan Kertas Kerja Audit (working papers), dimana kertas kerja tersebut
memuat rekaman kegiatan audit yang dilakukan oleh auditor selama melaksanakan
proses auditing. Disamping berfungsi sebagai media untuk mendukung kesimpulan
hasil audit, kertas kerja juga berfungsi sebagai:
a. Jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara catatan klien denganlaporan
hasil audit.
b. Media bagi auditor untuk mempertanggung jawabkan prosedur/langkahaudit yang
dilakukannya sehubungan dengan penugasan yang dijalankan.
c. Media untuk mengkoordinir dan mengorganisasi semua tahap audit mulaidari tahap
perencanaan sampai pelaporan.
d. Dokumen yang dapat memberikan pedoman bagi auditor berikutnya yang
melakukan penugasan audit pada instansi/satuan kerja yang sama.
Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan - catatan yang dibuat oleh auditor
mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,informasi yang
diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan pelaksanaan penugasan
audit yang dilakukannya.
Kertas kerja audit yang dibuat juga harus menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dan dalam penyusunan kejadian harus runtut. Hal ini dilakukan karena
fungsi kertas kerja yang telah disebutkan sebelumnya adalah tidak untuk satu
pengguna melainkan sebagai bahan referensi dan review. Kertas kerja audit harus
disimpan walaupun audit telah lama selesai dilakukan. Bila terjadi audit lanjutan,
auditor harus membuat keputusan yang salah satu sumbernya adalah kertas kerja.
Keputusan tersebut masih harus memerlukan persetujuan manajemen untuk dilakukan
pembenahan berdasarkan audit yang telah dilakukan.

2. Isi Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan
sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiridari: program audit, hasil
pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis,memorandum, surat konfirmasi,
pernyataan dari klien, ikhtisar dan salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan,
daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan
sebagainya. Kertas kerja tidak hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita
magnetis, film, atau media yang lain.
Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi aspek-aspek
berikut:
a. Perencanaan
b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistempengendalian
internal
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yangdibuat dan
kesimpulan yang dicapai oleh auditor
d. Review atas KKA
e. Pelaporan hasil audit
f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit

3. Persyaratan Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlianprofesional dari
auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan
tugasnya akan menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat.Agar bermanfaat, kertas
kerja harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi:
a. Kertas kerja yang lengkap :
1) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasipenting
harus dicantumkan dalam kertas kerja
2) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-
kan bahwa kertas kerja akan direviu dan digunakan oleh seniornya
untukpenyusunan laporan dan reviu hasil audit.
b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan
sehingga bebas dari kesalahan.
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan
relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data
yang tidak perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja
diperlukan untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil
pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit

4. Jenis Kertas Kerja


Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis
tersebut meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3) memoranda
audit dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal penyesuaian dan
reklasifikasi.
 Kertas Kerja Neraca Saldo
Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo
buku besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit),
penyesuaian, saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah
diaudit). Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya
akan mempermudah pelaksanaan proses analitis tertentu.
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting
di dalam audit karena :
1. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item
yang dilaporkan dalam laporan keuangan
2. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
3. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan
Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan
keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kas. Dalam
kasus seperti ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat skedul
kelompok yang menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan
untuk item atau pos laporan keuangan ini.
 Skedul dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis
kertas kerja (working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk
menggambarkan setiap kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung item-
item dalam kertas kerja neraca saldo. Dalam paragraf sebelumnya telah
disebutkan bahwa apabila beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan
pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau
sering juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan
akun masing-masing buku besar yang adat dalam kelompok tersebut, skedul
utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis kertas kerja individu yang
memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun dalam kelompok
tersebut.
Setiap skedul atau analisis seringkali menunjukkan komposisi saldo
akun pada tanggal neraca (atau pada tanggal lain menurut kepentingan audit)
seperti yang terdapat pada kertas kerja A-1 pada contoh kertas kerja kas
terintegrasi. Contoh lain berupa sebuah daftar saldo pelanggan yang terdiri dari
saldo akun pengendali piutang usaha serta sebuah daftar investasi yang terdiri
dari saldo akun sekuritas yang dapat diperdagangkan.
 Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang
disusun oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-
komentar atas pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup
pekerjaan, (2) temuan-temuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh,
auditor dapat menulis sebuah memo yang berisikan ikhtisar dari lingkup
konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan-temuan, dan kesimpulan audit
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh.
Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk
mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :
 Salinan risalah rapat dewan direksi
 Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
organisasi
 Salinan kontrak-kontrak penting
 Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas
kesalah klien sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh
karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan akan dicatat oleh klien
sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal
reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar dengan
saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal reklasifikasi hampir sama
dengan ayat jurnal penyesuaian, namun pengaruh material pada ayat jurnal
reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu.
Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi pada
awalnya dirancang sebagai “ayat jurnal yang diusulkan”, karena pertimbangan
akhir yang harus dibuat auditor atas ayat jurnal tersebut mungkin tidak akan
terjadi sampai audit tersebut berakhir. Pada akhirnya susunan setiap ayat jurnal
yang diusulkan tersebut harus dicatat dalam kertas kerja. Namun, apabila klien
menolak untuk membuat ayat jurnal penyesuaian dan ayat jrunal reklasifikasi
yang dianggap penting oleh auditor, maka auditor akan melakukan modifikasi
seperlunya atas laporan auditor.
5.Menyusun kertas Kerja
Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja yang
baik adalah sebagai berikut ini :
1. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif
yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti “Rekonsilisasi
Bank-City Nasional Bank”, serta tanggal neraca atau periode yang menjadi
ruang lingkup audit.
2. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1,
dan seterusnya.
3. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari
kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi
referensi silang.
4. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan () yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam
auditor telah melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda
pengecekan tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi
tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas
kerja tersebut.
5. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan
masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut
harus membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini
diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang
dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai