Anda di halaman 1dari 11

STUDI KASUS

AUDIT INVESTIGASI

1
STUDI KASUS AUDIT INVESTIGASI

A. PENDAHULUAN

Pembahasan suatu kasus dari hasil audit investigasi dimaksudkan untuk


mengetahui fakta-fakta yang ditemukan selama audit investigasi berlangsung.
Dalam suatu audit investigasi, pemahaman auditor atas fakta-fakta yang
berindikasi tindak pidana korupsi sangatlah diperlukan. Hal ini untuk
mempermudah pihak yustisia ( penyidik ) mengidentifikasi unsur-unsur tindak
pidana korupsi yang terjadi. Dengan uraian dimaksud, penyidik dapat dengan
mudah mengungkapkan unsur-unsur tindak pidana yang diperoleh dari suatu
audit investigasi, sebagaimana ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 31
tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2002, yaitu :
a. Setiap orang
b. Melawan hukum
c. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
d. Dapat merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara

Untuk mendukung pengungkapan unsur-unsur tindak pidana korupsi di atas,


pengungkapan fakta dan proses kejadian harus dapat dengan jelas
mengambarkan :
a. Apa ( jenis penyimpangan yang terjadi )
b. Siapa ( pihak yang diduga terlibat dan bertanggungjawab )
c. Dimana ( tempat penyimpangan yang terjadi )
d. Bilamana ( waktu terjadinya penyimpangan )
e. Bagaimana penyimpangan dilakukan dan apa akibatnya ( termasuk berapa
kerugian keuangan negara dan atau perekonomian negara yang ditimbulkan )

Pengidentifikasian fakta dan proses kejadian pada suatu audit investigasi


bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Temuan hasil audit belum dapat secara
langsung dipergunakan oleh penyidik, karena dalam beberapa hal perlu
pemantapan dari penyidik terutama unsur melawan hukumnya..Hal ini terutama
disebabkan auditor tidak memiliki kewenangan seperti penyidik untuk memaksa
auditee ( auditan ) . Oleh karena itu, dalam audit investigasi auditor dituntut untuk
dapat mengembangkan kreativitasnya dan menerapkan teknik-teknik dan
prosedur audit yang tepat, agar dapat mengungkapkan penyimpangan yang
terjadi dengan jelas ( dalam bahasa hukum disebutkan membuat sesuatu
menjadi terang), serta didukung oleh bukti-bukti yang kompeten, relevan, dan
cukup untuk dipergunakan pada sidang pengadilan.

2
B. TAHAPAN DALAM AUDIT INVESTIGASI

Pada umumnya, suatu audit investigasi atas kasus yang berindikasi TPK dapat
dilakukan melalui 4 ( empat ) tahapan sebagai berikut :

- Tahap Penelaahan Informasi Awal


- Tahap Persiapan Audit Investigasi
- Tahap Pelaksanaan Audit Investigasi
- Tahap Penyusunan Laporan Hasil Audit Investigasi

Tahap Penelaahan Informasi Awal

Dalam tahap ini penelaahan dilakukan atas informasi ( laporan atau pengaduan )
mengenai ada tidaknya penyimpangan pada suatu unit kerja tertentu.
Penelaahan informasi awal dimaksudkan untuk dapat mengumpulkan informasi-
informasi dan bukti-bukti yang relevan dengan materi penyimpangan . Informasi
tersebut dapat diperoleh dari :
- Pelapor
- Hasil audit terdahulu yang ada di unit kerja auditor
- Unit kerja terkait

Pada penelaahan informasi tersebut, auditor harus memperhatikan dengan


seksama apakah dalam informasi yang diperoleh telah dapat digambarkan suatu
alur pikir logis mengenai apa, siapa, dimana, bilamana dan bagaimana
terjadinya peyimpangan terse but. Alur pikir yang demikian harus bermuara pada
suatu simpulan, apakah cukup atau tidak cukup kuat indikasi telah terjadi
penyimpangan yang berindikasi tindak pidana korupsi. Dalam hal auditor
memperoleh indikasi yang cukup kuat, auditor harus menyusun Resume
Penelaahan Awal yang berisikan hal-hal sebagai berikut :
- Sumber Informasi
- Materi Pengaduan
- Hipotesa Awal/ Hasil Telaahan
- Simpulan
Resume Penelaahan Awal yang sudah ditandatangani oleh penelaah
disampaikan kepada pimpinan untuk dapat membentuk Tim Audit Investigasi
Dalam hal informasi yang diperoleh tidak cukup, auditor sebaiknya tidak ragu-
ragu menyatakan audit investigasi tidak perlu dilakukan. Hal itu disebabkan
dalam tahap audit Investigasi, auditor telah harus membentuk tim yang mungkin
memerlukan biaya yang cukup besar, dan dapat menjadi pemborosan
dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkan oleh penyimpangan tersebut.

3
Tahap Persiapan Audit

Dalam tahap ini harus disusun audit program audit investigasi dengan
memperhatikan hasil penalaahan informasi awal yang diarahkan kepada
penilaian pengendalian manajemen , pengungkapan fakta-fakta dan proses
kejadian, pihak-pihak yang diduga terlibat/bertanggungjawab , bukti-bukti,
penyebab dan dampak penyimpangan. Bukti-bukti yang dikumpulkan adalah
seluruh bukti yang relevan dan kompeten untuk membuktikan unsur-unsur
tersebut di atas , dan memenuhi syarat-syarat bukti yang diterima menurut
KUHAP. Dalam penyusunan audit program dan pelaksanaannya menurut urutan
prioritas sebagai berikut :

- Pembuktian unsur TPK


- Pembuktian kasus Perdata
- Pembuktian unsur pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil menurut PP 30
/1980

Disamping menyusun audit program, dalam tahap persiapan audit juga


ditentukan jumlah dan kualifikasi personil auditor yang dibutuhkan, anggaran
waktu dan anggaran biaya pelaksanaan audit investigasi

Tahap Pelaksanaan Audit Investigasi

Pelaksanaan Audit Investigasi atas kasus penyimpangan yang berindikasi


merugikan keuangan negara sangat tergantung pada situasi, kondisi dan hasil
pengembangan temuan di lapangan. Oleh karena itu, para auditor diharapkan
dapat menciptakan suasana psikologis yang mendukung kelancaran tugas audit.
Hal ini perlu agar tim dapat memperoleh data tambahan untuk memperkuat
informasi yang diperoleh pada tahap penelaahan awal. Auditor juga harus tetap
melakukan pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan unit yang diaudit,
walaupun pimpinan unit tersebut diduga terlibat dalam kasus yang sedang
ditangani, namun demikian tetap harus berpegang pada asas praduga tidak
bersalah ( presume of innosence )
Pada saat pembicaraan pendahuluan, pimpinan unit yang diaudit pada umumnya
didampingi oleh pejabat-pejabat atau karyawan lain yang dianggap terlibat atau
mengetahui kejadian yang sebenarnya. Pada kesempatan ini tim auditor dapat
saja memperoleh petunjuk yang berharga, yang dapat dikembangkan dalam
langkah audit berikutnya .

Dalam bebarapa kasus, pada saat audit berlangsung tim audit dimungkinkan
meperoleh pengakuan dari salah seorang petugas atau karyawan yang
mengetahui kejadian. Secara psikologis, pengakuan ini dapat terjadi karena
karyawan yang bersangkutan merasa mendapat tekanan dan tidak kuat
menghadapi tekanan ( terlebih lagi apabila ia tidak memperoleh keuntungan
material atas kasus). Pada sisi lain, pengakuan dapat timbul karena keinginan

4
membantu auditor disebabkan selain merasa teman, juga mengaggap auditor
tidak akan tega melibatkannya dalam kasus. Oleh karena itu disamping
tergantung pada pengalaman dan kemahiran auditor menggunakan indera
ketujuh, serta penciptaan suasana yang kondusif, auditor dituntut pula untuk
dapat mengembangkan setiap informasi yang diperoleh dan menerapkan
prosedur serta teknik-teknik audit investigasi secara tepat.

Selanjutnya pada tahap ini perlu ditelaah lebih dalam mengenai


ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku atas kegiatan, struktur
organisasi kegiatan yang diaudit seperti: pembagian tugas dan tanggungjawab,
sistem pelimpahan wewenang, sifat, ukuran dan lokasi kegiatan yang diaudit,
jumlah serta kualifikasi karyawan pada tiap-tiap bagian atau unit kerja yang
diaudit termasuk daftar nama dan data-data pribadi; jenis, harga dan lokasi
peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan; kebijakan-kebijakan umum yang
dibuat pimpinan unit kegiatan untuk melaksanakan kegiatan yang diaudit;
metode – metode kerja dan prosedur-prosedur pelaksanaan kegiatan; hal-hal
lain yang tidak terdokumentasi seperti hubungan keterkaitan antar personel pada
unit organisasi serta informasi penting lainnya yang dianggap perlu diketahui.
Dalam pelaksanaan audit, seluruh personil auditor sebaiknya bebas
mengembangkan dan mengajukan pendapat masing-masing,walaupun informasi
yang diperoleh tidak sepenuhnya berindikasi tindak pidana korupsi. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan keyakinan yang tinggi dalam rangka
identifikasi bahwa sistem pengendalian manajemen tidak mengandung atau
mengandung kelemahan yang memungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi.
kebijakan dan pengendalian internal pada kasus yang merugikan keuangan
negara tersebut.
Pelaksanaan program audit harus difokuskan pada pengujian hipotesa tentang
jenis penyimpangan untuk mengungkapkan :

- Fakta-fakta dan proses kejadian


- Sebab dan dampak penyimpangan
- Pihak-pihak yang diduga terlibat/bertanggungjawab atas kerugian
keuangan negara
- Bukti-bukti yang mendukung

Hal paling utama yang perlu diperhatikan dalam audit investigasi adalah
pembuktian. Pembuktian atau pengumpulan bukti-bukti dapat dilakukan
berdasarkan pengembangan informasi yang diperoleh pada saat audit.
Pembuktian tersebut dimaksudkan terutama untuk membandingkan keadaan
sebenarnya ( berdasarkan informasi yang diperoleh ), dan keadaan seharusnya.
Dalam audit salah satu teknik untuk pembuktian ini dapat dilakukan dengan
Berita Acara Klarifikasi ( BAK ). BAK berbeda dengan Berita Acara Pemeriksaan
( BAP ), karena BAP hanya dapat dilakukan oleh penyidik, sedangkan auditor
bukan seorang penyidik. BAK memuat tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau dialami sendiri oleh pemberi klarifikasi atau uraian kembali
yang benar perihal yang diberitahukan kepadanya oleh orang lain. BAK harus

5
berisikan hal-hal yang benar, dan tidak boleh menyebutkan kesimpulan-
kesimpulan atau pendapat sendiri. BAK dapat digunakan untuk pemeriksaan
indikasi penyimpangan tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara,
khususnya sebagai bukti –bukti dari tersangka pelaku penyimpangan baik yang
kesalahannya sudah pasti maupun belum pasti, atau saksi-saksi yang dapat
mendukung terungkapnya modus operandi ataupun orang-orang yang terkait
dengan penyimpangan yang sedang diaudit atau yang dapat memperjelas
duduk persoalan yang sedang diperiksa.

Tahap Pelaporan Hasil Audit Investigasi

Pelaporan hasil audit atas kasus penyimpangan yang berindikasiTPK maupun


Perdata harus diarahkan kepada dua tujuan yitu :

1. Dapat menunjang pelaksanaan penegakan hukum oleh Penyidik


2. Dapat memudahkan Pimpinan Auditan dalam melakukan tindak lanjut yang
diperlukan.

Dalam Laporan hasil Audit Investigasi, minimal harus berisikan :

1. Dasar Penugasan Audit


2. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit
3. Data obrik/ kegiatan yang diaudit
4. Dasar hukum obrik dan kegiatan yang diaudit
5. Materi temuan

(1) Jenis Penyimpangan


(2) Pegungkapan Fakta-fakta dan Proses Kejadian
(3) Penyebab dan Dampak Penyimpangan
(4) Pihak-pihak Diduga Terlibat/Bertanggungjawab
(5) Bukti yang Diperoleh

6. Kesepakatan dan Pelaksanaan Tindak Lanjut dengan Auditan


7. Kesepakatan dengan Pihak Instansi Penyidik ( untuk kasus yang
berindikasikan TPK dan Perdata )

6
Mark-up harga pengadaan tanah pada
PT. ABC ( Persero )

Tahun 2000 Direktur PT. ABC ( Persero ) memerintahkan bagian gudang dan
perbekalan untuk melakukan inventarisasi terhadap aktiva tetap ( kendaraan,
mesin-mesin ) yang telah rusak berat dan tidak layak lagi untuk diperbaiki
kalaupun diperbaiki akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Disamping
itu juga terdapat aktiva tetap tanah dan bangunan yang tidak produktif serta
barang-barang inventaris yang juga tidak dapat digunakan lagi. Asset
tersebut tersebar di bebarapa lokasi yaitu; Bandung, Surabaya, Medan dan
Makassar. Menurut data akuntansi nilai perolehan aktiva tetap dan barang-
barang inventaris tersebut Rp 1.750.000.000,00 dan nilai buku per 31
Desember 2000 sebesar Rp 517.500.000,00 .

Kemudian berdasarkan daftar tersebut, dengan surat No. 17/ AA-01.03/2001


tanggal 17 Maret 2001 yang ditandatangani oleh Direktur Utama
mengajukan usulan penghapusan dan penjualan asset yang tidak produktif
tersebut. Usulan tersebut mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan
sesuai suratnya No. S- 00XX /MK.05/2001 tanggal 7 Juli 2001 tentang
persetujuan penghapusan dan penjualan aktiva tetap dan barang inventaris
tersebut . Dalam surat tersebut Menteri Keuangan ditetapkan bahwa hasil
penjualan aktiva tetap tersebut agar digunakan untuk menambah likuiditas
perusahaan.

Setelah memperoleh dan berdasarkan surat persetujuan dari Menteri


Keuangan tersebut, Direktur Utama PT. ABC ( Persero ) membentuk Panitia
Penjualan dan Relokasi Asset Berupa Tanah dan Bangunan dengan Surat
Keputusan Direksi PT. ABC ( Persero ) No. 7/D/SK/VIII/2001 tanggal 20
Agustus 2001. Konsep SK Direksi tersebut dipersiapkan oleh Kabag Hukum
& Klaim. Oleh Kabag Hukum & Klaim dalam SK tersebut ditambahkan
kegiatan “ relokasi asset “ dan dimasukkan dalam kegiatan “ penjualan asset
“. Tugas tim tersebut antara lain melaksanakan kegiatan penjualan dan
pembelian tanah dan bangunan sebagai pengganti terhadap asset yang
dijual.

Sebelum konsep SK Direksi tentang pembentukkan Panita Penjualan dan


Relokasi Asset Berupa Tanah dan Bangunan dibuat dan disahkan oleh
Direktur Utama PT. ABC (Persero ) , Kabag Hukum & Klaim PT. ABC
( Persero ) melalui telepon telah meminta kepada Kepala Bagian Pemasaran
Bandung untuk mencari informasi mengenai harga tanah sebagai pengganti
tanah & bangunan kantor Pemasaran Bandung yang dijual tahun 1999 yang
lalu. Permintaan tersebut dijawab oleh Kepala Pemasaraan Bandung melaui
facs No. 037/Fac.Bdg/VIII/2001 tanggal 9 Agustus 2001 kepada Kepala

7
Bagian Hukum & Klaim yang menginformasikan ada 3 ( tiga ) lokasi altrernatif
dan mengusulkan membeli salahsatunya yaitu sebidang tanah di Jalan
Majapahit No. 107 Bandung seluas 2.700 M2 dengan harga penawaran Rp
1.200.000,00/M2.

Menyusul facs no. 037 tertanggal 9 Agustus 2001, Kepala Bagian Pemasaran
Bandung mengusulkan pembelian tanah yang dimaksud dengan mengirim
surat kepada Direktur Keuangan PT. ABC ( Persero ) selaku Ketua Tim
Panitia Penjualan dan Relokasi Asset Berupa Tanah dan Bangunan sesuai
suratnya No. 13/AG.06.09/2001 tanggal 1 Nopember 2001 perihal
penawaran sebidang tanah untuk relokasi kantor/gudang yang terletak di
Jalan Majapahit No. 107 ( sertifikat HM No. 2379 Tgl 14-2-2001 seluas
2.700 M2 dengan harga per M2 sebesar Rp 1.025.000,00

Kemudian setelah SK Direksi tentang Panitia Penjualan dan Relokasi Asset


Berupa Tanah dan bangunan disahkan oleh Direktur Utama, Kepala Bagian
Hukum & Klaim meneruskan informasi mengenai harga tanah tersebut
kepada Direktur Keuangan PT. ABC ( Persero ). Direktur Keuangan PT.ABC(
Persero ) selaku Ketua Tim Penjualan dan Relokasi Asset BerupaTanah dan
Bangunan menugaskan Sdr. Suyatno sebagai Kepala Biro Adm & Keuangan
dan Sdr. Hafid salah seorang Penliti pada Biro Litbang untuk melakukan
penelitian dan penjajakan beberapa alternatif lokasi tanah pengganti. Sesuai
laporan tim evaluasi kepada Direktur Keuangan PT. ABC ( Persero )
tertanggal 25 September 2001, menyimpulkan bahwa alternatif lokasi
terbaik adalah tanah di lokasi Jl. Majapahit No. 107 Bandung seluas 2.700
M2.

Berdasarkan surat Kepala bagian Pemasaran Bandung No. 13/


AG.06.09/2001 tanggal 1 Nopember 2001 , Direktur Keuangan PT. ABC
( Persero ) selaku Ketua Tim Penitia Penjulan dan Relokasi Asset Berupa
Tanah dan Bangunan sesuai disposisinya tanggal 6 Nopember 2001
memerintahkan Kepala Biro Adm & Keuangan dan Kepala Biro Litbang dan
Kepala Bagian Hukum dan Klaim selaku anggota Tim Penjualan dan Relokasi
Asset Berupa Tanah dan Bangunan untuk melakukan pengecekan dan
penelitian surat-surat yang terkait dengan tanah yang ditawarkan dan agar
dilakukan negosiasi. Kewajiban sesuai disposisi tersebut tidak dilaksanakan
oleh Kepala Biro Adm & Keuangan dan Kepala Biro Litbang, namun Kepala
Bagian Hukum & Klaim tanpa melibatkan Kepala Biro Adm & Keuangan dan
Kabiro Litbang tetapi bersama sama dengan Kepala bagian Pemasaran
Bandung pada tanggal 3 Desember bertempat di Restourant Cinta Abadi Jl.
Mawar No. 7 Bandung telah melakukan negosisi harga dengan pihak penjual
( Sdr. Liong Ko Ban ) Dalam hal ini Sdr. Liong Ko Ban menggunakan jasa
perantara sdr. Sutoyo dan Sdr. Sahadi. Hasil negosiasi disepakati harga per
M2 sebesar Rp 1.000.000,00 sehingga harga seluruhnya tanah tersebut
adalah Rp 2.700.000.000,00

8
Pembayaran atas pembelian tanah tersebut dilakukan oleh PT. ABC
( Persero ) Pusat dengan cara transfer uang ke rekening PT. ABC ( Persero )
Kantor Pemasaran Bandung, kemudia diterbitkan cek tunai Bank Mandiri
Cabang Bandung rekening nomor : 75007655 dengan cek CA 600788
tanggal 12 Desember 2001 yang diterima oleh Sdr. Eko Hartadi. Cek tersebut
dicairkan oleh Eko Hartadi melalui clearing Bank Cantral Asia Cabang
Bandung tanggal 12 Desember 2001 ke rekening No. 3001002731 atas nama
Sdr. Liong Ko Ban sebesar Rp 2.700.000.000,00

Tanggal 10 Agutus 2002 ada pengaduan masyarakat mengenai adanya


dugaan KKN dalam pengadaan tanah oleh PT. ABC ( Persero ) Kabtor
Pemasaran Bandung dengan pihak penjual.

Dari hasil pengembangan penelaahan informasi awal dan setelah dilakukan


Audit Investigasi diperoleh informasi sbb :

1. Dalam SK Menteri Keungan tentang perstujuan penghapusan dan


penjulan aktiva tetap dan barang invetaris No.
tanggal ternyata tidak mencakup tentang pengadaan
tanah untuk Kantor Pemasaran Bandung. Demikian juga dalam RAKP
PT.ABC( Persero ) tahun 2001 yang telah mendapat persetujuan dari
RUPS juga tidak mencamtumkan pengadaan tanah untuk Kantor
Pemasaran Bandung.

2. Lokasi tanah yang dibeli ternyata berada tepat dibawah tegangan tinggi
milik PT. PLN ( Persero ) dan sesuai surat keterangan rencana kota dari
Dinas Tata Kota & Bangunan Pemkot Badung nomor 591/227/UPT/2002
tertanggal 7 Maret 2002 serta Perda No. 1 Tahun 1999 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kodya Dati II Bandung, di bawah tegangan tinggi
tersebut akan dibuat jalan selebar 10 M. Setelah diukur lokasi tanah yang
terkena jalan seluas 1.300 M2 dan dibawah tegangan tinggi tersebut
tidak diijinkan untuk mendirikan bangunan.

3. Menurut keterangan perantara Sdr. Sutoyo sesuai pernyatan ybs tanggal


23 September 2002 menyatakan bahwa harga jual sebenarnya tanah
tersebut sebesar Rp 750.000 per M2 sedangkan harga yang dibayar PT.
ABC ( Persero ) per M2 adalah Rp 1.000.000,00 dan dari keterangan
perantara sdr. Sahadi juga diperoleh keterangan harga tanah sebenarnya
adalah Rp 750.000 per M2. Dalam transakasi ini Sutoyo mengaku
menerima jasa sebesar Rp 55.000 per M2 dan Sdr. Sahadi menerima Rp
30.000 per M2

9
4. Dari keterangan pihak perantara Sdr. Sutoyo dan Sdr. Sahadi kemudian
dilakukan konfirmasi kepada pihak penjual dan diperoleh fakta-fakta
bahwa Sdr. Eko Hartadi menditribusikan uang ke pihak-pihak yang
terlibat dalam jual beli tanah tersebut yaitu : (a ) diberikan kepada
Kepala Bagian Pemasaran Bandung dengan cek Bank Maspion Rp
350.000.000,00 sesuai pernyataan Kepala Bagian Pemasaran Bandung
dan Liong Ko Ban tertanggal 9 Oktober 2002 (b) diberikan kepada
Perantara Sutoyo dengan cek Bank Maspion sebesar Rp 148.500.000,00
sebagai jasa perantara dan Sdr. Sahadi dengan cek Bank Maspion
sebesar Rp 81.000.000 sebagai jasa perantara.

5. Sdr. Liong Ko Ban juga menjelaskan untuk pengurusan tandatangan dan


urusan kekelurahan dan RT ia mengeluarkan dana sebesar Rp
67.500.000,00

6. Sesuai surat pernyataan Sdr. Kepala Bagian Pemasaran Bandung tanggal


9 Oktober 2002 , cek Bank Maspion yang diterima senilai Rp
350.000.000,00 kemudian diklearingkan di rekening BCA Cabang
Bandung dengan nomor rekening 0090143442 atas nama isterinya.
Kemudian dana tersebut didistribusikan oleh Kepala Pemasaran Bandung
kepada (a) Kepala Biro Adm & Keuangan dengan cara transfer tanggal
13 Desember 2001 ke Rek. 5200051xx atas nama ybs di BCA Jakarta
sebesar Rp 245.000.000,00 (b) Sdr. Sudrajat ( staf Kantor Pemasaran
Bandung ) sebesar Rp 32.500.000,00 (c) diberikan tunai kepada Sdr.
Darta sebesar Rp 3.000.000 dan Sdr. Jakob Rp 2.500.000

7. Sesuai surat pernyataan Kepala Biro Adm & Keuangan tanggal 22


Oktober 2002 , jumlah uang yang diterimanya dari Kepala Bagian
Pemasaran Bandung sebesar Rp 245.000.000,00 dengan alasan komisi .
Dari jumlah tersebut antara lain uangnya diberikan kepada : (a) Kepala
Biro Hukum & Klaim sebesar Rp 25.000.000,00 dengan transfer tanggal
11 Januari 2002 ke rekening BCA No. 0640034xxx atas nama isterinya.
( b) Kepala Bagian Pemasaran Bandung sebesar Rp 65.000.000,00
dengan cara transfer tanggal 4 Januari 2002 ke rekening BCA No.
0090143xxx atas nama isteri Kepala bagian Pemasaran Bandung.

Dari Kasus tersebut saudara diminta untuk:

10
1. Menentukan ASIDIBIBAG
2. Uraikan fakta dan proses kejadian
3. Berdasarkan analisis Saudara ( dengan menggunakan kriteria peraturan
perundang-undangan yang berlaku ) berikan argumentasi untuk menjawab
pertanyaan apakah terjadi indikasi Tindak Pidana Korupsi atas kasus diatas
4. Tentukan pejabat yang diduga terlibat atau dapat dimintai
pertanggungjawaban
5. Tentukan besarnya kerugian keuangan negara
6. Buatkan analisis unsur menguntungkan pribadi atau orang lain.

Catatan :

Nama-nama penjabat dan jabatannya :

1. Ir. Suhartono Imam : Direktur Utama PT. ABC ( Persero )


3. Djaja Suherman, SE. : Direktur Keuangan
4. Otong Handoyo, SH : Kabag Hukum & Klaim
5. Ir. Abdul Hamid : Kepala Pemasaran Cabang Bandung
6. Sudrajat : Staf Bendahara PT. ABC ( Persero ) Cab.Pemasaran
Bandung
7.

11

Anda mungkin juga menyukai