Disusun oleh :
Kelompok 6
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
BAB I – PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II – PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Audit Khusus.......................................................................................................2
Audit Investigasi .................................................................................................2
Tujuan Audit Investigasi.....................................................................................2
Praktik Audit Investigasi......................................................................................3
Tekhnik yang digunakan dalam audit investigas................................................4
B. Audit Forensik.....................................................................................................5
Perbandingan Audit Forensik Dengan
Audit Tradisional (Keuangan) ............................................................................6
Tujuan dan Praktik Ilmu Audit Forensik .............................................................6
Tugas Auditor Forensik.......................................................................................8
Peranan Auditor Forensik ..................................................................................8
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit yang dilaksanakan oleh auditor independen di Indonesia kebanyakan adalah audit
terhadap laporan keuangan historis, yang pada umumnya terpaksa dilakukan untuk memenuhi
permohonan kredit bank dalam jumlah relatif besar, kewajiban nasabah mengirimkan laporan
auditan selama kredit belum lunas, persyaratan/ ketentuan pasar modal atau melaksanakan
ketentuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan.
Audit khusus dan audit forensik memang relatif lebih sulit pelaksanaannya di banding
audit terhadap laporan keuangan historis sehingga merupakan suatu tantangan untuk dipelajari
para akuntan, namun merupakan lapangan kerja baru bagi auditor independen. Lebih-lebih untuk
audit forensik sesuai hukum di Indonesia memang harus dilaksanakan oleh akuntan sebagai
orang ahli dan bila menolak ada sanksinya.
B. Rumusan Masalah
1. Audit Khusus
2. Audit Forensik
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Audit khusus
2. Untuk mengetahui Audit Forensik
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Audit Khusus
Audit khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu
ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan
investigative
Audit Investigasi
Istilah audit investigasi di lingkungan lembaga pemerintahan seperti BPK sudah umum
dan sering dipakai oleh BPK, BPKP dan KPK, sedangkan menurut Indonesian Corruption Watch
(2004)
1. Pelaku investigatif digolongkan menjadi dua yaitu: 1) Investigasi internal dilakukan oleh
BPK, BPKP, KPK, Inteljen, SPI.
2. Investigasi eksternal (publik) dilakukan oleh Ormas, LSM, Parpol, dan wartawan.
Menurut BPK-RI sendiri pengertian audit investigasi ialah pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengungkapkan ada tidaknya indikasi kerugian negara atau daerah dan atau unsur
pidana. ICW (2004, 3) membagi tahapan pelaksanaan audit investigatif menjadi 8 tahap yaitu:
petunjuk awal, pengembangan informasi awal, wawancara ahli dan pendalaman literatur,
pencarian informasi dan dokumen, pengorganisasian data dan menganalisis, pelaporan,
pengumuman hasil ke pihak internal, serta pengumuman hasil kepada public.
2
Praktik Audit Investigasi
Praktik audit Investigasi sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Tahap perencanaan
Perencanaan audit Investigatif dilakukan setelah adanya informasi awal, kemudian
organisasi pengawas membentuk tim Audit Investigasi. Pelaksanaan Audit Investigasi
harus dilakukan oleh auditor yang kompeten, memiliki integritas serta independensi.
Tugas pertama tim tersebut menelaah informasi awal tersebut. Pada tahap ini tim harus
menentukan:
a. Jenis-jenis penyimpangan yang terjadi
b. Modus operandi
c. Sebab-sebab penyimpangan
d. Unsur-unsur kerjasama
e. Pihak-pihak yang terlibat
f. Estimasi besarnya kerugian negara atau daerah akibat kasus korupsi tersebut.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini tim harus memperoleh bukti audit yang memperkuat dugaan
tindakan pidana korupsi. Bukti diperoleh dengan cara-cara:
a. Inspeksi,
b. Observasi
c. Wawancara
d. Konfirmasi
e. Analisis
f. Pemeriksaan bukti tertulis
g. Perbandingan
h. Rekonsiliasi
i. Penelusuran
j. Perhitungan kembali
k. Penelahaan
l. Review analitis, dan
m. Pemaparan
3. Tahap Pelaporan
Pelaporan hasil audit investigatif harus memenuhi unsur
a. Akurat
3
b. Jelas
c. Berimbang
d. Relevan, dan
e. Tepat waktu.
4
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif umumnya
sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan terjadi
perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
6. Net Worth Method
Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum.
Pemerikasan dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan dibayar
setiap tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari penyelidikan.
Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.
7. Follow The Money
Berarti mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang tersebut
berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya memberi kesan
tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana bisa mengalir secara
bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di satu atau beberapa tempat
penghentian terakhir. Tempat inilah yang memberikan petunjuk kuat mengenai pelaku
fraud.
5
forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk
memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik
digunakan untuk mendeteksi kemungkinankemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan.
Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal terjadinya
fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal ini,
audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.
6
dinilainya risiko terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun
sistem yang bisa menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.
2. Deteksi dan investigasi fraud
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan
adanya fraud dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara
hukum yang berlaku. Jenisjenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian
uang, penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya
3. Deteksi kerugian keuangan
Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian
keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud
4. Kesaksian ahli (Litigation Support)
Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik
yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus
yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-
data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
5. Uji Tuntas (Due diligence)
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan
guna penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan
guna memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk
menilai kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan
KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud
Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam
lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya
digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi
saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko
fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.
Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi hasil
yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK maupun
KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu mengungkap
penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar Rp144,5 Trilyun.
Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank swasta nasional.
Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank Century yang dilakukan
7
BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena faktor politis yang sedemikian
kental dalam kasus tersebut.
8
tetapi, tidak menutup kemungkinan, audit forensik diperlukan untuk pembuktian pada kasuskasus
penipuan.
Audit Forensik dapat diterapkan dalam kasus
1. kecurangan bisnis atau kecurangan pegawai seperti transaksi tidak sah,manipulasi
laporan keuangan.
2. Investigasi kasus kriminal seperti Money-laundering , kejahatan asuransi.
3. Perselisihan antar pemegang saham atau partnership.
4. Kerugian bisnis atau perusahaan.
5. Perselisihan perkawinan.
Objek audit forensik adalah informasi keuangan yang mungkin (diduga) mengandung
unsur penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud bisa berupa tindakan merugikan keuangan
perusahaan, seseorang, atau bahkan negara. Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa
dijadikan salah satu alat bukti bagi penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan suatu
kasus hukum perdata. Tidak menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti baru
untuk tindakan yang menyangkut hukum pidana, seperti penipuan.
Dalam kasus semacam ini, auditor dituntut harus benar-benar independen. Meskipun
penugasan auditdiberikan oleh salah satu pihak yang bersengketa, independensi auditor harus
tetap dijaga. Auditor tidak boleh memihak pada siapa-siapa. Setiap langkah, kertas kerja,
prosedur, dan pernyataan auditor adalah alat bukti yang menghasilkan konskuensi hukum pada
pihak yang bersengketa.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Audit khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus,
diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan
tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan
pemeriksaan investigative. audit investigasi ialah pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengungkapkan ada tidaknya indikasi kerugian negara atau daerah dan atau unsur pidana.
Tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh
ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti
sesuai dengan acara hukum pembuktian yang berlaku.
Tujuan audit forensik sangat khusus sehingga penyusunan program maupun
pelaksanaan auditnya sangat berbeda dengan audit biasa karena digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten sehingga kasus kriminal yang sedang
ditangani dapat terungkap.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya amat dibutuhkan auditorauditor yang memiliki
karakteristik khusus seperti memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner (CFE)
untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi dari
lembaga Dalam Negeri yang bisa di percaya untuk mengungkapkan informasi yang akurat,
obyektif, dan dapat menemukan adanya penyimpangan. Kasus yang biasa di hadapi
penyelewengan terhadap catatan-catatan akuntansi, penyimpangan prosedur akuntansi dan
korupsi, juga memeriksa kasus-kasus tuntutan perdata seperti ganti rugi, asuransi,
persengketaan pemegang saham dan perusahaan sampai pada gugatan pembagian harta akibat
perceraian.
10