Anda di halaman 1dari 12

AUDIT KHUSUS DAN AUDIT FORENSIK

Disusun oleh :
Kelompok 6

Muhammad Fadil Asri (A062211040)


Meysin (A062211041)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

BAB I – PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1

BAB II – PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Audit Khusus.......................................................................................................2
Audit Investigasi .................................................................................................2
Tujuan Audit Investigasi.....................................................................................2
Praktik Audit Investigasi......................................................................................3
Tekhnik yang digunakan dalam audit investigas................................................4
B. Audit Forensik.....................................................................................................5
Perbandingan Audit Forensik Dengan
Audit Tradisional (Keuangan) ............................................................................6
Tujuan dan Praktik Ilmu Audit Forensik .............................................................6
Tugas Auditor Forensik.......................................................................................8
Peranan Auditor Forensik ..................................................................................8

BAB III – PENUTUP ......................................................................................................10


A. KESIMPULAN.....................................................................................................10

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Audit yang dilaksanakan oleh auditor independen di Indonesia kebanyakan adalah audit
terhadap laporan keuangan historis, yang pada umumnya terpaksa dilakukan untuk memenuhi
permohonan kredit bank dalam jumlah relatif besar, kewajiban nasabah mengirimkan laporan
auditan selama kredit belum lunas, persyaratan/ ketentuan pasar modal atau melaksanakan
ketentuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan.
Audit khusus dan audit forensik memang relatif lebih sulit pelaksanaannya di banding
audit terhadap laporan keuangan historis sehingga merupakan suatu tantangan untuk dipelajari
para akuntan, namun merupakan lapangan kerja baru bagi auditor independen. Lebih-lebih untuk
audit forensik sesuai hukum di Indonesia memang harus dilaksanakan oleh akuntan sebagai
orang ahli dan bila menolak ada sanksinya.

B. Rumusan Masalah
1. Audit Khusus
2. Audit Forensik

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Audit khusus
2. Untuk mengetahui Audit Forensik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Audit Khusus
Audit khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu
ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan
investigative

Audit Investigasi
Istilah audit investigasi di lingkungan lembaga pemerintahan seperti BPK sudah umum
dan sering dipakai oleh BPK, BPKP dan KPK, sedangkan menurut Indonesian Corruption Watch
(2004)
1. Pelaku investigatif digolongkan menjadi dua yaitu: 1) Investigasi internal dilakukan oleh
BPK, BPKP, KPK, Inteljen, SPI.
2. Investigasi eksternal (publik) dilakukan oleh Ormas, LSM, Parpol, dan wartawan.
Menurut BPK-RI sendiri pengertian audit investigasi ialah pemeriksaan yang bertujuan
untuk mengungkapkan ada tidaknya indikasi kerugian negara atau daerah dan atau unsur
pidana. ICW (2004, 3) membagi tahapan pelaksanaan audit investigatif menjadi 8 tahap yaitu:
petunjuk awal, pengembangan informasi awal, wawancara ahli dan pendalaman literatur,
pencarian informasi dan dokumen, pengorganisasian data dan menganalisis, pelaporan,
pengumuman hasil ke pihak internal, serta pengumuman hasil kepada public.

Tujuan Audit Investigasi


Tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh
ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau Tujuan audit investigatif adalah
mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang-undangan yang
berlaku atau Audit investigasi lebih dalam dan lebih luas dari audit atas laporan keuangan,
karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan akuntan forensik, akan diuji dalam
persidangan (pengadilan atau di luar pengadilan). Pengujian inilah yang akan menentukan
apakah bukti dan barang bukti ini dapat menjadi alat bukti yang dapat memberikan keyakinan
kepada majelis hakim (di dalam pengadilan) atau arbitrators (di luar pengadilan).

2
Praktik Audit Investigasi
Praktik audit Investigasi sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Tahap perencanaan
Perencanaan audit Investigatif dilakukan setelah adanya informasi awal, kemudian
organisasi pengawas membentuk tim Audit Investigasi. Pelaksanaan Audit Investigasi
harus dilakukan oleh auditor yang kompeten, memiliki integritas serta independensi.
Tugas pertama tim tersebut menelaah informasi awal tersebut. Pada tahap ini tim harus
menentukan:
a. Jenis-jenis penyimpangan yang terjadi
b. Modus operandi
c. Sebab-sebab penyimpangan
d. Unsur-unsur kerjasama
e. Pihak-pihak yang terlibat
f. Estimasi besarnya kerugian negara atau daerah akibat kasus korupsi tersebut.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini tim harus memperoleh bukti audit yang memperkuat dugaan
tindakan pidana korupsi. Bukti diperoleh dengan cara-cara:
a. Inspeksi,
b. Observasi
c. Wawancara
d. Konfirmasi
e. Analisis
f. Pemeriksaan bukti tertulis
g. Perbandingan
h. Rekonsiliasi
i. Penelusuran
j. Perhitungan kembali
k. Penelahaan
l. Review analitis, dan
m. Pemaparan
3. Tahap Pelaporan
Pelaporan hasil audit investigatif harus memenuhi unsur
a. Akurat

3
b. Jelas
c. Berimbang
d. Relevan, dan
e. Tepat waktu.

Tekhnik yang digunakan dalam audit investigasi


Dalam melakukan audit investigasi, terdapat beberapa teknik yang dapat dipergunakan.
Tujuh di antaranya, ialah:
1. Memeriksa Fisik
Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan
2. Meminta informasi dan konfirmasi
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk berbohong.
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk menegaskan
kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi dapat diterapkan
untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan. Harus diperhatikan
apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya kepentingan dalam audit investigatif.
Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya
3. Memeriksa Dokumen
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen
menjadi lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah, disimpan,
dan dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa dokumen mencakup
komputer forensik.
4. Review Analitikal
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya dulu
(think analytical first!). Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang membawa
auditor pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data individual disimpulkan
dari gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan wajar atau tidak diperoleh dari
perbandingan terhadap benchmark. Kesenjangan antara apa yang dihadapi dengan
benchmark: apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah merumuskan patokan.
5. Menghitung Kembali (Reperform)

4
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif umumnya
sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan terjadi
perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
6. Net Worth Method
Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum.
Pemerikasan dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan dibayar
setiap tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari penyelidikan.
Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.
7. Follow The Money
Berarti mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang tersebut
berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya memberi kesan
tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana bisa mengalir secara
bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di satu atau beberapa tempat
penghentian terakhir. Tempat inilah yang memberikan petunjuk kuat mengenai pelaku
fraud.

B. Pengertian Audit Forensik


Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk
membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal
yang bisa diperdebatkan di muka hukum/pengadilan.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting/auditing
merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal yang sama,
yaitu:“Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative skills to
provide quantitative financial information about matters before the courts.”
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA)
Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang
dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif”.
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan criteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.Karena sifat dasar dari audit forensik
yang berfungsi untuk memberikan bukti di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit

5
forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk
memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik
digunakan untuk mendeteksi kemungkinankemungkinan risiko terjadinya fraud atau kecurangan.
Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal terjadinya
fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal ini,
audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.

Perbandingan Audit Forensik Dengan Audit Tradisional (Keuangan)


Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah pada
masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik audit yang
digunakan. Teknikteknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa dokumen,
observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang
digunakan sangatlah kompleks
Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah pada
masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik audit yang
digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa dokumen,
observasi fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang
digunakan sangatlah kompleks

Tujuan dan Praktik Ilmu Audit Forensik


Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis kecurangan
(fraud). Penggunaan auditor untuk melaksanakan audit forensik telah tumbuh pesat.
Untuk mendukung proses identifikasi alat bukti dalam waktu yang relatif cepat, agar dapat
diperhitungkan perkiraan potensi dampak yang ditimbulkan akibat perilaku jahat yang dilakukan
oleh kriminal terhadap korbannya, sekaligus mengungkapkan alasan dan motivitasi tindakan
tersebut sambil mencari pihak-pihak terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dengan perbuatan tidak menyenangkan dimaksud.
Sedangkan praktik ilmu audit forensic adalah sebagai berikut yaitu
1. Penilaian risiko fraud
Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit
forensic yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-
perusahaan swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan

6
dinilainya risiko terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun
sistem yang bisa menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.
2. Deteksi dan investigasi fraud
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan
adanya fraud dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara
hukum yang berlaku. Jenisjenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian
uang, penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya
3. Deteksi kerugian keuangan
Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian
keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud
4. Kesaksian ahli (Litigation Support)
Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik
yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus
yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-
data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
5. Uji Tuntas (Due diligence)
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan
guna penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan
guna memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk
menilai kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan
KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud
Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam
lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya
digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi
saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko
fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.
Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi hasil
yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh BPK maupun
KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK mampu mengungkap
penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari total BLBI sebesar Rp144,5 Trilyun.
Temuan tersebut berimbas pada diadilinya beberapa mantan petinggi bank swasta nasional.
Selain itu juga ada audit investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank Century yang dilakukan

7
BPK meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena faktor politis yang sedemikian
kental dalam kasus tersebut.

Tugas Auditor Forensik


Seorang auditor forensik harus memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud
Examiner (CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk
sertifikasi dari lembaga Dalam Negeri. Dengan sertifikasi tersebut menunjukkan seseorang
dimaksud telah mempunyai kemampuan khusus atau spesialis dalam mencegah dan
memberantas kejahatan perbankan atau fraud lainnya. Sertifikat CFE maupun CFr.E merupakan
wujud sebuah pengakuan dengan standar tertinggi yang memiliki keahlian dalam semua aspek
dari profesi anti fraud.
Auditor forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation).
Disamping tugas auditor forensik untuk memberikan pendapat hukum dalam pengadilan
(litigation), ada juga peran auditor forensik dalam bidang hukum di luar pengadilan (non
litigation), misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam
sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak
pemutusan/pelanggaran kontrak.
Akuntansi forensik dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
1. Jasa penyelidikan (investigative services)
Jasa Penyelidikan mengarahkan pemeriksa penipuan atau auditor penipuan, yang mana
mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penipuan, dan misinterpretasi
2. Jasa litigasi (litigation services).
Jasa litigasi merepresentasikan kesaksian dari seorang pemeriksa penipuan dan jasa-jasa
akuntansi forensik yang ditawarkan untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang
dialami dalam kasus perceraian. Sehingga, tim audit harus menjalani pelatihan dan
diberitahu tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di dalam praktek audit dan
kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu memecahkan masalah.

Peranan Auditor Forensik


Dalam beberapa artikel dan literatur, pembahasan Audit forensik lebih mengarah ke kasus
kecurangan (fraud) kepada kasus pembuktian penyimpangan keuangan atau korupsi. Akan

8
tetapi, tidak menutup kemungkinan, audit forensik diperlukan untuk pembuktian pada kasuskasus
penipuan.
Audit Forensik dapat diterapkan dalam kasus
1. kecurangan bisnis atau kecurangan pegawai seperti transaksi tidak sah,manipulasi
laporan keuangan.
2. Investigasi kasus kriminal seperti Money-laundering , kejahatan asuransi.
3. Perselisihan antar pemegang saham atau partnership.
4. Kerugian bisnis atau perusahaan.
5. Perselisihan perkawinan.
Objek audit forensik adalah informasi keuangan yang mungkin (diduga) mengandung
unsur penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud bisa berupa tindakan merugikan keuangan
perusahaan, seseorang, atau bahkan negara. Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa
dijadikan salah satu alat bukti bagi penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan suatu
kasus hukum perdata. Tidak menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti baru
untuk tindakan yang menyangkut hukum pidana, seperti penipuan.
Dalam kasus semacam ini, auditor dituntut harus benar-benar independen. Meskipun
penugasan auditdiberikan oleh salah satu pihak yang bersengketa, independensi auditor harus
tetap dijaga. Auditor tidak boleh memihak pada siapa-siapa. Setiap langkah, kertas kerja,
prosedur, dan pernyataan auditor adalah alat bukti yang menghasilkan konskuensi hukum pada
pihak yang bersengketa.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Audit khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus,
diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan
tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan
pemeriksaan investigative. audit investigasi ialah pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengungkapkan ada tidaknya indikasi kerugian negara atau daerah dan atau unsur pidana.
Tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima oleh
ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti
sesuai dengan acara hukum pembuktian yang berlaku.
Tujuan audit forensik sangat khusus sehingga penyusunan program maupun
pelaksanaan auditnya sangat berbeda dengan audit biasa karena digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten sehingga kasus kriminal yang sedang
ditangani dapat terungkap.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya amat dibutuhkan auditorauditor yang memiliki
karakteristik khusus seperti memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner (CFE)
untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi dari
lembaga Dalam Negeri yang bisa di percaya untuk mengungkapkan informasi yang akurat,
obyektif, dan dapat menemukan adanya penyimpangan. Kasus yang biasa di hadapi
penyelewengan terhadap catatan-catatan akuntansi, penyimpangan prosedur akuntansi dan
korupsi, juga memeriksa kasus-kasus tuntutan perdata seperti ganti rugi, asuransi,
persengketaan pemegang saham dan perusahaan sampai pada gugatan pembagian harta akibat
perceraian.

10

Anda mungkin juga menyukai