Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI

“Pengantar Akuntansi Forensik”

Oleh:

KELOMPOK 1

Nama :

I Gusti Agung Bagus Tri Arnawa (202033122051)

I Made Sukarisma (202033122053)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR

2021/2022
1. Ruang Lingkup Akuntansi Forensik
Menurut buku karangan Hopwood dalam bukunya Forensic Accounting, bahwa akuntansi
forensik memiliki ruang lingkup yakni tentang akuntansi yang berkaitan dengan ilmu-ilmu
lainnya seperti ilmu hukum, ruang lingkup organisasi dan sistem informasi serta auditing.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing ruang lingkup yaitu :
a. Hukum meliputi system dan yuridiksi serta sumber-sumber hukum , kalau
penerapannya di Indonesia biasa dimulai dari hukum konstitusional (UUD) hingga
hukum administrative disamping itu juga harus mengetahui tehnik investigatif dan
pengadilan.
b. Organisasi dan system informasi meliputi struktur organisasi yang berkaitan erat
dengan sistem pengendalian intern terutama yang mencakup masalah transaksi
keuangan, tentu akan berkaitan pula dengan sistem informasi (akuntansi dan
manajemen).
c. Auditing meliputi fungsi auditor dalam akuntansi forensik selain itu juga banyak
dijelaskan mengenai materialitas dan resiko dalam audit, pernyataan audit dan
kepentingannya serta detail2 mengenai prosedur2 dalam auditing mulai dari
pengumpulan bukti dan sampling hingga kompilasi pelaporan audit.

Teknik-teknik dan alat-alat yang bisa dipakai dalam Akuntansi Forensik yaitu forensik
komputer, kriminalistik, daktilografi, identifikasi forensik, bukti forensik serta palaeografi
forensik. Selain itu ada pula mengenai Keamanan Informasi yang erat kaitannya dengan
ISO (International Standards Organisation). ISO 9000-9004 erat kaitannya dengan
penerapan standard yang berhubungan dengan manajemen pengendalian kualitas yang ada
hubungannya dengan jasa dan manajemen pengendalian kualitas. Sedangkan ISO 27000-
27005 langsung berhubungan dengan keamanan informasi (information security). Dalam
seksi Audit Forensik dan Investigasi mencakup penjelasan simptom atau tanda2
kecurangan finansial dan bagaimana mereka diinvestigasi, juga pengidentifikasian
sumber-sumber bukti yang dapat berguna bagi akuntan forensik

Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif mengemukakan


bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang
menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit investigatif.
1. Praktik di Sektor Swasta
Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam Tuanakotta (2010)
menekankan beberapa istilah dalam perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing,
forensik accounting investigative support, dan valuation analysis. Litigation support
merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan ligitasi.
Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan indikasi awal adanya fraud. Audit
investigasi merupakan bagian awal dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis
berhubungan dengan akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung
kerugian negara karena tindakan korupsi.
2. raktik di Sektor Pemerintahan
Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol daripada akuntansi
forensik pada sektor swasta. Secara umum akuntansi forensik pada kedua sektor tidak
berbeda, hanya terdapat perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi
forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga pemeriksaan keuangan
negara, lembaga pengawasan internal pemerintahan, lembaga pengadilan, dan
berbagai lembaga LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai
pressure group.

2. Kode Etik Akuntansi Forensik


Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan
pemakai jasanya dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik adalah
sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Di Amerika Serikat, ACFE telah menetapkan kode etik bagi para fraud auditor yang
bersertifikat (Markus,2006), yang terdiri atas delapan butir yaitu :
a) Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam segala keadaan, harus
menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme dan ketekunan dalam
pelaksanaan tugasnya.
b) Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak diperkenankan untuk melakukan
tindakan yang bersifat ilegal atau melanggar etika, atau segenap tindakan yang
dapat menimbulkan adanya konflik kepentingan.
c) Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam semua keadaan, harus
menunjukkan integritas setinggitingginya dalam semua penugasan
profesionalnya, dan hanya akan menerima penugasan yang memiliki kepastian
yang rasional bahwa penugasan tersebut akan dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.
d) Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mematuhi peraturan/perintah dari
pengadilan, dan akan bersumpah/bersaksi terhadap suatu perkara secara benar
dan tanpa praduga.
e) Seorang fraud auditor yang bersertifikat, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan,
harus memperoleh bukti atau dokumentasi lain yang dapat mendukung pendapat
yang diberikan. Tidak boleh menyatakan pendapat bahwa seseorang atau pihak-
pihak tertentu bersalah atau tidak bersalah.
f) Seorang fraud auditor yang bersertifikat tidak boleh mengungkapkan informasi
yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hasil audit tanpa melalui otorisasi dari
pihak-pihak yang berwenang.
g) Seorang fraud auditor yang bersertifikat harus mengungkapkan seluruh hal yang
material yang diperoleh dari hasil audit yakni, apabila informasi tersebut tidak
diungkapkan akan menimbulkan distorsi terhadap fakta yang ada.
h) Seorang fraud auditor yang bersertifikat secara sungguh-sungguh harus
senantiasa meningkatkan kompetensi dan efektivitas hasil kerjanya yang
dilakukan secara profesional.

3. Atribut Akuntansi Forensik


Howard R. Davia dalam Tuanakotta (2005) memberi lima nasehat kepada seorang
auditor pemula dalam melakukan investigasi terhadap fraud yaitu:
a) Menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.
b) Fraud auditor harus mampu membuktikan “niat pelaku melakukan kecurangan”.
c) Seorang auditor harus kreatif,berpikir seperti pelaku fraud,jangan dapat ditebak.
d) Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.
e) Dalam memilih strategi untuk menemukan kecurangan dalam investigasi proaktif.

4. Standar Audit Akuntansi Forensik


a) Standar Audit Investigatif
Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Oleh karena itu, dalam pekerjaan
audit, para auditor ingin menegaskan adanya standar tersebut. Dengan standar ini
pihak yang diaudit (auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan pihak – pihak
lain dapat mengukur kerja si auditor. K.H Spencer Picket dan Jennifer Picket
merumuskan beberapa standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks
yang mereka rajuk adalah investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai di
perusahaan.
Standar tersebut adalah :
Standar 1
Seluruh investigasi harus dilandasi praktik – praktik terbaik yang diakui (accepted
best practice). Dalam istilah ini tersirat dua hal. Pertama, adanya upaya
membandingkan antara praktik – praktik yang ada dengan merujuk kepada yang
terbaik pada saat itu. Upaya ini disebut benchmarking. Kedua, upaya benchmarking
dilakukan terus menerus untuk mencari solusi terbaik.
Standar 2
Kumpulkan bukti – bukti dengan prinsip kehati – hatian (due care) sehingga bukti –
bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
Standar 3
Pastikn bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks
dan jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada
penyelidikan di kemudian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan
dengan benar
Standar 4
Pastikan bahwa para investor mengerti hak – hak asasi pegawai dan senantiasa
menghormati. Kalau investigasi dilakukan dengan cara yang melanggar hak asasi
pegawai yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan investigatornya.
Standar 5
Beban pembuktian ada pada perusahaan yang menduga pegawainya melakukan
kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam
kasus hukum administrasi maupun kasus pidana.
Standar 6
Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis
ditinjau dari segi waktu. Dalam melakukan investigasi, kita menghadapi keterbatasan
waktu. Dalam menghormati asas praduga tidak bersalah, hak dan kebebasan seseorang
harus dihormati.
Standar 7
Liput seluruh kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan
bukti dan barang bukti., wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan
mengenai hal – hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protocol, dokumentasi
dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hokum, dan persyaratan
mengenai pelaporan.
b) Standar Akuntansi Forensik
1) Indepedensi : Akuntan forensik harus independen dalam melaksanakan tugas.
2) Garis pertanggung jawaban :
a) Untuk kegiatan internal lembaganya, akuntansi forensik harus cukup
independen dalam melaksanakan tugasnya. Ia bertanggung langsung ke Dewan
Komisaris kalau penugasan diberikan oleh lembaganya, atau kepada penegak
hokum dan/ atau regulator, jika penugasannya datang dari luar lembaganya.
b) Dalam hal akuntan forensik tersebut independen ia menyampaikan laporan
kepada seorang eksekutif senior yang kedudukannya lebih tinggi dari orang
yang diduga melakukan fraud, alternatifnya ialah akuntan forensik
menyampaikan laporannya kepada dewan komisaris.
4) Objektivitas : Akuntan forensik harus objektif (tidak berpihak) dalam
melaksanakan telaah akuntansi forensiknya.
5) Kemahirn professional : akuntansi forensic harus dilaksanakan dengan kemahiran
dan kehati – hatian professional.
6) Sumber Daya Manusia
Semua sumber daya manusia yang menjalani akuntansi forensic harus
mempunyai kemahiran teknis, pendidikan, dan pengalaman yang memadai sesuai
dengan tugas yang diserahkan kepadanya
7) Pengetahuan, Pengalaman, Keahlian dan Disiplin
Akuntansi forensic harus memiliki atau menggunakan sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan disiplin untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik
8) Supervisi
Dalam hal lada lebih dari satu akuntan forensic dalam satu penugasan, salah
seorang diantara mereka berfungsi sebagai in-charge yang bertanggung jawab
dalam mengarahkan penugasan dan memastikan bahwa rencana kerja
dilaksanakan sebagai mana seharusnya dan dikomuntesaikan dengan baik
9) Kepatuhan terhadap Standar Prilaku
Akuntan forensic harus mematuhi standar prilaku professional terbaik yang
diharapkan dari akuntan, auditor, rekan dari profesi hokum baik tim pembela
maupun jaksa umum dan regulator
10) Hubungan Manusia
Akuntan forensic harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan sesame
manusia (interpersonal skills)
5. SPKN
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, juga diatur mengenai standar audit kecurangan yaitu dalam bagian
standar pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Adapun standar pelaksanaan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu berisikan :
1. Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
2. Komunikasi auditor
3. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
4. Pengendalian intern
5. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan
Peraturan Perundangundangan; Kecurangan (Fraud), serta Ketidakpatuhan (Abuse)
6. Dokumentasi pemeriksaan
7. Pemberlakuan standar pemeriksaan
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/doc/292350213/Standar-Audit-Investigatif

file:///C:/Users/Sony%20Vaio/Downloads/adoc.pub_bab-ii-tinjauan-pustaka-akuntansi-
forensik-muncul-.pdf

https://www.scribd.com/doc/171356619/Fraud-Atribut-standar-dan-kode-etik-Akuntansi-
Forensik

https://pdfcoffee.com/atribut-dan-kode-etik-akuntansi-forensik-serta-standar-audit-
investigasi-fix-pdf-free.html

https://www.academia.edu/33846079/Resume_Akuntansi_Forensik_Dan_Audit_Investigatif

Anda mungkin juga menyukai