Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK WAWANCARA DAN PENGUJIAN SILANG

Tugas Audit Investigasi

Disusun Oleh :

Nama

: RIZKA RISTIANI

NIM

: 2012121242

Ruang/Kelas

: 437/06SAKM

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI


UNIVERSITAS PAMULANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Makalah dengan judul Teknik Wawancara dan Pengujian Silang ini disusun
untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Audit Investigasi pada Fakultas Ekonomi
Akuntansi Universitas Pamulang.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Masrul Huda, selaku
dosen mata kuliah Audit Investigasi yang selalu bersedia meluangkan waktu dan ruang
bagi penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
memperbaiki dan pengembangan penulisan makalah

ini. Harapan penulis semoga

makalah ini berguna bagi semua pihak.

Pamulang, Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1

Latar Belakang................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1.

Pengertian & Metodologi Audit InvestigasiError! Bookmark not defined.2

2.2

Teknik Investigasi...........................................................................................3

2.3

Teknik Wawancara..........................................................................................5

2.4

Pengujian Silang.............................................................................................7

BAB III KESIMPULAN...............................................................................................8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apakah audit investigasi itu? Audit investigasi adalah bagian dari manajemen
kontrol yang dilaksanakan dalam kegiatan internal audit, di samping audit lainnya,
seperti audit keuangan dan audit kepatuhan atau complience audit. Dalam tata cara
pemeriksaan dan sifat pemeriksaannya atau mengikuti kaidah atau metodologi audit
internal, audit investigasi lebih dikenal dengan fraud audit atau pemeriksaan
kecurangan. Fraud audit adalah kombinasi aspek audit forensik atau investigasi forensik
atau uji menyeluruh semua materi pemeriksaan dengan teknik internal kontrol dalam
tata cara internal audit.
Menurut metodologi internal audit, seorang fraud auditor dapat melakukan
pengujian atau pemeriksaan beberapa hal yang berkaitan dengan subyek auditnya atau
prosedur kerja dan organisasi di mana kecurangan diduga terjadi dan orang yang
bersangkutan. Karena menyangkut beberapa hal, termasuk teori penunjang, aturan main,
wawancara, pengujian materi atau bahan bukti, peraturan normatif, seorang fraud
auditor haruslah sangat cakap di bidangnya. Di mana sebelumnya, dia harus mempunyai
bekal pengetahuan yang cukup mengenai bidang apa yang akan dilakukan pengujian
olehnya, yang menyangkut material atau uji forensik tersebut. Apabila terjadi dugaan
fraud atau kejahatan di bidang logistik, misalnya, seorang fraud auditor harus memiliki
pengetahuan tentang kelogistikan, aturan pelaksanaan tender, sistem finansial, termasuk
lalu lintas barang, sistem pengangkutan, aturan perdagangan-termasuk impor-ekspor,
kontrol kualitas, perpajakan, tarif, pergudangan, bongkar muat, dan sistem ekspedisi
sebelum dapat menyelidiki atau melakukan audit investigasi pada bidang logistik
tersebut. Bila tidak punya pengetahuan dan pengalaman yang cukup, sang auditor lebih
baik mundur dalam menerima tugas itu atau kalau dia memaksa dan terpaksa
melakukannya, ada kemungkinan hasil investigasi tidak akan maksimal dan
kemungkinan dia akan goyah dan akhirnya dibeli oleh orang yang diaudit (auditee).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Metodologi Audit Investigasi


Audit Investigasi merupakan bagian dari manajemen kontrol yang dilaksanakan
dalam kegiatan internal audit, di samping audit lainnya, seperti audit keuangan dan audit
kepatuhan atau complience audit. Dalam tata cara pemeriksaan dan sifat

pemeriksaannya, audit investigasi lebih dikenal dengan istilah fraud audit atau
pemeriksaan kecurangan. Fraud audit adalah kombinasi aspek audit forensik/investigasi
forensik/uji menyeluruh semua materi pemeriksaan dengan teknik internal kontrol
dalam tata cara internal audit.
Menurut metodologi internal audit, Fraud Auditor dalam melakukan Audit
Investigasi berkaitan dengan beberapa hal, termasuk teori penunjang, aturan main,
wawancara, pengujian materi atau bahan bukti, peraturan normatif, seorang fraud
auditor haruslah sangat cakap di bidangnya.
Apabila terjadi dugaan fraud atau kejahatan di bidang logistik, seorang fraud
auditor harus memiliki pengetahuan tentang kelogistikan, aturan pelaksanaan tender,
sistem finansial, termasuk lalu lintas barang, dan sistem ekspedisi sebelum dapat
menyelidiki atau melakukan audit investigasi pada bidang logistik tersebut. Bila tidak
punya pengetahuan dan pengalaman yang cukup, sang auditor lebih baik mundur dalam
menerima tugas itu, karena bila ia memaksa untuk menerimanya, ada kemungkinan
hasil investigasi tidak akan maksimal dan kemungkinan dia akan goyah dan akhirnya
dibeli oleh orang yang diaudit (auditee).
Garis besar proses Pemeriksaan Investigatif secara keseluruhan, dari
awal sampai dengan akhir, dipilah-pilah sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

Penelaahan Informasi Awal


Pada proses ini pemeriksa melakukan: pengumpulan informasi tambahan,
penyusunan fakta & proses kejadian, penetapan dan penghitungan tentative
kerugian keuangan, penetapan tentative penyimpangan, dan penyusunan
hipotesa awal.
Perencanaan Pemeriksaan Investigatif
Pada tahapan perencanaan dilakukan: pengujian hipotesa awal, identifikasi
bukti-bukti, menentukan tempat/sumber bukti, analisa hubungan bukti dengan
pihak terkait, dan penyusunan program pemeriksaan investigatif.
Pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan dilakukan: pengumpulan bukti-bukti, pengujian
fisik, konfirmasi, observasi, analisa dan pengujian dokumen, interview,
penyempurnaan hipotesa, dan review kertas kerja.
Pelaporan
Fase terakhir, dengan isi laporan hasil Pemeriksaan Investigatif kurang lebih
memuat: unsur-unsur melawan hukum, fakta dan proses kejadian, dampak
kerugian keuangan akibat penyimpangan/tindakan melawan hukum, sebabsebab terjadinya tindakan melawan hukum, pihak-pihak yang terkait dalam
penyimpangan/tindakan melawan hukum yang terjadi, dan bentuk kerja sama
pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangan/tindakan melawan hukum
Khusus untuk lembaga BPK di Indonesia, proses penyusunan laporan ini
terdiri dari beberapa kegiatan sampai disetujui oleh BPK untuk disampaikan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi atau kepada Kejaksaan Agung, yang
fasenya sbb: penyusunan konsep awal laporan, presentasi hasil pemeriksaan

5.

investigatif di BPK, melengkapi bukti-bukti terakhir, finalisasi laporan, dan


penggandaan laporan
Tindak Lanjut
Pada tahapan tindak lanjut ini, proses sudah diserahkan dari tim audit kepada
pimpinan organisasi dan secara formal selanjutnya diserahkan kepada
penegak hukum. Penyampaian laporan hasil Audit Investigatif kepada
pengguna laporan diharapkan sudah memasuki pada tahap penyidikan.
Berkaitan dengan kesaksian dalam proses lanjutan dalam peradilan, tim Audit
Investigatif dapat ditunjuk oleh organisasi untuk memberikan keterangan ahli
jika diperlukan.

2.2 Teknik Investigasi


Untuk mendapatkan hasil investigasi yang maksimal, seorang fraud auditor harus
juga menguasai beberapa teknik investigasi, antara lain:
1. Teknik penyamaran atau teknik penyadapan,
2. Teknik wawancara, apabila akan menghadapi sang auditee, orang-orang yang diduga
memiliki info yang dibutuhkan atau bahkan sang bosnya si auditee,
3. Teknik merayu untuk mendapatkan informasi, apakah dengan memakai
kesanggupan sendiri atau dengan bantuan orang lain,
4. Mengerti bahasa tubuh, dalam membaca posisi si auditee, bohong atau jujur, dan
5. Dapat dilakukan dengan bantuan software, seperti caat (computer assisted audit
tools).
Fraud auditor dapat melakukan pembacaan data atau penyitaan berkas yang diduga
mempunyai kaitan dengan fraud yang sedang diselidiki atau dengan memotret ruangan
atau benda yang diduga memiliki kaitan dengan peristiwa.
Pekerjaan fraud auditor mirip dengan pekerjaan penyelidikan atau penyidikan
kepolisian, di mana penyidikan kepolisian dipakai untuk suatu projustisia, sedangkan
fraud audit investigasi digunakan untuk keperluan internal.
Apabila seorang audit BPK, misalnya, ia harus melaporkan hasil audit
investigasi kepada Ketua BPK dalam bentuk laporan rahasia yang memuat kesimpulan
hasil audit, atau opini, lengkap dengan semua berkas, bukti, foto, hasil wawancara, bukti
material, dan lain sebagainya, sesuai dengan maksud audit forensik tersebut.
Hasil audit investigasi tidak boleh dibocorkan kepada pihak yang tidak berhak
mengetahuinya, di mana hasil ini biasanya telah diklarifikasi dan dibacakan ulang
kepada si auditee, agar auditee mengerti sejauh mana investigasi dan eksaminasi
dilakukan dan hasil yang didapatkan.
Disebut keperluan internal karena sang auditor terikat dengan audit metodologi dengan
melaporkan apa adanya suatu hasil investigasi dan auditor free to comment kepada
atasannya dalam mengemukakan pendapatnya sebagai seorang auditor berdasarkan
temuan dan dikategorikan preliminary summary (hasil sementara).
Hasil atau kesimpulan sementara ini akan disikusikan dengan bos sang auditor
sebelum dibuatkan keputusan final dan keputusan final hasil audit yang disebut

executive summary akan dibuat oleh kepala audit kepada siapa sang auditor
bertanggung jawab.
Hasil audit investigasi dapat dianggap dan digunakan sebagai bukti awal untuk
menunjang suatu pembuatan BAP oleh kepolisian atau kejaksaan atau bukti
pendahuluan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi bila memang suatu fraud diduga
terjadi yang mengarah kepada suatu peristiwa kriminal atau crime acts, dalam hal ini
adalah korupsi.
Audit investigasi adalah sebuah pekerjaan profesional atau expert works. Oleh
karena itu, seorang fraud auditor harus mempunyai pengetahuan yang cukup, dan
selayaknya seorang fraud auditor adalah seorang auditor yang telah diakui
kecakapannya dengan mengantongi CFE (Certified Fraud Examiner) yang dikeluarkan
Instute of Internal Auditor (IIA) melalui tahapan penguasaan beberapa modul yang telah
dipersyaratakan secara internasional.
Analisis fraud adalah merupakan tanggung jawab internal auditor untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya kecurangan melalui pemeriksaan data laporan
keuangan dan terjadinya penyimpangan dalam proses tender, inventaris barang, sistem
perpajakan, dan dapat juga pada sistem penggajian. Jika terdapat indikasi positif,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan menyeluruh yang akan dilakukan oleh seorang fraud
auditor, di mana kegiatan ini disebut dengan audit investigasi.
Kesimpulan akhir dari audit investigasi akan disampaikan kepada lembaga yang
berwenang, seperti kejaksaan, kepolisian, komite anti korupsi, bila diminta, dengan
mengikuti aturan main atau undang-undang yang dibuat untuk itu-bilamana ada-oleh
kepala atau manajer audit setelah sebelumnya dilakukan penjelasan kembali
(debriefing) dengan pihak atau atasan dari si auditee.
2.3 Teknik Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan bukti audit yang melibatkan
pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh auditor. Pertanyaan-pertanyaan ini dibuat
secara intern kepada manajemen atau pegawai klien, seperti pertanyaan tentang
persediaan yang usang atau kemungkinan dapat ditagihnya piutang. Wawancara
dilakukan kepada manajemen dan pegawai klien karena manajemen dan pegawailah
yang paling mengetahui operasi dan pengendalian internal klien.
Informasi yang diperoleh auditor dari wawancara kepada klien memiliki
keandalan yang terbatas karena informasi ini diperoleh dari pihak internal
klien.Walaupun demikian, informasi ini merupakan titik awal dari pelaksanaan teknik
audit lainnya. Pada umumnya, jawaban atas wawancara diperkuat dengan kinerja atau
teknik lainnya. Akan tetapi, pelaksanaan audit akan lebih efisien jika
auditor mencermati jawaban atas wawancara daripada mencari jawaban secara
independen melalui suatu pemeriksaan tidak langsung atas bukti terperinci.
Wawancara kepada klien juga meliputi pengujian pengendalian dan pengujian
substantif. Wawancara kepada klien dapat digunakan auditor untuk menguji semua
asersi laporan keuangan. Auditor dapat menggunakan wawancara untuk mempelajari
kebijakan dan prosedur pengendalian apa saja yang telah diterapkan klien, prinsip

akuntansi apa saja yang telah digunakan klien, dan bagaimana transaksi-transaksi
tertentu diproses. Selain itu, wawancara juga dapat digunakan untuk memperoleh
penjelasan dari manajemen tentang hasil pengujian audit tertentu
Wawancara yang baik adalah wawancara yang menghasilkan pembuktian yang
diperlukan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu auditor hendaknya
merancang wawancara sedenikian rupa sehingga dapat mengungkapkan hal-hal yang
diperlukan
secara
lengkap.
Orang yang bertanggung jawab atas kegiatan merupakan sumber
informasi
yang
penting.
Dalam
hal
ini
auditor
seharusnya mempertimbangkan dengan
seksama pengetahuan pihak yang diwawancarai atau pokok persoalan yang dibicarakan,
motifnya,
dan
apakah
informasi
yang
disampaikan
sesuai
dengan
informasi lain yang telah diperoleh oleh auditor.
Hal yang perlu diperhatikan adalah belum tentu pihak yang menempati
kedudukan yang tinggi dapat merupakan jaminan atas keabsahan informasi yang
disampaikan
olehnya, karena mungkin
ia belum lama
menempati posisi
tersebut atau pun
ia
tidak
memiliki pengetahuan langsung
mengenai masalah yang ditanyakan, yang barangkali justru dipunyai oleh bawahannya.
Auditor juga bisa mewawancarai ahli-ahli yang merupakan pihak luar, tapi wawancara
hendaknya diarahkan untuk menjamin bahwa keterangan para ahli tersebut dapat
diandalkan dan meneguhkan sifat dapat dipercayainya pembuktian.
Wawancara harus direncanakan dengan cermat. Auditor harus mengetahui tujuan
wawancara dan informasi apa yang harus diperolehnya. Auditor harus
mempertimbangkan dengan siapa ia hendak melakukan wawancara. Untuk menghindari
reaksi yang negatif, pejabat yang mempunyai posisi/kedudukan tinggi lebih baik
diwawancari oleh orang yang cukup tinggi pula kedudukannya dalam organisasi audit.
Wawancara sebaiknya dilakukan oleh dua orang auditor, agar terdapat jaminan yang
lebih besar bahwa catatan mengenai wawancara mencerminkan dengan tepat informasi
yang diperoleh.
Auditor hendaknya melakukan wawancara dengan sikap dan perilaku yang
sopan. Cara pendakatan pertama sangat penting artinya bagi kelancaran jalannya
wawancara. Oleh karena itu auditor harus memperkenalkan diri dengan cara yang layak
dan menjelaskan tujuan/maksud diadakannya wawancara agar pihak yang diwawancarai
memahami apa yang diinginkan darinya. Sewaktu mewawancarai, auditor
harus mengendalikan pembicaraan agar hemat waktu dan tepat terarah pada fakta atau
informasi yang berhubungan dengan maksud wawancara. Yang perlu diingat adalah
auditor hendaknya bersikap sebagai pencari informasi, dan tidak seperti seorang
investigator, apalagi terlibat dalam perdebatan atau pertengkaran.
Pada akhir wawancara, informasi penting yang harus diperoleh diikhtisarkan dan
dimintakan penugasan secara tertulis dari pihak yang diwawancarai. Tujuan utama
penugasan adalah :
-

Untuk menjamin kelengkapan audit tentang informasi lisan tersebut.

Membangkitkan kesan kepada pihak yang diwawancarai, bahwa auditor


memandang penting informasi yang disampaikannya.
Melindungi diri auditor sendiri terhadap kemungkinan timbulnya kontroversi
dikemudian hari mengenai informasi yang telah diperolehnya .

Contoh penegasan oleh pihak yang diwawancarai dapat berbentuk sebagai berikut :
Saya yang membaca catatan hasil wawancara ini, dan membenarkan bahwa
catatan ini dengan layak memaparkan hal-hal yang dibicarakan serta pernyataanpernyataan yang saya ucapkan dalam wawancara tersebut.
Tanda Tangan Nama
Jabatan
Tanggal
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang
atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Kelebihan teknik wawancara:


1. Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi
orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebasa dan terbuka terhadap
pertanyaa-pertanyaan yang diajukan.
2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
sesuai dengan situasi yang berkembang.
3. Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik
dan raut wajah orang yang diwawancarai.
4. Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu
terjadi.
Kekurangan teknik wawancara:
1. Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal
dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara
untuk melakukan hubungan antar manusia.
3. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang tertentu, misalnya
di lokasi-lokasi yang ribut dan rmai.
4. Wawancara sangat menganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang
dimilikinya sangat terbatas.
2.4 Pengujian Silang

Pengujian adalah Memeriksa atau mengawasi untuk mengetahui ada/tidaknya


ketelitian. Pengujian/Checking juga berarti pemberian tanda atas sesuatu setelah
diverifikasi. Checking dipakai juga dalam hal membandingkan data yang satu dengan
yang lain yang seharusnya sama. Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan
dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap
perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan
dalam tahun sebelumnya. Jika terhadap perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan
penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan yang masuk akal mengenai
penyebabnya. Sebagai contoh, tipe bukti audit ini adalah perbandingan jumlah biaya
reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap tahun sebelumnya: jika perbedaanya cukup
signifikan, auditor kemudian mencari informasi penyebab terjadinya perubahan biaya
tersebut.
Keterkaitan antarkertas kerja audit merupakan suatu bagian tugas pengauditan
yang siling berkaitan, kertas kerja sudit yang dihasilkan pasti akan saling berkaitan pula.
Dengan demikian antar kertas kerja dapat terjadi keterkaitan cek silang (Cross Chek).
Pengauditan atas saldo kas, seperti daftar jurnal penyesuaian terhadap kas, akan
dicantumkan dalam daftar pendukung. Selanjutnya di daftar utama dan di working trial
balance, keterkaitan tersebut juga ditunjukkan.

BAB III
KESIMPULAN

Wawancara adalah teknik investigasi yang sangat penting. Dengan


menggunakan wawancara, maka pihak yang diwawancarai akan menceritakan apa yang
dia alami dan ketahui secara bebas tanpa tekanan, mengingat wawancara sifatnya netral,
tidak menuduh. Selama wawancara, investigator dapat mengumpulkan informasi
penting sesuai dengan tujuan wawancara.
Teknik ini sebaiknya dilakukan di awal investigasi, dan pada awalnya dilakukan
secara informal, mengingat tindakan kita mencatat apa yang diinformasikan dapat
menghentikan aliran informasi karena orang yang diwawancarai dapat merasa ada
sesuatu yang berbahaya atas apa yang disampaikannya. Namun demikian wawancara
baik informal maupun formal, harus direncanakan dengan baik, yaitu auditor harus
mempersiapkan apa yang akan ditanyakan, meskipun pada wawacara secara informal
pembicaraan bersifat cair, tidak terstruktur, dan bisa melompat dari satu pokok ke pokok
pembicaraan lain. Setelah informasi dianggap cukup, maka wawancara dapat diulang
dan auditor dapat menyampaikan, maaf mengingat prosedur kami segala sesuatu
informasi dan data yang diperoleh harus tercatat, maka kami ingin mengulang kembali
dan mencatatnya apa yang sudah kita bicarakan.
Menurut Wikipedia definisi Wawancara (bahasa Inggris: interview) adalah
percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan
pewawancara. Dalam dunia audit, wawancara merupakan salah satu teknik audit yang
biasa digunakan untuk memperoleh informasi. Menurut Theodorus M Tuanakotta dalam

bukunya,Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, wawancara merupakan suatu


proses interaksi yang dilakukan secara lisan dengan metode tanya jawab yang
mempunyai tujuan. Tujuan dari wawancara dalam audit antara lain: memperoleh
informasi baik informasi mengenai objek audit maupun informasi mengenai orang yang
diwawancarai (perilaku, hubungan/keterkaitan dengan objek audit).
Karena tujuan dari wawancara adalah memperoleh informasi, maka seharusnya
wawancara itu bersifat netral dan tidak menuduh. Hal inilah yang menjadi
perbedaan utama antara wawancara dengan interogasi. Seringkali dalam praktek di
lapangan, auditor (baca: penulis) melontarkan pertanyaan maupun pernyataan bersifat
menuduh ketika mewawancarai auditee. Disadari atau tidak, berdasarkan pengalaman
saya, ketika auditor melakukan dialog bersifat interogatif dalam wawancara,
kemungkinan besar sikap auditee akan berubah menjadi defensif. Hal tersebut justru
dapat mengakibatkan auditor kehilangan kesempatan untuk memperoleh informasi yang
sebenarnya dibutuhkan, sehingga tak jarang auditor akan menemui jalan buntu atau
justru terjebak dalam persepsi yang menyesatkan.
Bukan berarti pentanyaan bersifat interogatif itu tidak diperlukan, pertanyaan
bersifat interogatif diperlukan ketika auditor bermaksud untuk mendapatkan klarifikasi
atau sebuah pengakuan. Ketika itu dilakukan, maka dialog antara auditor dengan
auditee bukan lagi dalam konteks wawancara melainkan interogasi. Perlu atau tidaknya
dilakukan interogasi tentunya bergantung pada informasi dan fakta yang ditemukan
selama audit. Yang penting dalam wawancara adalah bagaimana auditor memperoleh
informasi yang memadai dan seobjektif mungkin.

2.

Anda mungkin juga menyukai