Disusun Oleh :
Nama
: RIZKA RISTIANI
NIM
: 2012121242
Ruang/Kelas
: 437/06SAKM
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Makalah dengan judul Teknik Wawancara dan Pengujian Silang ini disusun
untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Audit Investigasi pada Fakultas Ekonomi
Akuntansi Universitas Pamulang.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Masrul Huda, selaku
dosen mata kuliah Audit Investigasi yang selalu bersedia meluangkan waktu dan ruang
bagi penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
memperbaiki dan pengembangan penulisan makalah
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1
Latar Belakang................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1.
2.2
Teknik Investigasi...........................................................................................3
2.3
Teknik Wawancara..........................................................................................5
2.4
Pengujian Silang.............................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
pemeriksaannya, audit investigasi lebih dikenal dengan istilah fraud audit atau
pemeriksaan kecurangan. Fraud audit adalah kombinasi aspek audit forensik/investigasi
forensik/uji menyeluruh semua materi pemeriksaan dengan teknik internal kontrol
dalam tata cara internal audit.
Menurut metodologi internal audit, Fraud Auditor dalam melakukan Audit
Investigasi berkaitan dengan beberapa hal, termasuk teori penunjang, aturan main,
wawancara, pengujian materi atau bahan bukti, peraturan normatif, seorang fraud
auditor haruslah sangat cakap di bidangnya.
Apabila terjadi dugaan fraud atau kejahatan di bidang logistik, seorang fraud
auditor harus memiliki pengetahuan tentang kelogistikan, aturan pelaksanaan tender,
sistem finansial, termasuk lalu lintas barang, dan sistem ekspedisi sebelum dapat
menyelidiki atau melakukan audit investigasi pada bidang logistik tersebut. Bila tidak
punya pengetahuan dan pengalaman yang cukup, sang auditor lebih baik mundur dalam
menerima tugas itu, karena bila ia memaksa untuk menerimanya, ada kemungkinan
hasil investigasi tidak akan maksimal dan kemungkinan dia akan goyah dan akhirnya
dibeli oleh orang yang diaudit (auditee).
Garis besar proses Pemeriksaan Investigatif secara keseluruhan, dari
awal sampai dengan akhir, dipilah-pilah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
executive summary akan dibuat oleh kepala audit kepada siapa sang auditor
bertanggung jawab.
Hasil audit investigasi dapat dianggap dan digunakan sebagai bukti awal untuk
menunjang suatu pembuatan BAP oleh kepolisian atau kejaksaan atau bukti
pendahuluan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi bila memang suatu fraud diduga
terjadi yang mengarah kepada suatu peristiwa kriminal atau crime acts, dalam hal ini
adalah korupsi.
Audit investigasi adalah sebuah pekerjaan profesional atau expert works. Oleh
karena itu, seorang fraud auditor harus mempunyai pengetahuan yang cukup, dan
selayaknya seorang fraud auditor adalah seorang auditor yang telah diakui
kecakapannya dengan mengantongi CFE (Certified Fraud Examiner) yang dikeluarkan
Instute of Internal Auditor (IIA) melalui tahapan penguasaan beberapa modul yang telah
dipersyaratakan secara internasional.
Analisis fraud adalah merupakan tanggung jawab internal auditor untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya kecurangan melalui pemeriksaan data laporan
keuangan dan terjadinya penyimpangan dalam proses tender, inventaris barang, sistem
perpajakan, dan dapat juga pada sistem penggajian. Jika terdapat indikasi positif,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan menyeluruh yang akan dilakukan oleh seorang fraud
auditor, di mana kegiatan ini disebut dengan audit investigasi.
Kesimpulan akhir dari audit investigasi akan disampaikan kepada lembaga yang
berwenang, seperti kejaksaan, kepolisian, komite anti korupsi, bila diminta, dengan
mengikuti aturan main atau undang-undang yang dibuat untuk itu-bilamana ada-oleh
kepala atau manajer audit setelah sebelumnya dilakukan penjelasan kembali
(debriefing) dengan pihak atau atasan dari si auditee.
2.3 Teknik Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan bukti audit yang melibatkan
pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh auditor. Pertanyaan-pertanyaan ini dibuat
secara intern kepada manajemen atau pegawai klien, seperti pertanyaan tentang
persediaan yang usang atau kemungkinan dapat ditagihnya piutang. Wawancara
dilakukan kepada manajemen dan pegawai klien karena manajemen dan pegawailah
yang paling mengetahui operasi dan pengendalian internal klien.
Informasi yang diperoleh auditor dari wawancara kepada klien memiliki
keandalan yang terbatas karena informasi ini diperoleh dari pihak internal
klien.Walaupun demikian, informasi ini merupakan titik awal dari pelaksanaan teknik
audit lainnya. Pada umumnya, jawaban atas wawancara diperkuat dengan kinerja atau
teknik lainnya. Akan tetapi, pelaksanaan audit akan lebih efisien jika
auditor mencermati jawaban atas wawancara daripada mencari jawaban secara
independen melalui suatu pemeriksaan tidak langsung atas bukti terperinci.
Wawancara kepada klien juga meliputi pengujian pengendalian dan pengujian
substantif. Wawancara kepada klien dapat digunakan auditor untuk menguji semua
asersi laporan keuangan. Auditor dapat menggunakan wawancara untuk mempelajari
kebijakan dan prosedur pengendalian apa saja yang telah diterapkan klien, prinsip
akuntansi apa saja yang telah digunakan klien, dan bagaimana transaksi-transaksi
tertentu diproses. Selain itu, wawancara juga dapat digunakan untuk memperoleh
penjelasan dari manajemen tentang hasil pengujian audit tertentu
Wawancara yang baik adalah wawancara yang menghasilkan pembuktian yang
diperlukan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu auditor hendaknya
merancang wawancara sedenikian rupa sehingga dapat mengungkapkan hal-hal yang
diperlukan
secara
lengkap.
Orang yang bertanggung jawab atas kegiatan merupakan sumber
informasi
yang
penting.
Dalam
hal
ini
auditor
seharusnya mempertimbangkan dengan
seksama pengetahuan pihak yang diwawancarai atau pokok persoalan yang dibicarakan,
motifnya,
dan
apakah
informasi
yang
disampaikan
sesuai
dengan
informasi lain yang telah diperoleh oleh auditor.
Hal yang perlu diperhatikan adalah belum tentu pihak yang menempati
kedudukan yang tinggi dapat merupakan jaminan atas keabsahan informasi yang
disampaikan
olehnya, karena mungkin
ia belum lama
menempati posisi
tersebut atau pun
ia
tidak
memiliki pengetahuan langsung
mengenai masalah yang ditanyakan, yang barangkali justru dipunyai oleh bawahannya.
Auditor juga bisa mewawancarai ahli-ahli yang merupakan pihak luar, tapi wawancara
hendaknya diarahkan untuk menjamin bahwa keterangan para ahli tersebut dapat
diandalkan dan meneguhkan sifat dapat dipercayainya pembuktian.
Wawancara harus direncanakan dengan cermat. Auditor harus mengetahui tujuan
wawancara dan informasi apa yang harus diperolehnya. Auditor harus
mempertimbangkan dengan siapa ia hendak melakukan wawancara. Untuk menghindari
reaksi yang negatif, pejabat yang mempunyai posisi/kedudukan tinggi lebih baik
diwawancari oleh orang yang cukup tinggi pula kedudukannya dalam organisasi audit.
Wawancara sebaiknya dilakukan oleh dua orang auditor, agar terdapat jaminan yang
lebih besar bahwa catatan mengenai wawancara mencerminkan dengan tepat informasi
yang diperoleh.
Auditor hendaknya melakukan wawancara dengan sikap dan perilaku yang
sopan. Cara pendakatan pertama sangat penting artinya bagi kelancaran jalannya
wawancara. Oleh karena itu auditor harus memperkenalkan diri dengan cara yang layak
dan menjelaskan tujuan/maksud diadakannya wawancara agar pihak yang diwawancarai
memahami apa yang diinginkan darinya. Sewaktu mewawancarai, auditor
harus mengendalikan pembicaraan agar hemat waktu dan tepat terarah pada fakta atau
informasi yang berhubungan dengan maksud wawancara. Yang perlu diingat adalah
auditor hendaknya bersikap sebagai pencari informasi, dan tidak seperti seorang
investigator, apalagi terlibat dalam perdebatan atau pertengkaran.
Pada akhir wawancara, informasi penting yang harus diperoleh diikhtisarkan dan
dimintakan penugasan secara tertulis dari pihak yang diwawancarai. Tujuan utama
penugasan adalah :
-
Contoh penegasan oleh pihak yang diwawancarai dapat berbentuk sebagai berikut :
Saya yang membaca catatan hasil wawancara ini, dan membenarkan bahwa
catatan ini dengan layak memaparkan hal-hal yang dibicarakan serta pernyataanpernyataan yang saya ucapkan dalam wawancara tersebut.
Tanda Tangan Nama
Jabatan
Tanggal
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang
atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara
melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
BAB III
KESIMPULAN
2.