Anda di halaman 1dari 23

TUJUAN AUDIT

dan
ASERSI MANAJEMEN
1

TUJUAN PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN


Tujuan umum audit atas laporan keuangan
adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia
(PABU)
Kewajaran laporan keuangan dinilai
berdasarkan asersi yang terkandung dalam
setiap unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan.

ASERSI MANAJEMEN DALAM LAPORAN


KEUANGAN

Asersi (Assertions) adalah


pernyataan manajemen yang
terkandung di dalam komponen
laporan keuangan.
Pernyataan tersebut dapat bersifat
implisit atau eksplisit.
3

1.
2.

1.
2.
3.

Sebagai contoh, di Neraca PT XYZ 31 Desember


2015 dicantumkan rekening kas sebesar Rp.
23.456.987.300. Dalam melaporkan rekening
kas tersebut, manajemen membuat dua asersi
eksplisit berikut ini :
Bahwa kas tersebut benar-benar ada pada
tanggal 31 Des 2015
Bahwa jumlah kas tersebut yang benar adalah
Rp 23.456.987.300
Selain dua asersi eksplisit tsb, manajemen juga
membuat asersi implisit berikut ini :
Bahwa semua kas yang harus dilaporkan telah
dimasukkan dalam jumlah tsb
Bahwa semua kas yang dilaporkan dimiliki oleh
PT. XYZ pada tanggal 31 Desember 2015 tsb
Bahwa tidak ada batasan apapun terhadap
penggunaan kas yang dilaporkan tsb

Asersi manajemen dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
1. Keberadaan atau keterjadian (existence or
occurrence)
2. Kelengkapan (completeness)
3. Hak dan kewajiban (rights and obligation)
4. Penilaian (valuation) atau alokasi
Sesuai dengan PABU
Keakuratan dan Ketelitian Hitung

5. Penyajian dan pengungkapan


(presentation and disclosure)

1.

ASERSI KEBERADAAN dan


KETERJADIAN
(Existence and occurrence)

Asersi ini berhubungan dengan


apakah aktiva atau
hutang/kewajiban entitas yang
dilaporakan di Nerca ada pada
tanggal tertentu; dan apakah
transaksi yang dicatat telah
terjadi selama periode tertentu
6

2. ASERSI KELENGKAPAN
(Completeness)

Asersi ini berhubungan dengan


apakah semua transaksi (aktiva,
kewajiban, ekuitas) yang harus
dilaporkan dalam laporan keuangan
dan rekening yang seharusnya
telah disajikan/dilaporkan dalam
laporan keuangan
7

3. ASERSI HAK dan KEWAJIBAN


(Rights and Obligation)

Asersi ini berhubungan dengan


apakah aktiva yang dilaporkan
dalam Neraca betul-betul hak
perusahaan; dan hutang
merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal
tertentu
8

4. ASERSI PENILAIAN/ALOKASI
(Valuation)
Asersi ini berhubungan dengan apakah
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan
biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan dalam jumlah yang semestinya/tepat
dan akurat sesuai dengan PABU:
Prinsip penilaian
Prinsip matching
Kelayakan estimasi
Konsistensi penerapan prinsip
9

Akurat

Klerikal
Dokumen sumber cukup rinci
Jurnal
Posting
Kecocokan antara akun dg sub-akun
Matematik
Kebenaran jumlah dalam dokumen,

jurnal, saldo akun dan penghitungan


(seperti depresiasi)
10

5. ASERSI PENYAJIAN dan


PENGUNGKAPAN
(Presentation and Disclosure)

Asersi ini berhubungan dengan


apakah komponen tertentu
laporan keuangan diklasifikasikan,
dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya
11

ASERSI MANAJEMEN dan TUJUAN


AUDIT
Kewajaran laporan keuangan
sangat ditentukan integritas
berbagai asersi manajemen yang
terkandung dalam laporan
keuangan.
Hubungan asersi manajemen dengan
tujuan umum audit dapat
digambarkan sebagai berikut :
12

Tabel Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum


Audit
Asersi Manajemen

Tujuan Umum Audit

Keberadaan atau keterjadian

Aktiva dan kewajiban entitas ada


pada tanggal tertentu, dan transaksi
pendapatan dan biaya terjadi dalam
periode tertentu

Kelengkapan

Semua transaksi dan semua


rekening yang seharusnya telah
disajikan dalam laporan keuangan

Hak dan kewajiban

Aktiva adalah hak entitas dan


hutang adalah kewajiban entitas
pada tanggal tertentu

Penilaian atau alokasi

Komponen aktiva, hutang,


pendapatan dan biaya telah
disajikan dalam laporan keuangan
pada jumlah yang semestinya

Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu dalam laporan


keuangan telah digolongkan,
13
digambarkan, dan diungkapkan
secara semestinya

Asersi
Manajemen

Tujuan Khusus Audit terhadap Kas

Keberadaan atau
keterjadian

Kas di bank, dana kas kecil, kas yang belum disetor ke


bank, dan unsur kas lain yang disajikan sebagai kas
dalam neraca ada pada tanggal neraca

Kelengkapan

Kas yangg disajikan dalam neraca mencakup semua


dana kas kecil, kas yang belum disetor ke bank, dan
semua kas yang ada di tangan, serta saldo kas yang
ada di bank yang tidak dibatasi pemakaiannya

Hak dan Kewajiban

Semua unsur yang dimasukkan ke dalam kas dimiliki


oleh entitas pada tanggal neraca

Penilaian atau
alokasi

Semua unsur yang termasuk dalam kas telah dijumlah


secara benar.
Jurnal penerimaan dan pengeluaran kas secara
matematik benar dan telah dibukukan dengan
semestinya ke dalam akun buku besar yang
bersangkutan.
Kas di tangan telah dihitung dengan benar.
Kas di bank telah direkonsiliasi dengan catatan
akuntansi.

14
Penyajian
dan

Semua unsur yang dimasukkan kedalam kas tidak

Auditor wajib mengidentifikasikan


dan menilai risiko salah saji pada :
1. Tingkat laporan keuangan;
2. Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo

akun, dan pengungkapan untuk merancang


dan
melaksanakan
prosedur
audit
selanjutnya.

Penilaian Resiko
1. Risiko

pada tingkat laporan bersifat


pervasif, karena mencakup semua asersi.
Contoh : Jika akuntan tidak cukup kompeten,
kekliruan tidak terbatas pada saldo akun,
atau satu jenis transaksi atau satu
pengungkapan saja. Kekeliruan juga tidak
terbatas pada satu asersi saja, seperti
lengkapnya
(completeness)
dan
bisa
merambah pada asersi lain (accuracy,
existence dan valuation)

Penilaian Resiko
2. Risiko di tingkat asersi berkaitan dengan

saldo dari akun tertentu, pada saat tertentu,


untuk transaksi tertentu, untuk suatu
periode tertentu dan berkenaan penyajian
dan pengungkapan tertentu, tergantung
pada ciri saldo akun bersangkutan dan
potensi salah saji materiil. Contoh:
Ketika menilai valuation assertion, auditor
mungkin menilai risiko terjadinya kekeliruan
sebagai rendah.

Penilaian Resiko
Namun,
untuk
persediaan
dimana
keusangan (obsolescence) merupakan faktor
penting, auditor menilai valuation risk tinggi.
3. Risiko untuk masing-masing asersi harus
dinilai dan hasilnya dikelompokkan sebagi
Low (Rendah), Moderate (Sedang), atau High
(Tinggi). Dengan Klasifikasi risiko ini, auditor
dapat menanggapi risiko yang dihadapinya
dengan prosedur audit yang responsif.

Auditor menggunakan asersi


untuk:
Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa

terjadi;
Menilai
seberapa
besar
kemungkinan
terjadinya risiko salah saji yang material; dan
Merancang
prosedur
audit
selanjutnya
(further audit procedures) sebagai jawaban
atau tanggapan terhadap r risiko yang dinilai
(responsive to the assesed risks)

Apa Jenis Risiko Salah Saji?


Auditor melaksanakan prosedur penilaian
risiko (risk assessment procedures).
Pertanyaan Auditor:
1. Apakah aset memang ada? (Existence)
2. Apakah Entitas memiliki aset tersebut? (Right
and obligations)
3. Apakah transaksi penjualan dicatat dengan
benar? (Completeness)

Apa Jenis Risiko Salah Saji?


4. Apakah

transaksi penjualan dicatat dengan


benar?
(Completeness)Apakah
saldo
persediaan disesuaikan untuk barang yang
lambat
perputarannya (Slow moving) dan
usang (obsolete)? (Valuation)
5. Apakah saldo utang sudah meliputi semua
liabilitas pada akhir periode? (Completeness)
6. Apkah transaksi dicatat dalam periode yang
benar (Cutof)
7. Apakah jumlah yang benar disajikan dan
diungkapkan dalam laporan (Accuracy)

Seberapa besar kemungkinan


terjadi resiko?
Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi

dari risiko bawaan (inherent risk) dan risiko


pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses
penilaian (assessment process) meliputi keduanya.
Mengenai risiko bawaan, auditor menentukan potensi
salah saji yang berkenaan dengan asersi yang mana.
Ia
kemudian
menilai
seberapa
besarnya
kemungkinan terjadinya risiko ini, dan taksiran atau
ancer-ancer jumlahnya.
Mengenai risiko pengendalian, auditor menentukan
apakah ada pengendalian intern yang relevan untuk
mencegah dan menekan (mitigate) assessed risk dan
dampaknya terhadap asersi terkait.

Prosedur Audit Selanjutnya


Langkah terakhir ialah merancang prosedur audit
yang menjawab assessed risks untuk setiap asersi
terkait.
Sebagai contoh, jika resiko piutang dinyatakan
lebih besar dari sesungguhnya (overstated), itu
tinggi, maka prosedur audit harus dirancang untuk
menjawab asersi tersebut (dalam hal ini, existence
assertion).
Jika
asersi
mengenai
transaksi
penjualan yang berkenaan dengan completeness
yang beresiko tinggi, auditor dapat merancang uji
pengendalian (tes of controls) yang menyoroti
completeness assertion ini.

Anda mungkin juga menyukai